Anda di halaman 1dari 7

TEKNIK MARMET (MEMERAH ASI MENGGUNAKAN TANGAN)

A. MONITORING
1. Fase pra interaksi/pembukaan
a) Kegiatan Penyuluhan :

1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan
5. Menjelaskan proses penyuluhan
6. Kontrak waktu
b) Waktu
5 menit
c) Kegiatan Audience

1. Menjawab salam
2. Mendengar, memperhatikan
3. Mendengar, memperhatikan
4. Mendengar,memperhatikan
5. Merespon
d) Metode
Lisan

2. Fase Interaksi/Pelaksanaan
a) Kegiatan Penyuluhan
1. Apersepsi pasien
2. Penyampaian materi mengenai:
a. Pengertian teknikmarmet.
b. Manfaatteknikmarmet.
c. Langkahteknikmarmet.
b) Waktu
20 menit
c) Kegiatan Audience

1. Menjawab
2. Memperhatikan
3. Mendemonstrasikan
d) Metode
Lisan

3. Fase Terminasi/Penutup
a) Kegiatan Penyuluhan
1. Menyimpulkan materi
2. Memberikan kesempatan pada audience untuk bertanya.
3. Memberikan pertanyaan pada audience
4. Menyimpulkan jawaban
5. Mengucapkanterima kasih
6. Menutup dengan salam
b) Waktu
5 menit
c) Kegiatan Audience

1. Mendengarkan
2. Bertanya materi yang kurang paham
3. Memperhatikan dan menjawab pertanyaan.
4. Mendengarkan
5. Mendengarkan dan mampelajari materi
a. Menjawab salam
d) Metode
Lisan

B. EVALUASI
1. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Mempersiapkan alat 1 hari sebelumnya untuk microteaching.
b. Kontrak waktu, tempat dengan audience 1 hari sebelumnya.
c. Mempersiapkan materi 1 hari sebelumnya.
d. Media yang digunakan adalah leaflet.
e. Waktu penyuluhan selama 30 menit

2. Evaluasi Proses
a. Mahasiswa mampu memberikan informasi dengan jelas dengan menggunakan media.
b. Anggota yang hadir aktif , antusias mengikuti prose penyuluhan sampai selesai
mengikuti dan mendengarkan materi yang disampaikan .
3. Evaluasi Hasil : Tes lisan pada akhir kegiatan untuk audience :
a. Mampu menjelaskan pengertian teknik marmet .
b. Mampu menyebutkan manfaat teknik marmet.
c. Mampu menjelaskan langkah teknik marmet.
d. Mampu endemonstrasikan teknik marmet.

C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN MARMET

Sasaran utama hasil Tatanan

- Rumah tangga
Sasaran Tersier Kebijakan
- Institusi pendidikan
dprd, kadaerah berwawasankesehatan
- Tempat kerja

- Tempat umum
Sasaran Sekunder
pkk, kader Kemitraan & opini

Sasaran Primer - Sarana kesehatan


Individu Unit Gerakan Masyarakat
Kerja Mandiri
1. Advokasi – Marmet

Sasaran Metode komunikasi Hasil yang diharapkan


persuasif

Penentu kebijakan DPRD - Seminar sehari - Kebijakan public


- Lobby,petisi - Peraturan
- Perundangan
- Dukungan, fasilitas
Masyarakat : - Advokasi lewat media - Koalisi
- Kampanye - Jaringankerja
- Pkk, kader - Kemitraan
- Org. profesi
- Media massa
Masyarakatluas : Kiedalam acara formal Kebijakan dalam tatanan
(rembugdesa, peringatan rumah tangga, rt, rw.
Individu / kepalakeluarga /rt/ hari besar, harikesehatan), Desa
rw / desa informal

2. Bina suasana

Sasaran Metode Hasil yang diharapkan

Tokoh masyarakat - studi banding - norma social


- pertemuan berkala - kondisi / situasi kondusif
- kunjungan untuk ibu menyusui
lapangan
- kampanye
Duniausaha / - loka karya mini - kemitraan
swasta - diskusi meja - kondisi / situasi kondusif
bundar untuk ibu menyusui
Pkk, kader, dll - pelatihan, - jaringan kerja
penyuluhan - koalisi
Organisasi profesi, - konferensi pers - kemitraan
media masa - dialog terbuka - norma social

3. Gerakan masyarakat (Empowerment)

Karakteristik
masyarakat Metode hasil yang di harapkan
Kelompok masyarakat
peduli :

- Kebutuhan ASI pada


anak
Masyarakat pembina - KIE - Ibu menyusui

- pengembangan institusi: Bersedia melakukan


Masyarakat setara jpkm teknik tersebut
Berpartisipasi dengan
- pendekatan hukum dan KIE, shering /diskusi
Masyarakat pemula regulaassi tentang Marmet

D. UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR TENTANG MARMET

ASI Eksklusif  sudah diatur oleh Negara.  Terdapat dalam Pengaturan mengenai
pemberian air susu ibu (“ASI”) eksklusif diatur dalam Pasal 128 UU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan ( “ UU Kesehatan ” ).
Catatan AIMI tentang Pasal 128 :
Tidak dijelaskan secara terperinci, apa sajakah kriteria “indikasi medis” yang dapat
menyebabkan seorang ibu tidak dapat memberikan ASI. Dalam penjelasan hanya disebutkan
bahwa indikasi medis ini ditetapkan oleh tenaga medis. AIMI menyarankan bahwa yang
dimaksud dengan ”indikasi medis” tersebut hendaknya mengacu pada ketentuan World Health
Organization (WHO) No. WHO/NMH/NHD/09.01 WHO/FCH/CAH/09.01 regarding
Acceptable medical reasons for use of breast-milk substitutes tahun 2009.
Selain itu Pemberian ASI eksklusif juga telah diatur dalam Peraturan Bersama Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Menteri
Kesehatan No. 48/MEN.PP/XII/2008, PER.27/MEN/XII/2008, dan
1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu
Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja (“Peraturan Bersama”). Dalam Peraturan Bersama
tersebut antara lain disebutkan bahwa Peningkatan Pemberian ASI selama waktu kerja di tempat
kerja adalah program nasional untuk tercapainya pemberian ASI eksklusif 6 (enam) bulan dan
dilanjutkan pemberian ASI sampai anak berumur 2 (dua) tahun (lihat Pasal 1 angka 2).
Kemudian, berdasarkan Peraturan Bersama, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
bertugas dan bertanggung jawab mendorong pengusaha/pengurus serikat pekerja/serikat buruh
agar mengatur tata cara pelaksanaan pemberian ASI dalam Peraturan Perusahaan atau Perjanjian
Kerja Bersama dengan mengacu pada ketentuan Peraturan Perundang-undangan
Ketenagakerjaan (lihat Pasal 3 ayat [2] huruf a).

Anda mungkin juga menyukai