Anda di halaman 1dari 6

TUGAS IKD II

MEKANISME KERJA OBAT DALAM TUBUH DAN VOLUME TAKARAN


OBAT

NAMA : LALU ABDUL JALIL

PRODI : S1 KEPERAWATAN

NPM : 019.01.3635

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2019/2020


CARA KERJA OBAT DIDALAM TUBUH

1. Farmakokinetik dan Farmakodinamik.


Apa itu Farmakokinetik?
Farmakokinetik adalah istilah yang menggambarkan bagaimana tubuh mengolah
obat, kecepatan obat itu diserap (absorpsi), jumlah obat yang diserap tubuh
(bioavailability), jumlah obat yang beredar dalam darah(distribusi), di metabolisme oleh
tubuh, dan akhirnya dibuang dari tubuh. Farmakokinetik menentukan kecepatan mulai
kerja obat, lama kerja dan intensitas efek obat. Farmakokinetik sangat tergantung pada
usia, seks, genetik, dan kondisi kesehatan seseorang. Kondisi kesehatan maksudnya
adalah, apakah seseorang itu sedang menderita sakit ginjal, sakit hati (beneran, bukan
sakit hati karna cinta), kegemukan, kondisi dehidrasi, dll.
Farmakodinamik menggambarkan bagaimana obat bekerja dan mempengaruhi tubuh,
melibatkan reseptor, post-reseptor dan interaksi kimia. Farmakokinetik dan
farmakodinamik membantu menjelaskan hubungan antara dosis dan efek dari obat.
Respon farmakologis tergantung pada ikatan obat pada target. Konsentrasi obat pada
reseptor mempengaruhi efek obat.
Farmakodinamik dipengaruhi oleh perubahan fisiologis tubuh seperti proses
penuaan, penyakit atau adanya obat lain. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi
farmakodinamik contohnya adalah mutasi genetik, tirotoksikosis(penyakit gondok),
malnutrisi(salah gizi) dll.
Untuk gampangnya begini, jika kita sudah merasakan efek-efek obat
timbul….misalnya, wow…migrain-ku lenyap setelah minum analgesik, diare-ku berhenti
setelah minum “obat pengampet”, sesek-ku hilang setelah minum obat asthma, stress-ku
hilang setelah lihat duit…eh minum obat penenang. Nah ini yang disebut dengan istilah
farmakodinamik tadi.
Penyerapan (absorbsi) obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan( tablet, kapsul
atau sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat(apakah diminum, lewat suntikan,
dihirup dll). Absorbsi obat sudah dimulai sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus,
dan usus besar. Tapi terjadi terutama di usus halus karena permukaannya yang luas, dan
lapisan dinding mukosanya lebih permeabel. Jadi selain pemilihan obat oleh dokter harus
tepat, kondisi tubuh juga menentukan. Misalnya jika kita lagi sakit "maag" atau lagi
diare, yang akan mempengaruhi proses absorbsi obat.

Bioavailability artinya jumlah dan kecepatan bahan obat aktif masuk ke dalam pembuluh
darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari obat. Nah, dosis obat hanya bisa
ditentukan oleh dokter yang memang belajar farmakologi. Dokter dan ahli farmasi yang
belajar mulai dari obat itu terbuat dari apa, bagaimana kerja dan efek sampingnya,
bagaimana menghitung dosisnya, berapa lama boleh di konsumsi dst.
Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah, kemudian di distribusi kan ke dalam jaringan
tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata-rata aliran darah pada organ target, massa
dari organ target, dan karakteristik dinding pemisah diantara darah dan jaringan. Di
dalam darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah
albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ target. Albumin dan
kawan-kawan ini adalah protein dalam tubuh kita, jadi bisa di tebak kan, pada pasien-
pasien yang kurang gizi berakibat kerja obat tidak efektif dan perlu penyesuaian dosis.
Tempat utama metabolisme obat di hati, dan pada umumnya obat sudah dalam
bentuk tidak aktif jika sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif
sampai di hati. Obat-obatan di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis,
hidrasi, konjugasi, kondensasi atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah
dibuang oleh tubuh lewat urin dan empedu. Kecepatan metabolisme pada tiap orang
berbeda tergantung faktor genetik, penyakit yang menyertai(terutama penyakit hati dan
gagal jantung), dan adanya interaksi diantara obat-obatan. Dengan bertambahnya umur,
kemampuan metabolisme hati menurun sampai lebih dari 30% karena menurunnya
volume dan aliran darah ke hati. Nahhh betul....juga untuk yang sakit hatinya(bukan yang
karena mangkel deh) menyebabkan metabolisme obat menurun, sehingga sisa obat tidak
efektif dibuang oleh tubuh. Disini dokter harus betul-betul tepat memberikan, apakah
obat bisa diberikan pada pasien-pasien yang berpenyakit hati, kalau tidak justru akan
memperberat kerja hati atau malah sisa obat tidak bisa dibuang oleh tubuh...dan anda
keracunan deh.
Ginjal adalah tempat utama ekskresi pembuangan obat. Sedangkan sistem billier
membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem
pencernaan. Sedangkan kontribusi dari intestin(usus), ludah, keringat, air susu ibu, dan
lewat paru-paru kecil, kecuali untuk obat-obat anestesi yang dikeluarkan waktu ekshalasi.
Metabolisme oleh hati membuat obat lebih “polar” dan larut air sehingga mudah di
ekskresi oleh ginjal. Obat-obatan dengan berat lebih dari 300 g/mol yang termasuk grup
polar dan “lipophilic” di ekskresikan lewat empedu. Ada beberapa obat yang pantang
diberikan pada pasien-pasien dengan fungsi ginjal yang sudah jelek kerjanya....kalau agan
tidak hati-hati dan salah makan obat bisa "mogok kerja" deh si ginjal. Saya perlu
memberi tahu agan kalau gangguan ginjal itu sering kali diam-diam tapi menghanyutkan,
dan akhirnya muncul dalam kondisi parah. Coba perhatikan apakah anda punya masalah
sakit pinggang, sakit kencing, "anyang-anyangen" atau keluar batu waktu buang air
kecil?. Coba periksakan supaya agan tidak menyesal di belakang hari.

2. Volume takaran obat pada sendok makan,teh dan gelas

Pada label produk sediaan obat cair akan menyarankan kepada pasien sesuai
aturan pakai menggunakan sendok teh atau sendok makan sebagai takaran dosis.ukuran
kesetaraan dosis 5ml =5cc = 1 sendok teh,15 ml =15cc = 3 sendok teh = 1 sendok makan
dan 30 ml = 30cc = 2sendok makan = 1 fluid ounce.
Pengukuran volume obat cair menggunakan sendok hanya diperbolehkan jika takaran
sendok memperlihatkan takaran sebesar 5 ml.hal ini telah di setujui oleh united states
pharmacopeia.menggunakan peralatan dapur yang bukan merupakan perangkat
pengukuran yang sesui dengan obat dapat mengakibatkan pemberian dosis yang
salah,terlalu banyak atau sedikit obatnya.
Berikut macam –macam alat bantu yang dapat digunakan untuk meminum obat sirup
diantaranya :

1. Sendok takar obat

Sendok ini biasanya sudah ada dalam kemasan obat sirup.pada sendok ini
biasanya terdiri dari 2 lingkaran di bagian dalamnya dengan tertulis keterangan
2,5 ml dan 5 ml,artinya jika kita hanya menggunakan obat 5 ml akan lebih tepat
dan mudah.
2. Cup takaran obat

Cup takaran obat ini biasanya juga terdapat pada kemasan sirup.pada cup ini
tertulis lebih lengkap ukuran yang tertulis mulai dari 2,5 ml,5ml,7ml,10ml sampai
dengan 15ml.untuk yang ingin minum obat sirup takaran 15ml obat yang
diminum akan lebih tepat pemberiannya secara volume.
3. Pipet tetes
Pipet tetes ini biasanya ada dalam kemasan drop untuk bayi untuk memudahkan
pemberiannya pada pasien balita.pada pipettetes ini biasanya tertulis 0,5ml dan
1ml.

Anda mungkin juga menyukai