Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja


Dalam Keperawatan (K3)
“Manajemen Risiko K3”

Disusun Oleh: KELOMPOK 5

1. Anggun Dwi Putri 183310799


2. Hukama Aribi 183310809
3. Marisa Novita 183310813
4. Mochamad Fadli 183310815
5. Monix Jultrizo Putri 183310816
6. Puja Junia Faselfa 183310818
7. Siti Salsabila 183310826
8. Vyolla Syafri 183310830

Dosen Pembimbing:
Ns. Suhaimi, S.Kep.,M.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN 2019
Kata Pengantar
     Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja
dalam Keperawatan tentang “Manajemen Risiko K3” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat terbatas, maka makalah ini masih
mengandung banyak kekurangan untuk itu kami harapkan para pembaca bersedia memberi saran
dan pendapat untuk makalah ini.

             Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,
kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan terimakasih yang tak terhingga. Semoga
Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi
kita semua.

Padang, 19 September 2019

Kelompok 5

2
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 4
Bab II Tinjauan Teoritis
2.1. Peran Manajemen Risiko dalam Keselamatan Pasien................................................ 6
2.2. Pentingnya Manajemen Risiko.................................................................................. 11
2.3. Proses Manajemen Risiko......................................................................................... 14
Bab III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................ 17
B. Saran.......................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 18

3
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Keselamatan pasien dirumah sakit adalah suatu system rumah sakit dalam membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko,identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang sebelumnya diambil
(Kemenkes RI,2011).
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu ketepatan
identifikasi,peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan pengurangan resiko pasien jatuh(Depkes,2010).
Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah system dalam organisasi pelayanan
kesehatan yang dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses. Organisasi (struktur dan
budaya), manajemen,sumber daya manusia,teknologi,peralatan,financial adalah komponen
dari struktur. Proses pelayanan, prosedur tindakan,system informasi,system
administration,system pengendalian,pedoman merupakan komponen proses keselamatan
pasien merupakan hasil interaksi antara komponen struktur dan proses. Mutu pelayanan
rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis(pelayanan
dokter,perawat,dan terkait teknik medis), aspek efisiensi dan efektifitas
pelayanan,keselamatan pasien dan kepuasan pasien (Donabedian 1988, dalam
Cahyono,2011).

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa Peran Manajemen Risiko dalam Keselamatan Pasien?
1.2.2. Bagaimana Pentingnya Manajemen Risiko?
1.2.3. Apa saja Proses Manajemen Risiko?
4
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang Manajemen Risiko K3
1.3.2. Tujuan khusus
Dengan penyusunan makalah ini, mahasiswa diharapkan:
1.3.2.1. Mampu memahami dan mengetahui tentang Peran Manajemen Risiko dalam
Keselamatan Pasien
1.3.2.2. Mampu memahami dan mengetahui tentang Pentingnya Manajemen Risiko
1.3.2.3. Mampu memahami dan mengetahui tentang Proses Manajemen Risiko

5
Bab II
Tinjauan Teoritis

2.1. Peran Manajemen Risiko dalam Keselamatan Pasien


Mengacu kepada standar keselamatan pasien, maka rumah sakit harus merancang
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan melakukan perubahan
untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
Proses perancangan tersebut harus mengacu pada visi, misi, dan tujuan rumah sakit,
kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, praktik bisnis yang
sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan “Tujuh
Langkah Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang
komprehensif untuk menuju keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut secara
menyeluruh harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit. Dalam pelaksanaan, tujuh langkah
tersebut tidak harus berurutan dan tidak harus serentak. Pilih langkah-langkah yang paling
strategis dan paling mudah dilaksanakan di rumah sakit. Bila langkah-langkah ini berhasil
maka kembangkan langkah-langkah yang belum dilaksanakan. Bila tujuh langkah ini telah
dilaksanakan dengan baik rumah sakit dapat menambah penggunaan metoda-metoda
lainnya.
Uraian Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
2.1.1. Membangun Kesadaran Akan Nilai Keselamatan Pasien
Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
Bagi Rumah Sakit:
Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus
dilakukan staf segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah
pengumpulan fakta harus dilakukan dan dukungan apa yang harus diberikan kepada
staf, pasien dan keluarga.
1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang menjabarkan peran dan
akuntabilitas individual bilamana ada insiden.

6
2. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah
sakit.
3. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
4. Bagi Unit/Tim:
a. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
b. mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
c. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah
sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2.1.2. Memimpin Dan Mendukung Staf
Pimpinan melakukan pencanangan/deklarasi program keselamatan pasien
RS RS membentuk komite/tim/panitia keselamatan pasien yang bertugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan program keselamatan pasien di RS. 
Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin secara berkala untuk menilai
perkembangan program keselamatan pasien.
Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien (patient safety walk around)
secara rutin, diikuti berbagai unsure terkait. Setiap timbang terima antar shift
dilakukan briefing untuk mengidentifikasi risiko keselamatan pasien dan debriefing
untuk meminitor risiko tersebut.
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di rumah sakit. Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap
unit/bagian sebagai motor penggerak pelaksanaan program keselamatan pasien di
RS.
2.1.2.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab
atas Keselamatan Pasien
2. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan
Pasien
3. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
7
4. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya.
2.1.2.2. Untuk Unit/Tim:
1. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan Keselamatan Pasien
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
2.1.3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas
dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
2.1.3.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf
2. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit
3. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
2.1.3.2. Untuk Unit/Tim:
1. Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yang terkait
2. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit
3. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut

8
4. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
2.1.4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2.1.4.1. Untuk Rumah Sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
2.1.4.2. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.
2.1.5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
2.1.5.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan
cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden
dengan para pasien dan keluarganya.
2. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar
dan jelas bilamana terjadi insiden.
3. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar
selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
2.1.5.2. Untuk Unit/Tim:
1. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
2. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas
dan benar secara tepat

9
3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada
pasien dan keluarganya.
2.1.6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
2.1.6.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
2.1.6.2. Untuk Unit/Tim:
1. Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
2.1.7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
2.1.7.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi setempat.
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.

10
5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
2.1.7.2. Untuk Unit/Tim:
1. Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.

2.2. Pentingnya Manajemen Risiko Dalam Kesehatan Dan Keselamatan Kerja


Konsep manajemen risiko mulai diperkenalkan di bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) pada era tahun 1980-an setelah berkembangnya teori accident
model (investigasi kecelakaan)  Internaltional Loss Control Institute (ILCI). Manajemen
Risiko K3 merupakan suatu usaha atau proses untuk mengelola risiko agar tidak terjadi hal
yang tidak diinginan atau kecelakaan secara komprehensif (logis), terencana dan
terstruktur. Hal ini memungkinkan manajemen untuk meningkatkan hasil dengan cara
mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang ada dalam suatu proyek. Pendekatan
manajemen risiko ini dapat meningkatkan perbaikan berkelanjutan dalam suatu proyek
kedepannya.
Penerapan Manajemen Risiko K3 menjadi suatu keuntuhan dari sistem manajemen
suatu perusahaan/organisasi. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan,
jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen Risiko akan memberikan dampak yang
optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Meskipun demikian, Manajemen Risiko sering
dilakukan pada tahap pelaksanaan kegiatan. Manfaat penerapan Manajemen Risiko K3 ini
selain mengurangi peluang kecelakaan juga bermanfaat untuk memberikan pemahaman
kepada semua pihak mengenai potensi bahaya yang ada pada setiap kegiatan/aktifitas di
suatu proyek perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta kewaspadaan
dan kesadaran akan keselamatan kerja.
Dalam Manajemen Risiko K3 dilakukan identifikasi risiko, segala aspek yang dapat
menimbulkan kecelakaan saat bekerja dipertimbangkan, sehingga nantinya akan didapatkan
11
daftar risiko dari kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.
Analisis Risiko dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan serta kerugian apa saja
yang diterima pada saat terjadinya kecelakaan serta dampak dan kemungkinan kedepannya.
Evaluasi Risiko perlu dilakukan untuk membandingkan tingkat risiko hasil analisis dengan
kriteria standar yang digunakan perusahaan/organisasi. Setelah didapatkan semua
gambaran risiko maka dilakukan Pengendalian Risiko untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
Pengendalian risiko berperan dalam meminimalisir/ mengurangi tingkat risiko yang
ada sampai tingkat terendah atau sampai tingkatan yang dapat ditolerir. Cara pengendalian
risiko dilakukan dengan menghilangkan sumber bahaya (hazard), mengganti proses,
mengganti input dengan yang lebih rendah risikonya. Selain itu mengurangi risiko dari
bahaya dapat dilakukan dengan metode rekayasa teknik pada alat kerja, melakukan
pembuatan prosedur serta aturan, dan menggunakan alat perlindungan diri sesuai dengan
jenis pekerjaan yang dilakukan.
Tujuan dari manajemen risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan
kesempatan ataupun peluang. Bila dilihat terjadinya kerugian dengan teori accident model
dari ILCI, maka manajemen risiko dapat memotong mata rantai kejadian kerugian tersebut,
sehingga efek dominonya tidak akan terjadi. Pada dasarnya manajemen risiko bersifat
pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun accident.
2.2.1. Menurut AS/NZS 4360 Risk Management Standard, manajemen risiko adalah “the
culture, process, and structures that are directed towards the effective management
of potential opportunities and adserve effects”. Menurut standar AS/NZS 4360
tentang standar manajemen risiko ( Ramli, 2010).
2.2.2. Menurut Smith (1990 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen Resiko
didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari
sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau
proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.
2.2.3. Menurut Clough and Sears (1994 dikutip dalam Anonim 2009), Manajemen risiko
didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua
kejadian yang menimbulkan kerugian.

12
2.2.4. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.
2.2.5. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai
suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu
kerugian.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan
salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manfaat manajemen resiko :
2.2.5.1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya.
2.2.5.2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan c.
Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya.
2.2.5.3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan.
2.2.5.4. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman,
2010).

2.3. Proses Manajemen Risiko


Manajemen risiko adalah suatu proses mengidentifikasi, mengukur risiko, serta
membentuk strategi untuk mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang
13
dapat digunakan antara lain mentransfer risiko pada pihak lain, mengindari risiko,
mengurangi efek buruk dari risiko dan menerima sebagian maupun seluruh konsekuensi
dari risiko tertentu.
2.3.1. Identifikasi Risiko
Proses ini meliputi identifikasi risiko yang mungkin terjadi dalam suatu aktivitas
usaha. Identifikasi risiko secara akurat dan komplet sangatlah vital dalam
manajemen risiko. Salah satu aspek penting dalam identifikasi risiko adalah
mendaftar risiko yang mungkin terjadi sebanyak mungkin. Teknik-teknik yang dapat
digunakan dalam identifikasi risiko antara lain:
2.3.1.1. Brainstorming
2.3.1.2. Survei
2.3.1.3. Wawancara
2.3.1.4. Informasi historis
2.3.1.5. Kelompok kerja, dll.

2.3.2. Analisa Risiko


Setelah melakukan identifikasi risiko, maka tahap berikutnya adalah
pengukuran risiko dengan cara melihat potensial terjadinya seberapa besar severity
(kerusakan) dan probabilitas terjadinya risiko tersebut. Penentuan probabilitas
terjadinya suatu event sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan
pengalaman. Beberapa risiko memang mudah untuk diukur, namun sangatlah sulit
untuk memastikan probabilitas suatu kejadian yang sangat jarang terjadi. Sehingga,
pada tahap ini sangatlah penting untuk menentukan dugaan yang terbaik supaya
nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik dalam implementasi perencanaan
manajemen risiko. Kesulitan dalam pengukuran risiko adalah menentukan
kemungkinan terjadi suatu risiko karena informasi statistik tidak selalu tersedia
untuk beberapa risiko tertentu. Selain itu, mengevaluasi dampak severity (kerusakan)
seringkali cukup sulit untuk asset immateriil.
Dampak adalah efek biaya, waktu dan kualitas yang dihasilkan suatu risiko.
Dampak Biaya Waktu Kualitas Sangat rendah dana mencukupi agak menyimpang
dari target kualitas agak berkurang namun masih dapat digunakan Rendah

14
membutuhkan dana tambahan agak menyimpang dari target gagal untuk memenuhi
janji pada stakeholder Sedang membutuhkan dana tambahan Penundaan berdampak
terhadap stakeholder beberapa fungsi tidak dapat dimanfaatkan Tinggi
membutuhkan dana tambahan yang signifikan gagal memenuhi deadline gagal untuk
memenuhi kebutuhan banyak stakeholder sangat tinggi membutuhkan dana
tambahan yang substansial penundaan merusak proyek proyek tidak efektif dan tidak
berguna Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita
dapat mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat
menggunakan skala dari 1-5 sebagai berikut :
Skala Probabilitas Dampak
1 : Sangat rendah hampir tidak mungkin terjadi dampak kecil
2 : rendah kadang terjadi dampak kecil pada biaya, waktu dan kualitas
3 : sedang mungkin tidak terjadi dampak sedang pada biaya, waktu dan kualitas
4 : Tinggi sangat mungkin terjadi dampak substansial pada biaya, waktu dan kualitas
5 : sangat tinggi hampir pasti terjadi mengancam kesuksesan proyek.
2.3.3. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
2.3.3.1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung
risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus
dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang
dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2.3.3.2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode
yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi
dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
2.3.3.3. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu
kontrak (asuransi) maupun hedging.
2.3.3.4. Risk deferral

15
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda
aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko
tersebut kecil.
2.3.3.5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi
maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai
bagian penting dari aktivitas.

2.3.4. Implementasi Manajemen Risiko


Setelah memilih respon yang akan digunakan untuk menangani risiko, maka
saatnya untuk mengimplementasikan metode yang telah direncanakan tersebut.

2.3.5. Monitoring Risiko


Mengidentifikasi, menganalisa dan merencanakan suatu risiko merupakan
bagian penting dalam perencanaan suatu proyek. Namun, manajemen risiko tidaklah
berhenti sampai disana saja. Praktek, pengalaman dan terjadinya kerugian akan
membutuhkan suatu perubahan dalam rencana dan keputusan mengenai penanganan
suatu risiko. Sangatlah penting untuk selalu memonitor proses dari awal mulai dari
identifikasi risiko dan pengukuran risiko untuk mengetahui keefektifan respon yang
telah dipilih dan untuk mengidentifikasi adanya risiko yang baru maupun berubah.
Sehingga, ketika suatu risiko terjadi maka respon yang dipilih akan sesuai dan
diimplementasikan secara efektif.

Bab III
Penutup

16
3.1. Kesimpulan
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik.Manajemen Risiko K3 ini selain mengurangi peluang
kecelakaan juga bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai
potensi bahaya yang ada pada setiap kegiatan/aktifitas , sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan serta kewaspadaan dan kesadaran akan keselamatan kerja.

3.2. Saran
Perlunya Analisis Risiko dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan serta
kerugian apa saja yang diterima pada saat terjadinya kecelakaan serta dampak dan
kemungkinan kedepannya. Evaluasi Risiko perlu dilakukan untuk membandingkan tingkat
risiko hasil analisis dengan criteria yang digunakan.

Daftar Pustaka

Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2 edn,
Bakti Husada, Jakarta.
Siahaan, Hinsa. 2007. Manajemen Resiko : Konsep, kasus dan implementasi. Jakarta: Elex
17
Media Komputindo

18

Anda mungkin juga menyukai