Anda di halaman 1dari 16

HIV/AIDS

Disusun Oleh :

Nama :1. Charisa Eka Kartika (PO.71.24.1.18.007)


2. Hilda Hazarani (PO.71.24.1.18.018)
Kelas : Tingkat II Reguler A
Mata Kuliah : Pelayanan KB dan Kespo
Dosen Pembimbing : Rosyati Pastuty, S.SiT, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2019-2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "HIV/AIDS”
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Pembuatan makalah ini tentunya mendapat bimbingan dari berbagai pihak.


Atas bimbingan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rosyati Pastuty, S.SiT, M.Kes. Selaku dosen pengampuh mata


kuliah
KB dan Kespro.
2.      Orang tua yang telah memberikan dukungan sepenuhnya baik material
maupun spiritual.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini belum sempurna. Untuk


itu kami meminta maaf apabila terdapat banyak kesalahan pada penulisan pada
makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita dan mewujudkan
pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Palembang, 29 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................................
C. Tujuan............................................................................................

BAB II. ISI


A. Pengertian HIV/AIDS..................................................................
B. Patofisiologis HIV/AIDS..............................................................
C. Pencegahan...................................................................................
D. Pengobatan HIV/AIDS................................................................

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan ...............................................................................
B. Saran ..........................................................................................

SOAL …………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sempurna fisik, mental dan
kesejahteraan social dan tidak semata-mata ketiadaan penyakit atau
kelemahan, dalam segala hal yang berkaitan dengan system reproduksi dan
fungsi serta proses (ICPD, 1994). Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang
berkaitan dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran
kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah (Depkes RI, 2000). Kesehatan
reproduksi merupakan kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh
setiap manusia. Namun, pada kenyataannya sekarang, banyak masyarakat
bahkan remaja yang masih tidak memperhatikan kesehatan reproduksinya
salah satunya mengenai penyakit menular seksual.

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh


bakteri, virus, parasit dan jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda
laki-laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang. (Sarwono, 2011). STD (Sexually Transmited Disease), 
bisa didefinisikan sebagai gangguan keseimbangan yang bersipat luas mulai
dari kondisi inflamasi minor sampai penyakit yang bersipat mematikan,
Infeksi dapat secara lokal maupun sistemik, dapat disebabkan oleh jumlah
patogen yang berbeda - beda seperti: Virus, bakteri, jamur/fungi, protozoa dan

ii
ectoparasit. Di Indonesia penyakit menular seksual juga menjadi salah satu
penyakit mematikan yang diderita oleh beberapa masyarakat Indonesia.
Berdasarkan laporan dari perkembangan HIV/AIDS dan PIMS di
Indonesia pada bulan Oktober – Desember 2018 yang dilakukan oleh Ditjen
P2P Kementrian Kesehatan RI 2018 Jumlah kasus HIV yang dilaporkan dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2018 mengalarni kenaikan tiap tahunnya.
Jumlah kumulatif infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Desember
2018 sebanyak 327. 282 jiwa. Jumlah AlDS yang dilaporkan dari tahun 2005
sampai dengan tahun 2017 relatif stabil setiap tahunnya. Jumlah kumulatif
AIDS dari tahun 1987 sarnpai dengan Desember 2018 sebanyak 114. 065
orang. Jumlah seluruh kasus PMS dengan penegakan diagnosa berdasarkan
pendekatan sindrom dan pemeriksaan laboratoriurn menurut kelompok risiko
tahun 2016 sampai dengan Desember 2018 tertinggi adalah wanita Pekerja
Seks (93.798.); Pasangan Risiko Tinggi (84.026}; LSL (46.2.78).; Pelanggan
Pekerja Seks (16.709); Waria (6:475); pengguna napza suntik (1.880); dan
pria Pekerja Seks (964).
Berdasarkan laporan diatas, maka pada kesempatan kali ini penyusun
berupaya untuk menjelaskan secara singkat mengenai HIV/AIDS,
patofisiologis HIV/AIDS, bagaimana cara pencegahan dan juga pengobatan
HIV/AIDS agar dapat memberikan pengetahuan dan membantu menurunkan
risiko penyebaran Penyakit Menular Seksual di Indonesia khususnya
HIV/AIDS.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa itu HIV/AIDS ?
2. Bagaimana Patofisiologis HIV/AIDS ?
3. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS ?
4. Bagaimana cara pengobatan HIV/AIDS ?

ii
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah pada makalah ini maka tujuan penulisan dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian HIV/AIDS.
2. Untuk mengetahui patofisiologis HIV/AIDS.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS.
4. Untuk Mengetahui bagaimana cara pengobatan HIV/AIDS.

ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian HIV/AIDS
HIV atau Human Immunodeficiency virus, adalah virus yang menyerang
sisten kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel darah putih yang bertugas menangkal
infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang disebut ‘sel T-4’ atau
‘sel T-helper’, atau disebut juga ‘Sel CD-4’.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome
adalah kumpulan penyakit yang diakibatkan sebagai dampak dari
perkembangbiakkan virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus. Virus
HIV menyerang sel CD-4 dna menjadikannya tempat berkembang biak virus
HIV baru, kemudian merusaknya sehingga tidak dapat lagi digunakan. Tanpa
adanya kekebalan tubuh maka tubuh seseorang akan rentan terkena dan
terinfeksi suatu penyakit karena tidak dapat melawan jangkitan penyakit
tersebut yang dapat mengakibatkan seseorang meninggal dunia karena telah
terpapar dan terinfeksi suatu penyakit meskipun itu hanya penyakit biasa.
Ketika tubuh manusia telah terkena virus HIV maka tidaklah langsung
menyebabkan seseorang tersebut menderita penyakit AIDS, melainkan
memerlukan waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV
untuk menyebabkan AIDS atau HIV positif yang mematikan.
1) Cara Penularan:
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cairan tubuh, yaitu :
a) Cairan Darah
Penularan melalui cairan darah contohnya adalah
transfusi darah, terkena darah orang yang terinfeksi
HIV+ pada kulit yang terluka, jarum suntik, dll.

ii
b) Cairan Semen (Sperma)
Penularan melalui cairan sperma/semen ini misalnya jika pria
yang terinfeksi HIV+ berhubungan seksual dengan pasangannya
tanpa menggunakan kondom atau pengaman lainnya, oral sex,
dsb.
c) Cairan Vagina wanita
Penularan melalui cairan vagina ini misalnya jika seorang wanita
yang menderita penyakit HIV kemudian ia melakukan hubungan
badan dengan pasangannya tanpa pengaman, pinjam-meminjam
alat bantu seks, oral seks, dsb.
d) Air Susu Ibu (ASI)
Jika seorang bayi meminum ASI dari seorang wanita yang
menderita penyakit HIV+, ataupun seorang pria yang meminum
ASI pasangannya.
Adapun cairan yang tidak mengandung Virus HIV pada penderita
HIV+ antara lain adalah saliva (Air Liur), Feses, Air Mata, Air
keringat,serta urine.
2) Gejala-gejala:
Beberapa orang yang terkena virus HIV tidak mengalami gejala yang
khas saat terinfeksi pertama kali. Biasanya penderita hanya mengalami
demam selama 3-6 minggu atau tergantung daya tahan tubuh seseorang.
Gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai sebulan dan
orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun
kedepan , dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama
beberapa tahun.  Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan
sistem kekebalan. Salah satu cara untuk mendapatkan kepastian penyakit
tersebut adalah dengan menjalani Uji Antibodu HIV, terutama jika
seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang beresiko terkena virus
HIV.

ii
Meski demikian terdapat gejala-gejala yang mungkin bisa dijadikan
penanda bahwa seseorang terkena virus HIV:
1) Penderita biasanya mengalami nafas pendek, batuk, nyeri dada, dan
demam.
2) Mengalami gangguan saluran pencernaan berupa hilannya nafsu
makan, mual dan muntah.
3) Penderita AIDS mengalami wasting syndrome yaitu kehilangan BB
tubuh sehingga 10% dibawah normal.
4) Terjadinya gangguan Sistem Saraf Pusat yang mengakibatkan
kurangnya daya ingat, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
kebingungan dan respon anggota gerak lambat.
5) Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes Simpleks)
atau cacar api (herpes Zoster) dan berbagai macam penyakit kulit
yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit, infeksi jaringan
rambut pada kulit, kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-
retak) serta eczema atau psoriasis.
6) Mengalami penyakit jamur pada vagina sebagai tanda awal HIV,
luka pada saluran kemih, menderita penyakit sifilis. Penderita AIDS
wanita banyak yang mengalami peradangan rongga panggul / pelvic
yang dikenal sebagai Pelvic Inflammatory Disease (PID) dan
mengalami masa haid yang tidak teratur.

B. Patofisiologis HIV/AIDS
Masa inkubasi atau masa laten penyakit HIV ini sendiri tergantung
daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Pada masa ini
penderita HIV tidak memperlihatkan gejala-gejala yang pasti, walaupun
jumlah HIV semakin bertambah dan sel T-4 semakin menurun, semakin rusak
fungsi sistem kekebalan tubuh. Ketika kekebalan tubuh sudah dalam keadaan
parah seorang ODHA akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

ii
Adapun kronologis perjalanan seseorang terkena HIV/AIDS sebagai
berikut :
1. Stadium Pertama (HIV)
Infeksi dimulai ketika masuknya HIV yang disertai terjadinya
perubahan serologic ketika anti-bodi terhadap virus tersebut negative
berubah menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam
tubuh sampai tes anti-bodi positif yang disebut juga window period
adalah sekitar 1-3 bulan, bahkan ada yang berlangsung hingga 6
bulan.
2. Stadium Kedua ( Asimptomatik/Tanpa Gejala )
Fase dimana organ tubuh telah terdapat HIV namun belum
menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini dapat berlangsung rata-
rata selama 5-10 tahun. Namun, cairan ODHA yang tampak sehat
ini telah dapat menularkan HIV kepada orang lain.
3. Stadium Ketiga ( Pembesaran Kelenjar Limfe )
Pada fase ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara
menetap dan merta (Persistent Generalized Lymphadenopathy),
tidak hanya pada satu tempat yang berlangsung lebih dari 1 bulan.
4. Stadium Keempat ( AIDS )
Fase ini merupakan fase dimana penyakit-penyakit telah timbul
dan telah dialami oleh penderita HIV/AIDS antara lain penyakit
konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder.
Faktor yang dapat mempercepat terjadinya AIDS pada seseorang yang
menderita HIV Postif menurut WHO adalah sebagai berikut :
1. Semakin tua usia seseorang pengidap HIV maka semakin cepat ia akan
sampai ke tahap AIDS.
2. Bayi yang terkena infeksi HIV akan sampai ke tahap AIDS lebih cepat
daripada orang dewasa yang mengidap HIV.

ii
3. Orang yang tekah mempunyai gejala minor pada waktu mulai tertular
HIV (serokonversi), akan menunjukkan gejala AIDS lebih cepat
daripada yang tanpa gejala.
Menurut WHO, seseorang dapat didiagnosis terkena AIDS ketika telah
mempunyai minimal 2 gejala utama (demam berkepanjangan lebih dari 3
bulan, diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus-menerus, dan
penurunan BB lebih dari 10% dalam 3 bulan) dan satu gejala minor (batuk
kronis selama lebih dari 1 bulan, infeksi mulut dan tenggorokan akibat jamur
candida albicans, pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh,
munculnya herpes zoster berulag, dan bercak-bercak yang gatal di seluruh
tubuh). Jumlah sel T-4 orang yang sehat secara umum berkisar antara 1000-
1200 per microliter. Jika jumlah sel T-4 menurun dibawah 200, maka ia dapat
dikatakan sudah masuk pada fase AIDS.
Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang menyerang orang dengan
kekebalan tubuhnya rendah. Pada saat jumlah sel T-4 dibawah 500 per
microliter, maka berbagai macam penyakit yang tadinya masih dapat diatasi
dengan mudah oleh kekebalan tubuh akan berkembang lebih cepat. Menurut
penelitian WHO pada Negara-negara berkembang penderita AIDS akan
meninggal rata-rata 3 tahun sesudah diagnosis AIDS ditegakkan.

C. Pencegahan HIV/AIDS
1) Melakukan prinsip monogami yaitu tidak berganti-ganti pasangan dan
saling setia kepada pasangannya.
2) Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi,
khususnya hubungan seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani atau
secret vagina paling mungkin dipertukarkan, adalah satu-satunya cara
yang 100% efektif untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan
seks. 
3) Kondom dapat menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan
sama sekali kemungkinan penularan. 

ii
4) Semua alat yang menembus kulit dan darah (seperti jarum suntik, jarum
tato, atau pisau cukur) harus di sterilisasikan dengan cara yang benar.
5) Pemeriksaan tes Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) pada
setiap donor darah.
6) Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan kewaspadaan yang harus
dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama saat harus menerima
transfusi darah maupun produk darah. Untuk mencegah penularan lewat
tranfusi darah atau produk darah lain, perlu skrining terhadap semua
darah yang akan di transfusikan atau yang akan dipergunakan untuk
diproses sebagai produk darah. Jika darah ini ternyata sudah tercemar
harus dibuang. Skrining darah sudah dilakukan oleh PMI.

D. Pengobatan HIV/AIDS
Meskipun dari berbagai negara terus melakukan penemuannya dalam
mengatasi HIV/AIDS, namun hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada
obatnya termasuk virus HIV penyebab penyakit AIDS. Adapun tujuan
pemberian obat-obatan pada penderita AIDS adalah untuk membantu
memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi mereka
yang diketahui terserang virus HIV dalam upaya mengurangi angka kelahiran
dan kematian.

ii
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency virus, adalah virus yang
menyerang sisten kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan
AIDS. AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah kumpulan penyakit yang diakibatkan sebagai dampak dari
perkembangbiakkan virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus.
HIV/AIDS ditularkan melalui cairan tubuh, diantaranya:
- Cairan darah
- Cairah semen ( sperma )
- Cairan vagina wanita
- Air susu ibu ( ASI )
Adapun gejala-gejala yang mungkin bisa dijadikan sebagai penanda
bahwa seseorang terkena virus HIV, salah satunya terjadinya gangguan Sistem
Saraf Pusat yang mengakibatkan kurangnya daya ingat, sakit kepala, susah
berkonsentrasi, sering kebingungan dan respon anggota gerak lambat.
kronologis perjalanan seseorang terkena HIV/AIDS, yaitu: Stadium Pertama
(HIV), Stadium Kedua (Asimptomatik/Tanpa Gejala), Stadium Ketiga (
Pembesaran Kelenjar Limfe ), Stadium Keempat ( AIDS ).
Pencegahan HIV/AIDS, diantaranya: Melakukan prinsip monogami yaitu
tidak berganti-ganti pasangan dan saling setia kepada pasangannya. Tidak
melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi, Kondom dapat
menurunkan risiko penularan tetapi tidak menghilangkan sama sekali
kemungkinan penularan. Semua alat yang menembus kulit dan darah (seperti
jarum suntik, jarum tato, atau pisau cukur) harus di sterilisasikan dengan cara
yang benar. Pemeriksaan tes Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
pada setiap donor darah. Diskusikan dengan petugas kesehatan tindakan
kewaspadaan yang harus dilakukan untuk mencegah penularan HIV, terutama

ii
saat harus menerima transfusi darah maupun produk darah. HIV/AIDS tidak
ada obat untuk menyembuhkan si penderita, tetapi untuk membantu
memperbaiki daya tahan tubuh, meningkatkan kualitas hidup bagi mereka.

B. Saran
Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan oleh penyusun diatas, maka
besar harapan penyusun agar para pembaca dapat lebih memahami mengenai
HIV/AIDS. Penyusun juga menyarankan agar para pemuda generasi milenial
sekarang lebih bijak dan lebih cerdas lagi dalam memilih, menentukan dan
bertindak. Pilihlah teman seperjuangan yang tidak mendekati lingkaran setan
HIV/AIDS. Karena jika 1 orang milenial telah berhasil mendirikan tembok
yang kokoh di depan mereka maka hal tersebut dapat memutus dan mencegah
terjadinya HIV/AIDS dikalangan pemuda. Penyusun menyarankan agar
pembaca lebih kritis lagi terhadap media-media yang dapat menularkan
HIV/AIDS, salah satu contohnya adalah penggunaan jarum suntik, alangkah
baiknya bertanya kepada petugas kesehatan terlebih dahulu kesterilan jarum
suntik yang akan digunakan. Jujurlah terhadap pasangan apabila anda
terdeteksi HIV. Hal ini sangat diharapkan oleh penyusun agar angka pengidap
HIV/AIDS di Indonesia dapat berkurang.

ii
PERTANYAAN

1. Ny. Y datang ke RS. Hazarani mengeluh telah mengalami diare lebih dari 1 bulan
meskipun telah mengonsumsi obat, Berat badan tiba-tiba menurun, dan telah
mengalami batuk lebih dari 1 bulan. Setelah ditelusuri riwayat kesehatan Ny. Y
ternyata Ny. Y adalah seorang ODHA. Berdasarkan data dan pemeriksaan yang
telah dilakukan terhadap Ny. Y ternyata Ny. Y didiagnosis terkena AIDS.
Berdasarkan kasus diatas, kronologis perjalanan terkena HIV/AIDS yang dialami
Ny. Y saat ini telah sampai pada stadium…..
A. Stadium 5
B. Stadium 4
C. Stadium 3
D. Stadium 2
E. Stadium 1

2. Nn. N dating ke Rs. Rihil mengeluh mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh
diikuti dengan penurunan daya ingat dan kurangnya nafsu makan. Nn. N
disarankan oleh bidan untuk melakukan pemeriksaan Uji Antibodi HIV untuk
mengetahui dengan pasti penyakit yang dideritanya. Ternyata setelah dilakukan
pemeriksaan, hasil pemeriksaan Nn. N positif. Nn. N tampak sedih dan menangis.
Nn. N berkata ia tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan siapapun,
namun Nn. N mengaku sering memakai handuk dan meminjam baju rekan
kerjanya dan juga sering melakukan suntik Vit. C dengan rekan kerjanya.
Berdasarkan kasus tersebut dapat diketahui kemungkinan terbesar Nn. B terinfeksi
virus HIV adalah dari……
A. Keringat
B. Handuk
C. Jarum Suntik
D. Cairan Vit. C
E. Baju

ii
DAFTAR PUSTAKA

Andareto, Obi. 2015. Penyakit Menular di Sekitar Anda. Jakarta: Pustaka Ilmu
Semesta.

Purwoastuti, Th. Endang, dan Elisabeth Siwi Walyani. 2012. Konsep Kebidanan.
Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS.

Rahayu, Sri, dan Ida Prijatna. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Susilawati, dkk. 1997. AIDS dan penanggulangannya. Jakarta: Studio Driya Media
Bandung.

Sutarno, Dr. Maryati. 2000. Awas Perempuan Bisa Celaka! Jika Tidak Memahami
Kesehatan Reproduksinya. Jakarta: Zifatama.

Widyastuti Y, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.

ii

Anda mungkin juga menyukai