Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MODEL DAN METODE


KOMUKASI

DISUSIN OLEH
1. M. ALDINO OKKA NUR UTAMA
2. AMALIA FATICHA
3. ANANG ADI SETIAWAN
4. ERNA AMELIA NOVIYANTI
5. ESA LALITA CANDRA

PROGRAM SETUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
TAHUN 2018/2019
 
KATAPENGANTAR

 
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul MODEL DAN METODE KOMUNIKASI. Makalah ini di susun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN, Program Studi S1 Keperawatan.

Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari  berbagai
layanan internet. Oleh karena itu, Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi untuk saya maupun untuk semuanya.

Kendal,5 April 2019


A. Definisi

1. Model Komunikasi Shannon dan Weaver


Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan salah satu model
komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi Shannon dan Weaver.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Model Komunikasi Shannon Weaver

Dalam model komunikasi Shannon dan Weaver terdapat 6 (enam) elemen yaitu :

 Pengirim (Sender/Information source) – orang yang membuat pesan, memilih media


yang akan digunakan dan mengirimkan pesan.
 Encoder (Transmitter) – orang yang menggunakan mesin yang mengubah pesan ke
dalam bentuk sinyal atau data biner. Dimungkinkan juga encoder merujuk pada mesin itu
sendiri.
 Media (Channel) – media yang digunakan untuk mengirim pesan.
 Decoder (Transmitter) – mesin yang digunakan untuk mengubah sinyal atau data biner
ke dalam bentuk pesan atau penerima pesan yang menginterpretasikan pesan dari sinyal
yang diberikan.
 Penerima (Receiver/Destination) – orang yang menerima pesan atau tempat dimana
pesan harus dijangkau. Penerima pesan memberikan umpan balik berdasarkan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim.
 Gangguan (Noise) – gangguan fisik seperti lingkungan, manusia, dan lain-lain yang
tidak membiarkan pesan diterima dengan baik oleh penerima pesan.

Pengirim pesan menyandi pesan dan mengirimkannya kepada penerima pesan melalui media.
Pengirim mengubah pesan ke dalam berbagai kode yang dapat dipahami ke dalam mesin. Pesan
dikirim dalam bentuk kode melalui media. Penerima harus menerima sandi pesan sebelum
memahami dan menginterpretasikannya. Mesin penerima dapat juga berperan sebagai penerima
sandi dalam beberapa kasus. Media dapat mengalami gangguan dan penerima bisa saja tidak
memiliki kapasitas untuk melakukan sandi-awa sehingga menyebabkan masalah dalam proses
komunikasi.

Menurut model ini, terdapat tiga macam permasalahan komunikasi, yaitu masalah teknis,
masalah semantik, dan masalah efektifitas.
 Masalah teknis – masalah yang disebabkan oleh channel.
 Masalah semantik – adanya perbedaan dalam mengartikan pesan yang dikirim dan
diterima.
 Masalah efektivitas – reaksi penerima terhadap pesan yang disampaikan.

Model ini pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki teknis komunikasi utamanya komunikasi
melalui telepon dengan tujuan memaksimalkan kapasitas telepon dan meminimalkan gangguan.
Namun dalam perkembangannya, model ini kemudian diterapkan bagi seluruh bentuk
komunikasi untuk mengembangkan komunikasi yang efektif.

b. Karakteristik Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Model komunikasi Shannon dan Weaver memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

 Komunikasi berlangsung dalam dua proses yang membuatnya sebagai model yang dapat
diterapkan dalam semua bentuk komunikasi.
 Konsep gangguan atau noise membantu dalam membuat komunikasi efektif dengan cara
menghilangkan gangguan atau masalah yang menyebabkan berbagai gangguan.
 Hanya dapat diterapkan dengan baik pada komunikasi interpersonal dibandingkan dengan
komunikasi massa atau komunikasi kelompok.
 Penerima pesan berperan sebagai bagian yang pasif dalam proses komunikasi.
 Pengirim pesan berperan aktif dalam mengirim pesan.
 Umpan balik tidak begitu penting jika dibandingkan dengan pesan yang dikirimkan oleh
pengirim
2. Model Komunikasi Lasswell
Harold D. Lasswell (1948) mengembangkan model komunikasi yang dikenal dengan model
komunikasi Lasswell. Model komunikasi Lasswell merupakan salah satu model komunikasi
linear atau model komunikasi satu arah dan merupakan model komunikasi yang sangat
berpengaruh.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Lasswell

Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell memiliki 5 (lima) komponen, yaitu :

 who (sender) – komunikator atau pengirim atau sumber pesan.


 says what (message) – isi pesan.
 channel (media) – medium atau media.
 to whom (receiver) – penerima pesan atau khalayak.
 with what effect (feedback) – umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan kepada
pengirim pesan.

Kelima komponen tersebut seringkali dijadikan sebagai bahan analisis atau kajian untuk
mengevaluasi masing-masing komponen dan proses komunikasi secara keseluruhan. Adapun
analisis yang dilakukan terhadap kelima komponen komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :

 Analisis kontrol, umumnya dilakukan untuk membantu pengirim pesan untuk memiliki
seluruh kekuatan.
 Analisis isi, umumnya dikaitkan dengan stereoptipe dan representasi perbedaan
kelompok politik dan berhubungan dengan tujuan pesan yang disampaikan.
 Analisis media, umumnya mengkaji pemilihan media yang akan digunakan untuk
mencapai khalayak
 Analisis khalayak, umumnya mengkali siapa yang menjadi target sasaran.
 Analisis efek, umumnya dilakukan sebelum proses dimulai dengan tujuan untuk
memprediksi efek pesan terhadap target sasaran

Model komunikasi Lasswell awalnya dikembangkan untuk menganalis komunikasi massa,


khususnya studi tentang media propaganda. Namun, pada perkembangannya, model ini
digunakan pula untuk menganalisis komunikasi interpersonal atau komunikasi kelompok yang
menjadi sasaran diseminasi pesan. Selain itu, Lasswell juga membawa konsep proses komunikasi
yang efektif. Menurutnya, terdapat hubungan antara penyajian fakta-fakta dengan bagaimana
fakta-fakta tersebut dapat menyebabkan efek yang berbeda. Penggunaan konsep efek membuat
model Laswell tidak seperti namanya. Hal ini dikarenakan efek dapat berperan juga
sebagai feedback atau umpan balik.

b. Karakteristik Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

 Komunikasi berlangsung satu arah.


 Tidak konsisten karena menyatakan adanya konsep efek.
 Tidak menyertakan umpan balik.
 Mengabaikan kemungkinan adanya hambatan-hambatan komunikasi.
 Dipandang sangat umum dan hanya mencakup tema-tema tradisional.
 Merupakan dasar propaganda karena lebih menitikberatkan pada hasil keluaran.
 Umumnya digunakan untuk media persuasi
3. Model Komunikasi Berlo
David K. Berlo (1960) merumuskan sebuah model komunikasi linear yang merupakan
pengembangan dari model komunikasi Shannon dan Weaver. Model komunikasi dari David K.
Berlo disebut dengan Model Komunikasi SMCR (Sender-Message-Channel-Receiver). Menurut
Berlo, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berbagai komponen yang dimiliki oleh
individu dalam komunikasi yang membuat komunikasi berlangsung secara lebih efisien. Faktor-
faktor tersebut adalah keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya.

a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Berlo

Model Komunikasi SMCR

Model komunikasi SMCR juga menitikberatkan pada proses encoding dan decoding yang terjadi


sebelum pengirim mengirim pesan dan sebelum penerima menerima pesan.

Dalam model ini terdapat beberapa komponen yaitu sender, message,


channel, dan receiver dimana masing-masing komponen dipengaruhi oleh beberapa faktor.

1. Pengirim (sender)

Sumber pesan atau orang yang mengorganisasi pesan. Seorang pengirim pesan atau sumber
pesan mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
pengirim pesan dan penerima pesan, yaitu :

 Keterampilan komunikasi – Jika pengirim pesan memiliki keterampilan komunikasi


yang baik, maka pesan akan lebih mudah dikomunikasikan dibandingkan dengan
pengirim pesan yang tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Keterampilan
komunikasi mencakup keterampilan berbicara, keterampilan membaca, keterampilan
menulis, keterampilan mendengarkan, dan lain-lain.
 Sikap – Sikap yang dimiliki oleh pengirim pesan untuk menciptakan efek pesan.
 Pengetahuan – Pengetahuan yang dimiliki oleh pengirim pesan dapat membuat pesan
dapat dikomunikasikan secara lebih efektif.
 Sistem sosial – Sistem sosial yang mencakup nilai, kepercayaan, hukum, aturan, agama
dan lain-lain serta tempat dan situasi mempengaruhi cara pengirim pean dalam
mengkomunikasikan pesan. Hal ini menciptakan perbedaan dalam membuat pesan.
 Budaya – perbedaan budaya menyebabkan perbedaan dalam menyampaikan pesan.

2. Pesan (message)

Pesan adalah hal substansif yang dikirimkan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Pesan
dapat berbentuk suara, teks, video atau lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah
:

 Isi pesan – Merupakan sesuatu yang terdapat dalam pesan.


 Elemen pesan – Elemen pesan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pesan
nonverbal yang melekat dalam isi seperti gesture, tanda Bahasa sebagai alat komunikasi
dan lain-lain.
 Perlakuan – Cara pesan dikirimkan kepada penerima pesan yang menimbulkan efek
berupa umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan.
 Struktur pesan – Pola pembentukan pesan dapat mempengaruhi efektivitas pesan.
 Kode – Bentuk dimana pesan dikirimkan bisa berupa teks, video, dan lain-lain.

3. Media (channel)

Media yang digunakan untuk mengirim pesan misalnya telepon, internet sebagai media
komunikasi dan lain-lain dan biasanya digunakan dalam komunikasi bermedia (media massa
atau media baru). Namun, jika merujuk pada bentuk atau konteks komunikasi lain seperti
misalnya komunikasi interpersonal maka media komunikasi yang dimaksud merujuk pada
kelima rasa melalui panca indera yang dimiliki oleh manusia. Kelima rasa inilah yang turut
mempengaruhi arus dan efektivitas komunikasi. Kelima rasa tersebut adalah mendengarkan,
melihat, menyentuh, mencium, dan merasakan.

 Mendengar – pesan yang diterima melalui indera pendengaran.


 Melihat – pesan yang diterima melalui indera penglihatan mencakup pesan nonverbal.
 Menyentuh – sebagian pesan nonverbal terjadi melalui sentuhan seperti menepuk
pundak.
 Mencium – pesan yang diterima melalui indera penciuman.
 Merasakan – pesan yang diterima melalui indera perasa.

4. Penerima (receiver)

Orang yang menerima pesan yang dikirmkan oleh pengirim pesan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penerima pesan sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengirim pesan,
yaitu :
 Keterampilan komunikasi – Penerima pesan yang memiliki keterampilan komunikasi
(keterampilan berbicara, keetrampilan menulis, keterampilan membaca, kemampuan
mendengarkan dan lain-lain) yang baik akan dapat menerima pesan dengan baik.
 Sikap – sikap yang dimiliki oleh penerima pesan untuk menerima pesan.
 Pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki oleh penerima pesan dapat membuat pesan
mudah diterima dengan baik oleh penerima pesan.
 Sistem sosial – Sistem sosial (nilai, kepercayaan, hukum, aturan, agama, dan lain-lain)
mempengaruhi cara menerima pesan yang menyebabkan perbedaan dalam menerima
pesan.
 Budaya – perbedaan budaya dapat menyebabkan perbedaan dalam menerima pesan.

b. Karakteristik Model Komunikasi Berlo

Model komunikasi Berlo memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

 Fokus pada proses encoding dan  decoding.


 Komponen komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
 Tidak adanya konsep umpan balik.
 Efek komunikasi tidak dapat diketahui.
 Tidak ada konsep gangguan atau noise atupun berbagai hambatan proses komunikasi
lainnya,
 Komunikasi berlangsung satu arah.
 Baik pemberi pesan atau penerima pesan memiliki kesamaan jika dilihat dari faktor-
faktor yang mempengaruhi keduanya
4. MODEL LEARY

Dikembangkan oleh Leary (1950-an) Leary mengembangkan modelnya berdasarkan


pengalamannya sebagai therapist dengan pasien dalam psychotherapy.Dia mengamati bahwa
perilakunya berbeda dengan setiap pasiennya (yang berbeda) dalam setiap pertemuan. Dia
menemukan bahwa pasiennya terpengaruh dengan cara dia berperilaku terhadap mereka.
Dalam perspektif model Leary, setiap komunikasi pesan
yang terjadi dapat dilihat dalam dua dimensi: dominan-patuh, dan benci-cinta.

Kedua dimensi tersebut terdapat dalam tingkatan


hubungan interaksi.
Ada dua aturan untuk mengatur dua dimensi ini berfungsi
dalam interaksi manusia:

 Perilaku dominan atau patuh biasanya meransang perilaku berlawanan dari orang lain;
dengan kata lain bertindak secara dominan akan membuat orang lain bertindak patuh,
atau bertindak tidak berdaya membuat orang lain bertindak dominan.
 Perilaku membenci atau mencintai biasanya meransang perilaku yang sama dari orang
lain. Ini berarti bahwa bertindak baik biasanya mendorong orang lain berbuat kebaikan,
sementara berperilaku bermusuhan akan menstimulasi munculnya sikap agresif dari
orang lain.

 Leary menyatakan bahwa aturan tersebut terjadi secara refleks. Perilaku komunikasi kita
secara otomatis menstimulasi apakah dominan atau patuh; cinta atau benci terhadap
orang lain.
 Kekuatan model Leary : transaksional dalam komunikasi dengan adanya kekuatan dan
afiliasi dalam interaksi manusia.
5. Imogene M. King
Pada tahun 1971 King memperkenalkan suatu model konseptual yang terdiri atas tiga sistem
yang saling berinteraksi. Model keperawatan terakhir dari King memadukan tiga sistem interaksi
yang dinamis-personal,interpersonal, dan sosial yang mengarah pada perkembangan teori
pencapaiantujuan (King,1981 dalam Christensen J.P, 2009).

Konsep yang ditempatkan dalam sistim personal karena merekaterutama berhubungan dengan
individu, sedangkan konsep yang ditempatkandalam sistim interpersonal karena menekankan
pada interaksi antara duaorang atau lebih. Konsep yang ditempatkan dalam sistem sosial
karenamereka menyediakan pengetahuan untuk perawat agar berfungsi di dalamsistim yang lebih
besar (King, 1995a, p.18 – 19 dalam Tomey & Alligood,2006). Dalam interpersonal sistem
perawat-klien berinteraksi dalam suatuarea (space). Menurut King, intensitas dari interpersonal
system sangatmenentukan dalam menetapkan pencapaian tujuan keperawatan.Adapun beberapa
karakteristik teori Imogene King (Christensen &Kenney,1995):

1. Sistem personal adalah individu atau klien yang dilihat sebagai sistemterbuka, mampu
berinteraksi, mengubah energi, dan informasi denganlingkungannya. Individu merupakan
anggota masyarakat, mempunyai perasaan, rasional, dan kemampuan dalam bereaksi,
menerima,mengontrol, mempunyai maksud-maksud tertentu sesuai dengan hak
danrespon yang dimilikinya serta berorientasi pada tindakan dan waktu.Sistem personal
dapat dipahami dengan memperhatikan konsep yang berinteraksi yaitu: persepsi, diri,
gambaran diri, pertumbuhan dan perkembangan, waktu dan jarak.
2. Sistem interpersonal adalah dua atau lebih individu atau grup yang berinteraksi. Interaksi
ini dapat dipahami dengan melihat lebih jauh konseptentang peran, interaksi, komunikasi,
transaksi, stress, koping.
3. Sistem sosial merupakan sistem dinamis yang akan menjaga keselamatanlingkungan. Ada
beberapa hal yang dapat mempengaruhi perilakumasyarakat, interaksi, persepsi, dan
kesehatan. Sistem sosial dapatmengantarkan organisasi kesehatan dengan memahami
konsep organisasi,kekuatan, wewenang, dan pengambilan keputusan.

Konsep Interaksi Imogene M. King

King mempunyai asumsi dasar terhadap kerangka kerja konseptualnya, bahwa manusia
seutuhnya ( Human Being) sebagai sistem terbuka yang secarakonsisten berinteraksi dengan
lingkungannya. Asumsi dasar King tentangmanusia seutuhnya ( Human Being) meliputi sosial,
perasaan, rasional, reaksi,kontrol, tujuan, orientasi kegiatan dan orientasi pada waktu.
Dari keyakinannya tentang human being ini, King telah menderivatasumsi tersebut lebih spesifik
terhadap interaksi perawat – klien:

1. Persepsi dari perawat dan klien mempengaruhi proses interaksi.


2. Tujuan, kebutuhan-kebutuhan dan nilai dari perawat dan klienmempengaruhi interaksi
3. Individu mempunyai hak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri.
4. Individu mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
5. Profesional kesehatan mempunyai tanggung jawab terhadap pertukaran informasi.
6. Individu mempunyai hak untuk menerima atau menolak pelayanan kesehatan.
7. Tujuan dari profesional kesehatan dan tujuan dari penerima pelayanan kesehatan dapat
berbeda.

Dalam interaksi tersebut terjadi aktivitas-aktivitas yang dijelaskan sebagai sembilan konsep
utama, dimana konsep-konsep tersebut saling berhubungan dalam setiap situasi praktek
keperawatan (Christensen J.P,2009), meliputi:

1. Interaksi, King mendefenisikan interaksi sebagai suatu proses dari persepsidan


komunikasi antara individu dengan individu, individu dengankelompok, individu dengan
lingkungan yang dimanifestasikan sebagai perilaku verbal dan non verbal dalam
mencapai tujuan.
2. Persepsi diartikan sebagai gambaran seseorang tentang realita, persepsi berhubungan
dengan pengalaman yang lalu, konsep diri, sosial ekonomi,genetika dan latarbelakang
pendidikan.
3. Komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian informasi dari seseorang kepada
orang lain secara langsung maupun tidak langsung.
4. Transaksi diartikan sebagai interaksi yang mempunyai maksud tertentudalam pencapaian
tujuan. Yang termasuk dalam transaksi adalah pengamatan perilaku dari interaksi
manusia dengan lingkungannya.
5. Peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya dalam
sistem sosial. Tolok ukurnya adalah hak dankewajiban sesuai dengan posisinya.
6. Stress diartikan sebagai suatu keadaan dinamis yang terjadi akibatinteraksi manusia
dengan lingkungannya. Stress melibatkan pertukaranenergi dan informasi antara manusia
dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol stressor.
7. Tumbuh kembang adalah perubahan yang kontinue dalam diri individu.Tumbuh kembang
mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilakuyang kondusif untuk membantu
individu mencapai kematangan.
8. Waktu diartikan sebagai urutan dari kejadian/peristiwa kemasa yang akandatang. Waktu
adalah perputaran antara satu peristiwa dengan peristiwayang lain sebagai pengalaman
yang unik dari setiap manusia.
9. Ruang adalah sebagai suatu hal yang ada dimanapun sama. 

Ruang adalah area dimana terjadi interaksi antara perawat dengan klien.Konsep hubungan
manusia menurut King terdiri dari komponen :
1. Aksi merupakan proses awal hubungan dua individu dalam berperilaku,dalam memahami
atau mengenali kondisi yang ada dalam keperawatan yang digambarkan melalui
hubungan perawat dan klien untuk melakukankontrak untuk pencapaian tujuan.
2. Reaksi adalah suatu bentuk tindakan yang terjadi akibat adanya aksi danmerupakan
respon individu.
3. Interaksi merupakan suatu bentuk kerjasama yang saling mempengaruhiantara perawat
dan klien, yang diwujudkan dalam bentuk komunikasi.
4. Transaksi merupakan kondisi dimana antara perawat dan klien terjadisuatu persetujuan
dalam rencana tindakan keperawatan yang akandilakukan (Murwani A, 2009).

Penegasan Teoritis

Dalam teori pencapaian tujuannya, King (1981;149) memberikan Proposisi berikut, yang
memperlihatkan dan menggambarkan hubungan konsep-konsep King.

1. Jika terdapat kekuatan perseptual dalam interaksi perawat-klien makaakan terjadi


transaksi
2. Jika perawat dan klien melakukan transaksi, maka tujuan akan dicapai.
3. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi kepuasan.
4. Jika tujuan dicapai, maka akan terjadi askep yang efektif.
5. Jika transaksi dibuat dalam interaksi perawat-klien, maka tumbuhkembang akan
meningkat.
6. Jika harapan peran dan performa peran yang dirasakan oleh perawat danklien sesuai,
maka akan terjadi transaksi.
7. Jika konflik peran dialami oleh perawat atau klien atau oleh keduanya,maka akan
menimbulkan stress dalam interaksi perawat-klien.
8. Jika perawat yang memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus mengomunikasikan
informasi yang sesuai kepada klien, maka akan terjadi penyusunan tujuan dan pencapaian
tujuan bersama.

Proposisi dalam teori pencapaian tujuan oleh King ini dapatdigambarkan dalam skema dibawah
ini :
6. Model Komunikasi Osgood dan Schramm
Model Komunikasi Schramm dikenalkan oleh Wilbur Schramm (1954) yang menggambarkan
proses komunikasi berlangsung secara dua arah baik pengirim pesan atau penerima pesan dapat
berganti peran dalam mengirim dan menerima pesan. Pesan dikirimkan setelah
proses encoding karenanya pengirim pesan juga disebut dengan Encoder. Sementara itu,
penerima pesan atau receiver disebut juga dengan decoder karena pesan yang telah di-
encode oleh pengirim pesan kemudian mengalami proses decoding yang dilakukan oleh
penerima pesan atau receiver.

Model komunikasi Schramm diadaptasi dari teori yang dikemukakan oleh Ryan A.


Osgood, karenanya model komunikasi ini disebut dengan Model Komunikasi Osgood dan
Schramm atau Model Komunikasi Encode-Decode. Melalui model ini, Osgood mengganti model
komunikasi linear dengan model proses komunikasi sirkular dan Schramm menambahkan
konsep field of experience ke dalamnya. Yang dimaksud dengan field of experience adalah hal-
hal yang mempengaruhi pemahaman dan mengeinterpretasi pesan yang umumnya meliputi
budaya, latar belakang budaya, kepercayaan, pengalaman, nilai-nilai, dan peraturan.

a. Komponen-komponen Model Komunikasi Osgood dan Schramm


Menurut model komunikasi Osgood dan Schramm, terdapat 9 (sembilan) komponen dalam
proses komunikasi, yaitu sender (transmitter), encoder, decoder, interpreter, receiver, message,
feedback, medium, dan  noise.

 Sender (transmitter) – orang yang mengirimkan pesan.


 Encoder – orang yang mengubah pesan ke dalam bentuk kode.
 Decoder – orang yang mendapatkan pesan yang telah di-encode yang telah dikirimkan
oleh encoder dan mengubahnya ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain.
 Interpreter  – orang yang mencoba untuk memahami dan menganalisa pesan. Pesan
diterima setelah interpretasi. Interpreter dan receiver adalah orang yang sama.
 Receiver – orang yang menerima pesan yang melakukan proses decoding dan
menginterpretasikan pesan-pesan aktual.
 Message – data yang dikirimkan oleh pengirim pesan dan informasi yang diterima oleh
penerima pesan.
 Feedback – proses merespon pesan yang diterima oleh penerima pesan.
 Medium – media atau saluran yang digunakan oleh pengirim pesan untuk mengirim
pesan.
 Noise – gangguan yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Gangguan juga
dapat berupa gangguan semantic dimana terjadi perbedaan dalam pemaknaan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim pesan dan pemaknaan pesan yang diinterpretasi oleh penerima
pesan.

Menurut Schramm, latar belakang individu yang terlibat dalam proses komunikasi memainkan
peranan yang sangat penting dalam komunikasi. Sebagaimana diketahui, setiap orang memiliki
latar belakang pengetahuan, pengalaman, serta budaya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan
latar belakang ini mempengaruhi setiap individu dalam menginterpretasi pesan yang diterima.

b. Karakteristik Model Komunikasi Osgood dan Schramm

Model komunikasi Osgood dan Schramm memiliki beberapa karakteristik, yaitu :

 Fokus pada  encode dan decode.


 Komunikasi berlangsung dua arah.
 Adanya konsep field of experience yang merupakan efek psikologis dapat membantu
untuk memahami proses komunikasi.
 Umpan balik bersifat tidak langsung dan lambat.
 Terdapat konsep umpan balik sehingga memudahkan bagi pengirim pesan untuk
mengetahui apakah pesan diinterpretasi dengan baik oleh penerima pesan.
 Tidak diabaikannya konsep gangguan atau noise.
 Penerima pesan dan pengirim pesan dapat bertukar peran dalam menyampaikan dan
menerima pesan.
 Bersifat dinamis dan berguna secara praktis.
 Gangguan semantik atau semantic noise merupakan konsep yang dapat membantu
memahami permasalah yang dapat terjadi selama pesan diinterpretasi.
 Konsep interpretatif membuat komunikasi menjadi efektif.
 Konsep konteks membuat faktor lingkungan dapat dimasukkan ke dalam interpretasi
pesan dan membuat perubahan dalam nilai pesan.
 Tidak sesuai atau tidak cocok untuk diterapkan dalam proses komunikasi yang sangat
kompleks.
 Hanya terdapat dua sumber utama yang berkomunikasi. Banyaknya sumber justru akan
membuat proses komunikasi mengalami komplikasi dan model komunikasi tidak dapat
diimplementasikan dengan baik.
 Dimungkinkan terjadinya perbedaan interpretasi terhadap pesan yang dikirimkan dan
pesan yang diterima
 Digunakan untuk media baru

METODE KOMUNIKASI

A. Definisi Metode Komunikasi

Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu
maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak disadari. Komunikasi
sendiri merupakan bagian dari kehidupan manusia itu sendiri, paling tidak sejak ia
dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya. Gerak dan tangis yang pertama
pada saat ia dilahirkan adalah tanda komunikasi (Widjaja, 1986).
Sementara itu, untuk menjalin rasa kemanusiaan yang akrab diperlukan saling
pengertian sesama anggota masyarakat. Dalam hal ini faktor komunikasi memainkan
peran penting, apalagi bagi manusia modern. Manusia modern yaitu manusia yang cara
berpikirnya tidak spekulatif, tetapi berdasarkan logika dan rasional (penalaran) dalam
melaksanakan segala kegiatan dan aktivitasnya.
Kegiatan dan aktivitasnya itu akan terselenggara dengan baik melalui proses
komunikasi antar manusia. Komunikasi telah menjadi bahan dari kehidupan manusia.
Berhasilnya suatu komunikasi ialah apabila kita mengetahui dan mempelajari unsur-
unsur yang terkandung dalam proses komunikasi.
Unsur-unsur yang dimaksud adalah sumber (resource), pesan (message), saluran
(chanel, media) dan penerima (receiver, audience).
Dalam proses komunikasi bersamaan tersebut diusahakan melalui tukar menukar
pendapat, penyampaian pesan informasi, serta perubahan sikap dan perilaku. Pada
hakekatnya setiap proses komunikasi terdapat unsur-unsur tersebut yaitu sumber pesan,
saluran, dan penerimaan, disamping masih terdapat pula unsur pengaruh (effects) dan
umpan balik (feed back). Bagaimanapun juga setiap komunikasi yang dilakukan
senantiasa menambah efek yang positif atau efektivitas komunikasi.

B. METODE KOMUNIKASI

1) Metode Informatif
Pengertian Informatif adalah, segala sesuatu yang memberi informasi atau
menerangkan. Apapun bentuk medianya jika dapat memberikan informasi dan
menerangkan sesuatu sehingga penerima informasi memahami apa yang di
sampaikan maka media itu dikatakan informatif, ada beberapa contoh informatif
seperti narasi informatif, dan pidato informatif.
Metode ini menjelaskan mempunyai suatu hal yang paling sederhana,
yaitu cukup dengan memberi suatu penerangan yang jelas tentang maksud pesan
kepada khalayak. Penerangan yang dimaksud adalah menyampaikan sesuatu apa
adanya yagn sesungguhnya berdasarkan data fakta dan opini yang benar jadi
khalayak dapat dengan bebas dalam merespon pesan ini.
2) Metode Persuasif
Komunikasi persuasif ini merupakan jenis komunikasi yang memiliki
tujuan untuk memberikan perngaruh kepada komunikan dari komunikator
terhadap kepercayaan, sikap, hingga perilaku komunikan. Di mana komunikasi ini
akan memberikan dampak yang membuat komunikan ini bertindak sesuai dengan
apa yang diminta oleh sang komunikator.
Dalam metode ini pada dasarnya mempunyai kesamaan dengan metode
informative. Keduanya sama-sama memberika suatu data dan fakta berdasarkan
dari pengalaman yang benar-benar terjadi dalam hidupnya. Namun perbedaanya
dengan metode informative, metode komunikasi ini lebih disengaja, terartur dan
terencana dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku manusia kearah yang
diinginkan.

 Unsur-unsur Metode Komunikasi Persuasif


 Komunikasi persuasif akan dapat terbentuk dengan baik, jika
terdapat unsur-unsur seperti yang akan dipaparkan di
sini. Aristoteles pernah berpendapat bahwa
komunikasi itu dibangun oleh tiga unsur yang fundamental
(persuader/komunikator). Tiga unsur tersebut bersifat sebagai
sumber komunikasi, materi pembicaraan yang dihasilkannya
(pesan), dan orang yang  mendengarkannya
(komunikan). Persuader merupakan orang atau individu yang
menyampaikan pesan di mana pesan tersebut memberikan
pengaruh sikap, pendapat, hingga perilaku orang lain secara verbal
maupun non verbal. Di dalam komunikasi persuasif, peran seorang
komunikator sangatlah penting dan berpengaruh. Sehingga, ia
harus memiliki nilai performa yang tinggi. Seorang
komunikator yang memiliki nilai performa yang tinggi dapat
dicirikan dari kesiapan, kesungguhan, ketulusan, kepercayaan,
ketenangan, keramahan hingga kesederhanaannya dalam
menyampaikan pesan
 Komunikan merupakan individu yang menjadi tujuan pesan itu
disampaikan oleh komunikator baik secara verbal maupun non
verbal. Kepribadian pada seorang komunikan juga mampu
memberikan pengaruh terhadap penerimaan
pesan, bahkan persepsi dan pengalaman juga mampu
mempengaruhi.
 Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif
Di dalam komunikasi persuasif, terdapat beberapa ruang lingkup
yang di antaranya sebagai berikut:
1. Komunikator/Sumber pesan atau informasi.
2. Content of the communication/pesan yang disampaikan. Pesan yang
disampikan ini bisa berupa:
 Motivating Appeals  (pesan yang mendorong, membangun, dan
memotivasi).
 Organization of persuasive arguments (pesan yang mengandung
argumen atau opini).

3. Audience Predispositions/komunikan atau individu yang menerima pesan.


4. Group conformity motives/penerima pesan bisa berupa grup atau
organisasi.
5. Individual personality factors/penerima pesan sebagai individu.
6. Media sebagai perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan.
7. Responses,  yang merupakan tangapan dari seorang komunikan terhadap
pesan yang disampaikan.
8. Konteks situasional. Ruang lingkup inilah yang merupakan suasana atu
situasi yang ad ketika pesan disampaikan.

 Bentuk-Bentuk Komunikasi Persuasif


Terdapat beberapa bentuk komunikasi persuasif, diantaranya:
1. Iklan, Di dalam iklan, komunikasi persuasfi sering kali
komunikasi jenis ini dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan
pemasran. Karena, iklan sendiri merupakan bagian dari jenis
promosi. Sehingga, iklan merupakan bagian kecil dari aktivitas
promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang menggunakan
komunikasi persuasif sebagai bahasa mengajak para calon
pelanggan untuk menggunakan produknya.
2. Dakwah, Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat menyerukan
seperti layaknya orasi namun sifatnya mengajak orang-orang untuk
berjalan ke jalan yang benar. Sehingga, aktivitas ini memerlukan
bahasa persuasif yang dapat membuat orang yang mendengar
pesan tersebut menjadi ikut pengaruh dalam bahasa dan kata-kata
yang disampaikan. Aktivtas inilah yang kerap kali dilupakan kalau
menggunakan persuasif tapi bukan dogmatis.
3.
4. Pamflet, Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif secara
verbal yang berbentuk tulisan. Bentuk ini sebenarnya masuk ke
dalam kategori iklan. Namun, pada umumnya di jaman sekarang
menjadi paradigma dalam bentuk audio visual. Di dalam pamflet
pastinya berunsur iklan yang bersifat mengajak, sehingga pamflet
merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif.

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Persuasif


Segala sesuatu pasti ada sebab-musababnya. Sama halnya
komunikasi persuasif yang memiliki penyebabnya. Penyebabnya ini yang
dinamakan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi. Komunikasi
persuasif yang berhasil diterapkan, pasti memiliki beberapa faktor. Dan
faktor-faktor itu di antaranya :
a) Seorang komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi
merupakan seorang komunikator yang mempunyai
pengetahuan tentang apa yang disampaikannya. Sehingga
pesan akan tersampaikan secara jelas dan teratur.
b) Pesan haruslah masuk akal agar dapat diterima oleh
seorang komunikan yang sebenarnya belum dipahami sama
sekali olehnya.
c) Pengaruh lingkungan pun juga dapat mempengaruhi
berhasil atau tidaknya kegiatan komunikasi persuasfi ini.
Karena, pengaruh lingkungan akan memberikan atmosfir
yang mana atmosfir tersebut dapat mempengaruhi pola
pikir seseorang, yaitu seorang komunikan.
d) Pengertian dan kesinambungan suatu pesan. Itu sebabnya,
pesan harus masuk di akal atau logika yang benar.
 Tujuan Komunikasi Persuasif
Segala sesuatu, pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Tujuan inilah
nantinya yang digunakan sebagai target suatu kegiatan. Sehingga
terbentuklah perencanaan untuk menuju tujuan tersebut. Sebenarnya,
komunikasi persuasif ini merupakan bentuk teknik dalam berkomunikasi.
Sehingga, tujuan adanya komunikasi persuasif ini di antaranya :
 Perubahan sikap (attitude change), komunikasi persuasif ini
diharapkan dapat mengubah pola pikir yang mana pola pikir ini
membuat komunikan mengubah sikapnya terhadap pesan apa yang
diterimanya.
 Perubahan pendapat (opinion change), seorang komunikan
pastinya memiliki pendapat atau anggapan yang berbeda dari
seorang komunikator. Sehingga, perlu adanya komunikasi
persuasif ini sebagai alat mengubahnya pola pikir komunikan yang
membuat komunikan ini mengikuti pendapat atau anggapan yang
disampaikan oleh seorang komunikator.
 Perubahan perilaku (behavior change), perubahan sikap ini
sebenarnya masuk ke dalam kategori perubahan sikap. Namun,
perilaku ini merupakan suatu dampak dari sikap. Ketika sikap
berubah, maka perilaku pada seseorang atau komunikan pun juga
ikut berubah mengikuti pola pikir dari pesan yang ia terima.
 Perubahan sosial (sosial change). Perubahan sosial inilah yang
merupakan salah satu dampak dari adanya bahasa yang persuasif.
Komunikator yang berbahasa persuasif akan membawa perubahan
dalam lingkungan masyarakat, pola pikir, hingga perilaku
masayarakat. Hal ini dapat ditemukan pada seorang Lurah yang
menyampaikan informasi persuasif agar masyarakat desa
mengikuti program pemerintah. Dengan adanya bahasa yang
persuasif yang bersifat mengajak ini, dapat mampu mengubah pola
pikir masyarakat desa untuk mengikuti program pemerintah yang
disampaikan seorang Lurah sebagai komunikator

3. Metode Instruktif

Komunikasi instruktif atau koersi teknik komunikasi berupa perintah, ancaman,


sangsi dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang yang dijadikan sasaran
(komunikan) melakukannya secara terpaksa, biasanya teknik komunikasi seperti ini
bersifat fear arousing, yang bersifat menakut-nakuti atau menggambarkan resiko yang
buruk. Serta tidak luput dari sifat red-herring, yaitu interes atau muatan kepentingan
untuk meraih kemenangan dalam suatu konflik ,perdebatan dengan menepis argumentasi
yang lemah kemudian dijadikan untuk menyerang lawan. Bagi seorang diplomat atau
tokoh politik teknik tersebut menjadi senjata andalan dan sangat penting untuk
mempertahankan diri atau menyerang secara diplomatis.
Saat berkomunikasi terkadang seseorang pernah ataupun sering memerinah orang
lain, atau dapat juga di sebut dengan instruktif. Misalnya yang sering terjadi dalam
keluarga, seperti ibu yang menyuruh anaknya untuk membelikan sesuatu.

 Fungsi Berkomunikasi Instruktif


Komunikasi ini merupakan komunikasi satu arah, dimana seorang
komunikator menyampaikan isi dari perintah, bagaimana cara
mengerjakan perintah, kapan waktu dimulai, melaksanakan, melaporkan
hasil, dan dimana tempat mengerjakan perintah.
Agar keputusan dapat berjalan secara efektif. Fungsi seseorang
yang di mintai perintah hanyalah melaksanakan perintah yang di minta.
Supaya apa yang dituju dan di harapkan dapat terlaksanakan ataupun dapat
terwujud.

Anda mungkin juga menyukai