Anda di halaman 1dari 23

SISTEM PELAYANAN

TEORI SISTEM DALAM PELAYANAN KESEHATAN

            Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan pelayanan


kesehatan. Keberhasilan system pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen  yang
masuk dalam pelayanan kesehatan diantara perawat, dokter, atau tim kesehatan lain yang satu
dengan yang lain saling menunjang. Sistem ini akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan
yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada dimasyarakat. Dalam pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian penting dalam pelayanan kesehatan, para perawat diharapkan juga dapat
mamberikan pelayanan secara berkualitas.

TEORI SISTEM

Dalam mempelajari system, maka terlebih dahulu harus memahami teori tentang system
akan memudahkan dalam memecahkan persoalan yang ada da;lam system. Sistem tersebut terdiri
dari subsistem yang membentuk sebuah system yang antara yang satu dengan yang lainnya harus
saling mempengaruhi.
            Dalam teori system disebutkan bahwa system itu terbentuk dari subsistem yang saling
berhubungan dan saling mempengaruhi. Bagian tersebut terdiri dari input, proses, output,
dampak, umpan balik dan lingkungan yang semuanya saling berhubungan dan saling
mempengaruhi.

Input
Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistam,
seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat, tenaga
kesehatan, sarana kesehatan dan lain-lain.

Proses
Suatu kegiatan yang berfungsi untuk mengubah sebuah masukan untuk menjadikan sebuah hasil
yang diharapkan  dari system tersebut, sebahaimana contoh dalam system pelayanan kesehatan,
maka yang dimaksud proses adalah berbagai kegiatan dalam pelayanan kasehatan.

Output
Hasil yang diperoleh dari sebuah proses , dalam system pelayanan kesehatan hasilnya dapat
berupa pelayanan kesehatan berkualitas, efektif, dan efisien serta dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyaraka sehingga pasien cepat sembuh dan sehat optimal.

Dampak
Merupakan akibat yang dihasilkan sebuah hasil bari system, yang terjadi relative lama waktunya.
Setelah hasil dicapai, sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan , maka dampaknya akan
menjadikan masyarakat sehat dan mengurangi angka kesakitan dan kematian karena pelayanan
terjangkau oleh masyarakat.
Umpan balik
Merupakan suatu hasil yang sekaligus menjadikan masukan dan ini terjadi dari sebuah system
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Umpan balik dalam system pelayanan
kesehatan dapat berupa kualitas tenaga kesehatanyang juga dapat menjadikan input yang selalu
meningkat.

Lingkungan
Lingkungan disini adalah semus keadaan diluar system tetati dapat mempengaruhi pelayanan
kesehatan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, lingkungan yang dimaksud dapat
berupa lingkungan strategis, atau situasi kondisi social yang ada di masyarakat seperti institusi di
luar pelayanan masyarakat.

TINGKAT  PELAYANAN KESEHATAN
            Tingkat pelayanan kesehatan merupakan bagian dari system pelatanan kesehatan yang
diberikan pada masyarakat. Melalui tingkat pelayanan kesehatan akan dapat diketahui kebutuhan
dasar manusia tentang kesehatan. Diantara pelayanan kesehatan dalam system pelayanan
kesehatan adalah sebagai berikut:
        Health  promotion
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan
melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan
agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan.
        Specific protection (Perlindungan khusus)
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan
menyebabkan penurunan sttus kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit
tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah
pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti
imunisasi BCG, DPT, Hepatirtis, campak, dan lain-lain.
        Early diagnosis and promt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk kedalam tingkat dimulainya atau ditimbulnya
gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya
penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit shingga tidak terjadi
penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survey
pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survey penyaringan kasus serta
pencegahan terhadap meluasnya kasus.
        Disability limitation (pembatasan cacat)
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak
mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada
kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat di lakukan
dapat berupa perawatam untuk menghentikan  penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut,
pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.

        Rehabilitation (rehabilitasi)
Tingkat pelayanan ini di laksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap ini
dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang
diberikan pada pasien., kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali
atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan senang hati
karina kesadaran yang dimilikinya.

LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN


Lembaga pelayanan kesehatan merupakan tempat pemberian pelayanan kesehatan pada
masyarakat dalam rangka meningkatkan status kesehatan. Tempat pelayanan kesehatan ini
sangat bervariasi berdasarkan tujuan pemberian pelayanan kesehatan. Tempat pelayanan
kesehatan dapat berupa rawat jalan, institusi kesehatan, community based agency, dan hospice.

Rawat Jalan
Lembaga pelayana kesehatan ini bertujuan memberikan elayanan kesehatan pada tingkat
pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang
dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik-klinik
kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik petawatan spesialis dan lain-lain.

Institusi
Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan
berbagai tingkat pelayanan kesehatan, pusat rehabilitasi, dan lain-lain.

Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayan kesehatan yang difokuskan kepada klien yang sakit
terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa terminalnya dengan tenang. Lembaga
ini biasanya digunakan dalam home care.

Community Based Agency


Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada
keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawatai keluarga
dan lain-lain.

LINGKUP SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Dalam system pelayanan kesehatan dapat mencakup pelayanan dokter, pelayanan
keperawatan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dokter merupakan subsistem dari pelayanan
kesehatan. Subsistem pelayanan kesehatan tersebut memiliki tujuan masing-masing dengan tadak
meninggalkan tujuan umum dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan terdapat tiga bentuk yaitu, primary health care, (pelayanan kesehatan
tingkat pertama),secondary care (pelayanan kesehatan tingkat kedua), dan tertiary health services
(pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
1                    Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah
ringan atau  masyarakat  sehat inin mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal
dan sejahtera sehimga sifat pelayanan kesehatan adalah layanan kesehatan dasar. Pelayanan
kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dll.
2                    Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat kedua )
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat yang membutuhkan perawatan
dirumah sakit dan tersedia tenaga spesialis atau sejenisya.
3                    Tritiary healt service ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )
Tingkat pelayanan keehatan ini diguakan apabila tingkat pertama dan kedua tidak lagi
digunakan. Pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau spesialis dan sebagai
rujukan utama seperti rumah sakit A atau B.
           

PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM PELAYAN KESEHATAN


           
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi
pelayanan dasar dan pelyanan rujukan.Pelayanan keperawatan oleh tenaga perawat dalam
pelayanannya memiliki tugas, diantaranya memberikan keperawatan keluarga, komunitas dalam
elayanan kesehatan dasar dan akan memberikanasuhan keperawatn secara umum pada pelayanan
rujukan.
Pada lingkup pelayanan rujukan, tugas perawat adalah memberikan asuhan keperawatan
pada ruang atau lingkup rujukannya seperti pada anak,maka perawat memberikan asuhan
keperwatan elalui pendekatan proses keperawatan anak,untuk lingkup keperawatan jiwa, perawat
akan memberikan asuhan eperawatn pada pasien gangguan jiwa dll.

FAKTOR YANG MEMPENAGARUHI PELAYANAN KESEHATAN


Pelayanan kesehatan akan lebih berkembang atau sebaliknya akan terhambat karena
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti adanya peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi
baru, pergeseran nilai masyarakat, aspek legal dan etik, ekonomi dan politik.

1                    Ilmu pengetahuan dan teknologi baru


Mengingat adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh
perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas
lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit penyembuhannya maka digunakanlah alat
seperti laser, terapi peruahan gen dll.Maka pelayanan kesehatan ini membutuhkan biaya yang
cukup besar dan butuh tenaga yang professional di bidang tertentu.
           
2                    Pergeseran nilai masyarakat
Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang
lebih dalam penngunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada
masyarakat yang memiliki pengetahuan kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap
pelayanan kesehatan,sehinnga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi system pelayanan
kesehatan.

3                    Aspel legal dan etik


Dengan tingginya kesadarn masyarakat tehadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntunan hokum dan etik dalam pelayanan kesehatan,
sehingga pelaku memberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan
kesehatan secra profeffional dengan memperhatikan norma dan etik yang ada dalam masyarakat

4                    Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang pelayanan kesehatan lbh mudah diperoleh dan di jangkau dan
begitu sebaliknya dengan orang yang tergolong ekonomi rendah.Keadaan ekonomi ini akan
mempengaruhi dalam system pelayanan kesehatan.

5                    Politik
Kebijakan pemerintah melalui system politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam
system pemberian pelayan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan pola
dalam system pelayanan.

Strategi yang ada dalam visi Indonesia sehat diantanya pemahaman tentang paradigma


sehat, srategi professionalisme dalam segala tugas, adanya JPKM,dan desentralisai.
Dalam menggunakan strategi yang ada, pemerintah telah menyusun misi yang akan di
jalankan sebagaimana dalam system pelayanan kesehatan, diantaranya :
a.                   Penggerak pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan
b.                  Memelihara, meningkatkan melindungi kesehatan individu, keluarga, masyarat dan lingkungan
c.                   Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata  dan terjangkau
d.                  Meningkatkan kemandirian masyatakat hidup sehat
Dalam melaksanakan misi yang ada, keperawatan sebagai profesi dalam bidang
kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang professional dan berorientasi pada
paradigma sehat sesuai dengan paradigma keperawatan yang dimiliki, salah satunya adalah
pembangunan kesehai yang berorientasi penyembuhan pada orang berian pelayanan kesehatan
difokuskan pada promosif dam preuk prod agar dapat lebih meninggkatkan dan memelihara
baghat ag segar lebih produktif dan yang sakit agar lebih sehat. Sehingga akhirnya akan terjadi
pola atau gaya hidup sahat pada semua lapisan masyarakat Indonesia.

2. peran pearwat prof

Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya


dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi
keputusan klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator,
pemberi kenyamanan, komunikator, penyuluh, dan peran karier.

Semua peran tersebut sangatlah berpengaruh dalam membangun citra perawat di


masyarakat. Namun, disini saya akan menekankan peran yang menurut saya paling
penting dalam membangun citra perawat ideal di mata masyarakat. Peran–peran
tersebut diantaranya ialah peran sebagai pemberi perawatan, peran sebagai
pemberi kenyaman dan peran sebagai komunikator. Peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan merupakan peran yang paling utama bagi seorang perawat.
Ads
Perawat profesional yang dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan
terampil akan membangun citra keperawatan menjadi lebih baik di mata
masyarakat. Saat ini, perawat vokasional memang masih mendominasi praktik
keperawatan di rumah sakit maupun di tempat pelayanan kesehatan lainnya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa perawat vokasional memiliki kemampuan aplikasi


yang baik dalam melakukan praktik keperawatan. Namun, perawat vokasional
memiliki pengetahuan teoritis yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan
perawat profesional. Dengan semakin banyaknya jumlah perawat profesional saat
ini, diharapkan dapat melengkapi kompetensi yang dimiliki oleh perawat
vokasional. Seorang perawat profesional harus memahami landasan teoritis dalam
melakukan praktik keperawatan.
Landasan teoritis tersebut akan sangat berguna bagi perawat profesional saat
menjelaskan maksud dan tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikan secara
rasional kepada klien. Hal ini tentu saja akan membawa dampak baik bagi
terciptanya citra perawat ideal di mata masyarakat yaitu perawat yang cerdas,
terampil dan profesional. Kenyamanan merupakan suatu perasaan subjektif dalam
diri manusia. Masyarakat yang menjadi klien dalam asuhan keperawatan akan
memiliki kebutuhan yang relatif terhadap rasa nyaman. Mereka mengharapkan
perawat dapat memenuhi kebutuhan rasa nyaman mereka. Oleh karena itu, peran
perawat sebagai pemberi kenyamanan, merupakan suatu peran yang cukup
penting bagi terciptanya suatu citra keperawatan yang baik.

Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi


klien saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu
mengidentifikasi kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa
nyaman. Kenyamanan yang tercipta akan membantu klien dalam proses
penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat.

Pemberian rasa nyaman yang diberikan perawat kepada klien dapat berupa sikap
atau perilaku yang ditunjukkan dengan sikap peduli, sikap ramah, sikap sopan, dan
sikap empati yang ditunjukkan perawat kepada klien pada saat memberikan
asuhan keperawatan. Memanggil klien dengan namanya merupakan salah satu
bentuk interaksi yang dapat menciptakan kenyamanan bagi klien dalam menjalani
perawatan. Klien akan merasa nyaman dan tidak merasa asing di rumah sakit.
Perilaku itu juga dapat menciptakan citra perawat yang ideal di mata klien itu
sendiri karena klien mendapatkan rasa nyaman seperti apa yang diharapkannya.

Peran perawat sebagai komunikator juga sangat berpengaruh terhadap citra


perawat di mata masyarakat. Masyarakat sangat mengharapkan perawat dapat
menjadi komunikator yang baik. Klien juga manusia yang membutuhkan interaksi
pada saat ia menjalani asuhan keperawatan. Interaksi verbal yang dilakukan
dengan perawat sedikit banyak akan berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan
klien.

Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar-sesama


perawat dan profesi kesehatan lainnya, serta sumber informasi dan komunitas.
Kualitas komunikasi yang dimiliki oleh seorang perawat merupakan faktor yang
menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga, dan komunitas.
Sudah seharusnya seorang perawat profesional memiliki kualitas komunikasi yang
baik saat berhadapan dengan klien, keluarga maupun dengan siapa saja yang
membutuhkan informasi mengenai masalah keperawatan terkait kesehatan klien.

Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil gambaran mengenai peran yang dapat
dilakukan oleh seorang perawat profesional dalam membangun citra perawat ideal
di mata masyarakat. Masih banyak lagi hal lain yang dapat dilakukan oleh seorang
perawat profesional untuk menciptakan citra perawat ideal yang lebih baik lagi di
mata masyarakat.

Untuk mewujudkan hal itu, tentu saja diperlukan kompetensi yang memadai,
kemauan yang besar, dan keseriusan dari dalam diri perawat sendiri untuk
membangun citra keperawatan menjadi lebih baik. Perawat yang terampil, cerdas,
baik, komunikatif, dan dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik sesuai
dengan kode etik, tampaknya memang merupakan sosok perawat ideal di mata
masyarakat. Semoga kita dapat menjadi perawat profesional yang mampu menjadi
role model bagi perawat-perawat lain dalam membawa citra perawat ideal di mata
masyarakat.
Hidup perawat Indonesia.

B.    Peran perawat profesional


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari
luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan dari seseorang pada situasi
sosial tertentu.
    1.   Pemberi Asuhan Keperawatan
      Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan kembali
kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan pada kebutuhan kesehatan
klien secara holistic, meliputi upaya untuk mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Pemberi
asuhan memberikan bantuan kepada klien dan keluarga klien dengan menggunakan energy dan waktu
yang minimal. Selain itu, dalam perannya sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan
perawatan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat dan
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya.
Pemberian asuhan keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.
2.   Pembuat Keputusan Klinis      
      Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk memberikan perawatan yang
efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir kritis melalui proses keperawatan. Sebelum
mengambil tindakan keperawatan, baik dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan
mengevaluasi hasil, perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi
klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan keluarga. Dalam setiap
situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi dengan pemberi perawatan kesehatan
professional lainnya (Keeling dan Ramos,1995).
3.   Pelindung dan Advokat Klien
     Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan
mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta melindungi klien dari kemungkinan
efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat
sebagai pelindung adalah memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai advokat, perawat
melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam menyatakan hak-
haknya bila dibutuhkan. Contohnya, perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang
berusaha untuk memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi hak-hak
klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan yang mungkin membahayakan
kesehatan klien atau menentang hak-hak klien. Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien
dan keluarga dalam menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien,
juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan
nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
4.   Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim kesehatan
lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang memberikan perawatan
pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur
karier yang ingin ditempuhnya. 
Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan
keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990).
Sebagai manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan
mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
5.   Rehabilitator
     Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit,
kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya. Seringkali klien mengalami
gangguan fisik dan emosi yang mengubah kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai
rehabilitator dengan membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaan tersebut.
6.   Pemberi Kenyamanan
     Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus ditujukan pada manusia
secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan kenyamanan dan dukungan emosi seringkali
memberikan kekuatan bagi klien sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik.
Dalam memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan yang terapeutik
bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7.   Komunikator
     Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama perawat dan profesi
kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam memberikan perawatan yang efektif dan
membuat keputusan dengan klien dan keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas.
Kualitas komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan individu, keluarga
dan komunitas.
8.   Penyuluh
     Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang kesehatan,
mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal-hal
yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode
pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang
lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
9.   Kolaborator
     Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,
fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang
diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10.   Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat
untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan
keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan
yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

C.    Fungsi perawat


Definisi fungsi itu sendiri adalah suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan perannya. Fungsi dapat
berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. dalam menjalankan perannya, perawat akan
melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:

1.   Fungsi Independen


Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan
tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenuhan kebutuhan nutrisi, pemenuhan
kebutuhan aktivitas dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta
mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.
2.   Fungsi Dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain.
Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya silakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.
3.   Fungsi Interdependen
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan di antara satu dengan yang
lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan kerja sama tim dalam
pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita yang mempunyai
penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter
ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan pengobatan bekerjasama dengan perawat
dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan.

D. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat 


1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan S1
keperawatan pertama kali dibuka di UI,  sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan (standart, bentuk praktik keperawatan, lisensi).
E. Solusi Rendahnya Peran dan Fungsi Perawat
1. Pengembangan pendidikan keperawatan
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan professional,
pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan keperawatan berkelanjutan.
Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang menghasilkan tenaga perawatan
professional dibidang keperawatan.

2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional


Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi praktik
keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam memberikan
asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta kemampuan
mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan mengintegrasikannya
menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya. Restrukturisasi organisasi keperawatan
merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu organisasi profesi yang mandiri dan mampu
menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih
baik serta meningkat.
Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri ataupun
melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya pelayanan
keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan dapat di kelompokkan
dalam :
1.    Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan.
Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan
integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a.    Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b.    Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan
yang dimiliki.
c.    Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji,
memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.
3.    Otonomi, Kendali dan Tanggung Gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak
otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat memiliki
kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian mengambil resiko dan
tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya sendiribegitupula sebagai pengatur dan
penentu diri sendiri. Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau
seseorang. Bagi profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan
peran, fungsi dan tanggung jawab anggota profesi. Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab
terhadap setiap tindakan yang dilakukannya terhadap klien. 
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan
pendekatan antara lain :
1.    Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari berbagai aspek
kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta
keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2.    Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari
tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram pendidikan berkelanjutan bagi
para anggotanya.
3.    Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang
sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4.    Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara
banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5.    Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya
untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk
dikembangkan.

Kiat keperawatan (nursing arts) lebih difokuskan pada kemampuan perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat – kiat tertentu
dalam upaya memberikan kenyaman dan kepuasan pada klien. Kiat – kiat itu adalah :
•    Caring, menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor dalam unsur – unsur karatif yaitu : nilai – nilai
humanistic – altruistik, menanamkan semangat dan harapan, menumbuhkan kepekaan terhadap diri dan
orang lain, mengembangkan ikap saling tolong menolong, mendorong dan menerima pengalaman
ataupun perasaan baik atau buruk, mampu memecahkan masalah dan mandiri dalam pengambilan
keputusan, prinsip belajar – mengajar, mendorong melindungi dan memperbaiki kondisi baik fisik,
mental , sosiokultural dan spiritual, memenuhi kebutuhan dasr manusia, dan tanggap dalam menghadapi
setiap perubahan yang terjadi.
•    Sharing, artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
•    Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang perawat untuk meningkatkan rasa
nyaman klien.
•    Crying, artinya perawat dapat menerima respon emosional diri dan kliennya.
•    Touching, artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun psikologis merupakan komunikasi simpatis
yang memiliki makna (Barbara, 1994)
•    Helping, artinya perawat siap membantu dengan asuhan keperawatannya
•    Believing in Others, artinya perawat meyakini bahwa orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk
selalu meningkatkan derajat kesehatannya.
•    Learning, artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan diri dan keterampilannya.
•    Respecting, artinya memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan terhadap orang lain dengan
menjaga kerahasiaan klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
•    Listening, artinya mau mendengar keluhan kliennya
•    Felling, artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan memahami perasaan duka , senang,
frustasi dan rasa puas klien.
•    Accepting, artinya perawat harus dapat menerima dirinya sendiri sebelum menerima orang lain.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral dari pelayanan
kesehatan yang meliputi aspek bio-psilo-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga atau masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencangkup siklus hidup manusia.
Keperawatan dapat dipandang sebagai suatu profesi karena mempunyai body of knowledge, pendidikan
berbasis keahlian pada jenjang pendidikan tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui
praktik dalam bidang profesi, memiliki perhimpunan atau organisasi profesi, memberlakukan kode etik
keperawatan, otonomi dan motivasi bersifat altruistik.

3, standar praktik kep prof

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

            Standar praktik keperawatan  professional merupakan pedoman bagi perawat di Indonesia dalam


melaksanakan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan. Standar praktik tersebut
dilaksanakan oleh perawat generalis maupun spesialis di seluruh tatanan pelayanan kesehatan di rumah
sakit, puskesmas maupun tatanan pelayanan kesehatan lain di masyarakat (PPNI, 2000).

            Standar praktik keperwatan professional di Indonesia telah dijabarkan oleh PPNI (2000). Standar
tersebut mengacu pada tahapan dalam proses keperawatan terdiri dari 5 standar yaitu:

S 1. Pengkajian keperawatan

l  Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat,
singkat dan berkesinambungan.

•         Kriteria Proses

1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan
mempelajari data penunjang (pengumpulan data diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan
fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan klien lainnya.

2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam medis dan catatan
lain.

3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi:

a. Status kesehatan klien saat ini

b. Status kesehatan klien masa lalu

c. Status fisiologis- psikologis- sosial- spiritual

d. Respon terhadap terapi

e. Harapan  terhadap tingkat kesehatan yang optimal

f. Resiko – resiko tinggi masalah

S 2. Diagnosis Keperawatan
l  Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan

l  Kriteria Proses:

1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah klien dan perumusan
diagnosis keperawatan.

2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E), dan tanda atau gejala
(S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).

3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan lain untuk memvalidasi
diagnosis keperawatan

4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data terbaru.

S 3. Perencanaan

l  Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan
kesehatan klien.

Kriteria Proses :

1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan
keperawatan.

2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan.

3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien

4. Mendokumentasikan rencana keperawatan

S 4. Implementasi

l  Perawat mengimplementasikan tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan

l  Kriteria Proses :

1. Bekerja sama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status kesehatan klien

3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan klien.

4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya.

5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk mencapai tujuan kesehatan

6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-fasilitas pelayanan


kesehatan yang ada
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep, ketrampilan asuhan diri
serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang digunakannya

8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon  klien.

S 5. Evaluasi

l  Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian tujuan dan merevisi data
dasar serta perencanaan.

Kriteria Proses

1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan
terus menerus.

2. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan ke arah pencapaian
tujuan

3. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien

4. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan

5. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan

untuk praktek tersebut dan untuk membantu perawat dalam mengidentifikasi kontribusikeperawatan
dalam perawatan pasien.

1.

Standar praktek 

 Standar praktek meliputi kebijakan (

  police

), uraian tugas (

  job  deskription

), dan standar kinerja(

  performance  standar 
). Ia menuntun perawat dalam melaksanakan perawatan pasien. Ia jugamenetapkan level kinerja yang
perlu diperlihatkan oleh perawat untuk memastikan bahwastandar asuhan akan dicapai dan
menggambarkan definisi institusi tentang apa yang dapatdilakukan oleh perawat. Kebijakan menetapkan
sumber-sumber atau kondisi yang harus tersediauntuk menfasilitasi pemberian asuhan.Uraian tugas
mencerminkan kompetensi, pendidikan, dan pengalaman yang diperlukan bagisemua staf yang memiliki
peran atau posisi sebagai perawat. Sedangkan standar kinerjaditurunkan dari uraian tugas dan
menyediakan ukuran untuk mengevaluasi level perilaku perawatyang didasarkan atas pengetahuan,
ketrampilan, dan pencapaian aktifitas kemajuan profesional.

2.

Standar Asuhan

Standar asuhan meliputi prosedur, standar asuhan genetik, dan rencana asuhan (

care plans

).Mereka merupakan alat untuk memastikan perawatan pasien yang aman dan memastikan hasilyang
berasal dari pasien ini. Prosedur adalah urain tahap pertahap tentang bagaimana
melakukanketerampilan psikomotor dan bersifat orientasi tugas. Protokol meliputi lima kategori
utama:manajemen pasien dengan peralatan invasi, manajemen pasien dengan peralatan non
invatif;manajemen status fisiologis dan psikologis; dan diagnosa keperawatan tertentu. Standar
asuhangenetik menguraikan harapan asuhan minimal yang disediakan bagi semua pasien
diamanapun pasien dirawat. Rencana asuhan dibuat dan biasanya mempunyai hubungan dengan diagno
samedis pasien dan diagnosa keperawatan pasien.

E. Tujuan Standar Praktek Keperawatan

 Standar praktek keperawatan mempunyai tujuan umum untuk meningkatkan asuhan


atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada usaha pelayananunt
uk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan berguna bagi :

1.

Perawat

 Pedoman membimbing perawat dalam menentukan tindakan keperawatan yang dilakukanterhadap


klien.

2.

Rumah sakit

Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan di rumah sakit.

3.
 

Klien

 Perawatan yang tidak lama, biaya yang ditanggung keluarga menjadi ringan.

4.

Profesi

 Alat perencanaan mencapai target dan sebagai ukuran evaluasi.

5.

Tenaga kesehatan lain

 Mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja
sama dengan baik.

F.

Manfaat Praktek Keperawatan

1.

Praktek Klinis

 Memberikan serangkaian kondisi untuk mengevaluasi kualitas askep dan merupakan alatmengukur
mutu penampilan kerja perawat guna memberikan

  feeedback

untuk perbaikan.

2.

Administrasi Pelayanan Keperawatan

 Memberikan informasi kepada administrator yang sangat penting dalam perencanaan pola
staf, program pengembangan staf dan mengidentifikasi isi dari program orientasi.

3.
 

Pendidikan Keperawatan

 Membantu dalan merencanakan isi kurikulum dan mengevaluasi penampilan kerja mahasiswa.

4.

Riset Keperawatan

 Hasil proses evaluasi merupakan penilitian yang pertemuannya dapat memperbaiki danmeningkatkan
kualitas askep.

5.

Sistem Pelayanan Kesehatan

 Implementasi standar dapat meningkatkan fungsi kerja tim kesehatan dalam mengembangkanmutu
askep dan peran perawat dalam tim kesehatan sehingga terbina hubungan kerja yang baikdan
memberikan kepuasan bagi anggota tim kesehatan.

G.

Metode dan Implementasi Standar Praktek Keperawatan

 Metode yang digunakan untuk menyusun standar keperawatan, yaitu:1.

Proses Normatif: Standar dirumuskan berdasarkan pendapat ahli profesional dan pola praktekklinis
perawat di dalam suatu badan/institusi tertentu.2.

Proses Empiris: Standar dirumuskan berdasarkan hasil penilitian dan praktek keperawatan yangdapat
dipertanggung jawabkan.

Hubungan Standar dan Legislasi

 Legislasi diperlukan untuk menopang, melaksanakan, membina dan memberi pemantauanStandar


Praktek Keperawatan untuk melindungi pasien dan perawat.

Lisensi Praktik 

 Badan yang berwenang memberikan lisensi berhak dan bertanggung jawab terhadap pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh praktisi yang melakukan pelanggaran etis. Hukum atauundang-undang tidak
mengidentifikasi mutu kinerja, akan tetapi akan menjamin keselamatan pelaksanaan standar praktik
keperawatan secara minimal.Undang-Undang kesehatan RI No.23 tahun 1992, Bab V Pasal 32 ayat 2 dan
3 menyebutkan:

  Ayat 2:

 Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau perawatan.

  Ayat 3:

Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmukeperawatan
atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.Isi undang-undang tersebut, dapat diartikan bahwa
lisensi sangat diperlukan oleh
perawat profesional dalam melakukan kegiatan praktik secara brtanggung jawab. Pengertian lisensiadal
ah kegiatan administrasi yang dilakukan oleh profesi atau departemen kesehatan
berupa penerbitan surat ijin praktek bagi perawat profesional diberbagai tatanan layanan kesehatan.Lis
ensi diberikan bagi perawat sesuai keputusan menteri kesehatan RI No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang
registrsi dan praktik perawat.Whasington State Nursing Practice Act(

The State Nurses Association

) menyatakan bahwa orangyang terdaftar secara langsung bertanggung gugat dan bertanggung jawab
terhadap individuuntuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas.

  American nurse Association

(ANA)membuat pernyataan yang sama dalam undang-undang lisensi institusional menjadi


lisensiindividual, keperawatan secara konsisten dapat mempertahankan:1)

Asuhan keperawatan yang berkualitas, baik sesuai tanggung jawab maupun tanggung gugat perawat
yang merupakan bagian dari lisensi profesi.2)

Bila perawat meyakini bahwa profesi serta kontribusinya terhadap asuhan kesehatan adalah penting,
maka mereka akan tampil dengan percaya diri dan penuh tanggung jawab.

UU Praktek Keperawatan

 Setiap negara bagian dan provinsi mendefinisikan sendiri cakupan praktek keperawatan, tetapisebagian
besar memiliki aturan yang serupa. Definisi tentang praktek keperawatandipublikasikan oleh ANA pada
tahun 1955 mencakup beberapa definisi yang mewakili
cakupan praktek keperawatan sebagaimana didefinisikan dalam sebagian besar negara bagian dan provi
nsi. Namun demikian pada dekade terakhir beberapa negara bagian merevisi UU praktekkeperawatan
mereka untuk menggambarkan pertumbuhan otonomi dan meluasnya perankeperawatan dalam
praktek keperawatan.

H. Pengembangan Standar Keperawatan


 Dalam menata standar dibutuhkan pertimbangan-perimbangan kerangka kerja yang akandigunakan dan
berbagai komponen agar standar terpenuhi, selanjutnya dipertimbangkan siapayang menata standar
dan bagaimana proses tersebut dikoordinasikan.Kerangka kerja yang lazim dalam penataan standar,
yaitu :1)Donabedian Model Struktur, proses, hasil

2)

Proses model “crossby”

 3)

Model kualitas enam dimensi “Maxwell

 4)

Model “Criteria Listing”(Crossby, 1989 dan Maxwell, 1984).

 Standar keperawatan secara luas menggunakan dan mengadopsi kerangka kerja ModelDonabedian
yang dipadukan dengan berbagai konsep keperawatan.Standar harus tersedia diberbagai tatanan
dengan bermacam-macam pengertian dan persyaratan,namun essensial bagi setiap operasional
pelayanan kesehatan. Keperawatan profesi yang palingresponsive dalam menata standar karena banyak
hal-hal yang berperan penting dalam asuhan pasien yang tidak disentuh (

intangibles

). Oleh karena itu dalam pengembangan standarkeperawatan membutuhkan pengertian yang sangat
mendasar tentang hakekat keperawatansebagai persyaratan awal, harus diidentifikasi dengan jelas
pengertian multifokal tujuankeperawatan. Selanjutnya perlu diidentifikasi hasil asuhan pasien / klien

 – 

 hasil yang diharapkanmenjadi standar asuhan, kemudian performance kinerja perawat professional
berorientasi pada proses keperawatan

 – 

 menjadi stanar praktek dan berpotensial tidak merugikan

 – 

 struktur pengelolaan menjadi standar biaya / anggaran. Persyaratan awal diatas tadi untuk menentukan
hasil yang spesifik dan kaitannya dengan proses keperawatan dan hasil yang diharapkan

Interprofessional education (IPE) merupakan bagian integral dari pembelajaran


professional kesehatan, yang berfokus pada belajar dengan, dari, dan tentang sesama
tenaga kesehatan untuk meningkatkan kerja sama dan meningkatkan kualitas
pelayanan pada pasien. Peserta didik dari beberapa profesi kesehatan belajar bersama
dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien secara bersama-sama (kolaborasi) dalam
lingkungan interprofesional. Model ini berfungsi untuk mempersiapkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain
dalam sistem kesehatan yang kompleks. (Becker, Hanyok, & Walton-Moss, 2014).
Sehingga, strategi pendidikan komunikasi melalui IPE antara perawat dengan dokter
atau tenaga kesehatan lainnya dapat membangun budaya komunikasi dan kolaborasi
yang efektif dalam memberikan pelayanan kepada pasien (Liaw, Siau, Zhou, & Lau,
2014).
Meskipun IPE ini dapat membangun budaya komunikasi dan kolaborasi yang efektif
dalam memberikan pelayanan kepada pasien, namun ada beberapa tantangan dalam
pelaksanaannya. Tantangan tentang pelaksanaan IPE menurut World Health
Organization tahun (2010) menyatakan bahwa banyak sistem kesehatan di negara-
negara di dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya tidak mampu menyelesaikan
masalah kesehatan di negara itu sendiri. Hal ini kemudian disadari karena
permasalahan kesehatan sebenarnya menyangkut banyak aspek dalam kehidupan, dan
untuk dapat memecahkan satu persatu permasalahan tersebut atau untuk
meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri, tidak dapat dilakukan hanya dengan
sistem uniprofessional. Kontribusi berbagi disiplin ilmu ternyata memberi dampak
positif dalam penyelesaian berbagai masalah kesehatan (Pfaff, 2014). Selain itu,
beberapa penelitian menyebutkan bahwa terdapat hambatan dalam penyelenggaraan
IPE. Hambatan ini terdapat dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada
pengorganisasian, pelaksanaan, komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat penting
untuk mengatasi hambatan-hambatan ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi
profesi kesehatan yang lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem
pelayanan kesehatan (Becker, Hanyok, & Moss, 2014).
Hambatan-hambatan yang mungkin muncul adalah penanggalan akademik, peraturan
akademik, struktur penghargaan akademik, lahan praktek klinik, masalah komunikasi,
bagian kedisiplinan, bagian profesional, evaluasi, pengembangan pengajar, sumber
keuangan, jarak geografis, kekurangan pengajar interdisipliner, kepemimpinan dan
dukungan administrasi, tingkat persiapan peserta didik, logistik, kekuatan pengaturan,
promosi, perhatian dan penghargaan, resistensi perubahan, beasiswa, sistem
penggajian, dan komitmen terhadap waktu (Pfaff, 2014). Selain itu menurut
Sedyowinarso (2011) hambatan yang terjadi pada penyelenggaraan IPE adalah dari ego
masing masing profesi, beragamnya birokrasi dan kurikulum di tiap institusi
pendidikan profesi kesehatan, fasilitas fisik dan konsep pembelajaran yang belum jelas,
paradigma terhadap profesi kesehatan , kekaburan identitas dan peran masing-masing
profesi, belum adanya kejelasan paying hokum tiap profesi kesehatan, serta budaya .

Kemampuan bekerjasama secara interprofesi (interprofessional teamwork) tidak


muncul begitu saja, melainkan harus ditemukan dan dilatih sejak dini mulai dari tahap
perkuliahan agar mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan keterampilan. Dalam
dunia kesehatan, IPE dapat terwujud apabila para mahasiswa dari berbagai program
studi di bidang kesehatan serta disiplin ilmu terkait berdiskusi bersama mengenai
konsep pelayanan kesehatan dan bagaimana kualitasnya dapat ditingkatkan demi
kepentingan masyarakat luas. Secara spesifik, IPE dapat dimanfaatkan untuk
membahas isu-isu kesehatan maupun kasus tertentu yang terjadi di masyarakat supaya
melalui diskusi interprofesional tersebut ditemukan solusi-solusi yang tepat dan dapat
diaplikasikan secara efektif dan efisien. Penerapan IPE diharapkan dapat membuka
mata masing-masing profesi, untuk menyadari bahwa dalam proses pelayanan
kesehatan, seorang pasien menjadi sehat bukan karena jasa dari salah satu profesi saja,
melainkan merupakan konstribusi dari tiap profesi yang secara terintegrasi melakukan
asuhan kesehatan.

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari konsep


berubah. Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan atau
perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis. Perubahan
dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi untuk dapat
menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu. Kurt Lewin
(1951) dalam Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa seseorang yang akan berubah
harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam tahap proses
perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai tujuan yang ada.
Tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing. Tahap Pencairan
(Unfreezing) merupakan tahap awal. Pada kondisi ini mulai muncul persepsi terhadap
hal yang baru. Persepsi mencakup penerimaan stimulus, pengorganisasian stimulus dan
penterjemahan atau penafsiran stimulus yang telah terorganisir yang akhirnya
mempengaruhi pembentukan sikap. Walgito (2004) mengungkapkan bahwa persepsi
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal terdiri dari karakteristik individu, pengalaman dan pengetahuan.


Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan lingkungan sosial. Sikap dapat diartikan
sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek tertentu, apabila dihadapkan
pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon. Sikap dosen yang positif
terhadap IPE mendorong untuk berperilaku mendukung sistem IPE yang baru.
Berikutnya merupakan tahap bergerak (Moving). Pada tahap ini sudah dimulai adanya
suatu pergerakan ke arah sesuatu yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang
telah memiliki informasi yang cukup serta kesiapan untuk berubah, juga memiliki
kemampuan dalam memahami masalah serta mengetahui langkah-langkah dalam
menyesuaikan masalah atau hambatan dalam penerapan IPE. Akhirnya, tahap
pembekuan (freezing), yaitu ketika telah tercapai tingkat atau tahapan yang baru.
Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya
mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Tahap ini merupakan tahap terakhir
dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap model pembelajaran terintegrasi
setelah dilakukan pergerakan dan merasakan adanya manfaat dari pembelajaran IPE
ini.

Anda mungkin juga menyukai