Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN JIWA I

“Asuhan Keperawatan Distres Spiritual”

OLEH :

Mochamad Fadli
183310815

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Novi Herawati, S. Kep, M. Kep, Sp. Jiwa

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia- Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah Keperawatan
Kesehatan Jiwa I ini tepat pada waktunya yang berjudul “Distress Spiritual”.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kesempurnaan hanyalah
milik Allah semata. Oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat kami harapkan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai semua usaha kita. Aamiin.

Padang, 20 April 2020

Mochamad Fadli
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B.Rumusan Masalah............................................................................................................4
C.Tujuan..............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................................
A.Defenisi Distres Spiritual.................................................................................................5
B.Karakteristik/Tanda gejala Distres Spiritual....................................................................6
C.Asuhan Keperawatan Distres Spiritual............................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................13
B. Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Spiritualitas adalah dimensi manusia, dan dengan demikian dimensi praktek
Keperawatan (Burkhart & Solari-Twadell,tahun 2001; McSherry, uang tunai, & Ross,
2004). Fokus pada tanggung jawab perawat untuk menyediakan kerohanian meliputi
penilaian, diagnosis, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Ini adalah langkah-langkah
yang mendefinisikan proses keperawatan, yang merupakan scien- tific metode
pelayanan keperawat adalah diterapkan dalam praktek. Dalam spiritualitas, penelitian
telah cenderung berfokus pada Fase pertama dan ketiga proses keperawatan, yaitu
penilaian spiritual (Murray, Kendall, Boyd Worth, & Benton, 2004; Oldnall, 1996;
Taylor, 2006) dan perawatan spiritual, masing-masing kedua dipahami sebagai
intervensi keperawatan untuk memenuhi kebutuhan spiritual(Chan, 2010;
Kociszewski, 2003, Narayanasamy et al., 2004: Sawatzky & Pesut, 2005). Menurut
Pesut (2008). pemahaman yang lebih jelas tentang kebutuhan spiritualitas, dimana
tanpa memperhatikan kebutuhan spiritual dan perawatan spiritual tidak akan tereapai.
Spiritualitas telah terbukti kompleks untuk menentukan. Itu hadir diantara penganut
dan agnostics (McSherry. 2000), mengintegrasikan semua dimensi individu (Reed,
1992), yang meliputi lebih dari agama (Narayanasamy, 2001), melibatkan hubungan
interpersonal, dan berkaitan dengan arti kehidupan, terutama pada saat krisis dan
penyakit (Baldacchino, 2006).
Distress spiritual telah diterima sebagai diagnosis keperawatan di NANDA
sejak tahun 1978 dan direvisi pada tahun 2002 (Herdman, 2009). Dalam taksonomi 1.
diagnosis ini diklasifikasikan dalam domain menilai sebagai gangguan dalam prinsip
hidup yang meliputi seluruh keberadaan seseorang, dan yang terintegrasi dan
melampaui satu sifat biologis dan psikososial.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi distres spiritual ?
2. Apa Karakteristik distres spiritual ?
3. Apa Askep karakteristik distres spiritual ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian distres spiritual ?
2. Untuk mengetahui karakteristik distress spiritual
3. Untuk mengetahui askep distres spiritual ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Distres Spiritual
Spiritual berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti bernafas atau angin. Ini berarti segala
sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005).
Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta
(Hamid, 1999).

Spiritual merupakan kompleks yang unik pada tiap individu dan tergantung pada budaya,
perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan seseorang
(Potter & Perry, 1999)

Menurut Burkhardt (1993) dalam Hamid (1999) spiritual meliputi aspek sebagai berikut:

a.       Berhubungan dengan sesuatu yang tidk diketahui

b.      Menemukan arti dan tujuan hidup

c.       Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.

Kepercayaan artinya mempunyai kepercayaan atau komitmen terhadap sesuatu atau


seseorang, sementara agama merupakan sistem ibadah yang teratur dan terorganisasi (Hamid,
1999)

Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti
dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan
yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).

Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (EGC,
2011).

B. Karakteristik
1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung.
2. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas.
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem kepercayaan/ agama.
4. Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian.
5. Klien yang akan dioperasi.
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama.
7. Mengubah gaya hidup.
8. Preokupasi tentang hubungan agama dan kesehatan.
9. Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama.
10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spiritual.
11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan hukuman dari
Tuhan.
12. Mengekspresikan kemarahannya terhadap Tuhan.
13. Mempertanyakan rencana terapi karena bertentangan dengan keyakinan agama.
14. Sedang menghadapi sakratulmaut (dying).

C. Asuhan Keperawatan pada Distres Spiritual


1. Pengkajian
2. Mengkaji prasaan klien terhadap dirinya sendiri sebagai wanita dan istri
3. Mengkaji rasa takut klien terhadap perubahan feminitis, hubungan seksual, dan citra
dirinya sebagai manusia yang utuh
4. Mengkaji kepedulian klien terhadap penyakit, terapi, dan prognosis
5. Mengkaji nilai kehilangan payudara yang dipersepsikan klien (dan oleh suami, jika
memungkinkan)
6. Mengkaji system pendukung klien, termasuk keluarga dan teman dekat

Pengkajian menurut FICA (Pulschalski, 1999) :


F :Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) apakah saudara memikirkan diri
sendiri menjadi seseorang yang spiritual atau religious? Apa yang saudara pikirkan
tentang keyakinan saudara tentang keyakinan saudara dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa
pengaruh terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri?
Dapatkah keyakinan saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (apakah saudara bagian dari komunitas spiritual atau religious?)
apakah komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada
seseorang didalam kelompok tersebut yang benar-benar saudara cintai atau begitu
penting bagi saudara?
A : Adress. Bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk
membantu dalam asuhan keperawatan saudara?

Pengkajian aktifitas sehari-hari pasien yang mengakarakteristikkan distress spiritual,


mendengarkan berbagai pernyataan penting seperti :
- Perasaan ketika seseorang gagal
- Perasaa tidak stabil
- Perasaan ketidakmampuan mengontrol diri
- Perasaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
- Perasaan hampa

Factor Presdiposisi

 Ganguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang,


sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana proses interaksi ini akan terjadi
transfer pengalaman yang penting bagi perkembangan spiritual seseorang
 Factor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi social, latar belakang budaya, keyakinan politik, pengalaman social,
tingkatan social.

Factor presipitasi

 Kejadian stressful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan
tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang terdekat karena kematian,
kegagalam dalam menjalin hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dan zat yang maha tinggi
 Ketegangan hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkontibusi terhadap terjdinya distress spirutal
adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan
ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun
komunitas.
Penilaian Terhadap Stressor
 Respon kognitif
 Respon afektif
 Respon fisiologis
 Respon social
 Respon perilaku

Sumber koping :

Menurut Saforino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan social bagi distress spiritual :

1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati caring,, memfokskan pada kepentingan
orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri dari atas ekpersi positif
thingking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan intumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi piritual
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berprilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network, menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan appraisal yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stressor dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Koping tidak efektif berhubungan dengan ketidak adekuatan strategi koping
2) Isolasi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan menjalin hubungan yang
memuaskan
3) Harga diri rendah situasional berhubungan dengan ketidak adekuatan pemahaman
3.Intervensi

SDKI SLKI SIKI

Koping tidak Setelah dilakukan asuhan Dukungan


efektif keperawatan selama 1 x 24 jam pengambilan
berhubungan diharapkan status koping membaik keputusan
dengan dengan kriteria hasil : Observasi :
ketidakadekua
1) Kemampuan memenuhi peran sesuai 1) Identifikasi
tan strategi usia meningkat persepsi
koping 2) Perilaku koping adaptif meningkat mengenai
3) Verbalisasipengakuanmasalahmening masalah dan
kat informasi
4) Perilaku asertif meningkat yang memicu
5) Verbalisasi rasionalisasi kegagalan konflik
menurun
Terapeutik :

1) Fasilitasi
mengklarifika
si nilai dan
harapan yang
membantu
membuat
pilihan
2) Fasilitasi
melihat
situasi secara
realistik
3) Motivasi
mengungkapk
an tujuan
perawatan
yang
diharapkan

Edukasi :

1) Informasikan
alternatif
solusi secara
jelas

Isolasi sosial Setelah dilakukan asuhan Promosi


berhubungan keperawatan selama 1 x 24 jam sosialisasi :
dengan diharapkan keterlibatan sosial Observasi :
ketidakmamp meningkat dengan kriteria hasil:
1) Identifikasi
uan menjalin
1) Minat interaksi meningkat kemampuan
hubungan
2) Minat terhadap aktivitas meningkat melakukan
yang
3) Verbalisasi isolasi menurun interaksi
memuaskan
4) Perilaku menarik diri menurun dengan orang
5) Perilaku sesuai dengan harapan orang lain
lain membaik 2) Identifikasi
hambatan
melakukan
interaksi
dengan orang
lain

Terapeutik :

1) Motivasi
meningkatkan
keterlibatan
dalam suatu
hubungan
2) Motivasi
berpartisipasi
dalam
aktivitas baru
dan kegiatan
kelompok
3) Motivasi
berinteraksi
di luar
lingkungan
4) Berikan
Umpan balik
positif pada
setiap
peningkatan
kemampuan

Edukasi :

1) Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain secara
bertahap
2) Anjurkan ikut
serta kegiatan
sosial dan
kemasyarakat
an
3) Anjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang
lain
4) Anjurkan
membuat
perencanaan
kelompok
kecil untuk
kegiatan
khusus

4. Implmentasi

Implementasi keperawatan disini meliputi tindakan mandiri, terapeutik, edukasi dan


kolaborasi antar sesama tim kesehatan
5. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan dari perencanaan keperawatan yang telah dibuat diatas sesuai
dengan kondisi klien.

BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Distres spiritual adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan prinsip
kehidupan, keyakian, kepercyaan atau keagamaan pasien yang menyebabkan
gangguan aktivitas spiritual akibat masalah-masalah fisik atau psikologi yang dialami.
B. Saran
Dalam penulisan makalah mungkin belum sesempurna pembuatan
makalah.Penulis menerima kritikan dan saran dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Aprisunadi. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat.

Aprrisunadi. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan


Pengurus Pusat.
Aprisunadi. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat.

Achir Yani S. Hamid, Bunga rampai asuhan keperawatan kesehatan jiwa/ Achir Yani S.
Hamid: editor, Monica Ester,Onny Anastasia Tampubolon. –Jakarta: EGCC, 2008.

Anda mungkin juga menyukai