URTIKARIA
Disusun oleh:
Priya Suma
2018.03.0109
2020
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN
Urtikaria (gelagata) merupakan reaksi alergi hipersensitivitas tipe 1 pada kulit yang
ditandai oleh kemunculan mendadak lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah
muda dengan ukuran serta bentuk yang bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan
rasa nyaman yang setempat. Kelainan ini dapat mengenai setiap bagian tubuh, termasuk
membran mukosa (khususnya mulut), laring (kadang-kadang dengan komplikasi respiratorius
yang serius) dan traktus gastrointestinal. Setiap urtikaria akan bertahan selama periode waktu
tertentu yang bervariasi dari beberapa menit hingga beberapa jam sebelum menghilang.
Selama berjam-jam atau berhari-hari, kumpulan lesi ini dapat timbul, hilang dan kembali lagi
secara episodik (Brunner dan Sudarth, 2002).
Secara umum, Urtikaria yang disebut juga Kaligata, Biduran, atau Gelagata adalah suatu
reaksi alergi pada kulit akibat pengeluaran histamin ditandai dengan kemunculan mendadak
lesi yang menonjol yang edematous, berwarna merah muda dengan ukuran serta bentuk yang
bervariasi, keluhan gatal dan menyebabkan gangguan rasa nyaman yang setempat. Istilah lain
yang digunakan untuk urtikaria yaitu : Hives, nettle rash, biduran, kaligata, gelagata.
2. EPIDEMIOLOGI
Urtikaria (biduran) adalah lesi kulit yang banyak dikenal, yang pada saat tertentu
dapat mengenai sedikitnya 25% dari populasi. Sebagian besar episode urtikaria berlangsung
singkat dan bersifat swasirna, terutama di masa kanak-kanak bila berkaitan dengan infeksi
pernapasan. Namun, sebagian kecil orang dewasa (dan jarang pada anak-anak) urtikaria
yang tidak diketahui sebabnya dapat menetap selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
3. ETIOLOGI
4. Infeksi
Penyakit infeksi dan penyakit sistemik yang lain dapat menyebabkan urtikaria,
misalnya pada hepatitis B
B. Faktor imunologik
C. Faktor modulasi
Beberapa faktor lain yang juga dapat menyebabkan urtikaria ialah alcohol, panas,
dingin, demam, latihan fisik, stress emosional, hormonal. Penyakit autoimunitas dapat
pula merangsang timbulnya gambaran urtikaria.Faktor lain penyebab urtikaria menjadi
lebih spesifik, yaitu :
1. Obat.
2. Makanan
3. Gigitan/sengatan serangga
4. Bahan fotosensitizer
5. Inhalan
6. Kontaktan
7. Trauma fisik
8. Infeksi dan infestasi
9. Psikis
10. Genetik
11. Penyakit sistemik
4. PATOFISIOLOGI
Urtikaria timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan
menimbulkan reaksi setempat yang mirip reaksi anafilaksis. Histamin yang dilepaskan
setempat akan menimbulkan (1) vasodilatasi yang menyebabkan timbulnya red flare
(kemerahan) dan (2) peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa
menit kemudian akan terjadi pembengkakan setempat yang berbatas jelas.
5. KLASIFIKASI
a. Berdasarkan lamanya serangan
- Urtikaria akut : Episode urtikaria yang berlangsung kurang dari 6 minggu
- Urtikaria kronis : urtikaria menetap yang belangsung selama 6 minggu atau lebih
b. Berdasarkan morfologi klinis
- urtikaria popular : bila berbentuk papul
- gutata : bila bentuknya besarnya sebesar tetesan air
- girata bila ukurannya besar besar.
- anular dan asinar.
c. Berdasarkan luas dan dalamnya
- urtikaria local
- generalisata
- angioedema.
d. Berdasarkan penyebab urtikaria dan mekanisme terjadinya, maka dikenal urtikaria
imunologik, nonimunologik dan idiopatik.
6. MANIFESTASI KLINIS
- Klinis tampak bentol (plaques edemateus) multipel yang berbatas tegas, berwarna
merah dan gatal. Bentol dapat pula berwarna putih di tengah yang dikelilingi warna
merah. Warna merah bila ditekan akan memutih. Ukuran tiap lesi bervariasi dari
diameter beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter, berbentuk sirkular atau
serpiginosa (merambat).
- Tiap lesi akan menghilang setelah 1 sampai 48 jam, tetapi dapat timbul lesi baru.
- Pada dermografisme lesi sering berbentuk linear, pada urtikaria solar lesi terdapat
pada bagian tubuh yang terbuka. Pada urtikaria dingin dan panas lesi akan terlihat
pada daerah yang terkena dingin atau panas. Lesi urtikaria kolinergik adalah kecil-
kecil dengan diameter 1-3 milimeter dikelilingi daerah warna merah dan terdapat di
daerah yang berkeringat. Secara klinis urtikaria kadang-kadang disertai angioedema
yaitu pembengkakan difus yang tidak gatal dan tidak pitting dengan predileksi di
muka, daerah periorbita dan perioral, kadang-kadang di genitalia. Kadang-kadang
pembengkakan dapat juga terjadi di faring atau laring sehingga dapat mengancam
jiwa.
7. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : tampak adanya edema dan pembengkakan, kulit tampak kemerahan,
juga terdapat batas pinggir yang jelas (timbul secara tiba-tiba, memudar bila
disentuh,dan apabila digaruk akan timbul bilur-bilur yang baru).
- Palpasi : terasa adanya pembengkakan dan edema serta adanya nyeri tekan.
b. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan darah, urin, dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi yang
tersembunyi atau kelainan pada alat dalam. Cryoglobulin dan cold hemolysin
perlu diperiksa pada dugaan urtikaria dingin.
- Tes eliminasi makanan dengan cara menghentikan semua makanan yang dicurigai
untuk beberapa waktu, lalu mencobanya kembali satu per satu.
- Tes kulit, meskipun terbatas kegunaannya dapat dipergunakan untuk membantu
diagnosis. Uji gores (scratch test) dan uji tusuk (prick test), serta tes intradermal
dapat dipergunakan untuk mencari alergen inhalan, makanan, dermatofit dan
kandida.
- Pemeriksaan gigi, telinga-hidung-tenggorok, serta usapan vagina perlu untuk
menyingkirkan dugaan adanya infeksi fokal.
- Pemeriksaan imunologis seperti pemeriksaan kadar Imunoglobulin E, eosinofil
dan komplemen.
- Pemeriksaan histopatologik, walaupun tidak selalu diperlukan, dapat membantu
diagnosis. Biasanya terdapat kelainan berupa pelebaran kapiler di papilla dermis,
geligi epidermis mendatar, dan serat kolagen membengkak. Pada tingkat
permulaan tidak tampak infiltrasi seluler dan pada tingkat lanjut terdapat infiltrasi
leukosit, terutama disekitar pembuluh darah.
- Pada urtikaria fisik akibat sinar dapat dilakukan tes foto tempel.
- Suntikan mecholyl intradermal dapat digunakan pada diagnosis urtikaria
kolinergik.
- Tes dengan es (ice cube test) pada urtikaria dingin.
- Tes dengan air hangat pada urtikaria panas.
8. PENATALAKSANAAN
a. Non Farmakologi
Yang bisa dilakukan untuk pengobatan secara non farmakologi ini adalah dengan
menghindari allergen yang diperkirakan sebagai penyebab dari urtikaria.
b. Farmakologi
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA
ANALISIS DATA
1. Ds :
- Klien merasa nyeri pada kulit yang bengkak
- Skala nyeri klien 4 dari 10
Do :
- Klien tampak meringis
- Kulit klien terlihat bengkak dan berwarna kemerahan
Diagnosa: nyeri akut berhubungan dengan edema ditandai dengan klien mengatakan
merasa nyeri pada kulit yag bengkak dan berwarna kemerahan, skala nyeri 4 dari 10.
2. Ds:
- Klien merasa kulit klien membengkak pada beberapa bagian tubuh
Do:
- Terdapat lesi, udem dan pembengkakan
Diagnose: kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan adanya iritan dan bahan
kimia ditandai dengan adanya lesi, edema, dan pembengkakan.
3. Ds :
- Klien mengeluh kurangan tidur
- Klien mengatakan sering terbangun pada malam hari
- Klien merasa gatal pada malam hari
Do :
- Klien terlihat letih dan lesu
Diagnosa: gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus ditandai dengan klien
mengeluh kurang tidur, sering terbangun pada malam hari karena merasa gatal pada kulit.
4. Ds : -
Do :
- Terdapat lesi
- Terdapat pembengkakan
Diagnosa : resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan dan peningkatan
paparan lingkungan ditandai dengan adanya lesi.
C. EVALUASI
A. Kesimpulan
B. Saran