Anda di halaman 1dari 6

5.

KARATERISTIKBERMAIN SESUAI TAHAP PERKEMBANGAN

Karakteristik Permainan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Susanna Miliar et


al; Garvey; Rubin; Fein; dan Vendenberg (dalam Rahardjo, 2007) mengungkapkan adanya
beberapa ciri kegiatan permainan, yaitu :

a.) Dilakukan berdasarkan motivasi instrinstik, maksudnya muncul atas keinginan pribadi serta
untuk kepentingan sendiri.

b) Perasaan dari 12 orang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-emosi positif.

c). Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktifitas ke aktivitas lain.

d). Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil akhirnya.

e) Bebas memilih, ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep bermain pada
anak kecil

f.) Mempunyai kualitas pura-pura.

Kegiatan bermain mempunyai kerangka tertentu yang memisahkan dari kehidupan nyata
sehari-hari. Bermain pada masa anak- anak mempunyai karakteristik tertentu yang
membedakannya dari permainan orang dewasa, Menurut Hurlock (1995: 322- 326) karakteristik
permainan pada masa anak- anak adalah sebagai berikut:

a) Bermain dipenguhi tradisi Anak kecil menirukan permainan anak yang lebih besar, yang
menirukan dari generasi anak sebelumnya. Jadi dalam setiap kebudayaan, satu generasi
menurunkan bentuk permainan yang paling memuaskan kegenerasi selanjutnya.

b) Bermain mengikuti pola yang dapat diramalkan Sejak masa bayi hingga masa pematangan,
beberapa permainan tertentu populer pada suatu tingkat usia dan tidak pada usia lain, tanpa
mempersoalkan lingkungan, bangsa, status sosial ekonomi dan jenis kelamin. Kegiatan bermain
ini sangat populer secara universal dan dapat dirmalkan sehingga merupakan hal yang 13 lazim
untuk membagi masa tahun kanak-kanak kedalam tahapan yang lebih spesifik. Berbagai macam
permainan juga mengikuti pola yang dapat diramalkan. Misal, permainan balok kayu dilaporkan
melalui empat tahapan. Pertama, anak lebih banyak memegang, menjelajah, membawa balok dan
menumpuknya dalam bentuk tidak teratur; kedua, membangun deretan dan menara; ketiga,
mengambangakan teknik untuk membangun rancanganyang lebih rumit; keempat, mendramatisir
dan menghasilkan bentuk yang sebenarnya.

c) Ragam kegiatan permainan menurun dengan bertambahnya usia Ragam kegiatan permainan
yang dilakukan anak-anak secara bertahap berkurang dengan bertambahnya usia. Penurunan ini
disebabkan oleh sejumlah alasan. Anak yang lebih besar kurang memiliki waktu untuk bermain
dan mereka ingin menghabiskan waktunya dengan cara menimbulkan kesenangan terbesar.
Dengan meningkatnya lingkungan perhatian, mereka dapat memusatkan perhatiannya pada
kegiatan bermain yang lebih panjangktumbang melompat dari satu permainan kepermainan lain
seperti yang dilakukan seperti usia yang lebih muda. Anakanak meinggalkannya dengan alasan
karena telah bosan atau menganggapnya kekanak-kanakan.

d) Bermain menjadi semakin sosial dengan meningkatnya usia Dengan bertambahnya jumlah
hubungan sosial, kualitas permaianan anak-anak menjadi lebih sosial. Pada saat anak-anak
mencapai usia sekolah, kebanyakan mainan mereka adalah sosial, sseperti yang ada dalam
kegiatan bermain kerja sama, tetapi hal ini dilakukan apabila mereka telah memiliki kelompok
dan bersamaan dengan itu, timbul kesempatan untuk belajar berteman dengan cara sosial.

e) Jumlah teman bermain menurun dengan bertambahnya usia Pada fase prasekoah, anak
menganggap semua anggota kelompok sebagai teman bermain, setelah menjadi anggota gang,
semua beruabah. Mereka ingin bermain dengan kelompok kecilnya itu dimana anggotanya
memiliki perhatian yang sama dan permianannya menimbulkan kepuasan tertentu bagi mereka.

f) Bermain semakin lebih sesuai dengan jenis kelamin Anak laki-laki tidak saja menghindari
teman bermain perempuan pada saat mereka masuk sekolah, tetapi juga menjauhkan diri dari
semua kegiatan bermain yang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.

g) Permainan masa kanak-kanak berubah dari tidak formal menjadi formal Permainan anak kecil
bersifat spontan dan informal. Mereka bermain kapan saja dan dengan mainan apa saja yang
mereka 15 sukai, tanpa memperhattikan tempat dan waktu. Mereka tidak membutuhkan
peralatan atau pakaian khusus untuk bermain. Secara bertahap menjadi semakin formal.

h) Bermain secara fisik kurang aktif dengan bertambahnya usia Perhatian anak dalam permainan
aktif mencapai titik rendahnya selama masa puber awal. Anak-anak tidak saja menarik diri untuk
bermain aktif, tetapi juga menghabiskan sedikit waktunya untuk membaca, bermain dirumah
atau menonton televisi. Kebanyakan waktunya dihabiskan dengan melamun - suatu bentuk
bermain yang tidak membutuhkan tenaga banyak.

i) Bermain dapat diramalkan dari penyesuaian anak Jenis permainan, variasi kegiatan bermain,
dan jumlah waktu yang dihabiskan untuk bermain secara keseluruhan merupakan petunjuk
penyesuaian pribadi dan sosial anak.

j) Terdapat variasi yang jelas dalam permainan anak. Walau semua anak melalui tahapan
bermain yang serupa dan dapat diramalkan, tidak semua anak bermaian dengan cara yang sama
pada usia yang sama. Variasi permainan anak dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA PERMAINAN http://digilib.uinsby.ac.id/9302/5/bab2.pdf di akses


jam 09:17 maret 2019

6. Alat permainan edukatif

1. pengertian

Bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat digemari oleh anak usia dini dan
kegiatan bermain pada anak pada intinya adalah proses belajar anak itu sendiri. Dengan bermain
anak-anak dapat melakukan kegiatan yang merangsang dan mendorong pengembangan aspek-
aspek kemampuan dan potensi yang telah dimiliki anak. Anak belajar di mulai dari objek nyata,
maka dari itu agar bermain anak lebih bermakna dan hasilnya baik harus ditunjang dengan sarana
atau alat permainan yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

Mayke Sugianto, T. 1995, mengemukakan bahwa alat permainan edukatif (APE) adalah
alat permainan yang sengaja dirancang secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Pengertian
alat permainan edukatif tersebut menunjukkan bahwa pada pengembangan dan pemanfaatannya
tidak semua alat permainan yang digunakan anak usia dini itu dirancang secara khusus untuk
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Sebagai contoh bola sepak yang dibuat dari
plastik yang dibeli langsung dari toko mainan. Dalam hal ukurannya seringkali susah untuk
dipegang dengan nyaman oleh anak, jika mau saling melempar dengan teman-temannya akan
terasa sakit di telapak tangan. Warnanya pun sering kali menggunakan satu warna saja sehingga
tidak menarik bagi anak karena anak biasanya menyenangi bendabenda yang berwarna-warni.

2. Ciri-ciri alat permainan edukatif

a) alat permainan tersebut ditujukan untuk anak TK


b) difungsikan untuk mengembangkan berbagai perkembangan anak TK
c) dapat digunakan dengan berbagai cara, bentuk, dan untuk bermacam tujuan aspek
pengembangan atau bermanfaat multiguna
d) aman atau tidak berbahaya bagi anak
e) untuk mendorong aktifitas dan kreatifitas anak
f) bersifat konstruktif atau ada sesuatu yang dihasilkan
g) mengandung nilai pendidikan

3. fungsi permainan edukatif

Alat-alat permainan yang dikembangkan memiliki berbagai fungsi dalam mendukung


penyelenggaraan proses belajar anak sehingga kegiatan dapat berlangsung dengan baik dan
bermakna serta menyenangkan bagi anak. Fungsi-fungsi tersebut adalah:

a) Menciptakan situasi bermain (belajar) yang menyenangkan bagi anak dalam proses
pemberian perangsangan indikator kemampuan anak. Sebagaimana yang telah
dikemukakan sebelumnya bahwa kegiatan bermain itu ada yang menggunakan alat, ada
pula yang tidak menggunakan alat. Khusus dalam permainan yang menggunakan alat,
dengan penggunaan alat-alat permainan tersebut anak-anak tampak sangat menikmati
kegiatan belajar karena banyak hal yang mereka peroleh melalui kegiatan belajar
tersebut.
b) Menumbuhkan rasa percaya diri dan membentuk citra diri anak yang positif Dalam
suasana yang menyenangkan, anak akan mencoba melakukan berbagai kegiatan yang
mereka sukai dengan cara menggali dan menemukan sesuai yang ingin mereka ketahui.
Kondisi tersebut sangat mendukung anak dalam mengembangkan rasa percaya diri
mereka dalam melakukan kegiatan. Alat permainan edukatif memiliki fungsi yang sangat
strategis sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan anak dalam melakukan
kegiatan-kegiatannya sehingga rasa percaya diri dan citra diri berkembang secara wajar.
Pada kegiatan anak memainkan suatu alat permainan dengan tingkat kesulitan tertentu
misalnya menyusun balok-balok menjadi suatu bentuk bangunan tertentu, pada saat
tersebut ada suatu proses yang dilalui anak sehingga anak mengalami suatu kepuasaan
setelah melampaui suatu tahap kesulitan tertentu yang terdapat dalam alat permainan
tersebut. Proses-proses seperti itu akan dapat mengembangkan rasa percaya secara wajar
dimana anak merasakan bahwa tiada suatu kesulitan yang tidak ditemukan
penyelesaiannya.
c) Memberikan stimulus dalam pembentukan perilaku dan pengembangan kemampuan
dasar Pembentukan perilaku melalui pembiasaan dan pengembangan kemampuan dasar
merupakan fokus pengembangan pada anak usia usia dini. Alat permainan edukatif
dirancang dan dikembangkan untuk memfasilitasi kedua aspek pengembangan tersebut.
Sebagai contoh pengembangan alat permainan dalam bentuk boneka tangan akan dapat
mengembangan kemampuan berbahasa anak karena ada dialog dari tokoh-tokoh yang
diperankan boneka tersebut, anak memperoleh pengetahuan tentang berbagai hal yang
disampaikan melalui tokoh-tokoh boneka tersebut, dan pada saat yang sama anak-anak
memperoleh pelajaran berharga mengenai karakteristik dan sifat yang dimiliki oleh para
tokok yang disimbolkan oleh boneka-boneka tersebut.
d) Memberikan kesempatan anak bersosialisasi, berkomunikasi dengan teman sebaya. Alat
permainan edukatif berfungsi memfasilitasi anak-anak mengembangkan hubungan yang
harmonis dan komunikatif dengan lingkungan di sekitar misalnya dengan
temantemannya. Ada alat-alat permainan yang dapat digunakan bersama-sama antara
satu anak dengan anak yang lain misalnya anak-anak menggunakan botol suara secara
bersama- 10 sama dengan suara yang berbeda sehingga dihasilkan suatu irama yang
merdu hasil karya anak-anak. Untuk menghasilkan suatu irama yang merdu dengan
perbedaan botol-botol suara tersebut perlu kerjasama, komunikasi dan harmonisasi antar
anak sehingga dihasilkan suara yang merdu.
http://badruzaman.staf.upi.edu/files/2011/12/materi-media-paud-upi.pdf diakses pada
jam 9: 49 maret 2019

7. macam- macam alat perminana untuk anak


8. system pelindungan anak indonisia
Sistem perlindungan anak di Indonesia kerangka hukum dan kebijakan di
Indonesia perlu diperkuat untuk mencegah dan menangani kekerasan, perlakuan salah,
eksploitasi dan penelantaran anak. Kerangka hukum dan kebijakan yang ada saat ini
kondusif untuk mempromosikan hak anak, tetapi masih terdapat beberapa kesenjangan.
Kerangka hukum tersebut harus menunjuk lembaga pemerintah dengan tugas, wewenang
dan tanggung jawab yang jelas terhadap penanganan dan penyediaan layanan
perlindungan anak. Indonesia juga menghadapi tantangan untuk memastikan keselarasan
peraturan daerah (Perda) dan kebijakan perlindungan anak di hampir 500 kabupaten,
masing-masing dengan kewenangan untuk menetapkan peraturannya sendiri. Oleh
karena itu, langkah terakhir yang dilakukan oleh pemerintah pusat untuk
mengembangkan pedoman Perda yang mengacu pada pendekatan berbasis sistem
terhadap perlindungan anak merupakan sebuah langkah positif.
https://www.unicef.org/indonesia/id/A7_-_B_Ringkasan_Kajian_Perlindungan.pdf
diakses pada jam 10:06 maret 2019

Anda mungkin juga menyukai