Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko dan dilakukan
berdasarkan penilaian risiko terhadap masing-masing item pekerjaan. Dengan
mempertimbangkan peralatan yang digunakan, jumlah orang yang terlibat
pada masing-masing item pekerjaan, akan dapat diprediksi peluang kejadian
dan tingkat keparahan dari risiko kecelakaan. Menurut hirarki cara berpikir
dalam melakukan pengendalian risiko adalah dengan memperhatikan besaran
nilai risiko/ tahapan pengendalian risiko,seperti berikut:
1. Mengeliminasi /menghilangkan sumber bahaya terhadap kegiatan yang
mempunyai tingkat risiko yang paling tinggi/besar.
2. Melakukan substitusi /mengganti dengan bahan atau proses yang lebih
aman.
3. Engineering: Melakukan perubahan terhadap desain alat /proses /layout
4. Administrasi: Pengendalian risiko melalui penyusunan peraturan /standar
untuk mengajak melakukan cara kerja yang aman (menyangkut tentang
prosedur kerja, ijin kerja, instruksi kerja, papan peringatan/larangan,
pengawasan/inspeksi,dsb).
5. Penggunaan alat pelindung diri (APD).
Kebijakan Penerapan SMK3 Konstruksi
Kebijakan Departemen PU dalam penerapan SMK3, dalam rangka mewujudkan
tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi serta upaya untuk mewujudkan
keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi
bidang pekerjaan umum. Departemen Pekerjaan Umum telah menerbitkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.09/PRT/M/2008 Pedoman Sistem
tentang Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum. Sesuai dengan maksud dan tujuan diterbitkannya
peraturan menteri tersebut adalah untuk memberikan acuan bagi pengguna
dan penyedia jasa dalam penyelenggaraaan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan
umum, yang dilaksanakan secara sistematis, terencana, terpadu dan
terkoordinasi serta semua pemangku kepentingan agar mengetahui dan
memahami tugas dan kewajibannya dalam penerapan SMK3. Berdasarkan
Peraturan Menteri PU No. 09/PER/M/2008, tentang Pedoman Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang
Pekerjaan Umum yang merupakan acuan bagi Pengguna Jasa dan Penyedia
Jasa dalam penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang pekerjaan umum, UU.No.
18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi,dimana mensyaratkan Ahli K3 pada
setiap proyek / kegiatan terutama pada kegiatan yang memiliki resiko tinggi.
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pihak pelaksana kegiatan harus membuat kebijakan K3 yang akan menjadi
landasan keberhasilan K3 dalam kegiatan proyek konstruksi. Isi kebijakan
merupakan komitmen dan dukungan dari pelaksana kegiatan puncak terhadap
pelaksanaan K3. Kebijakan K3 tersebut harus direalisasikan kepada seluruh
tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan.
Identifikasi bahaya
Sebelum memulai sesuatu pekerjaan, harus dilakukan identifikasi bahaya, guna
mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan.
Identifikasi bahaya dilakukan bersama pengadaan pekerjaan dan safety
departemen atau P2P3.
Identifikasi bahaya menggunakan teknik yang sudah baru seperti check list,
what If, hazards dan sebagainya.
Semua hasil identifikasi bahaya harus didokumentasikan dengan baik dan
dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan setiap kegiatan.
Identifikasi bahaya harus dilakukan pada setiap tahapan proyek yang meliputi :
- Design phase
- Pracurement
- Konstruksi
- Commissioning dan start up
- Penyerahan kepada pemilik.
Project safety review
Sesuai dengan perkembangan proyek, dilakukan kajian K3 yang mencakup
kehandalan K3 dalam rancangan dan pelaksanaan pembangunannya.
Kajian K3 dilaksanakan untuk meyakinkan bahwa proyek dibangun dengan
standar keselamatan yang baik sesuai dengan persyaratan.
Bila diperlukan kontraktor harus melakukan project safety review untuk setiap
tahapan kegiatan kerja, terutama bagi kontraktor EPC (Engineering,
Pracurement, Construction).
Project safety review bertujuan untuk mengevaluasi potensi bahaya dalam
setiap tahapan project secara sistematis.
Audit K3
Proyek konstruksi secara berkala harus diaudit disesuaikan dengan jangka
waktu kegiatan proyek. Audit K3 berfungsi untuk mengetahui kelemahan dan
kelebihan pelaksanaan K3 dalam proyek sebagai masukan pelaksanaan proyek
berikutnya.
6. Penutup telinga
Penutup telinga ini bisa terdiri dari sumbat telinga (ear plug) atau
penutup telinga (ear muff), yang berfungsi untuk melindungi telinga dari
kebisingan ataupun tekanan.
7. Kacamata Pengaman
Kacamata pengaman ini digunakan sebagai alat pelindung yang berfungsi
untuk melindungi mata dari paparan partikel yang melayang di udara
ataupun di air, percikan benda kecil, benda panas, ataupun uap panas.
Selain itu kacamata pengaman juga berfungsi untuk menghalangi
pancaran cahaya yang langsung ke mata, benturan serta pukulan benda
keras dan tajam. Jenis kacamata pengaman ini bisa
berupa spectacles atau googgles.
8. Sarung Tangan
Sarung tangan ini berfungsi untuk melindungi jari-jari tangan dari api,
suhu panas, suhu dingin, radiasi, arus listrik, bahan kimia, benturan,
pukulan, tergores benda tajam ataupun infeksi dari zat patogen seperti
virus dan bakteri. Sarung tangan ini terbuat dari material yang beraneka
macam, tergantung dari kebutuhan. Ada yang terbuat dari logam, kulit,
kanvas, kain, karet dan sarung tangan safety yang tahan terhadap
bahan kimia.
9. Pelindung Wajah
Pelindung wajah atau face shield ini merupakan alat pelindung yang
berfungsi untuk melindungi wajah dari paparan bahan kimia berbahaya,
partikel yang melayang di udara atau air, percikan benda kecil, panas
ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras atau tajam, serta
pancaran cahaya. Terdiri dari tameng muka atau face shield, masker
selam, atau full face masker.
10. Pelampung
Pelampung ini digunakan oleh pekerja yang bekerja di atas air atau di
permukaan air agar terhindar dari bahaya tenggelam. Pelampung ini
terdiri dari life jacket, life vest atau bouyancy control device untuk
mengatur keterapungan.
APD atau Alat Pelindung Diri ini harus diperhatikan kondisinya. Jika APD
rusak atau rusak atau tidak dapat berfungsi dengan baik harus segera
dimusnahkan. Beberapa APD juga memiliki masa pakai, sehingga
perawatannya harus lebih diperhatikan dan dicatat waktu pembelian serta
masa pemakaiannya.