Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

HENTI NAFAS
Disusun Guna Memenuhi Seminar Angkatan Semester VI

Disusun oleh

Nama : Anifatul Farida


NIM : 920173103
Kelas :3C

SI - ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
A. DEFINISI
Henti napas adalah ventilasi tidak adekuat disebabkan oleh ketidakmampuan paru
mempertahankan oksigenasi arterial  atau membuang karbon dioksida secara adekuat
(Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, 2011)
Henti napas merupakan keadaan ketidakmampuan tubuh untuk menjaga
pertukaran gas seimbang dengan kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan hipoksemia
dan atau hiperkapnia. Dikatakan Henti napas  apabila PaCO2 > 45 mmHg atau PaO2 <
55mmHg (Boedi Swidarmoko, 2010:259).

B. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya henti nafas adalah
- Tenggelam
- Stroke
- Obstruksi jalan napas
- Epiglotitis
- Overdosis obat
- Tersengat listrik
- Infark miokard
- Koma akibat berbagai macam kasus
(Muttaqin,2012)

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis terjadinya henti nafas yaitu
- Aliran udara di mulut dan hidung tidak dapat didengar atau dirasakan
- Pada gerakan nafas spontan terlihat retraksi supra klavikuladon sela iga serta tidak
ada pengembangan dada pada saat inspirasi
- Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha memberikan ventilasi buatan

Gejala terjadinya henti nafas yaitu terjadinya hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran dan
hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat atau sianosis (PO2 menurun).

(Price, Sylvia Anderson. 2011)


D. PATHOFISIOLOGI
Henti napas ada dua macam yaitu Henti napas akut dan Henti napas kronik
dimana masing masing mempunyai pengertian yang bebrbeda. Henti napas akut adalah
Henti napas yang timbul pada pasien yang parunyanormal secara struktural maupun
fungsional sebelum awitan penyakit timbul. Sedangkan Henti napas kronik adalah terjadi
pada pasien dengan penyakit paru kronik seperti bronkitis kronik, emfisema dan penyakit
paru hitam (penyakit penambang batubara).Pasien mengalalmi toleransi terhadap
hipoksia dan hiperkapnia yang memburuk secara bertahap. Setelah Henti napas akut
biasanya paru-paru kembali kekeasaan asalnya. Pada Henti napas kronik struktur paru
alami kerusakan yang ireversibel.
Indikator Henti napas telah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi
penapasan normal ialah 16-20 x/mnt. Bila lebih dari20x/mnt tindakan yang dilakukan
memberi bantuan ventilator karena “kerja pernafasan” menjadi tinggi sehingga timbul
kelelahan. Kapasitasvital adalah ukuran ventilasi (normal 10-20 ml/kg).
Henti napas penyebab terpenting adalah ventilasi yang tidak adekuatdimana
terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pusat pernafasan yang mengendalikan pernapasan
terletak di bawah batang otak (pons dan medulla). Pada kasus pasien dengan anestesi,
cidera kepala, stroke, tumor otak, ensefalitis, meningitis, hipoksia dan hiperkapnia
mempunyai kemampuan menekan pusat pernafasan. Sehingga pernafasan menjadi lambat
dan dangkal. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi pernafasan tidak
adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan denganefek yang dikeluarkanatau
dengan meningkatkan efek dari analgetik opiood. Pnemonia atau dengan penyakit paru-
paru dapat mengarah ke Henti napas akut. (Kowalak, Jennifer P. 2011)
E. PATHWAY
Trauma Kelainan neurologis

Gangguan syaraf pernapasan dan otot pernapasan

Peningkatan permeabilitas membrane alveolar kapiler

Gangguan epithelium alveolar Gangguan endpthelium kapiler

Penumpukan cairan alveoli Cairan masuk ke interstitial

Edema pulmo Peningkatan tahanan jalan nafas

Penurunan complain paru Kehilangan fungsi silia sal. Pernapasan

Cairan surfaktan menurun


Bersihan jalan tidak efektif
Gangguan pengembangan paru, kolaps alveoli

Ventilasi dan perfusi tidak seimbang Gangguan pertukaran gas

Hipoksemia, Hiperkapnia O2 dan CO2


(dispnea, sianosis)
Tindakan Primer A, B, C, D dan E

Ventilasi mekanik Pola nafas tidak efektif


F. Penanganan Kegawatdaruratan
1. Memeriksa Jalan Napas
Pada klien yang tidak sadar akan terjadi relaksasi otot-otot termasuk otot-otot di
dalam mulut. Yang mengakibatkan lidah akan jatuh ke bagian belakang dari
tenggorokan dan akan menutup jalan napas. Disini penolong memeriksa apakah
korban masih bernapas atau tidak. Bila tidak bernapas akibat adanya sumbatan maka
penolong harus membersihkan jalan napas agar menjadi terbuka
2. Manuver Heilmich (hentakan subdiafragma abdomen)
Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan pada diafragma sehingga
memaksa udara yang ada di dalam paru untuk keluar dengan cepat sehingga
diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan
nafas, mungkin dibutuhkan pengulangan 6-10x untuk membersihkan jalan napas.

Algoritma

Fase I: Tunjangan hidup dasar (Basic Life Support) yaitu prosedur pertolongan darurat
mengatasi obstruksi jalan nafas, henti nafas dan henti jantung. Indikasi tunjangan hidup
dasar terjadi karena adanya henti nafas dan henti jantung yang terdiri dari:
A Airway menjaga jalan nafas tetap terbuka
B Breathing ventilasi paru dan oksigenisasi yang adekuat. Pernapasan yang adekuat
dinilai tiap kali tiupan oleh penolong. Yang diperhatikan yaitu adanya gerakan dada,
merasakan tahanan ketika memberikan bantuan nafas dan isi paru klien saat mengembang
dengan suara dan rasakan adanya udara yang keluar saat ekspirasi.
C Circulation mengadakan sirkulasi buatan dengan kompresi jantung paru.
Fase II: Tunjangan hidup lanjutan (Advanced Life Support) yaitu tunjangan hidup dasar
ditambah dengan :
D drugs yaitu pemberian obat-obatan sekaligus cairan yang dibagi menjadi 2 yaitu
penting: sodium bikarbonat, epinephrine, sulfat atoprin, lidokain, morphin sulfat, kalsium
khlorida, oksigen. Berguna yaitu obat-obatan vasoaktif (laverterenol), isoproterenol,
propanolol dan kortikosteroid.
Fase III: tunjangan hidup terus menerus
G Gauge pengukuran dan pemeriksaan untuk monitoring klien secara terus-menerus,
dinilai, dicari penyebabnya dan kemudian mengobatinya.
Pemantauan
Pemantauan yang dilakukan adalah monitoring RR, volume nafas yang adekuat, posisi,
pemberian oksigen, tanda vital dan kesadaran.

G. TERAPI
1.    Non Farmakologi
a.       Bernafas dalam dengan bibir di kerutkan ke depan jika tidak di lakukan intubasi
dan ventilasi mekanis, cara ini di lakukan untuk membantu memelihara patensi jalan
napas.
b.      Aktifitas sesuai kemampuan.
c.       Pembatasan cairan pada gagal jantung.
2.    Farmakologi
a.       Terapi oksigen untuk meningkatkan oksigenasi dan menaikan PaO2.
b.      Ventilasi mekanis dengan pemasangan pipa endotrakea atau trakeostomi jika
perlu untuk memberikan oksigenasi yang adekuat dan membalikkan keadaan
asidosis.
c.       Ventilasi frekuensi tinggi jika kondisi pasien tidak nereaksi terhadap terapi yang
di berikan;tindakan ini di lakukan untuk memaksa jalan nafas terbuka, meningkatkan
oksigenasi, dan mencegah kolaps alveoli paru.
d.      Pemberian antibiotik untuk mengatasi infeksi.
e.       Pemberian bronkodilator untuk mempertahankan patensi jalan nafas.
f.       Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi.
g.      Pembatasan cairan pada kor pulmonaleuntuk mengurangi volume dan beban
kerja jantung.
h.      Pemberian preparat inotropik positif untuk meningkatkan curah jantung.
i.        Pemberian vasopresor untuk mempertahankan tekanan darah.
j.        Pemberian diuretik untuk mengurangi edema dan kelebihan muatan cairan
H. DIAGNOSA
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hilangnya fungsi jalan napas,
peningkatan sekret pulmonal, peningkatan resistensi jalan napas.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi alveoli, penumpukan
cairan di alveoli, hilangnya surfaktan pada permukaan alveoli
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran gas tidak adekuat,
peningkatan secret, penurunan kemampuan untuk oksigenasi, kelelahan.

I. INTERVENSI
Dx. Tujuan Dan
Intervensi Rasional
Kep Kriteria Evaluasi
I Mempertahankan 1. Monitor fungsi1. 1. Penggunaan otot-otot
jalan napas efektif pernapasan, interkostal/abdominal/leher
Frekuensi, irama, dapat meningkatkan usaha
kedalaman, bunyi dalam bernafas
dan penggunaan2. 2. Pemeliharaan jalan nafas
otot-otot bagian nafas dengan paten
tambahan. 3. 3. Mengeluarkan secret
2. Berikan Posisi meningkatkan transport
semi Fowler oksigen
3. Berikan terapi4. 4. Untuk mengeluarkan secret
O2 5. 5.Meningkatkan drainase sekret
4. Lakukan suction paru, peningkatan efisiensi
5. Berikan penggunaan otot-otot
fisioterapi dada pernafasan

II Meningkatkan 1. 1. Kaji status pernapasan


1.    1. mekanisme kompensasi
pertukaran gas , catat peningkatan untuk hipoksemia dan
yang adekuat . respirasi dan perubahan peningkatan usaha nafas
pola napas . 2.    2. Selalu berarti bila diberikan
2. 2. Kaji adanya sianosis oksigen (desaturasi 5 gr dari
dan Observasi Hb) sebelum cyanosis muncul
Dx. Tujuan Dan
Intervensi Rasional
Kep Kriteria Evaluasi
kecenderungan hipoksia 3.    3. Menyimpan tenaga pasien,
dan hiperkapnia mengurangi penggunaan
3. 3. Berikan istirahat yang oksigen
cukup dan nyaman 4.   4. Memaksimalkan pertukaran
4. 4. Berikan humidifier oksigen secara terus menerus
oksigen dengan masker dengan tekanan yang sesuai
5. CPAP jika ada indikasi 5.    5. Untuk mencegah kondisi
6. 5. Berikan obat-obat jika lebih buruk pada Henti napas.
ada indikasi seperti
steroids, antibiotik,
bronchodilator dan
ekspektorant
III Kebutuhan cairan
1.   1. Monitor vital signs      1. Berkurangnya
klien terpenuhi dan seperti tekanan darah, volume/keluarnya cairan dapat
kekurangan cairan heart rate, denyut nadi meningkatkan heart rate,
tidak terjadi (jumlah dan volume). menurunkan TD, dan volume
2. Amati perubahan denyut nadi menurun
kesadaran, turgor kulit,      2. Mempengaruhi
kelembaban membran perfusi/fungsi cerebral. Deficit
mukosa dan karakter cairan dapat diidentifikasi
sputum. dengan penurunan turgor kulit,
3. Hitung intake, output       3. Keseimbangan cairan
dan balance cairan. negatif merupakan indikasi
Amati “insesible loss” terjadinya deficit cairan.
4.   4. Timbang berat badan       4. Perubahan yang drastis
setiap hari merupakan tanda penurunan
5. Berikan cairan IV total body wate
dengan observasi ketat      5. Mempertahankan /
memperbaiki volume sirkulasi
dan tekanan osmot
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. 2012. Medical Bedah untuk Mahasiswa. Jogjakarta: DIVA Press.
Doenges, M.E. Moorhouse M.F., Geissler A.C., (2010) Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3,
Jakarta, EGC.

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:EGC

Mansjoer, A,.Suprohaita, Wardhani WI,.& Setiowulan, (2011). Kapita Selekta Kedokteran edisi
2. Jakarta: EGC

Muttaqin, 2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta
: Salemba Medika

Price, Sylvia Anderson. 2011. Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta:EGC.
Sumarsono, T., Ningsih, D. K. (2008). Penatalaksanaan Henti Jantung DI Luar RUmah
Sakit Sesuai dengan Algoritma AHA 2005. Malang: UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai