Anda di halaman 1dari 4

Lecture Note

MEMETAKAN MASALAH
A. Memperjelas fakta dan konsep yang berhubungan dengan masalah
B. Mendiskusikan dasar moral umum yang dapat membantu memperjelas isu etis
yang dihadapi insinyur

Contoh kasus:
Pada tahun 1977, Occupational Safety and Health Admnistration (OSHA) mengeluarkan
aturan standar baru sementara bahwa kandungan benzene di udara tidak boleh melebihi 1
ppm. Standar nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang telah berlaku,
yaitu 10 ppm. OSHA menginginkan perubahan aturan ini menjadi standard yang
permanen, karena laporan dari National Institutes of Health (NIH) mengaitkan antara
kematian akibat leukemia dengan paparan benzene. Laporan tersebut berdasarkan
kematian di tempat kerja yang terpapar benzene lebih dari 10 ppm, dan tidak terdapat data
pengujian kepada hewan atau manusia untuk paparan benzen di bawah 10 ppm.
Berdasarkan bukti bahwa benzene bersifat karsinogenik, maka OSHA mengusulkan untuk
mengubah standard yang berlaku menjadi standard yang lebih tinggi tetapi masih mudah
untuk dimonitor, yaitu 1 ppm.
Para ahli di OSHA menyatakan dengan jelas dalam aturannya, bahwa tidak ada pekerja
yang akan mengalami masalah kesehatan bahkan bila pekerja tersebut secara teratur
terpapar pada bahan berbahaya sesuai standard selama masa kerjanya. Dan dari aspek
hukum dijelaskan, bahwa pertimbangan yang diberlakukan adalah data ilmiah terakhir
yang diperoleh di lapangan, kemungkinan terlaksananya standard tersebut, dan
pengalaman hukum yang pernah terjadi dalam kondisi kesehatan dan keamanan tersebut
atau berdasarkan kondisi kesehatan dan keamanan lainnya.
Pada tanggal 2 Juli 1980, pengadilan tinggi menyatakan bahwa standard 1 ppm yang
diajukan OSHA terlalu ketat. Hukum tidak memberikan kebijaksanaan tanpa batas pada
OSHA untuk mendesain suatu standard bahwa suatu tempat kerja sama sekali bebas
risiko tanpa memperhatikan faktor biaya. Bahwa walaupun standard maksimal yang
ditetapkan adalah 10 ppm, tetapi paparan sebenarnya seringkali lebih rendah. Dari studi
yang dilakukan di industri petrokimia, dilaporkan bahwa dari total 496 pekerja yang
terpapar benzene, hanya 53% yang terpapar pada level 1-5 ppm, dan 7% terpapar pada
level 5-10 ppm. Tetapi lebih banyak data membuktikan bahwa paparan benzene mencapai
lebih dari 10 ppm.
Pengadilan menyatakan bahwa lingkungan kerja yang aman tidak perlu bebas risiko.
OSHA diwajibkan untuk memberikan bukti bahwa menurunkan level paparan sampai 1
ppm akan memberikan keuntungan kesehatan. Sebaliknya, OSHA percaya bahwa saat
menghadapi ketidakpastian ilmiah dan ketika terdapat risiko terhadap kehidupan, maka

Page 1 of 4
seharusnya diberlakukan standard yang lebih tinggi. Para ahli di OSHA bermaksud untuk
mengalihkan tanggung jawab mencari bukti bahwa bahan kimia seperti benzene adalah
berbahaya, karena beban mencari bukti itu seharusnya dilakukan oleh mereka yang akan
memaparkan para pekerjanya terhadap bahan kimia yang mempunyai kemungkinan
berbahaya.

Ketidaksepahaman OSHA vs Pengadilan Tinggi:


1. OSHA ingin melindungi para pekerja walaupun ada biaya mahal yang harus
dikeluarkan.
2. Pengadilan Tinggi menganggap OSHA hanya memperhitungkan sejumlah kecil
pekerja yang terkena dampak. Perlu diciptakan teknologi baru untuk menurunkan
tingkat risiko. Dan adanya aturan baru akan berdampak terhadap perusahaan dan
perekonomian.

OSHA dan Pengadilan Tinggi sepaham dalam beberapa aspek moral:


1. Membunuh adalah suatu kesalahan
2. Tidak memenuhi ketentuan dan tanggung jawab yang telah disepakati adalah suatu
kesalahan
3. Membahayakan makhluk hidup dan keamanan orang lain adalah suatu kesalahan
4. Tidak seharusnya seseorang melimpahkan tanggung jawab yang lebih besar kepada
orang lain daripada yang dapat ditanggungnya.

Kita sering menghadapi ketidaksepahaman moral dan kontroversi dalam konteks


kesepahaman. Ketika terjadi ketidaksepahaman, hal ini sering disebabkan kita tidak cukup
jelas memahami fakta-fakta penting yang terdapat dalam masalah tersebut.
Kita tidak dapat membahas isu moral dengan mengesampingkan fakta-fakta yang terkait
dengan isu tersebut. Sehingga kita perlu memperhatikan fakta-fakta apa yang ada.
Dalam pengumpulan fakta seringkali:
1. Fakta tampak sangat jelas
2. Orang sampai pada kesimpulan moral yang berbeda karena cara pandang yang
berbeda terhadap suatu fakta
3. Terjadi ketidaksepahaman terhadap fakta yang ada
4. Terjadi ketidaksepahaman mengenai relevansi suatu fakta atau tentang pentingnya
suatu fakta

Untuk dapat memahami pentingnya fakta dalam suatu kontroversi moral, terdapat 3 hal
menyangkut isu faktual, yaitu:
1. Seringkali ketidaksepahaman moral berubah menjadi ketidaksepahaman terhadap
fakta yang relevan.

Page 2 of 4
Contoh:
Orang 1: aturan baru OSHA mempersulit perusahaan dan tidak bertanggung
jawab. (ketidaksepahaman moral).
Orang 2: kehidupan manusia menghadapi bahaya, benzene sudah diketahui
berbahaya, apakah bersedia bila ada keluarga yang terpapar benzene > 1 ppm.
Orang 1: tidak menjadi masalah, karena tidak ada bukti ilmiah yang menyatakan
bahwa terpapar benzene < 10 ppm dapat memunculkan dampak berbahaya.
(ketidaksepahaman terhadap fakta yang relevan).

2. Isu yang mengandung fakta yang sebenarnya seringkali sulit untuk dipecahkan.
Perlu dipahami oleh mahasiswa teknik bahwa banyak ketidaksepahaman moral
yang jelas terlihat diturunkan nilainya menjadi ketidaksepahaman teknis.
Seringkali terjadi, bahwa informasi yang diperlukan untuk memahami suatu fakta
belum tersedia saat itu, dan belum diketahui kapan informasi itu akan tersedia.

3. Ketika suatu isu faktual sudah terdefinisi, terjadi perkembangan ketidaksepahaman


ke arah lain.
Contoh:
Orang 2: memang belum ada bukti ilmiah mengenai level bahaya benzene di bawah
level 10 ppm. Tetapi hal serupa pernah terjadi ketika selama bertahun-tahun
asbestos dianggap tidak berbahaya. Jadi tidak ada salahnya mengeluarkan biaya
lebih untuk mendeteksi level benzene 1 ppm untuk keamanan, daripada menyesal
karena telah terpapar materi karsinogenik. (fakta sudah terdefinisi, yaitu
kurangnya informasi yang diperlukan).
Orang 1: memang lebih baik aman daripada menyesal, tetapi tetap perlu bukti
positif untuk memastikan batas ukuran keamanan. Memang ada risiko menghadapi
sesuatu yang belum diketahui, tapi tidak berarti kita harus beraksi sekarang
seolah-olah kita mengetahui sesuatu yang sebenarnya tidak diketahui.
Orang 2: tetapi bila kita berasumsi bahwa benzene aman pada level tertentu hanya
karena saat ini kita tidak mempunyai bukti bahwa benzene tidak aman, adalah
seperti burung unta yang mengubur kepalanya di dalam pasir sampai kemudian
ada yang menendangnya dari belakang.
Orang 1: tetapi cara pandang seperti itu adalah seperti seekor anak ayam yang
ketakutan, mengira sepotong langit jatuh menimpa kepalanya, padahal ada sebutir
biji yang jatuh dari pohon. Maksudnya adalah membuat kesimpulan terburuk
berdasarkan sedikit bukti. (terjadi ketidaksepahaman terhadap cara memandang
pentingnya keberadaan suatu informasi terhadap risiko yang dapat dihadapi).

Page 3 of 4
Dengan seringkali terjadinya ketidaklengkapan informasi yang penting untuk mendukung
fakta, maka untuk menghadapi risiko sebaiknya kita lebih memperhatikan masalah
KEMUNGKINAN/PROBABILITIES dibandingkan dengan KEPASTIAN/CERTAINTIES.
Untuk dapat melaksanakan hal tersebut dan mengurangi munculnya ketidaksepahaman,
maka perlu dikembangkan standar-standar untuk risiko yang masih dapat diterima
(ACCEPTABLE RISK).

Akan lebih mudah bila kita memiliki fakta-fakta dan informasi yang diperlukan untuk
dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan sesuatu yang pernah terjadi,
misalnya penyebab suatu kecelakaan sejenis. Tetapi kita pun ingin mengetahui akibat-
akibat yang akan terjadi dari berbagai pilihan sedangkan pada saat yang sama banyak
ketidakpastian yang dihadapi.
Penting untuk membedakan tidak hanya antara fakta yang relevan dan tidak relevan,
tetapi juga antara fakta yang diketahui dan fakta yang tidak diketahui informasinya.
Dalam hal ini, sejumlah fakta yang belum diketahui dengan lengkap informasinya menjadi
kurang penting dibandingkan dengan tingkat relevansinya atau kepentingannya.

Dalam membahas suatu isu etik, perlu dipahami kata-kata kunci dalam etika keteknikan,
yaitu antara lain:
1. Public health, safety and welfare (kesehatan, keamanan dan kesejahteraan
masyarakat)
2. Conflict of interest (konflik kepentingan)
3. Bribery (penyuapan/penyogokan)
4. Extortion (pemerasan)
5. Confidentiality (kerahasiaan)
6. Trade secret (rahasia dagang, rahasia perusahaan, teknik rahasia, resep rahasia)
7. Loyalty (kesetiaan)
8. Dishonesty (ketidakjujuran).

Page 4 of 4

Anda mungkin juga menyukai