Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH

“Pengolahan Limbah Secara Kimia”

Disusun Oleh

Nama : Aimatul Ulfa Feni Arlita (B32181041)

Golongan :B

Kelompok :3

Dosen pengampu : M. Ardiansyah, S.Si, M.Si

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN JURUSAN


TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER
KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN
TINGGI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


pengolahan limbah cair dengan proses kimia merupakan salah satu bagian yang sangat
penting dalam proses pengolahan limbah cair. Namun dalam suatu sistem pengolahan limbah
cair yang lengkap sebenarnya proses yang
terjadi meliputi ketiga proses, yaitu fisika, kimia dan biologi. Bahkan pada proses fisika
dan biologi pun didalamnya sering terjadi proses kimia secara bersamaan. Untuk
menanggulangi bahan pencemar anorganik, proses kimia umumnya menjadi dominan dalam
proses pengolahan limbah.
Untuk limbah yang mengandung COD (Chemical Oxygen Demand) tinggi, jelas proses
pengolahannya adalah proses kimia. Unit-unit sistem pengolahan dalam proses kimia
sebenarnya dapat pula disebut dengan reaktor, karena dalam proses kimia umumnya selalu
terjadi reaksi kimia dimana bahan pencemar dan bahan penetral bereaksi sempurna untuk
berubah menjadi senyawa baru yang tidak berbahaya lagi.
Secara umum limbah cair dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu limbah cair
domestik dan limbah cair industri. Limbah cair domestik adalah limbah cair yang keluar dari
perumahan, gedung/tempat usaha/pertokoan dan perkantoran. Sementara itu limbah cair
industri adalah limbah cair yang keluar dari industri/pabrik. Selama bertahun-tahun berbagai
metode pengolahan air limbah telah banyak dikembangkan.
Pada bab berikut akan dibahas mengenai pengolahan limbah cair yang khusus dengan
proses kimia. Proses-proses yang akan dibahas adalah proses yang telah umum diterapkan di
instalasi-instalasi pengolahan limbah cair. Juga akan ditampilkan teori-teori yang mendasari
terjadinya setiap proses pengolahan serta peralatan-peralatan yang umum digunakan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebuah permasalahan
diantaranya :
1. Apa teknologi pengolahan limbah yang dilakukan secara kimia?
2. Bagaimana fungsi dari setiap teknologi pengolahan limbah secara kimia ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan dari latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka didapatkan tujuan
diantaranya :
1. Apa teknologi pengolahan limbah yang dilakukan secara kimia ?
2. Bagaimana fungsi dari setiap teknologi pengolahan limbah secara kimia ?
BAB II
PEMBAHASAN

Proses pengolahan kimia digunakan dalam instalasi air bersih dan IPAL. Pengolahan
secara kimia pada IPAL biasanya digunakan untuk netralisasi limbah asam maupun basa,
memperbaiki proses pemisahan lumpur, memisahkan padatan yang tak terlarut, mengurangi
konsentrasi minyak dan lemak, meningkatkan efisiensi instalasi flotasi dan filtrasi, serta
mengoksidasi warna dan racun.
Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh
polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak
tergantung pada perubahan konsentrasi. Namun, pengolahan kimia dapat meningkatkan
jumlah garam pada effluent dan meningkatkan jumlah lumpur

1. Netralisasi
Netralisasi adalah reaksi antara asam dan basa menghasilkan air dan garam. Dalam
pengolahan air limbah, pH diatur antara 6,0 – 9,5. Di luar kisaran pH tersebut, air limbah akan
bersifat racun bagi kehidupan air, termasuk bakteri.
Jenis bahan kimia yang ditambahkan tergantung pada jenis dan jumlah air limbah serta
kondisi lingkungan setempat. Netralisasi air limbah yang bersifat asam dapat menambahkan
Ca(OH)2 atau NaOH, sedangkan bersifat basa dapat menambahkan H2SO4, HCl, HNO3,
H3PO4, atau CO2 yang bersumber dari flue gas.
Netralisasi dapat dilakukan dengan dua system, yaitu: batch atau continue, tergantung
pada aliran air limbah. Netralsasi system batch biasanya digunakan jika aliran sedikit dan
kualitas air buangan cukup tinggi. Netralisasi system continue digunakan jika laju aliran besar
sehingga perlu dilengkapi dengan alat kontrol otomatis.

2. Presipitasi
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara penambahan bahan -
bahan kimia terlarut yang menyebabkan terbentuknya padatan – padatan. Dalam pengolahan
air limbah, presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat.
Senyawa kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida,
magnesium klorida, alumunium klorida, dan garam - garam besi.
Adanya complexing agent, misalnya NTA (Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA (Ethylene
Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu,
kedua senyawa tersebut harus dihancurkan sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran,
dengan penambahan garam besi dan polimer khusus atau gugus sulfida yang memiliki
karakteristik pengendapan yang baik
Pengendapan fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah
eutrophication dari permukaan. Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium.

3. Koagulasi dan Flokulasi


Proses koagulasi dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi
koloid yang sangat halus didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat
diendapkan, disaring, atau diapungkan.
Partikel koloid sangat sulit diendapkan dan merupakan bagian yang besar dalam polutan
serta menyebabkan kekeruhan. Untuk memisahkannya, koloid harus diubah menjadi partikel
yang berukuran lebih besar melalui proses koagulasi dan flokulasi. Koagulasi dann flokulasi
dapat dilakukan melalui beberapa tahapan proses, yaitu:
a) Penambahan koagulan/flokulan disertai pengdukan dengan kecepatan tinggi dalam waktu
singkat.
b) Destabilsasi dari system koloid
c) Penggumpalan partikel yang telah mengalami destabilsasi sehingga terbentuk microfloc.
d) Penggumpalan lanjutan untuk menghasilkan macrofloc yang dapat diendapkan, disaring,
dan diapungkan.
Destabilisasi biasanya dilakukan dengan penambahan bahan-bahan kimia yang dapat
mengurangi daya penolakan karena mekanisme pengikatan dan absobsi. Berkurangnya daya
penolakan biasanya akan diikuti dengan penggumpalan koloid yang telah netral secara
elektrostatik, yang akan menghasilkan berbagai gaya yang bekerja di antara partikel hingga
terjadi kontak satu sama lain.

Koagulasi
Koagulasi adalah proses destabilisasi partikel koloid dengan cara penambahan senyawa
kimia yang disebut koagulan. Koloid mempunyai ukuran tertentu sehingga gaya tarik menarik
antara partikel lebih kecil daripada gaya tolak menolak akibat muatan listrik. Pada kondisi stabil
ini, peggumpalan partikel tidak terjadi. Melalui proses koagulasi terjadi destabilisasi sehingga
partikel-partikel koloid bersatu dan menjadi besar. (http://bulekbasandiang.wordpress.com)
Proses koagulasi merupakan salah satu cara pengolahan air untuk menghilangkan
kontaminan yang terkandung didalamnya. Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan
partikel koloid, suspended solid, serta padatan tidak mengendap, dengan penambahan
koagulan disertai dengan pengadukan cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata.
Dalam suatu suspensi, koloid tidak mengendap ( bersifat stabil ) dan terpelihara dalam
keadaan terdispersi, karena mempunyai gaya elektrostatis yang diperolehnya dari ionisasi
bagian permukaan serta adsorpsi ion-ion dari larutan sekitar. Pada dasarnya koloid terbagi dua,
yakni koloid hidrofilik yang bersifat mudah larut dalam air (soluble) dan koloid hidrofobik
yang bersifat sukar larut dalam air (insoluble).
Dispersi koloid hidrofobik biasa terjadi secara fisik atau kimia dan tidak bisa terdispersi
kembali secara spontan di dalam air. Afinitas koloid hidrofobik terhadap air sangat kecil
sehingga koloid ini tidak memiliki lapisan air yang cukup berarti.

Secara garis besar, hal-hal penting mengenai proses koagulasi dapat diringkaskan sebagai
berikut:
i. Koagulasi bertujuan untuk membuat gumpalan-gumpalan yang lebih besar dengan
penambahan bahan-bahan kimia, misalnya Al2SO4, Fe2Cl3, Fe2SO4, PAC, dan sebagainya.
ii. Dasar-dasar perencanaan koagulasi adalah sebagai berikut.
Untuk kemudahan operasi dan perawatan, di gunakan inline mixer
Waktu tinggal untuk reaksi adalah 30 detik – 2 menit
Flash mixer digunakan dengan kecepatan 250 rpm atau lebih
Mixer yang digunakan dapat berupa mixer jenis turbine a propeller
Bahan shaft adalah baja tahan karat
Penggunaan bahan kimia bervariasidari 50 ppm – 300 ppm
Sangat disarankan untuk melakukan percobaan laboratory terlebih dahulu
Jenis dosing pump yang digunakan adalah positive displacem (screw, membrane, peristaltic).
Flokulasi
Flokulasi adalah proses lambat yang bergerak secara terus menerus selama partikel-
partikel tersuspensi bercampur di dalam air, sehingga partikel akan menjadi lebih besar dan
begerak menuju proses sedimentasi. Ide dasar dari flokulasi adalah untuk mengendapkan flok-
flok dengan penambahan flokulan. Flokulasi merupakan suatu kombinasi pencampuran dan
pengadukan atau agitasi yang menghasilkan agregasi yang akan mengendap setelah
penambahan flokulan. Flokulasi adalah proses fisika yang mana air yang terpolusi diaduk
untuk meningkatkan tumbukan interpartikel yang memacu pembentukan partikel-partikel
besar sehingga dalam waktu 1-2 jam partikel-partikel tersebut akan mengendap.
Proses flokulasi dalam pengolahan air bertujuan untuk mempercepat proses
penggabungan flok-flok yang telah dibibitkan pada proses koagulasi. Partikel-partikel yang
telah distabilkan selanjutnya saling bertumbukan serta melakukan proses tarik-menarik dan
membentuk flok yang ukurannya makin lama makin besar serta mudah mengendap. Gradien
kecepatan merupakan faktor penting dalam desain bak flokulasi. Jika nilai gradien terlalu
besar maka gaya geser yang timbul akan mencegah pembentukan flok, sebaliknya jika nilai
gradien terlalu rendah/tidak memadai maka proses penggabungan antar partikulat tidak akan
terjadi dan flok besar serta mudah mengendap akan sulit dihasilkan. Untuk itu nilai gradien
kecepatan proses flokulasi dianjurkan berkisar antara 90/detik hingga 30/detik
(http://www.pdam-sby.go.id/bulekbasandiang.worpress.com, 2009 ).
Untuk mendapatkan flok yang besar dan mudah mengendap maka bak flokulasi dibagi
atas tiga kompartemen, dimana pada kompertemen pertama terjadi proses pendewasaan flok,
pada kompartemen kedua terjadi proses penggabungan flok, dan pada kompartemen ketiga
terjadi pemadatan flok

Secara garis besar, hal-hal penting mengenai proses flokulasi dapat diringkaskan sebagai
berikut:
i. Flokulasi bertujuan untuk membuat gumpalan yang lebih besardan pada gumpalan
terbentuk selama koagulasi dengan penambahan polimer, misalnya polimer kationik dan anionic
yang beredar dipasar dengan nama – nama alliwd koloid, praestol, kurifloc, dan diafloc.
ii. Dasar – dasar perencanaan untuk flokulasi adalah sebagai berikut.
Untuk kemudahan pengoperasian dan perawatan, digunakan sta
mixer Waktu tinggal untuk reaksi biasanya antara 20 – 30 menit
Slow mixer digunakan dengankecepatan antara 20 -60
rpm Jenis impeller dapat berupa paddle atau turbine
Materi shaft sebaiknya baja tahan karat Penggunaan
bahan kimia antara 2 mg -5 mg / liter
Sangat disarankan untuk melakukan percobaan laboratorium terlebih dahulu
Jenis dosing pump yang digunakan adalah positive displaceme (screw, membrane,
peristaltic).

4. Disinfeksi
Disinfeksi adalah istilah untuk proses penghancuran organisme penyebab penyakit,
sementara itu sterilisasi adalah istilah untuk proses total penghancuran semua organisme.
Dalam proses disinfeksi pada pengolahan air limbah terjadi pemaparan antara bahan
penghancur dengan organisme. Pada umumnya terjadi penghancuran virus, bakteri dan
protozoa yang terdapat dalam air. Beberapa metode disinfeksi yaitu:
1. Penambahan zat kimia;
2. Penggunaan materi fisik, seperti panas dan cahaya;
3. Penggunaan mekanik;
4. Penggunaan elektromagnetik, akustik, dan radiasi.
Metode yang paling banyak digunakan adalah metode penambahan bahan kimia.
Penggunaan zat khlor (khlorinasi) merupakan cara yang paling banyak digunakan, namun
kekurangan dari sistem ini adalah dapat menghasilkan senyawa carcinogen seperti
trihalomethane dan chloroform. Sistem lain yang sering pula digunakan adalah penggunaan
ozone, namun kekurangan sistem ini ialah tidak meninggalkan sisa konsentrasi untuk
mencegah organisme tumbuh kembali. Kedua proses masing-masing mempunyai kekurangan,
sehingga dalam penerapannya sangat tergantung pada kondisi.

5. Oksidasi Kimia
Bahan kimia oksidant seperti oksigen, Khlorine, permanganat, ozon dan hidrogen
peroksida digunakan sebagai zat pengoksidasi pada proses pengolahan air limbah. Oksidasi
dengan khlor telah dibahas pada pembahasan khlorinasi, tiga proses reaksi oksidasi penting
lainnya adalah penghilangan besi, mangan dan sianida.
Pada pengolahan air limbah industri, sering dijumpai kandungan sianida yang biasanya
terdapat pada buangan industri ekstraksi emas dan perak atau pada industri pelapisan logam.
Ion sianida (CN-) bersifat racun, oleh karena itu harus dihilangkan terlebih dahulu sebelum
buangan dialirkan ke perairan terbuka atau badan air.

6. Penukar Ion
Proses ion exchange dilakukan untuk menghilangkan ion-ion yang tidak diinginkan
seperti Ca+2, Mg+2, Fe+2 dan NH4+ . Media penukar adalah fasa padat terbuat dari bahan
mineral atau resin sintetik yang terdiri dari ion bergerak yang menempel pada grup fungsional
tetap, yang dapat bersifat asam atau basa. Pada proses penukaran, ion bergerak ditukar dengan
ion terlarut yang terdapat dalam air. Sebagai contoh Ca+2 ditukar dengan Na+ atau SO -2
ditukar dengan Cl-.
Bahan penukar ion pada awalnya menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu
greensand yang biasa disebut zeolit. Zeolit biasa digunakan untuk menghilangkan kesadahan
4
dan menghilangkan ion amonium. Zeolit yang digunakan untuk pelunakan adalah
aluminosilicates komplek dengan ion bergeraknya ion sodium. Untuk penghilangan amonium
digunakan zeolit clinoptilolite, disamping itu terdapat pula zeolit sintetis.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut
resin penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene.
Sistem penukar ion biasanya diterapkan pada proses pelunakan air dan proses demineralisasi.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
pengolahan limbah cair dengan proses kimia merupakan salah satu bagian yang sangat
penting dalam proses pengolahan limbah cair. terjadi meliputi ketiga proses, yaitu fisika,
kimia dan biologi. Pengolahan secara kimia yang dilakukan diantaranya netralisasi, presipitasi,
koagulasi, flokulasi, desinfekasi, penukar ion dan oksidasi

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk makalah selanjutnya yaitu untuk digambarkan
mekanisme dari setiap pengolahan limbah secara kimia

Anda mungkin juga menyukai