Dosen Pembimbing:
Ns. Suhaimi, S.Kep.,M.Kep
TAHUN 2019
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan Makalah Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kerja
dalam Keperawatan tentang “Manajemen Risiko K3” tepat pada waktunya. Dalam penyusunan
makalah ini kami sadar karena kemampuan kami sangat terbatas, maka makalah ini masih
mengandung banyak kekurangan untuk itu kami harapkan para pembaca bersedia memberi saran
dan pendapat untuk makalah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini,
kami atas nama kelompok penyusun menyampaikan terimakasih yang tak terhingga. Semoga
Tuhan yang Maha Pemurah memberkati kita, sehingga upaya kecil ini besar manfaatnya bagi
kita semua.
Kelompok 5
2
Daftar Isi
Kata Pengantar......................................................................................................................... 2
Daftar Isi.................................................................................................................................. 3
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang............................................................................................................ 4
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan......................................................................................................... 4
Bab II Tinjauan Teoritis
2.1. Peran Manajemen Risiko dalam Keselamatan Pasien................................................ 6
2.2. Pentingnya Manajemen Risiko.................................................................................. 11
2.3. Proses Manajemen Risiko......................................................................................... 14
Bab III Penutup
A. Kesimpulan................................................................................................................ 17
B. Saran.......................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka........................................................................................................................ 18
3
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Keselamatan pasien dirumah sakit adalah suatu system rumah sakit dalam membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen resiko,identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang sebelumnya diambil
(Kemenkes RI,2011).
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada enam sasaran keselamatan pasien di rumah sakit yaitu ketepatan
identifikasi,peningkatan komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu
diwaspadai, Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi, pengurangan
resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan pengurangan resiko pasien jatuh(Depkes,2010).
Mutu pelayanan sebagai hasil dari sebuah system dalam organisasi pelayanan
kesehatan yang dipengaruhi oleh komponen struktur dan proses. Organisasi (struktur dan
budaya), manajemen,sumber daya manusia,teknologi,peralatan,financial adalah komponen
dari struktur. Proses pelayanan, prosedur tindakan,system informasi,system
administration,system pengendalian,pedoman merupakan komponen proses keselamatan
pasien merupakan hasil interaksi antara komponen struktur dan proses. Mutu pelayanan
rumah sakit dapat dilihat dari segi aspek-aspek sebagai berikut: aspek klinis(pelayanan
dokter,perawat,dan terkait teknik medis), aspek efisiensi dan efektifitas
pelayanan,keselamatan pasien dan kepuasan pasien (Donabedian 1988, dalam
Cahyono,2011).
5
Bab II
Tinjauan Teoritis
6
2. Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di rumah
sakit.
3. Lakukan asesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan pasien.
4. Bagi Unit/Tim:
a. Pastikan rekan sekerja anda merasa mampu untuk berbicara
b. mengenai kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
c. Demonstrasikan kepada tim anda ukuran-ukuran yang dipakai di rumah
sakit anda untuk memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan
terjadi proses pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
2.1.2. Memimpin Dan Mendukung Staf
Pimpinan melakukan pencanangan/deklarasi program keselamatan pasien
RS RS membentuk komite/tim/panitia keselamatan pasien yang bertugas
mengkoordinasikan dan melaksanakan program keselamatan pasien di RS.
Pimpinan melakukan rapat koordinasi multi disiplin secara berkala untuk menilai
perkembangan program keselamatan pasien.
Pimpinan melakukan ronde keselamatan pasien (patient safety walk around)
secara rutin, diikuti berbagai unsure terkait. Setiap timbang terima antar shift
dilakukan briefing untuk mengidentifikasi risiko keselamatan pasien dan debriefing
untuk meminitor risiko tersebut.
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang Keselamatan
Pasien di rumah sakit. Pimpinan memilih dan menetapkan champion disetiap
unit/bagian sebagai motor penggerak pelaksanaan program keselamatan pasien di
RS.
2.1.2.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab
atas Keselamatan Pasien
2. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, orang-orang yang dapat
diandalkan untuk menjadi “penggerak” dalam gerakan Keselamatan
Pasien
3. Prioritaskan Keselamatan Pasien dalam agenda rapat Direksi/Pimpinan
maupun rapat-rapat manajemen rumah sakit
7
4. Masukkan Keselamatan Pasien dalam semua program latihan staf
rumah sakit anda dan pastikan pelatihan ini diikuti dan diukur
efektivitasnya.
2.1.2.2. Untuk Unit/Tim:
1. Nominasikan “penggerak” dalam tim anda sendiri untuk memimpin
Gerakan Keselamatan Pasien
2. Jelaskan kepada tim anda relevansi dan pentingnya serta manfaat bagi
mereka dengan menjalankan gerakan Keselamatan Pasien
3. Tumbuhkan sikap ksatria yang menghargai pelaporan insiden.
2.1.3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas
dan asesmen hal yang potensial bermasalah.
2.1.3.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Telaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan
terintegrasi dengan Keselamatan Pasien dan staf
2. Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko
yang dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan rumah sakit
3. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif
meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
2.1.3.2. Untuk Unit/Tim:
1. Bentuk forum-forum dalam rumah sakit untuk mendiskusikan isu-isu
Keselamatan Pasien guna memberikan umpan balik kepada manajemen
yang terkait
2. Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses
asesmen risiko rumah sakit
3. Lakukan proses asesmen risiko secara teratur, untuk menentukan
akseptabilitas setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat
untuk memperkecil risiko tersebut
8
4. Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukan ke
proses asesmen dan pencatatan risiko rumah sakit.
2.1.4. Mengembangkan Sistem Pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian/ insiden, serta rumah sakit mengatur
pelaporan kepada Komite Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
2.1.4.1. Untuk Rumah Sakit:
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam
maupun ke luar, yang harus dilaporkan ke Komite Nasional Keselamatan
Pasien Rumah Sakit.
2.1.4.2. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif
melaporkan setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah
tetapi tetap terjadi juga, karena mengandung bahan pelajaran yang
penting.
2.1.5. Melibatkan dan Berkomunikasi dengan Pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien.
2.1.5.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan rumah sakit memiliki kebijakan yang secara jelas menjabarkan
cara-cara komunikasi terbuka selama proses asuhan tentang insiden
dengan para pasien dan keluarganya.
2. Pastikan pasien dan keluarga mereka mendapat informasi yang benar
dan jelas bilamana terjadi insiden.
3. Berikan dukungan, pelatihan dan dorongan semangat kepada staf agar
selalu terbuka kepada pasien dan keluarganya.
2.1.5.2. Untuk Unit/Tim:
1. Pastikan tim anda menghargai dan mendukung keterlibatan pasien dan
keluarganya bila telah terjadi insiden
2. Prioritaskan pemberitahuan kepada pasien dan keluarga bilamana
terjadi insiden, dan segera berikan kepada mereka informasi yang jelas
dan benar secara tepat
9
3. Pastikan, segera setelah kejadian, tim menunjukkan empati kepada
pasien dan keluarganya.
2.1.6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan Pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana
dan mengapa kejadian itu timbul.
2.1.6.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Pastikan staf yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden
secara tepat, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2. Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas criteria
pelaksanaan Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang
mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per tahun
melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses
risiko tinggi.
2.1.6.2. Untuk Unit/Tim:
1. Diskusikan dalam tim anda pengalaman dari hasil analisis insiden.
2. Identifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di
masa depan dan bagilah pengalaman tersebut secara lebih luas.
2.1.7. Mencegah Cedera Melalui Implementasi Sistem Keselamatan Pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian/masalah untuk melakukan
perubahan pada sistem pelayanan.
2.1.7.1. Untuk Rumah Sakit:
1. Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem
pelaporan, asesmen risiko, kajian insiden, dan audit serta analisis,
untuk menentukan solusi setempat.
2. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang system (struktur dan
proses), penyesuaian pelatihan staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk
penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien.
3. Lakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan.
4. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
10
5. Beri umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas
insiden yang dilaporkan.
2.1.7.2. Untuk Unit/Tim:
1. Libatkan tim anda dalam mengembangkan berbagai cara untuk membuat
asuhan pasien menjadi lebih baik dan lebih aman.
2. Telaah kembali perubahan-perubahan yang dibuat tim anda dan pastikan
pelaksanaannya.
3. Pastikan tim anda menerima umpan balik atas setiap tindak lanjut
tentang insiden yang dilaporkan.
12
2.2.4. Menurut William, et.al (1995 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko juga
merupakan suatu aplikasi dari manajemen umum yang mencoba untuk
mengidentifikasi, mengukur, dan menangani sebab dan akibat dari ketidakpastian
pada sebuah organisasi.
2.2.5. Dorfman (1998 dikutip dalam Anonim 2009) Manajemen risiko dikatakan sebagai
suatu proses logis dalam usahanya untuk memahami eksposur terhadap suatu
kerugian.
Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan
sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen risiko Ini merupakan
salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan
(continuous improvement). Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan
proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manfaat manajemen resiko :
2.2.5.1. Menjamin kelangsungan usaha dengan mengurangi risiko dari setiap
kegiatan yang mengandung bahaya.
2.2.5.2. Menekan biaya untuk penanggulangan kejadian yang tidak diinginkan c.
Menimbulkan rasa aman dikalangan pemegang saham mengenai
kelangsungan dan keamanan investasinya.
2.2.5.3. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai risiko operasi bagi
setiap unsur dalam organisasi/ perusahaan.
2.2.5.4. Memenuhi persyaratan perundangan yang berlaku (Ramli, Soehatman,
2010).
14
membutuhkan dana tambahan agak menyimpang dari target gagal untuk memenuhi
janji pada stakeholder Sedang membutuhkan dana tambahan Penundaan berdampak
terhadap stakeholder beberapa fungsi tidak dapat dimanfaatkan Tinggi
membutuhkan dana tambahan yang signifikan gagal memenuhi deadline gagal untuk
memenuhi kebutuhan banyak stakeholder sangat tinggi membutuhkan dana
tambahan yang substansial penundaan merusak proyek proyek tidak efektif dan tidak
berguna Setelah mengetahui probabilitas dan dampak dari suatu risiko, maka kita
dapat mengetahui potensi suatu risiko. Untuk mengukur bobot risiko kita dapat
menggunakan skala dari 1-5 sebagai berikut :
Skala Probabilitas Dampak
1 : Sangat rendah hampir tidak mungkin terjadi dampak kecil
2 : rendah kadang terjadi dampak kecil pada biaya, waktu dan kualitas
3 : sedang mungkin tidak terjadi dampak sedang pada biaya, waktu dan kualitas
4 : Tinggi sangat mungkin terjadi dampak substansial pada biaya, waktu dan kualitas
5 : sangat tinggi hampir pasti terjadi mengancam kesuksesan proyek.
2.3.3. Pengelolaan risiko
Jenis-jenis cara mengelola risiko:
2.3.3.1. Risk avoidance
Yaitu memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung
risiko sama sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya, maka harus
dipertimbangkan potensial keuntungan dan potensial kerugian yang
dihasilkan oleh suatu aktivitas.
2.3.3.2. Risk reduction
Risk reduction atau disebut juga risk mitigation yaitu merupakan metode
yang mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi
dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko.
2.3.3.3. Risk transfer
Yaitu memindahkan risiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu
kontrak (asuransi) maupun hedging.
2.3.3.4. Risk deferral
15
Dampak suatu risiko tidak selalu konstan. Risk deferral meliputi menunda
aspek suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya risiko
tersebut kecil.
2.3.3.5. Risk retention
Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurnagi
maupun mentransfernya, namun beberapa risiko harus tetap diterima sebagai
bagian penting dari aktivitas.
Bab III
Penutup
16
3.1. Kesimpulan
Manajemen Risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko untuk mencegah
terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif, terencana dan terstruktur
dalam suatu kesisteman yang baik.Manajemen Risiko K3 ini selain mengurangi peluang
kecelakaan juga bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada semua pihak mengenai
potensi bahaya yang ada pada setiap kegiatan/aktifitas , sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan serta kewaspadaan dan kesadaran akan keselamatan kerja.
3.2. Saran
Perlunya Analisis Risiko dilakukan untuk mengetahui penyebab kecelakaan serta
kerugian apa saja yang diterima pada saat terjadinya kecelakaan serta dampak dan
kemungkinan kedepannya. Evaluasi Risiko perlu dilakukan untuk membandingkan tingkat
risiko hasil analisis dengan criteria yang digunakan.
Daftar Pustaka
Depkes RI. 2008, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety), 2 edn,
Bakti Husada, Jakarta.
Siahaan, Hinsa. 2007. Manajemen Resiko : Konsep, kasus dan implementasi. Jakarta: Elex
17
Media Komputindo
18