Pelayanan Prima
di Rumah Sakit
NIM : 170505031136
2. Sikap (Attitude)
Meliputi melayani pelanggan dengan berfikir positip sehat dan logis
dan melayani pelanggan dengan sikap selalu menghargai
3. Penampilan (Appearance)
Penampilan (appearance) adalah penampilan seseorang, baik yang
bersifat fisik saja maupun non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri
dan kredibilitas dari pihak lain.
4. Perhatian (Attention)
Pehatian (attention) adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan
baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan
maupun pemahaman atas saran dan kritiknya. Meliputi mengamati dan menghargai
kepada para pelanggannya an mencurahkan perhatian penuh kepada para
pelanggan.
5. Tindakan (Action)
Tindakan (action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus di
lakukan dalam memberikan layanan kepada pelanggan. Meliputi mencatat
kebutuhan pelayanan, menegaskan kembali kebutuhan pelayanan, mewujudkan
kebutuhan pelanggan, menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan masih
mau kembali setia untuk memanfaatkan pelayanan.
6. Tanggung jawab (Accounttability)
Tanggung jawab (accountability) adalah suatu sikap keberpihakan
kepada pelanggan sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau
menimbulkan kerugian atau ketidak puasan pelanggan.
Menurut Tjiptono (2008) pelayanan prima (service excellence)terdiri dari 4
unsur pokok, antara lain: kecepatan, ketepatan, keramahan, dan kenyamanan.
Unsur-unsur melayani prima, sesuai keputusan Menpan No. 81/1993, yaitu:
kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, keamanan, keterbukaan, efisien,
ekonomis, dan keadilan yang merata.
7. Berpenampilan memadai
Perawat dengan penampilan yang bersih, seragam yang bersih, dengan
penampilan yang segar dalam melakukan tugas-tugas perawatan diharapkan
mampu mengubah suasana hati pasien (Gunarsa, 1995).
1. Komunikasi Efektif
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat senantiasa melakukan komunikasi
dengan pasien. Oleh karena itu perawat dituntut untuk mampu melakukan
komunikasi secara efektif agar pasien dapat menerima informasi yang diberikan
oleh perawat dengan tepat. Selain dengan pasien, komunikasi juga dilakukan antar
paramedis. Komunikasi yang baik antar paramedis tidak hanya memperbaiki
pelayanan yang diterima pasien tetapi juga menjaga pasien dari bahaya potensial
akibat salah komunikasi (Sarafino, 1990).
2. Mendengarkan Aktif
Mendengarkan secara aktif mempunyai makna bahwa mendengar bukan
untuk menjawab akan tetapi mendengar untuk mengerti dan memahami. Dengan
demikian jika perawat dalam mendengarkan keluhan pasien tentang penyakitnya,
maka perawat akan dapat mengerti bahwa apa yang dikeluhkan merupakan kondisi
yang sebenarnya, sehingga respon yang diberikan perawat terasa tepat dan benar
bagi pasien, karena ekspresi yang muncul baik verbal maupun non verbal dari
perawat sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien.
3. Empati
Empati merupakan kemampuan dan kesediaan untuk mengerti, memahami dan
ikut merasakan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan dan apa yang diinginkan
pasien. Di dalam empati perawat diharapkan akan mengerti dunia pasien, alam
pikiran pasien atauinternal frame of reference. Di dalam empati perawat harus
masuk ke dalam alur pemikiran dan perasaan pasien tanpa terbawa oleh pasien.
L. UPAYA MEMPERBAIKI PELAYANAN KESEHATAN
Menurut Fahriadi, SKM, M.KM ada beberapa hal yang harus kita tanamkan
dalam pikiran kita agar bisa memberikan pelayanan yang prima. Yaitu tentang
pentingnya pasien bagi para tenaga kesehatan. Hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pelanggan (pasien) adalah tamu kita yang terpenting di tempat kerja, dia tidak
tergantung kepada kita, tapi kitalah yang tergantung kepada mereka.
2. Kita tidak memberikan pertolongan dengan melayaninya, Dialah yang
memberikan pertolongan dengan memberi kesempatan bekerja pada kita yaitu
dengan melayani kepentingannya.
3. Keluhan pasien adalah suatu pemberian hadiah yang harus diterima dengan tulus
(Complaint is a give).
4. Lakukanlah apa yang dapat anda lakukan dengan apa yang anda miliki ditempat
anda berada.
Upaya yang bisa di lakukan oleh pihak rumah sakit adalah membentuk
tim untuk menyelediki bagaimana pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.
Lalu mengevaluasinya dan memberikan tindak lanjut
Saat itu saya berniat akan periksa kesehatan dan rontgen, saya memilih
rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga karena
saya lebih memfokuskan pada rontgen paru-paru. Karena belum tahu letak tempat
pendaftarannya saya menanyakan kepada salah satu satpam rumah sakit, dan
dengan sabar satpam itu menunjukkan tempatnya. Lalu setelah sampai didalam,
receptionisnya menanyakan apa yang bisa dibantu, dan akhirnya saya didata.
Mereka melayani dengan ramah dan dengan senyum yang terlihat sangat ikhlas.
Dari proses rontgen, menunggu hasil rontgen, tes urin hingga penjelasan
yang diberikan dokter atas hasil tes, semuanya berjalan sangat cepat dan cekatan.
Ditambah lagi pegawai-pegawai rumah sakit yang ramah-ramah membuat saya
tidak berasa kalau waktu itu saya melakukan banyak tes kesehatan. Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga yang berstatus Badan Layanan Umum merupakan
salah satu contoh pelayanan pemerintah dalam hal ini dalam bidang kesehatan
khususnya pelayanan rumah sakit, sudah cukup baik dalam memberikan
pelayanannya kepada masyarakat. Bahkan pelayanannya sudah agak bisa
menyamai pelayanan rumah sakit swasta.
KASUS II
Sore sekitar jam 04.00 saya pergi kerumah sakit karena anak saya
mengalami sakit kepala, persendian sakit dan suhu badan sangat tinggi.Sesampai di
RS ternyata kami harus menunggu ½ jam sebelum diperiksa oleh dokter jaga.
Setelah diperiksa ternyata tidak dilakukan tindakan yang semestinya. Sementara
menunggu tersebut tidak ada tindakan apapun untuk menenangkan pasien. Setelah
itu dokter pun memeriksa anak saya, dokter terlihat bingung dan hanya memberi
obat saja padahal pasien demam tinggi dan persendiannya sakit. Kemudian saya
tanyakan mengapa tidak diinfus? Dengan berbagai alasan dokter tersebut menolak
untuk menginfus pasien. Dokter menganjurkan untuk mencari kamar rawat di
bagian pendaftaran pasien rawat inap. Namun menurut petugas ruang rawat inap
ternyata penuh, dan kami disuruh menunggu. Jadi kami terpaksa kembali ke UGD
untuk melaporkan saat ini ruangan penuh kepada dokter. Yang menjadi pertanyaan
adalah ”Apa tindakan selanjutnya?”, sedangkan kondisi pasien semakin
mencemaskan. Dokter menyarankan mencari rumah sakit lain saja, dan dengan
mendongkol saya minta untuk dilakukan tindakan infus bagi si pasien, tetapi
dokter tetap menolak dengan alasan peraturan rumah sakit tidak membolehkan
tindakan infus bagi pasien yang tidak dirawat. Terjadi adu argumentasi dan karena
saya sudah tidak lagi dapat menahan rasa marah karena dokter tersebut tidak mau
meinfus anak saya yang keadaanya sudah kesakitan. Saya langsung pergi
meninggalkan RS dan mencari RS yang lain.
URAIAN KASUS
Dua contoh kasus diatas merupakan satu kegiatan yang sama namun dengan
pelaksanaan yang sangat jauh berbeda. Pada kasus 1 setelah keluar dari tempat
tersebut klien akan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan. Namun pada
kasus 2 klien pasti akan merasa kecewa dan mungkin akan berjanji tidak akan
datang kesana lagi. Disinilah pentingnya pelayanan prima pada pasien/klien.
Pelayanan prima yang dimaksudkan adalah dengan cara
1. Membuat pelanggan merasa penting,
2. Melayani pelanggan dengan ramah, tepat dan cepat.
3. Pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelangan.
4. Menempatkan pelanggan sebagai mitra.
Dengan diberikan pelayanan prima artinya diberikan pelayanan yang sesuai
standar mutu yang memuaskan dan sesuai harapan atau melebihi harapan dari
klien.
Disini petugas kesehatan harus bertitik tolak dari konsep kepedulian kepada
klien. Sehingga didapatkan pelayanan yang berorientasi kepada klien dan mampu
memberikan kepuasan yang optimal. Ingat watak pelanggan (klien) “jika ia puas
maka ia akan datang kembali kepada kita, namun jika ia kecewa maka ia akan
menceritakan kekecewaannya kepada 10 orang dan tiap 1 orang tersebut akan
menceritakan kepada 5 orang lainnya”
Jadi kesimpulannya, dokter, perawat, maupun petugas kesehatan lainnya
harus tahu bagaimana pelayanan prima yang baik, apa itu pelayanan prima, apa
tujuannya, apa manfaatnya dan apa konsep konsep pelayanan prima tersebut.
Bukan hanya sekedar mengetahuinya saja. Tetapi, juga harus mempraktekannya
dilapangan bagaimana memberikan pelayanan yang baik. Supaya tidak terjadi lagi
kasus kasus yang tidak diinginkan.
REFERENSI
https://www.google.co.id/search?q=PDF+JURNAL+PSIKOLOGI+oleh+Hadjam
%2C+M+Noor+Rochman.
+2001.Efektivitas+Pelayanan+Prima&rlz=1C1CHBF_enID755ID755&oq=PDF+JURNAL+PSI
KOLOGI+oleh+Hadjam%2C+M+Noor+Rochman.
+2001.Efektivitas+Pelayanan+Prima&aqs=chrome..69i57.4464j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF
-8
http://www.academia.edu/8690335/EFEKTIVITAS_PELAYANAN_PRIMA_SEBAGAI_UPAYA_
MENINGKATKAN_PELAYANAN_DI_RUMAH_SAKIT_PERSPEKTIF_PSIKOLOGI
http://www.pelayanan-prima-pelayanan-prima.html/
http://www.pelayanan-prima-sebuah-rumah-sakit.html/