TEORI SISTEM
Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang system
akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada da;lam system. Sistem tersebut terdiri
dari subsistem yang membentuk sebuah system yang antara yang satu dengan yang lainnya harus
saling mempengaruhi.
Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output,
dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.
Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistam,
seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga
kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.
Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil
yang diharapkan dari system tersebut, sebahaimana contoh dalam system pelayanan kesehatan,
maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kasehatan.
Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses , dalam system pelayanan kesehatan hasilnya dapat
berupa pelayanan kesehatan berkualitas, efektif, dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyaraka sehingga pasien cepat sembuh dan sehat optimal.
Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari system, yang terjadi relative lama waktunya.
Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan , maka dampaknya akan
menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan
terjangkau oleh masyarakat.
Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah system
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam system pelayanan
kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga dapat menjadikan input yang selalu
meningkat.
Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang ada di masyarakat seperti institusi di
luar pelayanan masyarakat.
TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN
Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari system pelatanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan
dasar manusia tentang kesehatan. Diantara pelayanan kesehatan dalam system pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
Health promotion
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.
Specific protection (Perlindungan khusus)
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan
menyebabkan penurunan sttus kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit
tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah
pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti
imunisasi BCG, DPT, Hepatirtis, campak, dan lain-lain.
Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau ditimbulnya
gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya
penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit shingga tidak terjadi
penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survey
pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus serta
pencegahan terhadap meluasnya kasus.
Disability limitation (pembatasan cacat)
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada
kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat di lakukan
dapat berupa perawatam untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut,
pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.
Rehabilitation (rehabilitasi)
Tingkat pelayanan ini di laksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap ini
dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang
diberikan pada pasien., kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali
atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan senang hati
karina kesadaran yang dimilikinya.
Rawat Jalan
Lembaga pelayana kesehatan ini bertujuan memberikan elayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang
dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik-klinik
kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik petawatan spesialis dan lain-lain.
Institusi
Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan
berbagai tingkat pelayanan kesehatan, pusat rehabilitasi, dan lain-lain.
Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayan kesehatan yang difokuskan kepada klien yang sakit
terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa terminalnya dengan tenang. Lembaga
ini biasanya digunakan dalam home care.
4 Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lbh mudah diperoleh dan di jangkau dan
begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah.Keadaan ekonomi ini akan
mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan.
5 Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam
system pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam system pelayanan.
Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap
atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan
sikap empati yang ditunjukkan perawat kepada klien pada saat memberikan
asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu
bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani
perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit.
Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu
sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.
Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal
di mata masyarakat. Masih banyak lagi hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat profesional untuk menciptakan citra perawat ideal yang lebih baik lagi di
mata masyarakat.
Untuk mewujudkan hal itu, tentu saja diperlukan kompetensi yang memadai,
kemauan yang besar, dan keseriusan dari dalam diri perawat sendiri untuk
membangun citra keperawatan menjadi lebih baik. Perawat yang terampil, cerdas,
baik, komunikatif, dan dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai
dengan kode etik, tampaknya memang merupakan sosok perawat ideal di mata
masyarakat. Semoga kita dapat menjadi perawat profesional yang mampu menjadi
role model bagi perawat-perawat lain dalam membawa citra perawat ideal di mata
masyarakat.
Hidup perawat Indonesia.
Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu
dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah :
• Caring, menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai
humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan
orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan
keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik,
mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi
setiap perubahan yang terjadi.
• Sharing, artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
• Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa
nyaman klien.
• Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
• Touching, artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis
yang memiliki makna (Barbara, 1994)
• Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
• Believing in Others, artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk
selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
• Learning, artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
• Respecting, artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan
menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
• Listening, artinya mau mendengar keluhan kliennya
• Felling, artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.
• Accepting, artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia.
Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan
berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi, memberlakukan kode etik
keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.
Standar praktik keperwatan professional di Indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2000). Standar
tersebut mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 standar yaitu:
S 1. Pengkajian keperawatan
l Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat dan berkesinambungan.
• Kriteria Proses
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
mempelajari data penunjang (pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan klien lainnya.
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan
lain.
S 2. Diagnosis Keperawatan
l Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan
l Kriteria Proses:
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan
diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala
(S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan
S 3. Perencanaan
l Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien.
Kriteria Proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.
S 4. Implementasi
l Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan
l Kriteria Proses :
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan
S 5. Evaluasi
l Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data
dasar serta perencanaan.
Kriteria Proses
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan
terus menerus.
2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian
tujuan
4. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan
untuk praktek tersebut dan untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi kontribusikeperawatan
dalam perawatan pasien.
1.
Standar praktek
police
), uraian tugas (
job deskription
performance standar
). Ia menuntun perawat dalam melaksanakan perawatan pasien. Ia jugamenetapkan level kinerja yang
perlu diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwastandar asuhan akan dicapai dan
menggambarkan definisi institusi tentang apa yang dapatdilakukan oleh perawat. Kebijakan menetapkan
sumber-sumber atau kondisi yang harus tersediauntuk menfasilitasi pemberian asuhan.Uraian tugas
mencerminkan kompetensi, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan bagisemua staf yang memiliki
peran atau posisi sebagai perawat. Sedangkan standar kinerjaditurunkan dari uraian tugas dan
menyediakan ukuran untuk mengevaluasi level perilaku perawatyang didasarkan atas pengetahuan,
ketrampilan, dan pencapaian aktifitas kemajuan profesional.
2.
Standar Asuhan
Standar asuhan meliputi prosedur, standar asuhan genetik, dan rencana asuhan (
care plans
).Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan pasien yang aman dan memastikan hasilyang
berasal dari pasien ini. Prosedur adalah urain tahap pertahap tentang bagaimana
melakukanketerampilan psikomotor dan bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori
utama:manajemen pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan peralatan non
invatif;manajemen status fisiologis dan psikologis; dan diagnosa keperawatan tertentu. Standar
asuhangenetik menguraikan harapan asuhan minimal yang disediakan bagi semua pasien
diamanapun pasien dirawat. Rencana asuhan dibuat dan biasanya mempunyai hubungan dengan diagno
samedis pasien dan diagnosa keperawatan pasien.
1.
Perawat
2.
Rumah sakit
3.
Klien
Perawatan yang tidak lama, biaya yang ditanggung keluarga menjadi ringan.
4.
Profesi
5.
Mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja
sama dengan baik.
F.
1.
Praktek Klinis
Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alatmengukur
mutu penampilan kerja perawat guna memberikan
feeedback
untuk perbaikan.
2.
Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola
staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.
3.
Pendidikan Keperawatan
Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.
4.
Riset Keperawatan
Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki danmeningkatkan
kualitas askep.
5.
Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkanmutu
askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baikdan
memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.
G.
Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola praktekklinis
perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.2.
Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan yangdapat
dipertanggung jawabkan.
Lisensi Praktik
Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab terhadap pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran etis. Hukum atauundang-undang tidak
mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin keselamatan pelaksanaan standar praktik
keperawatan secara minimal.Undang-Undang kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan
3 menyebutkan:
Ayat 2:
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.
Ayat 3:
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmukeperawatan
atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.Isi undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa
lisensi sangat diperlukan oleh
perawat profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Pengertian lisensiadal
ah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen kesehatan
berupa penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layanan kesehatan.Lis
ensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan RI No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang
registrsi dan praktik perawat.Whasington State Nursing Practice Act(
) menyatakan bahwa orangyang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung jawab
terhadap individuuntuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.
Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung gugat perawat
yang merupakan bagian dari lisensi profesi.2)
Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan adalah penting,
maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.
UU Praktek Keperawatan
Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan, tetapisebagian
besar memiliki aturan yang serupa. Definisi tentang praktek keperawatandipublikasikan oleh ANA pada
tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang mewakili
cakupan praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian dan provi
nsi. Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU praktekkeperawatan
mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya perankeperawatan dalam
praktek keperawatan.
2)
3)
4)
Standar keperawatan secara luas menggunakan dan mengadopsi kerangka kerja ModelDonabedian
yang dipadukan dengan berbagai konsep keperawatan.Standar harus tersedia diberbagai tatanan
dengan bermacam-macam pengertian dan persyaratan,namun essensial bagi setiap operasional
pelayanan kesehatan. Keperawatan profesi yang palingresponsive dalam menata standar karena banyak
hal-hal yang berperan penting dalam asuhan pasien yang tidak disentuh (
intangibles
). Oleh karena itu dalam pengembangan standarkeperawatan membutuhkan pengertian yang sangat
mendasar tentang hakekat keperawatansebagai persyaratan awal, harus diidentifikasi dengan jelas
pengertian multifokal tujuankeperawatan. Selanjutnya perlu diidentifikasi hasil asuhan pasien / klien
–
hasil yang diharapkanmenjadi standar asuhan, kemudian performance kinerja perawat professional
berorientasi pada proses keperawatan
–
–
struktur pengelolaan menjadi standar biaya / anggaran. Persyaratan awal diatas tadi untuk menentukan
hasil yang spesifik dan kaitannya dengan proses keperawatan dan hasil yang diharapkan