Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN KGD

PADA ASKEP DENGAN LUKA BAKAR

Guna memenuhi tugas individu mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh :

Nama : Anifatul Farida

NIM : 920173103

Kelas : 3C

Prodi : S1 Ilmu Keperawatan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “MAKALAH MANAJEMEN KGD
PADA ASKEP LUKA BAKAR”. Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Dalam Penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan,
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi para pembaca pada
umumnya dalam memajukan pendidikan.Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita. Amiin
Wassalamualaikum wr.wb

Kudus, 27 Maret 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di
rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun
bermacam-macam tipe berupa api, cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran
listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit. Cidera luka
bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama
kematian dan disfungsi berat jangka panjang.
Pendapat di atas tidak akan terwujud tanpa adanya penanganan yang cepat dan tepat
serta kerja sama yang baik antara anggota tim kesehatan yang terkait. Penderita luka
bakar memerlukan perawatan secara khusus karena luka bakar berbeda dengan luka
tubuh lain (seperti luka tusuk, tembak, dan sayatan). Hal ini disebabkan karena pada luka
bakar terdapat keadaan seperti:
1. Ditempati kuman dengan patogenitas tinggi
2. Terdapat banyak jaringan mati
3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah
4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkenal trauma)
5. Memerlukan jaringan untuk menutup
Berbagai karakteristik unit luka bakar membutuhkan intervensi khusus yang berbeda.
Perbedaan karakteristik tersebut dipengaruhi oleh penyebab luka bakar dan bagian tubuh
yang terkena. Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan/ intervensi
lebih intensif dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superficial. Luka bakar
yang terjadi karena tersiram air panas dengan luka bakar yang disebabkan zat kimia atau
radiasi atau listrik membutuhkan penanganan yang berbeda meskipun luas luka bakarnya
sama. Luka bakar yang mengenai daerah genetalia mempunyai resiko yang lebih besar
untuk terjadinya infeksi dibandingkan dengan luka bakar yang ukuran/luasnya sama pada
bagian tubuh yang lain. Luka bakar yang mengenai tangan dan kaki dapat mempengaruhi
kapasitas fungsi pasien (produktivitas/kemampuan kerja) sehingga memerlukan teknik
penanganan yang berbeda dengan bagian tubuh lain.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah ini adalah:
1. Apa definisi dari fraktur gawat darurat luka bakar
2. Bagaimana etiologi gawat darurat luka bakar
3. Bagaimana manifestasi klinis gawat darurat luka bakar
4. Bagaimana patofisiologi gawat darurat luka bakar
5. Bagaimana pathway gawat darurat luka bakar
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada gawat darurat luka bakar
7. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan gawat darurat luka bakar
8. Bagaimana tinjauan asuhan keperawatan gawat darurat luka bakar

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar kita sebagai mahasiswa mengerti bagaimana asuhan keperawatan pasien
dengan gawat darurat luka bakar
2. Tujuan Khusus
Untuk menambah wawasan baik secara teori maupun penatalaksanaan tenaga medis
terutama perawat agar lebih profesional dalam menangani masalah keperawatan
gawat darurat luka bakar
BAB II
PEMBAHASAN
TRIAGE DALAM KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

A. DEFINISI
Triage yaitu skenario pertolongan yang akan di berikan sesudah fase keadaan pasien.
Pasien-pasien yang terancam hidupnya harus di beri prioritas utama. Triage dalam
keperawatan gawat darurat di gunakan untuk mengklasifikasian keparahan penyakit atau
cedera dan menetapkan prioritas kebutuhan penggunaan petugas perawatan kesehatan
yang efisien dan sumber-sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang
dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak.
Triase di lakukan oleh perawat yang profesional (RN) yang sudah terlatih dalam
prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 bulan di bagian UGD, dan memiliki
kualisifikasi:
1. Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan
2. Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
3. Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
4. Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen
5. Keterampilan pengkajian yang tepat, dll

B. Sistem Triage
1. Spot check
25% UGD menggunakan sistem ini, perawat mengkaji dan mengklasifikasikan pasien
dalam waktu 2-3 menit. Sistem ini memungkinkan identifikasi segera.
2. Komprehensif
Merupakan triase dasar yang standart di gunakan. Dan di dukung oleh ENA
(Emergenci Nurse Association) meliputi:
a. A (Airway)
b. B (Breathing)
c. C (Circulation)
d. D (Dissability of Neurity)
e. E ( Ekspose)
f. F (Full-set of Vital sign)
3. Triase Expanded
Sistem ini dapat di tambahkan ke sistem komprohensif dan two-tier mencakup
protokol penanganan:
a. Pertolongan pertama (bidai, kompres, rawat luka)
b. Pemeriksaan diagnostic
c. Pemberian obat
d. Tes lab (Darah, KGD, Urinalisis, dll)
4. Triase Bedside
Pasien dalam sistem ini tidak di klasifikasikan triasenya, langsung di tangani oleh
perawat yang bertugas, cepat tanpa perlu menunggu antri.

C. Kategori/ Klasifikasi Triage


61% menggunakan 4 kategori pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan
warna hartu/status sebagai tanda klasifikasi yaitu Merah (Emergen), kuning (Urgen),
hijau (non Urgen), hitam (Expectant).
1. Merah (Emergent), Yaitu korban-korban yang membutuhkan stabilisasi segera.
Yaitu kondisi yang mengancam kehidupan dan memerlukan perhatian segera.
Contoh:
a. Syok oleh berbagai kausa
b. Gangguan pernapasan
c. Trauma kepala dengan pupil anisokor
d. Perdarahan eksternal massif
2. Kuning (Urgent), Yaitu korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi
perawatan dapat di tunda sementara. Kondisi yang merupakan masalah medisyang
disignifikan dan memerlukan penata laksanaan sesegera mungkin. Tanda-tanda fital
klien ini masih stabil.
Contoh:
a. Fraktur multiple
b. Fraktur femur/pelvis
c. Korban dengan resiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma,
obdomen berat)
d. Luka bakar luas
e. Gangguan kesadaran/trauma kepala
f. Korban dengan status yang tidak jelas.
Semua korban dengan kategori ini harus di berikan infus, pengawasan ketat terhadap
kemungkinan timbulnya komplikasi dan berikan perawatan sesegera mungkin.
3. Hijau (Non urgent), Yaitu kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan
atau pemberian pengobatan dapat di tunda, penyakit atau cidera minor
Contoh:
a. Fektur minor
b. Luka minor
c. Luka bakar minor
4. Hitam (Expectant)
Korban yang meninggal dunia atau yang berpotensi untuk meninggal dunia. Kurang
dari 6%, memakai sistem empat kelas yaitu:
a. Kelas I : kritis (mengancam jiwa, ekstremitas, penglihatan atau tindakan segera).
b. Kelas II: Akut (terdapat perubahan yang signifikan, tindakan segera mungkin).
c. Kelas III: Urgent (signifikan, tikdakan pada waktu yang tepat)
d. Kelas IV: Non Urgent (tidak terdapat resiko yang perlu segera di tangani)
Kurang dari 10%, digunakan sistem 5 tingkat yaitu:
a. Kritis Segera Henti jantung
b. Tidak stabil 5-15 menit Fraktur mayor
c. Potensial tidak stabil 30-60 menit Nyeri abdomen
d. Stabil 1-2 jam Sinusitis
e. Rutin 4 jam Pengangkatan jahitan
BAB III
TINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2011).
Menurut Aziz Alimul Hidayat, (2012 Hal : 130) luka bakar adalah kondisi atau
terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabbkan oleh panas yang tinggi, tetapi
oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar
matahari.
Luka bakar adalah luka yang di sebakan oleh kontak dengan suhu tinggi seperti api,air
panas,listrik,bahan kimia dan radiasi; juga oleh sebab kontak dengan suhu rendah,luka
bakar ini bisa menyebabkan kematian ,atau akibat lain yang berkaitan dengan problem
fungsi maupun estetika. (Kapita Selekta kedokteran edisi 3 jilid 2).
B. ETIOLOGI
Terdapat empat jenis cedera luka bakar yaitu termal, kimia, listrik, dan radiasi.
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) : gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api
ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan
objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain) (Moenadjat, 2011).
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering
digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2011).
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling
rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2011).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe
injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu
lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
C. MANIFESTASI KLINIS
Untuk mengetahui gambaran klinik tentang luka bakar (Combustio) maka perlu
mempelajari :
a. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dapat ditentukan dengan cara “Role of nine“ yaitu dengan
tubuhdianggap 9 % yang terjadi antara:
1) Kepala dan leher : 9 %
2) Dada dan perut : 18 %
3) Punggung hingga pantat : 18 %
4) Anggota gerak atas masing-masing : 9 %
5) Anggota gerak bawah masing-masing : 18 %
6) Perineum : 9 %
b. Derajat Luka Bakar
Untuk derajat luka bakar dibagi menjadi 4, yaitu :
1) Grade I
 Jaringan yang rusak hanya epidermis.
 Klinis ada nyeri, warna kemerahan, kulit kering.
 Tes jarum ada hiperalgesia.
 Lama sembuh + 7 hari.
 Hasil kulit menjadi normal.
2) Grade II
a) Grade II a
 Jaringan yang rusak sebagian dermis, folikel, rambut, dan kelenjar keringat
utuh,
 Rasa nyeri warna merah pada lesi.
 Adanya cairan pada bula.
 Waktu sembuh + 7 - 14 hari.
b) Grade  II b
 Jaringan yang rusak sampai dermis, hanya kelenjar keringan yang utuh.
 Eritema, kadang ada sikatrik.
 Waktu sembuh + 14 – 21 hari.
c) Grade III
 Jaringan yang rusak seluruh epidermis dan dermis.
 Kulit kering, kaku, terlihat gosong.
 Terasa nyeri karena ujung saraf rusak.
 Waktu sembuh lebih dari 21 hari.
d) Grade IV
 Luka bakar yang mengenai otot bahkan tulang.
D. KLASIFIKASI
Berdasarkan kedalaman luka :
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik,
berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5 -10 hari
(Brunicardi et al., 2005).
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula, pembentukan scar, dan
nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau
pucat. Sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
1) Derajat II Dangkal (Superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
c) Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar
pada mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa
sebagai derajat II superficial setelah 12-24 jam.
d) Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.
e) Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
f) Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang
dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
2) Derajat II dalam (Deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.
c) Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.
d) Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna
merah muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay
darah dermis (daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah
yang sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yang berwarna merah muda
mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah) (Moenadjat, 2001)
e) Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi
et al., 2005).
3) Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih dalam, tidak
dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih dan
pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi
koagulasi protein pada epidermis yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung–ujung syaraf sensorik mengalami
kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses
epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
4) Luka bakar derajat IV
Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang
dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
mengalami kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu
dan pucat, terletak lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi
protein pada epidemis dan dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri
dan hilang sensori karena ujung-ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan dan
kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses epitelisasi
spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).
E. PATOFISIOLOGI
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440C tanpa kerusakan
bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap drajat kenaikan
temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan dengan
konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan intravaskuler
keluar dari lumen pembuluh darah, dalam hal ini bukan hanya cairan tetapi protein
plasma dan elektrolit. Pada luka bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang
hampir menyelutruh, penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi
hipovolemik. Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan syok
(Moenajat, 2011).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh kegagalan organ
multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem yaitu terjadinya kerusakan
kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi
cairan (H2O, elektrolit dan protein), sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan
tekanan cairan intraseluler menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya
gangguan perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi organ-organ penting
seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus gastrointestinal dan neurologi yang dapat
mengakibatkan kegagalan organ multi sistem.
F. PATHWAY
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah yang meliputi :
a. Hb, Ht, trombosit
b. Protein total (albumin dan globulin)
c. Ureum dan kreatinin
d. Elektrolit
e. Gula darah
f. Analisa gas darah (jika perlu lakukan tiap 12 jam atau minimal tiap hari)
g. Karboksihaemoglobin
h. Tes fungsi hati / LFT Penatalaksanaan
H. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Penanganan awal ditempat kejadian
Tindakan yang dilakukan terhadap luka bakar :
a) Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api, jangan biarkan korban
berlari, anjurkan korban untuk berguling–guling atau bungkus tubuh korban
dengan kain basah dan pindahkan segera korban ke ruangan yang cukup
berventilasi jika kejadian luka bakar berada diruangan tertutup.
b) Buka pakaian dan perhiasan yang dikenakan korban
c) Kaji kelancaran jalan nafas korban, beri bantuan pernafasan korban dan
oksigen bila diperlukan
d) Beri pendinginan dengan merendam korban dalam air bersih yang bersuhu 200C
selama 15–20 menit segera setelah terjadinya luka bakar
e) Jika penyebab luka bakar adalah zat kimia, siram korban dengan air sebanyak–
banyaknya untuk menghilangkan zat kimia dari tubuhny
f) Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta cedera lain
yang menyertai luka bakar
g) Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut
2) Penanganan luka bakar di unit gawat darurat
Tindakan yang harus dilakukan terhadap pasien pada 24 jam pertama yaitu :
a) Penilaian keadaan umum pasien. Perhatikan A : Airway (jalan nafas), B :
Breathing (pernafasan), C : Circulation (sirkulasi)
b) Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
c) Kaji adanya kesulitan menelan atau bicara dan edema saluran pernafasan
d) Kaji adanya faktor–faktor lain yang memperberat luka bakar seperti adanya
fraktur, riwayat penyakit sebelumnya (seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal,
dll)
e) Pasang infus (IV line), jika luka bakar >20% derajat II / III biasanya dipasang
CVP (kolaborasi dengan dokter)
f) Pasang kateter urin
g) Pasang NGT jika diperlukan
h) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
i) Berikan suntikan ATS / toxoi
j) Perawatan luka :
 Cuci luka dengan cairan savlon 1% (savlon : NaCl = 1 : 100)
 Biarkan lepuh utuh (jangan dipecah kecuali terdapat pada sendi yang
mengganggu pergerakan
 Selimuti pasien dengan selimut steril
k) Pemberian obat–obatan (kolaborasi dokter)
 Antasida H2 antagonis
 Roborantia (vitamin C dan A)
 Analgetik
 Antibiotik
l) Mobilisasi secara dini
m) Pengaturan posisi
3) Rehabilitasi
a) Terapi psikiater
b) Terapi fisioterapis
c) Terapi nutrisi
b. Medis
Tindakan yang dilakukan dalam pelaksanaan pasien luka bakar antara lain terapi
cairan dan terapi obat – obatan topical.
1) Pemberian cairan intravena
Tiga macam cairan diperlukan dalam kalkulasi kebutuhan pasien :
a) Koloid termasuk plasma dan plasma expander seperti dextran
b) Elektolit seperti NaCl, larutan ringer, larutan Hartman atau larutan tirode
c) Larutan non elektrolit seperti glukosa 5%
Sebelum infus diberikan, luas dan dalamnya luka bakar harus ditentukan secara
teliti. Kemudian jumlah cairan infus yang akan diberikan dihitung. Ada
beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini.
Pemberian cairan ada beberapa formula :
a) Formula Baxter hanya memakai cairan RL dengan jumlah : % luas luka
bakar x BB (kg) x 4cc diberikan ½ 8 jam I dan ½ nya 16 jam berikut
untuk hari ke 2 tergantung keadaan.
Resusitasi cairan : Baxter.
 Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
 Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
 Kebutuhan faal :
o < 1 tahun : BB x 100 cc
o 1 – 3 tahun : BB x 75 cc
o 3 – 5 tahun : BB x 50 cc
o ½ à diberikan  8 jam pertama
o ½ à diberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua :
 Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
 Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
b) Formula Evans
 Cairan yang diberikan adalah saline
 Elektrolit dosis : 1cc x BB kg x % luka bakar
 Koloid dosis : 1cc x Bb kg x % luka bakar
 Glukosa : - Dewasa : 2000cc dan Anak : 1000cc
c) Formula Brook
 Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat
 Elektrolit : 1,5cc x BB kg x % luka bakar
 Koloid : 0,5cc x Bb kg x % luka bakar
 Dektros : - Dewasa : 2000cc dan Anak : 1000cc
d) Formula farkland
 Cairan yang diberikan adalah Ringer Laktat
 Elektrolit : 4cc x BB kg x % luka bakar
2) Terapi obat – obatan topical
Ada berbagai jenis obat topical yang dapat digunakan pada pasien luka
bakar antara lain :
a) Mafenamid Acetate (sulfamylon)
b) Silver Nitrat
c) Silver Sulfadiazine
d) Povidone Iodine (Betadine)
Dengan pemberian obat–obatan topical secara tepat dan efektif, diharapkan
dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang seringkali
masih menjadi penyebab kematian pasien.
I. Proses penyembuhan
Berdasarkan klasifikasi lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi dua yaitu: akut
dan kronis. Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam jangka waktu 2–3
minggu. Sedangkan luka kronis adalah segala jenis luka yang tidak tanda-tanda untuk
sembuh dalam jangka lebih dari 4–6 minggu.
Pada dasarnya proses penyembuhan luka sama untuk setiap cedera jaringan lunak.
Begitu juga halnya dengan kriteria sembuhnya luka pada tipa cedera jaringan luka baik
luka ulseratif kronik, seperti dekubitus dan ulkus tungkai, luka traumatis, misalnya
laserasi, abrasi, dan luka bakar, atau luka akibat tindakan bedah. Luka dikatakan
mengalami proses penyembuhan jika mengalami proses fase respon inflamasi akut
terhadap cedera, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi. Kemudian disertai
dengan berkurangnya luasnya luka, jumlah eksudat berkurang, jaringan luka semakin
membaik.
Tubuh secara normal akan merespon terhadap luka melalui proses peradangan yang
dikarakteristikan dengan lima tanda utama yaitu bengkak, kemerahan, panas, nyeri dan
kerusakan fungi. Proses penyembuhannya mencakup beberapa fase (Potter & Perry,
2005) yaitu:
a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3–4 hari. Dua proses utama
terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan fagositosis.
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke–4 atau 5 sampai hari ke–21. Jaringan
granulasi terdiri dari kombinasi fibroblas, sel inflamasi, pembuluh darah yang
baru, fibronectin and hyularonic acid.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke–21 dan berakhir 1–2 tahun. Fibroblas terus
mensintesis kolagen. Kolagen menyalin dirinya, menyatukan dalam struktur
yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan
meninggalkan garis putih..
J. Komplikasi
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan
menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali
sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri.
Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
a. Infeksi dan sepsis
b. Oliguria dan anuria
c. Oedem paru
d. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
e. Anemia
f. Kontraktur
g. Kematian
c.
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

A. Identitas
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamt, tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan
pengkajian klita perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang
tidak hanya mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi  anak
dibawah umur 2 tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki
penilaian tinggi terhadap jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen
K.C). data pekerjaan perlu karena jenis pekerjaan memiliki resiko
tinggi terhadap luka bakar agama dan pendidikan menentukan
intervensi ynag tepat dalam pendekatan
B. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka
bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat
disebabakna kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan
pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality
(p,q,r,s,t). sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien
mengalami luka bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh
darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila
edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
C. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar,
penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn
serta keluhan klien selama menjalan perawatanketika dilakukan
pengkajian.  Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase
emergency (±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase
akut (48 jam pertama beberapa hari  /  bulan ), fase rehabilitatif
(menjelang klien pulang)
D. Riwayat penyakit masa lalu
Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita
oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler,
paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
E. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan
penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi :
jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan,
tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta
kemungkinan penyakit turunan
F. Pola ADL
Meliputi kebiasaan klien sehari-hari dirumah dan di RS dan
apabila terjadi perubahan pola menimbulkan masalah bagi klien.
Pada pemenuhan kebutuhan nutrisi kemungkinan didapatkan
anoreksia, mual, dan muntah. Pada pemeliharaan kebersihan badan
mengalami penurunan karena klien tidak dapat melakukan sendiri.
Pola pemenuhan istirahat tidur juga mengalami gangguan. Hal ini
disebabkan karena adanya rasa nyeri .
1. Aktifitas/istirahat, Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan;
keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan
massa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi, Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20%
APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada
ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia
(syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
3. Integritas ego. Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan,
keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas, menangis,
ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi. Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase
darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
5. Makanan/cairan. Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia;
mual/muntah.
6. Neurosensori. Gejala: area batas; kesemutan.Tanda: perubahan
orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis
(cedera listrik pada aliran saraf).
7. Nyeri/kenyamanan.Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar
derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh;
ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar
ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon
pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
8. Pernafasan. Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan
lama (kemungkinan cedera inhalasi)Tanda: serak; batuk mengii;
partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.Pengembangan
torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada;
jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik
(oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas
dalam (ronkhi)
9. Keamanan. Tanda Kulit umum: destruksi jaringan dalam
mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan
proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak
terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh
pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit
mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus;
lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis.Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka
aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan
sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok
listrik).
Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum,Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor
mengeluh panas sakit dan  gelisah sampai menimbulkan penurunan
tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
b. TTV .Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan
lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48
jam pertama
c. Pemeriksaan kepala dan leher
  Kepala dan rambut,Catat bentuk kepala, penyebaran rambut,
perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi
akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
  Mata, Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata,
lesi adanya benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan
serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka
bakar
  Hidung,Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan
dan bulu hidung yang rontok
  Mulut, Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir
kering karena intake cairan kurang
  Telinga,Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing,
perdarahan dan serumen
  Leher, Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami
peningkatan sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan
cairan
Pemeriksaan thorak / dada, Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan,
ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar
karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi,
suara nafas tambahan ronchi
Abdomen, Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi
adanya nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya
gastritis.
Urogenital, Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
Muskuloskletal,Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat
luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
Pemeriksaan neurologi, Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai
dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok
hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
Pemeriksaan kulit,Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami
luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas
uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai
berikut :

BAG TUBUH 1 TH 2 TH DEWASA


Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas  atas (kanan dan
18% 18% 18 %
kiri)
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan
27% 31% 30%
dan kiri)
Genetalia 1% 1% 1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat (grade).
Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka, rasa nyeri
yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN COMBUSTIO/ LUKA BAKAR 


 Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan
 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma Kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit
  Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal luka
 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat ; kerusakan perlindungan kulit
 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
dan ketahanan 
2. INTERVENSI
1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit  atau jaringan .
Kriteria hasil :
a) Menyatakan nyeri berkurang  atau terkontrol
b) Menunjukkan ekspresi wajah atau postur tubuh rileks
c) Berpartisipasi dalam aktivitas dari tidur atau istirahat dengan
tepat
Intervensi :
a) Tutup luka sesegera mungkin, kecuali perawatan luka bakar
metode pemejanan pada udara terbuka
b) Ubah pasien yang sering dan rentang gerak aktif dan pasif
sesuai indikasi
c) Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu
penghangat dan penutup tubuh
d) Kaji keluhan nyeri pertahankan lokasi, karakteristik dan
intensitas (skala 0-10)
e) Dorong ekspresi perasaan tentang nyeri
f) Dorong penggunaan tehnik manajemen stress, contoh relaksasi,
nafas dalam, bimbingan imajinatif dan visualisasi.
g) Kolaborasi pemberian analgetik
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma Kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit 
Kriteria Hasil :
a) Menunjukkan regenerasi jaringan
b) Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar
Intervensi :
a) Kaji atau catat ukuran warna kedalaman luka, perhatikan
jaringan metabolik dan kondisi sekitar luka
b) Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan control
infeksi
3)  Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan melalui rute abnormal luka.
Kriteria Hasil :Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan
dibuktikan oleh haluaran urine individu, tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa  lembab.
Intervensi :
a) Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian kapiler dan
kekuatan nadi perifer.
b) Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan
hemates sesuai indikasi
c) Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak
d) Timbang berat badan tiap hari
e) Observasi distensi abdomen, hematemesess, feses hitam,
hemates drainase NG dan feses secara periodik.
f) Kolaborasi kateter urine
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan
primer tidak adekuat ; kerusakan perlindungan kulit
Kriteria Hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi :
Intervensi :
a) Implementasikan tehnik isolasi yang tepat sesuai indikasi
b) Tekankan pentingnya tehnik cuci tangan yang baik untuk
semua individu yang datang kontak ke pasien
c) Cukur rambut disekitar area yang terbakar meliputi 1 inci dari
batas yang terbakar
d) Periksa area yang tidak terbakar (lipatan paha, lipatan leher,
membranmukosa )
e) Bersihkan jaringan nekrotik yang lepas (termasuk pecahnya
lepuh) dengan gunting dan forcep.
f) Kolaborasi pemberian antibiotik
5) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan
kekuatan dan ketahanan 
Kriteria Hasil :
Menyatakan dan menunjukkan keinginan berpartisipasi dalam
aktivitas, mempertahankan posisi, fungsi dibuktikan oleh tidak
adanya kontraktor, mempertahankan atau meningkatkan kekuatan
dan fungsi yang sakit dan atau menunjukkan tehnik atau perilaku
yang memampukan aktivitas.
Intervensi :
a) Pertahankan posisi tubuh tepat dengan dukungan atau
khususnya untuk luka bakar diatas sendi.
b) Lakukan latihan rentang gerak secara konsisten, diawali pasif
kemudian aktif
c) Instruksikan dan Bantu dalam mobilitas, contoh tingkat walker
secara tepat.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat terjadi di mana saja baik di
rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun
bermacam-macam tipe berupa api, cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran
listrik dan lain-lain.
Luka bakar yang terjadi, akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit. Cidera luka
bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih merupakan penyebab utama
kematian dan disfungsi berat jangka panjang.
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn) (Moenajat, 2011).

B. SARAN
Bagi pembaca di sarankan untuk memahami hal-hal yang berkaitan dengan manajemen
luka bakar, sehingga dapat di lakukan upaya-upaya yang bermanfaat untuk
menanganinya secara efektif dan efisien
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2015. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de


Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Brunner & Suddart. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 3.


Jakarta: EGC

Crowin,E.J.2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E., 20010, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Moenadjat Y. 2011. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

Santosa, Budi. 2011. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.


Jakarta: Prima Medika
KOMENTAR VIDEO DARI YOUTUBE
YANG MEMBAHAS TENTANG MANJEMEN LUKA BAKAR, PENANGANAN
TRIAGE, MANAJEMEN SISTEM PENCERNAAN

Dari simulasi yang telah di berikan, Penjelasan nya sendiri mudah di pahami karena ada nya
teks pada video simulasi tersbut , action nya bagus.
Dan ada 1 video mengenai manajemen system pencernaan yang mana saya kurang nyaman
karena dalam video tersebut suara perawat tidak terdengar, dan beberapa ada yang berbicara
berbarengan, ppt yang di tampilkan juga begitu cepat
SEMOGA VIDEO SIMULASI BERMANFAAT UNTUK KITA SEMUA. AAMIIN

Anda mungkin juga menyukai