TINJAUAN PUSTAKA
11
12
2.2.3.1 Pelayanan dokter, yaitu; (1) sikap dan perilaku dokter saat
melakukan pemeriksaan rutin; (2) penjelasan dokter terhadap
pengobatan yang akan dilakukannya; (3) ketelitian dokter memeriksa
pasien; (4) kesungguhan dokter dalam menangani penyakit pasien;
(5) penjelasan dokter tentang obat yang harus diminum; (6)
penjelasan dokter tentang makanan yang harus dipantang; (7)
kemanjuran obat yang diberikan dokter; (8) tanggapan dan jawaban
dokter atas komplain pasien dan (9) pengalaman dan senioritas
dokter.
2.2.3.2 Pelayanan perawat, yaitu: (1) keteraturan pelayanan perawat setiap
hari (pemeriksaan nadi, suhu tubuh dan sejenisnya); (2) tanggapan
perawat terhadap komplain pasien; (3) kesungguhan perawat dalam
melayani kebutuhan pasien; (4) keterampilan perawat dalam
14
Kepuasan klien salah satu indikator kualitas pelayanan dan tolak ukur mutu
pelayanan yang diberikan, sehingga apabila terjadi komplain terhadap
pelayanan yang diberikan petugas kesehatan ini mengindikasikan adanya
ketidakpuasan klien terhadap pelayanan. Makanya rumah sakit harus betul-
betul menjaga kepuasan klien, karena kepuasan klien merupakan modal
untuk mendapatkan pasien yang loyal.
Gambar 2.1
Standar Akreditasi KARS versi 2012
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Qaulan Layina
berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar,
dan penuh keramahan, sehingga dapat menyentuh hati maksudnya tidak
mengeraskan suara, seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak
suka bila berbicara dengan orang-orang yang kasar. Dengan demikian, dalam
komunikasi Islam, semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara
(intonasi) yang bernada keras dan tinggi (Dahlan & Syihabuddin, 2001).
Dalam era media sosial sekarang, satu komplain yang ditunjukkan klien
dapat dilihat ratusan bahkan ribuan orang sehingga langkah rumah sakit
untuk menyelesaikan komplain tersebut akan menjadi sangat berat,
karena ketidakpuasan klien sudah tereskpresikan di media yang bisa
dibaca siapa saja. Sebaliknya. Terdapat sisi positif dari hal ini.
Penanganan komplain yang mengakibatkan kepuasan juga bisa
dimunculkan dalam media sosial sehingga rumah sakit mampu
menanamkan image sebagai rumah sakit yang memperhatikan klien.
24
Biaya layanan kesehatan jika ditinjau dari sudut pandang pasien sebagai
pembeli layanan kesehatan, biaya mencakup besaran nilai rupiah yang
dibutuhkan sebagai nilai ganti ekonomis atas layanan kesehatan yang
telah diberikan rumah sakit, baik yang dibayar oleh pasien langsung
(out of pocket), penjamin (insurance), maupun subsidi. Jika terminologi
ini ditinjau dari sudut pandang rumah sakit sebagai penyedia layanan
kesehatan, maka biaya kesehatan yang dimaksud di sini tidak lain
adalah tarif (charge) yang dikenakan rumah sakit atas layanan
kesehatan yang diberikannya (Heru, 2007).
29
Menurut Barlow & Moller (1996) langkah yang harus dilakukan oleh
pelaksana untuk mengatasi komplain klien yaitu :
2.5.8.11 Mengucapkan terima kasih, tidak ada cara yang lebih baik
untuk membuat orang lain merasa diterima selain dengan
mengucapkan terima kasih yang tulus.
2.5.8.12 Menjelaskan betapa kita menghargai komplainya.
2.5.8.13 Meminta maaf untuk kesalahan yang kita buat.
2.5.8.14 Berjanji untuk melakukan sesuatu terhadap komplain tersebut
secepatnya.
2.5.8.15 Menanyakan mengenai informasi yang diperlukan.
2.5.8.16 Mengoreksi kesalahan dengan benar.
2.5.8.17 Memeriksa kepuasa pasien.
2.5.8.18 Mencegah kesalahan yang akan datang.
Artinya: perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari
pada sedekah yang di iringi oleh sesuatu yang menyakitkan. Dan allah
maha kaya lagi maha penyayang (Qs: Al Baqarah: 263) Dengan itu
meminta maaf merupakan hal mutlak yang dilakukan bila memang
rumah sakit melakukan kelalaian atau kesalahan sehingga menyebabkan
klien komplain.
Komplain yang sudah masuk ranah hukum dan komplain yang sudah
fatal atau berat maka biasanya dilakukan mediasi. Pengertian mediasi
secara yuridis di Indonesia dapat kita temukan dalam pasal 1 butir 7
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosuder
mediasi di pengadilan menyebutkan mediasi adalah cara penyelesaian
sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan
para pihak dengan dibantu oleh mediator. Proses penyelesaian
permasalahan dapat digunakan dua jalur yaitu litigasi (peradilan) dan
non litigasi (Riyadi, 2015). Untuk menyelesaikan komplain bisa
digunakan dengan cara mediasi sehingga mencapai kesepakatan dan
42
Artinya: Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! Tapi kalau
yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. Kalau dia telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil (QS. Al-Hujurat : 9).
Berdasarkan surah di atas, maka klien dan pihak rumah sakit yang
sedang bermasalah di tuntut untuk islah atau mediasi sebagai salah satu
alternatif penyelesaian masalah di luar pengadilan.
Diselesaikan
Pasien komplain
(langsung & tak langsung (SMS, kotak, saran, email dan
Website))
Supervisor
keperawatan
Manajemen
30 H menanggapi keberatan
Gambar 2.4 Diagram alur layanan informasi publik RSUD dr. H. Moch.
Anasari Saleh Banjarmasin
(Sumber: RSUD dr. H. Moch. Anasari Saleh Banjarmasin)
Klien/Keluarga Komplain
Klien/keluarga puas
atau tidak keberatan Klien/keluarga Sepakat Tidak Sepakat
puas
Selesai
Selesai Klien/keluarga Menempuh
puas Jalur Hukum
For Safety And Quality In Health Care, 2005, Barlow & Moller ,1996,
Depkes, 2008, Nursalam, 2015 dan Emerson, 1960. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan teori tersebut untuk dapat mengetahui manajemen
komplain dalam penanganan dan penyelesaian komplain di RSUD Dr. H.
Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.