4. Ketenagaan
Dalam menjalankan operasional layanan di RS XX dikerjakan oleh tenaga medis,
non medis dan tenaga mendukung lain (outsourching). Jumlah seluruh tenaga di
RS XX adalah sejumlah 650 orang, dengan rincian sebagai berikut :
a. Jumlah tenaga medis : 351 orang
b. Jumlah tenaga non medis : 150 orang
c. Tenaga pendukung lainnya : 149 orang
Jumlah
No Nama Ruangan Ruang perawatan
bed
1 Amabilis VVIP (Ruang perawatan umum) 15
2 Orcis Perawatan Internis 37
3 Cattleya Perawatan Maternitas 27
4 Cendrawasih A Ruang perawatan Bedah 35
5 Cendrawasih B VIP dan kelas 1 (Ruang perawatan umum) 27
6 Srikandi Ruang perawatan anak 17
7 Perinatologi Ruang perawatan neonatus 4
8 ICU Ruang perawatan Intensive dewasa 4
9 PICU Ruang perawatan Intensive anak 2
10 NICU Ruang perawatab Intensive neonatus 1
11 Isolasi Ruang perawatan isolasi 4
12 Kamar operasi 4 room OT
13 VK 4 room VK
14 IGD 12 Bed
Jumlah 173
2 D3 Keperawatan 163
3 D3 Gigi 5
4 D3 Kebidanan 22
JUMLAH 231
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN PERAWAT DI RS XX
250 231
200
163
150
100
50 41
22
5
0
1 2 3 4 JUMLAH
250
200
150
231
100
50 67 95
11 43 11 4
0
1 2 3 4 5 6 JUMLAH
N
KOMPETENSI PERAWAT KLINIK JUMLAH
O
1 PK I 11
2 PK II 189
3 PK III 24
4 PK IV 4
5 PM I 2
6 PM II 1
TOTAL 231
5. Sistem penghargaan
Sistem reward dan punishmen juga diberlakukan di RS XX, punishment diberikan
sesuai dengan aturan yang berlaku dalam perusahaan yang tertuang dalam
peraturan perusahaan.
Sistem penghargaan terhadap perawat yang sudah dilakukan di rumah sakit XX
adalah :
1. Memberikan penghargaan terhadap perawat terbaik (best nurse of the year)
2. Memberikan penghargaan terhadap kepala ruangan yang berkomitmen
meningkatkan mutu ruangan (best quality improvement)
3. Penghargaan berupa insentive yang disesuaikan dengan skema jenjang karir
perawat
A. ANALISA KASUS
Dari data – data yang di dapatkan dari rumah sakit XX didapatkan beberapa kendala
yang harus segera diatasi diantaranya adalah :
1. Supervisi yang kurang
2. Kepuasan kerja yang kurang
3. Kondisi lingkungan kerja yang kurang
B. PEMBAHASAN KASUS
1. Supervisi yang kurang
Belum adanya pedoman yang mengatur supervise, baik supervise langsung maupun
tidak langsung dan belum dilakukan secara rutin. Hal ini dapat menyebabkan resiko
terjadinya KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dan perawat cenderung bekerja tidak
sesuai dengan standart yang sudah ditentukan karena tidak adanya system yang
mengontrol kegiatannya.
Hal yang dilakukan oleh pimpinan keperawatan RS XX adalah menbuat panduan
serta tools yang mengatur supervise keperawatan baik supervise langsung maupun
tidak langsung, supervise dilakukan berjenjang dari supervise yang dilakukan oleh
kepala ruangan, kepala departemen dan kepala divisi.
Kondisi lingkungan kerja yang kurang dapat disebabkan beberapa factor diantaranya
adalah:
a. Rutinitas pekerjaan
b. Kurang menantang
c. Beban kerja yang tinggi
d. Tidak jelas tanggung jawab dan wewenang
e. Lingkungan yang tidak kondusif
Faktor – factor diatas segera diatasi karena akan dapat menyebabkan burn out,
ketidak puasan dan turn over. Upaya dalam hal mengatasi masalah diatas adalah
sebaiknya pimpinan keperawatan di RS XX melakukan Analisa beban kerja disetiap
unit, melakukan upaya challenge – challenge atau lomba antar unit yang bertujuan
meningkatkan profesionalitas, lakukan gathering seluruh unit untuk mengurangi
kejenuhan, lakukan rotasi rutin untuk mencegah kejenuhan dan upaya right man in
the right place , memperbaiki sitem monitoring untuk menilai tanggung jawab dan
wewenang, meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan perawat (problem
solving) serta dilakukan pengukuran kepuasan kerja perawat setahun sekali.
KESIMPULAN
Rumah sakit XX sudah melakukan upaya – upaya perencanan dan pengembangan karir
keperawatan dengan baik namun masih ada beberapa kendala dan hal – hal perbaikan yang
harus dilakukan.
SARAN
Saran yang dapat direkomendasikan adalah menambah tenaga perawat, melakukan
perencanaan terhadap metode asuhan keperawatan, mengatur dan mengendalikan kinerja
perawat, bersifat terbuka, memberikan umpan balik, sosialisasi sistem remunerasi oleh
Kepala ruang, memperbaiki sistem remunerasi didasari dengan penilaian kinerja yang
obyektif, serta diupayakan ketepatan dan keteraturan penerimaan insentif, adanya sistem
pengawasan yang terencana, melakukan kajian SOP, mengembangkan metode pengisian
dokumen dan sistem evaluasi keterampilan dan pengetahuan perawat.