DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
Mekanisme pertama adalah dengan cara mengaktifkan sel-sel melalui rute konvensional
yakni opsonisasi dan fagositosis serta mengeluarkan mediator inflamasi. Mekanisme kedua
adalah kristal monosodium urat berinteraksi langsung dengan membran lipid dan protein
melalui membran sel dan glikoprotein pada fagosit. Interaksi ini mengaktivasi beberapa jalur
transduksi seperti protein G, fosfolipase C dan D, Srctyrosine-kinase, ERK1/ERK2, c-Jun N-
terminal kinase, dan p38 mitogen-activated protein kinase.
Proses diatas akan menginduksi pengeluaran interleukin (IL) pada sel monosit yang
merupakan faktor penentu terjadinya akumulasi neutrofil (Choi et al, 2005). Pengenalan
kristal monosodium urat diperantarai oleh Toll-like receptor (TLR) 2 dan TLR 4, kedua
reseptor tersebut beserta TLR protein penyadur MyD88 mendorong terjadinya fagositosis.
Selanjutnya proses pengenalan TLR 2 dan 4 akan mengaktifkan faktor transkripsi nuclear
factor-kB dan menghasilkan berbagai macam faktor inflamasi (Cronstein dan Terkeltaub,
2006). Proses fagositosis kristal monosodium urat menghasilkan reactive oxygen species
(ROS) melalui NADPH oksidase. Keadaan ini mengaktifkan NLRP3, kristal monosodium urat
juga menginduksi pelepasan ATP yang nantinya akan mengaktifkan P2X7R. Ketika P2X7R
diaktifkan akan terjadi proses pengeluaran cepat kalium dari dalam sel yang merangsang
NLRP3. Kompleks makro melekular yang disebut dengan inflamasom terdiri dari NLRP3, ASC
dan pro-caspase-1 dan CARDINAL.
Semua proses diatas nantinya akan menghasilkan IL-1α (Busso dan So, 2010). Sel-sel
yang sering diteliti pada artritis gout adalah lekosit, neutrofil, dan makrofag (Busso dan So,
2010). Salah satu komponen utama pada inflamasi akut adalah pengaktifan vascular
endhotelial yang menyebabkan vasodilatasi dengan peningkatan aliran darah, peningkatan
permeabilitas terhadap protein plasma dan pengumpulan lekosit ke dalam jaringan. Aktivasi
endotel akan menghasilkan molekul adhesi seperti E-selectin, intercellular adhesion
molecule-1 (ICAM-1) dan vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1) yang kemungkinan
disebabkan karena adanya faktor TNF-α yang dikeluarkan oleh sel mast (Dalbeth dan
Haskard, 2005). Neutrofil berkontribusi pada proses inflamasi melalui faktor kemotaktik
yakni sitokin dan kemokin yang berperan pada adhesi endotel dan proses transmigrasi.
Sejumlah faktor yang diketahui berperan dalam proses artritis gout adalah IL-1α, IL-8, CXCL1,
dan granulocyte stimulating-colony factor (Busso dan So, 2010).
D. GAMBARAN FISIK
Subkomite The American Rheumatism Association menetapkan bahwa kriteria diagnostik
untuk gout adalah:
1. Adanya kristal urat yang khas dalam cairan sendi.
2. Tofi terbukti mengandung kristal urat berdasarkan pemeriksaan kimiawi dan
mikroskopik dengan sinar terpolarisasi.
3. Diagnosis lain, seperti ditemukan 6 dari beberapa fenomen aklinis, laboratoris, dan
radiologis sebagai tercantum dibawah ini:
a. Lebih dari sekali mengalami serangan arthritis akut.
b. Terjadi peradangan secara maksimal dalam satu hari.
c. Serangan artrtis monoartikuler.
d. Kemerahan di sekitar sendi yang meradang.
e. Sendi metatarsophalangeal pertama (ibu jari kaki) terasa sakit atau
membengkak.
f. Serangan unilateral pada sendi tarsal (jari kaki).
g. Serangan unilateral pada sendi MTP 1.
h. Dugaan tophus (deposit besar dan tidak teratur dari natrium urat) di kartilago
artikular (tulang rawan sendi) dan kapsula sendi.
i. Hiperurikemia.
j. Pembengkakan sendi secara asimetris (satu sisi tubuh saja).
Diagnosis pasti dari artritis gout ditentukan hanya dengan membuktikan adanya
kristal asam urat dalam cairan sinovia/bursa atau tophus.
E. GAMBARAN KLINIK DAN LABORATORIUM
Umur: Biasanya manula
Gender: Umur >45 lebh banyak perempuan
Umur <45 lebih banyak laki-laki
Tahap Asimtomatik
Tahap ini merupakan gejala awal, tanpa disertai gejala spesifik. Pada tahap ini
terjadi peningkatan asam urat (hiperurisemia) tanpa disertai gejala arthritis, tofus atau
batu urat di saluran kemih. Apabila terjadi kelainan enzim, kelainan ini timbul sejak
lahir. Pada pria muncul setelah akil balik dan wanita setelah menapouse.
Tahap Akut
Tahap ini ditandai serangan nyeri hebat di persendian secara mendadak
disertai panas dan kemerahan. Kebanyakan serangan akut terjadi pada ibu jari kaki.
Serangan biasa terjadi tengah malam menjelang pagi. Serangan muncul mendadak
tanpa disertai keluhan dan mencapai puncak dalam waktu 24 jam. Kadar asam urat tak
terlalu tinggi. Rasa nyeri biasanya menghilang setelah 10 hari.
Tahap Interkritikal
Merupakan interval diantara 2 serangan akut. Penderita yang pernah
mengalami serangan pertama bukan berarti tidak pernah mengalami serangan lagi
walau ada juga yang tak pernah mengalami serangan lagi. Kebanyakan penderita
mengalami serangan kedua setelah 6 – 12 bulan, tetapi ada pula yang mengalaminya
setelah 5-10 tahun. Hal ini tergantung kondisi penderita. Serangan ulang biasanya lebih
berat, lebih lama dan menyerang lebih dari satu sendi.
Tahap Kronik
Tahap ini ditandai dengan pembentukan tofus, yang biasanya dibentuk setelah
11 tahun serangan pertama. Tahap ini terjadi apabila penyakit diabaikan. Pada tahap ini
frekuensi serangan biasanya sampai 4 – 5 kali dalam setahun. Lama nyeri lebih lama,
bahkan terus menerus disertai bengkak dan kaku sendi. Pembentukan tofus
dipengaruhi oleh kadar asam urat darah, fungsi ginjal dan faktor setempat. Jika kadar
asam urat 11 mg/dl ditemukan tofu pada beberapa tempat. Seperti tulang rawan,
tendon, jaringan lemak dan lainnya Tofu yang besar mudah terlihat dan dapat
menimbulkan kecacatan seperti sendi kaku dan menonjol.
Nilai laboratorium: Tidak ada test yang spesifik dan Laju Endap Darah normal.
F. PENATALAKSANAAN
Tujuan pengobatan pada penderita artritis gout adalah untuk mengurangi rasa nyeri,
mempertahankan fungsi sendi dan mencegah terjadinya kelumpuhan. Terapi yang diberikan
harus dipertimbangkan sesuai dengan berat ringannya artrtitis gout (Neogi, 2011).
Penatalaksanaan utama pada penderita artritis gout meliputi edukasi pasien tentang diet,
lifestyle, medikamentosa berdasarkan kondisi obyektif penderita, dan perawatan
komorbiditas (Khanna et al, 2012). Pengobatan artritis gout bergantung pada tahap
penyakitnya.
Hiperurisemia asiptomatik biasanya tidak membutuhkan pengobatan. Serangan akut
artritis gout diobati dengan obat-obatan antiinflamasi nonsteroid atau kolkisin. Obat-obat ini
diberikan dalam dosis tinggi atau dosis penuh untuk mengurangi peradangan akut sendi
(Carter, 2006). Beberapa lifestyle yang dianjurkan antara lain menurunkan berat badan,
mengkonsumsi makanan sehat, olahraga, menghindari merokok, dan konsumsi air yang
cukup.
Modifikasi diet pada penderita obesitas diusahakan untuk mencapai indeks masa
tubuh yang ideal, namun diet yang terlalu ketat dan diet tinggi protein atau rendah
karbohidrat (diet atkins) sebaiknya dihindari. Pada penderita artritis gout dengan riwayat
batu saluran kemih disarankan untuk mengkonsumsi 2 liter air tiap harinya dan menghindari
kondisi kekurangan cairan. Untuk latihan fisik penderita artritis gout sebaiknya berupa
latihan fisik yang ringan, karena dikhawatirkan akan menimbulkan trauma pada sendi
(Jordan et al, 2007). Penanganan diet pada penderita artritis gout dikelompokkan menjadi 3
kelompok, yaitu avoid, limit, dan encourage. Pada penderita yang dietnya diatur dengan baik
mengalami penurunan kadar urat serum yang bermakna (Khanna et all, 2012).
Tujuan terapi serangan artritis gout akut adalah menghilangkan gejala, sendi yang
sakit harus diistirahatkan dan terapi obat dilaksanakan secepat mungkin untuk menjamin
respon yang cepat dan sempurna. Ada tiga pilihan obat untuk artritis gout akut, yaitu NSAID,
kolkisin, kortikosteroid, dan memiliki keuntungan dan kerugian. Pemilihan untuk penderita
tetentu tergantung pada beberapa faktor, termasuk waktu onset dari serangan yang
berhubungan dengan terapi awal, kontraindikasi terhadap obat karena adanya penyakit lain,
efikasi serta resiko potensial.NSAID biasanya lebih dapat ditolerir dibanding kolkhisin dan
lebih mempunyai efek yang dapat diprediksi (Depkes, 2006). Untuk penderita artritis gout
yang mengalami peptic ulcers , perdarahan atau perforasi sebaiknya mengikuti standar atau
guideline penggunaan NSAID. Kolkisin dapat menjadi alternatif namun memiliki efek kerja
yang lebih lambat dibandingkan dengan NSAID. Kortikosteroid baik secara oral,
intraartikular, intramuskular, ataupun intravena lebih efektif diberikan pada gout
monoartritis, penderita yang tidak toleran terhadap NSAID dan penderita yang mengalami
refrakter terhadap pengobatan lainnya (Jordan et al, 2007). Untuk mendapatkan hasil yang
optimal, sebaiknya pengobatan serangan artritis gout diobati dalam 24 jam pertama
serangan, salah satu pertimbangan pemilihan obat adalah berdasarkan tingkatan nyeri dan
sendi yang terkena.
Terapi kombinasi dapat dilakukan pada kondisi akut yang berat dan serangan artritis
gout terjadi pada banyak sendi besar. Terapi kombinasi yang dilakukan adalah kolkisin
dengan NSAID, kolkisin dan kortikosteroid oral, steroid intraartikular dan obat lainnya. Untuk
kombinasi NSAID dengan kortikosteroid sistemik tidak disarankan karena dikawatirkan
menimbulkan toksik pada saluran cerna (Khanna et al, 2012).
Obat golongan NSAID yang di-rekomendasikan sebagai lini pertama pada kondisi
artritis gout akut adalah indometasin, naproxen, dan sulindak. Ketiga obat tersebut dapat
menimbulkan efek samping serius pada saluran cerna, ginjal, dan perdarahan saluran cerna.
Obat golongan cyclooxigenase 2 inhibitor (COX 2 inhibitor) seperti celecoxib merupakan
pilihan pada penderita artritis gout dengan masalah pada saluran cerna (Cronstein dan
Terkeltaub, 2006).
Bir bukan hanya berisi alkohol tetapi juga purin. Standard bir selain mengandung
alkohol, juga mengandung 8mg purin per 100ml.
H. INTERAKSI ZAT GIZI DENGAN OBAT
1. Parasetamol
• ACR (American College of Rheumatology) merekomendasikan parasetamol
sebagai obat pertama dalam penatalaksanaan nyeri, karena relatif aman, efikasi,
dan harga murah dibanding NSAID.
• Penghilang rasa sakit setara dengan aspirin, naproksen, ibuprofen, dan beberapa
NSAID bagi beberapa pasien dengan OA. Walau demikian ada beberapa pasien
mempunyai respons lebih baik dengan NSAID
• Tidak mengurangi peradangan
• Tidak mengiritasi lambung, relatif lebih aman, harga lebih murah
• Peringatan: pasien dengan penyakit hati, peminum berat alkohol, dan yang
minum antikoagulan atau NSAID harus hati-hati minum parasetamol
• Drug of choice bagi pasien dengan masalah ginjal
Efek yang merugikan (Adverse Effect) Parasetamol walaupun aman, tetap ada
risiko, terutama bagi individu yang mempunyai risiko sakit hati atau pemakaian overdosis
atau konsumsi alkohol, akan menimbulkan hepatoksisitas, kemungkinan dapat terjadi
sampai fatal. 2 Kemungkinan juga pada pemakaian jangka panjang akan mengganggu ginjal.
Interaksi Obat-Obat yang dapat meningkatkan risiko hepatoksisitas yaitu Barbiturat,
Hidantoin, INH, Karbamazepin, Rifampisin
2. NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drug)
NSAID adalah suatu kelas obat yang dapat menekan inflamasi melalui inhibisi
enzim cyclooxygenase (COX). Efek penting dalam mengurangi rasa sakit. NSAID
memberikan rasa nyaman bagi banyak orang dengan masalah persendian kronis,
tetapi juga menimbulkan masalah penyakit gastrointestinal yang serius.
NSAID dipakai bila parasetamol tidak efektif, atau untuk OA inflamatori. Semua
NSAID dan aspirin memiliki efek analgesik dan antiinflamatori yang hamper sama.
Efek analgesik mulai terasa dalam waktu jam-an, sedangkan antiinflamasi terasa
setelah 2-3 minggu dengan terapi yang terus menerus.
Dari penelitian tidak ditemukan ranking efikasi. Dokter menyadari pasien akan
memilih berdasarkan pengalaman pribadinya. Untuk menilai efikasi obat untuk
pasien, harus dicoba selama 2-3 minggu untuk satu macam obat dengan dosis yang
dibutuhkan. Bila gagal dicoba NSAID lain sampai ditemukan yang efektif. Pasien
diberi informasi dan harus patuh. Mengkombinasikan 2 NSAID dalam waktu yang
sama, tidak ada gunanya, karena akan meningkatkan efek yang tidak diinginkan
tanpa ada keuntungan. COX-2 inhibitor mempunyai efikasi sama dengan NSAID non
spesifik dalam berfungsi sebagai analgesik
http://eprints.umm.ac.id/48703/3/BAB%20II.pdf
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/4182/4546
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/475/476
https://pdfs.semanticscholar.org/fff5/5ff76cfbd4d700b24f3e288651ffd7a1f003.pdf
https://www.scribd.com/document/363603284/Panduan-Asuhan-Gizi-Penyakit-Gout-Artritis