BAB I : PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Nutrisi makro atau zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan nutrisi mikro atau zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin. Selama penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan terjadinya perubahan nilai gizi yang sebagian besar tidak diinginkan. Kekurangan zat gizi mikro harus diatasi dengan salah satu cara yaitu teknologi fortifikasi pangan. Fortifikasi pangan (pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikro adalah salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrien pangan untuk memperbaiki kualitas pangan. 1.2. RUMUSAN MASALAH Apa yang dimaksud dengan fortifikasi makanan, tujuan fortifikasi, dan apa saja jenis-jenis fortifikasi makanan? 1.3 TUJUAN Untuk mengetahui batasan fortifikasi, tujuan fortifikasi, dan jenis – jenis fortifikasi. BAB II : PEMBAHASAN 2.1 PENGERTIAN FORTIFIKASI Fortifikasi Makanan atau Fortifikasi Pangan (pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikro adalah salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrien pangan untuk memperbaiki kualitas pangan. 2.2. TUJUAN FORTIFIKASI Tujuan utama Fortifikasi Makanan adalah untuk meningkatkan status gizi populasi. Fortifikasi dapat pula diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut yaitu Perbaikan dan pencegahan defisiensi zat-zat gizi mikro dari pangan (untuk memperbaiki defisiensi akan zat gizi yang ditambahkan); Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang signifikan dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan; Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang digunakan sebagai sumber pangan bergizi misalnya susu formula bayi; dan Untuk menjamin ekuivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega. 2.3 JENIS – JENIS FORTIFIKASI 1. Fortifikasi Sukarela Fortifikasi sukarela merupakan inisiatif produksi oleh produsen, bukan pemerintah. Fortifikasi sukarela dilakukan atas prakarsa pengusaha produsen pangan untuk meningkatkan nilai tambah produknya sehingga lebih menarik konsumen. Contoh Fortifikasi Sukarela di China yaitu kecap ikan dan kecap kedelai dengan zat besi. 2. Fortifikasi Wajib Fortifikasi wajib adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi mikro yang banyak terdapat pada kelompok masyarakat tertentu (misalnya masyarakat miskin). Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk fortifikasi wajib, yaitu ada masalah gizi mikro mendesak, bahan pangan yang akan difortifikasi dikonsumsi sebagian besar masyarakat, diproduksi oleh pabrik atau produsen yang jumlahnya terbatas, dan ada teknologi fortifikasi sesuai pedoman WHO. Contoh fortifikasi wajib di Indonesia adalah Garam dengan Yodium dan minyak goreng dengan vitamin A. 3. Fortifikasi Khusus Fortifikasi khusus sama dengan fortifikasi wajib, hanya sasarannya kelompok masyarakat tertentu, seperti anak-anak, balita atau anak sekolah. BAB III : PENUTUP 3.1 KESIMPULAN 1. Fortifikasi pangan adalah salah satu bentuk intervensi gizi dengan menambahkan zat gizi mikro kedalam bahan pangan yang umum dimakan. 2. Terdapat tiga jenis fortifikasi yaitu fortifikasi sukarela oleh industri pangan kemasaan untuk meningkatkan nilai tambah bahan pangan, fortifikasi wajib yang bertujuan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi masayarakat, khususnya masyarakat miskin, dan fortifikasi khusus yang sasarannya kelompok masyarakat tertentu, seperti anak-anak, balita atau anak sekolah. 3. Fortifikasi wajib yang dilaksanakan di Indonesia antara lain garam dengan yodium dan minyak goreng dengan vitamin A. 3.2 SARAN Penambahan senyawa kimia ke dalam bahan pangan sebaiknya sesuai dengan aturan yang berlaku dan tidak menimbulkan efek samping pada diri konsumen apabila mengkonsumsinya. SUMBER PUSTAKA : Kakanadu, M. T. A. T., Bintang E., dan Bagio H., 2016. Fortifikasi Pangan. Universitas Respati Indonesia. Jakarta.