Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


GANGGUAN KARDIOVASKULER
HIPERTENSI EMERGENCY

A; Definisi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatantekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang
mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang peningkatan tekanan
darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan diastolik lebih besar
atau sama dengan 90 mmHg melebihi 140/90 mmHg, saat istirahat diperkirakan mempunyai
keadaan darah tinggi (Wikipedia, 2010).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas
normal. Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut jantung,
peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume aliran
darah darah (Hani, 2010)

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung atau
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan pembuluh darah. Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 dinyatakan sebagai hipertensi. Setiap usia dan
jenis kelamin memilki batasan masing-masing :

1; Pada pria usia < 45 tahun, dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darah waktu
berbaring > 130/90 mmHg.
2; Pada pria usia > 45 tahun, dinyatakan hipertensi bila tekan darahnya > 145/90 mmHg
3; Pada wanita tekanan darah > 160/90 mmHg, dinyatakan hipertensi
(Familia, 2010).

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah mendadak


(sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolic ≥120 mm Hg) dengan kerusakan organ target yang
bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera, dalam hitungan menit
sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat kerusakan organ, sehingga
tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit atau jam) agar dapat membatasi
kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk dapat dikategorikan sebagai hipertensi
darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan referensi di Indonesia memakan patokan
>220/140.

B; Jenis Hipertensi
Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2 jenis :

1; Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah melebihi


180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ, seperti otak, jantung,
paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari 180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala
gangguan organ atas yang sudah nyata timbul.
2; Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi belum ada gejala
seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan menit, tetapi dalam hitungan jam
bahkan hitungan hari dengan obat oral.
Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :

1; Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (hipertensi


essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja jantung akibat penyempitan
pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90 – 95%) penderita termasuk hipertensi primer.
Hipertensi primer juga didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis
kelamin.
2; Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lainnya, misalnya seperti kelainan hormon, penyempitan pembuluh darah utama ginjal,
dan penyakit sistemik lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 – 10% penderita
hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 – 2% disebabkan oleh
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu misalnya pil KB (Elsanti, 2009).

C; Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 Hg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
“Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi
jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi kurang
dari 1%.

D; Etiologi
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan
organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi
emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati, infark
serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem kardiovaskular yang dapat
mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta;
dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik
mikroangiopatik.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi

1;Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
2;Kehamilan
3;Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
4;Pengguna NAPZA
5;Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala, penyakit
vaskular/ kolagen
E; Manifestasi Klinis
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi aorta;
mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi
pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala dan
nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya.

Gambaran klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.

Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5


TD Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal
>220/140 Perdarahan, Sakit kepala,Denyut jelas,Uremia, Mual, muntah
mmHg eksudat, kacau, gangguanmembesar, proteinuria
edema papilla kesadaran, dekompensasi,
kejang. oliguria

Table 3. Hipertensi Emergensi (darurat)


Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hanya dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD, bangsa,
seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan TD yang lebih
tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita hipertensi kronis, jarang
terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai
bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya pada penderita normotensi ataupun pada
penderita hipertensi baru dengan penghentian obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi
ensefalopati demikian juga pada eklampsi, hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD
160/110 mmHg.

F; Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik meningkat cepat
sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat menyebabkan nekrosis
arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-
nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada retina, otak dan ginjal. Pada retina
akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala retinopati dapat
mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala paling terpercaya dari
hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun


penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160 mmHg.
Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu lagi
menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik yang
sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat mengakibatkan
kerusakan otak yang irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis hal ini
akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita feokromositoma dengan
krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang menetap atau berkala.

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami perubahan
bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan pada penderita
hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia,
autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga perubahan
yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan mempercepat timbulnya oedema
otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

1; Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
banyak cairan pada setiap detiknya.
2; Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada
biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana
dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama,
tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil
(arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di
dalam darah.
3; Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal
ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah
garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan
darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri
mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan
menurun.
G; Penatalaksanaan Hipertensi Emergency
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita. Pengobatan
biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang ketat terhadap
penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan atau munculnya
masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara yang
dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada sikap tubuh
dan efek samping minimal.

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak terburu-buru.
Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan iskemik pada otak dan
ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu 1 menit sampai 2 jam dan
diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam. Medikasi yang diberikan sebaiknya per
parenteral (Infus drip, BUKAN INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah
Nitroprusid IV dengan dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat
diberikan sambil merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug, Propanolol 10-40
mg. Penderita harus dirawat inap.

Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi

Hipertensi Mendesak
Parameter Hipertensi Darurat
Biasa Mendesak
TD > 180/110 > 180/110 > 220/140
Sakit kepala, Sakit kepala hebat, Sesak napas, nyeri
kecemasan; sesak napas dada, nokturia,
Gejala
sering kali tanpa dysarthria, kelemahan,
gejala kesadaran menurun
Tidak ada Kerusakan organ Ensefalopati, edema
kerusakan organ target; muncul klinis paru, insufisiensi
Pemeriksaan target, tidak ada penyakit ginjal, iskemia jantung
penyakit kardiovaskuler,
kardiovaskular stabil
Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan oral berjangka kerja laboratorium standar,
Terapi
obat oral, naikkan pendek terapi obat IV
dosis
Periksa ulang Periksa ulang dalam Rawat ruangan/ICU
Rencana
dalam 3 hari 24 jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak (urgency)
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Obat hipertensi oral

Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus


Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 Hipotensi, gagal ginjal,
ulangiper 30 min ; SL, jam; SL 10-20 stenosis arteri renalis
25 mg min/2-6 jam
Clonidine PO 75 - 150 ug, 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk,
ulangiper jam mulut kering
Propanolol 10 - 40 mg PO; ulangi 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
setiap 30 min jantung, hipotensi ortostatik
Nifedipine 5 - 10 mg PO; ulangi 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi,
setiap 15 menit gangguan koroner
SL, Sublingual. PO, Peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk pemakaian
parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6: Obat hipertensi parenteral

Efek /Lama
Obat Dosis Perhatian khusus
Kerja
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka
nitroprusside menit sebagai menit setelah panjang dapat menyebabkan keracunan
infus IV infus tiosianat, methemoglobinemia, asidosis,
keracunan sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5- Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV 10 min methemoglobinemia; membutuhkan
sistem pengiriman khusus karena obat
mengikat pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan koroner
250 cc Glukosa jam
5% mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem sebagi infus IV min peningkatan tekanan intrakranial;
hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi emergensi


dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat sehingga tidak
memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan komplikasi dapat dilihat
pada tabel 7.

Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5

Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera


mungkin

AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan


nicardipine iskemia

Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, 10% -15% dalam 1-2 jam


labetalol

Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, 20% -25% dalam 2-3 jam


labetalol

Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam

Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam

Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, 20% -25% dalam 2-3 jam


hemorrhage nicardipine

Stroke Iskemik Nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam


AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

H; Pemeriksaan Penunjang

1; Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh


2; Pemeriksaan retina
3; Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung
4; EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5; Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6; Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal
terpisah dan penentuan kadar urin.
7; Foto dada dan CT scan

I; Komplikasi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung, gagal
jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan darah yang
tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut. Hipertensi yang tidak
diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup
sebesar 10-20 tahun.

Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak terkontrol
dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian yang sering
terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal ginjal.

Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin terjadi
akibat hipertensi. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan sampai
dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi
berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi perdarahan yang
disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan
lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi
yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. Risiko penyakit
kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya tingginya tekanan darah tetapi
juga telah atau belum adanya kerusakan organ target serta faktor risiko lain seperti
merokok, dislipidemiadan diabetes melitus. (Tekanan darah sistolik melebihi 140 mmHg
pada individu berusia lebih dari 50 tahun, merupakan faktor resiko kardiovaskular yang
penting. Selain itu dimulai dari tekanan darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg
meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler sebanyak dua kali (Anggraini, Waren, et. al,
2009).

J; Diagnosa Keperawatan
1; Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi,
iskemia miokard, hipertropi ventricular
2; Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
3; Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah
4; Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
5; Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
6; Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik
7; Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang
diderita pasien
8; Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit

Rencana Keperawatam

1; Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia


miokard, hipertropi ventricular

Tujuan : Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a; Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
b; Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
c; Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :
a; Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b; Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c; Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
d; Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e; Catat edema umum
f; Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
g; Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
h; Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
i; Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala
tempat tidur.
j; Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
k; Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
l; Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
m; Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2; Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan : Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
a; Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
b; Pasien tampak nyaman
c; TTV dalam batas normal

Intervensi :
a; Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
b; Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c; Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
d; Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e; Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin
pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi
dan distraksi
f; Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya
mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
g; Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan,
diazepam, valium )

3; Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya
tahanan pembuluh darah

Tujuan : Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
a; Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan :
TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai
laboratorium dalam batas normal.
b; Haluaran urin 30 ml/ menit
c; Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :
a; Pertahankan tirah baring
b; Tinggikan kepala tempat tidur
c; Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan
arteri jika tersedia
d; Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
e; Amati adanya hipotensi mendadak
f; Ukur masukan dan pengeluaran
g; Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
h; Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4; Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output


Tujuan : Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam
Kriteria hasil :
a; Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
b; Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :
a; Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan
bantuan sesuai kebutuhan
b; Instruksikan pasien tentang penghematan energy
c; Kaji respon pasien terhadap aktifitas
d; Monitor adanya diaforesis, pusing
e; Observasi TTV tiap 4 jam
f; Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang
tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore

5; Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2
x 24 jam
Kriteria hasil :
a; Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
b; Tampak dapat istirahat dengan cukup
c; TTV dalam batas normal

Intervensi :
a; Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
b; Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
c; Evaluasi tingkat stress
d; Monitor keluhan nyeri kepala
e; Lengkapi jadwal tidur secara teratur
f; Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
g; Lakukan masase punggung
h; Putarkan musik yang lembut
i; Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6; Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik

Tujuan : Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x
24 jam.
Kriteria hasil :
a; Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
b; Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Intervensi :
a; Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
b; Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
c; Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
d; Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya

7; Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita
klien

Tujuan: Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam.
Kriteria hasil :
a; Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
b; Ekspresi wajah rileks
c; TTV dalam batas normal

Intervensi :
a; Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan
menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
b; Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka
rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan
masalah.
c; Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk
mengatasinya.
d; Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum
dalam rencana pengobatan.
e; Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup.
f; Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
g; Observasi TTV tiap 4 jam.
h; Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
i; Berikan support mental pada klien.
j; Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

8; Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

Tujuan : Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan
ekperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
a; Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
b; Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program

Intervensi :
a; Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
b; Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
c; Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping
atau efek toksik
d; Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
e; Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit
kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
f; Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
g; Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
h; Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
i; Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang
diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol.
j; Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan.
k; Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
DAFTAR PUSTAKA

Hani, Sharon EF, Colgan R.Hypertensive Urgencies and Emergencies. Prim Care Clin Office
Pract 2010;33:613-23.
Vaidya CK, Ouellette CK. Hypertensive Urgency and Emergency. Hospital Physician
2009:43-50
Anggaraini, Ade Dian, et.al (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pasien Yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008. Diakses 03 Oktober
2016 :Http://yayanakhyar.wordpress.com
Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi. A+Plus Books,
Yogyakarta
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2010). The 4th Scientific Meeting on
Hypertension. Diakses 03 Oktober 2016 : http://www.dinkesjatengprov.go.id
Elsanti, Salma (2009). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi, &
Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta
Ganong, William F (2009). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai