Anda di halaman 1dari 2

Yesi Hafsari/ J1A018116/ ITP Genap 2018

Tugas Pengendalian Mutu


BAB I : PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Nutrisi makro atau zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan
satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein.
Sedangkan nutrisi mikro atau zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil
atau sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi mikro adalah mineral
dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg untuk sebagian besar mineral dan vitamin.
Selama penanganan, penyimpanan dan pengawetan bahan pangan sering menyebabkan
terjadinya perubahan nilai gizi yang sebagian besar tidak diinginkan. Kekurangan zat gizi mikro harus
diatasi dengan salah satu cara yaitu teknologi fortifikasi pangan. Fortifikasi pangan (pangan yang lazim
dikonsumsi) dengan zat gizi mikro adalah salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk
meningkatkan status mikronutrien pangan untuk memperbaiki kualitas pangan.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan fortifikasi makanan, tujuan fortifikasi, dan apa saja jenis-jenis
fortifikasi makanan?
1.3  TUJUAN
Untuk mengetahui batasan fortifikasi, tujuan fortifikasi, dan jenis – jenis fortifikasi.
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN FORTIFIKASI
Fortifikasi Makanan atau Fortifikasi Pangan (pangan yang lazim dikonsumsi) dengan zat gizi mikro
adalah salah satu strategi utama yang dapat digunakan untuk meningkatkan status mikronutrien pangan
untuk memperbaiki kualitas pangan.
2.2. TUJUAN FORTIFIKASI
Tujuan utama Fortifikasi Makanan adalah untuk meningkatkan status gizi populasi. Fortifikasi dapat
pula diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut yaitu Perbaikan dan pencegahan defisiensi zat-zat gizi
mikro dari pangan (untuk memperbaiki defisiensi akan zat gizi yang ditambahkan); Untuk
mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang signifikan dalam pangan akan tetapi
mengalami kehilangan selama pengolahan; Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan
olahan (pabrik) yang digunakan sebagai sumber pangan bergizi misalnya susu formula bayi; dan Untuk
menjamin ekuivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan pangan lain, misalnya
margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega.
2.3 JENIS – JENIS FORTIFIKASI
1. Fortifikasi Sukarela
Fortifikasi sukarela merupakan inisiatif produksi oleh produsen, bukan pemerintah. Fortifikasi
sukarela dilakukan atas prakarsa pengusaha produsen pangan untuk meningkatkan nilai tambah
produknya sehingga lebih menarik konsumen. Contoh Fortifikasi Sukarela di China yaitu kecap
ikan dan kecap kedelai dengan zat besi.
2. Fortifikasi Wajib
Fortifikasi wajib adalah bagian dari upaya pemerintah untuk menanggulangi masalah gizi mikro
yang banyak terdapat pada kelompok masyarakat tertentu (misalnya masyarakat miskin). Ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk fortifikasi wajib, yaitu ada masalah gizi mikro
mendesak, bahan pangan yang akan difortifikasi dikonsumsi sebagian besar masyarakat,
diproduksi oleh pabrik atau produsen yang jumlahnya terbatas, dan ada teknologi fortifikasi
sesuai pedoman WHO. Contoh fortifikasi wajib di Indonesia adalah Garam dengan Yodium dan
minyak goreng dengan vitamin A.
3. Fortifikasi Khusus
Fortifikasi khusus sama dengan fortifikasi wajib, hanya sasarannya kelompok masyarakat
tertentu, seperti anak-anak, balita atau anak sekolah.
BAB III : PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Fortifikasi pangan adalah salah satu bentuk intervensi gizi dengan menambahkan zat gizi mikro
kedalam bahan pangan yang umum dimakan.
2. Terdapat tiga jenis fortifikasi yaitu fortifikasi sukarela oleh industri pangan kemasaan untuk
meningkatkan nilai tambah bahan pangan, fortifikasi wajib yang bertujuan untuk mengatasi
masalah kekurangan gizi masayarakat, khususnya masyarakat miskin, dan fortifikasi khusus
yang sasarannya kelompok masyarakat tertentu, seperti anak-anak, balita atau anak sekolah.
3. Fortifikasi wajib yang dilaksanakan di Indonesia antara lain garam dengan yodium dan minyak
goreng dengan vitamin A.
3.2 SARAN
Penambahan senyawa kimia ke dalam bahan pangan sebaiknya sesuai dengan aturan yang
berlaku dan tidak menimbulkan efek samping pada diri konsumen apabila mengkonsumsinya.
SUMBER PUSTAKA : Kakanadu, M. T. A. T., Bintang E., dan Bagio H., 2016. Fortifikasi Pangan.
Universitas Respati Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai