DASAR TEORI
efisiensi kerja yang optimal pada setiap stasiun kerja pada pt. hm. sampoerna tbk .
Dalam stasiun kerja maka proses produksi tidak akan berjalan secara efektif dan
efisien. Dalam proses produksinya, PT. HM. Sampoerna Tbk. dihadapkan pada
sehingga pembebanan pada setiap stasiun kerja akan lebih merata dan mengurangi
kerja dengan jam henti (stop watch) dan metode bobot posisi (Method Ranked
Positional Weight). Data yang dianalisis adalah waktu yang diperlukan oleh
operator untuk menyelesaikan produksi rokok dan jumlah output rate untuk
produk rata-rata yang dihasilkan untuk menetapkan waktu siklus ideal. Kedua data
didapatkan waktu produksi dan efisiensi lintasan yang optimal serta stasiun kerja
yang optimal pula. Hasil analisis menyatakan bahwa dengan penggunaan metode
73,48% menjadi 31,46% Dan target produksi sebanyak 240 box/hari dapat
terpenuhi.
4
Kurniawan, Dkk (2015) Penentuan waktu baku dan analisis keseimbangan
lini produksi pada industri pengolahan gondorukem dan terpentin. salah satu hasil
hutan non kayu adalah getah pinus yang dihasilkan dari tegakan pinus, kemudian
pada tanggal 23 April ‐ 19 Mei 2012. Berlokasi di PGT (Pabrik Gondorukem dan
Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Tujuan dari penelitian ini adalah (1)
menentukan waktu standar kerja pada sejumlah komponen kerja yang terlibat
QM for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu baku pada proses
27,51 detik; waktu baku proses pencucian (settler) adalah 37 menit 22 detik
dengan waktu tunggu 32,03 detik; waktu baku proses pemasakan (cooking) adalah
2 jam 40 menit 36 detik dengan waktu antrian sebesar 5 menit 5,56 detik; waktu
baku untuk proses pengendapan (washer) adalah 1 jam 58 menit 48 detik; waktu
baku untuk proses pengalengan (canning) adalah 32 menit 5 detik dengan waktu
antrian sebesar 10,42 detik. Total waktu pembuatan gondorukem dalam satu line
5
produksi adalah 4 jam 26 menit 2,52 detik. Waktu antrian dari proses‐proses
tersebut dinilai kecil dan wajar sehingga tidak diperlukan perubahan proses yang
waktu baku.
adanya waktu tugas stasiun kerja yang menjadi bottleneck dapat mengakibatkan
produksi pump packaging systems yang efisien, dengan adanya perbaikan cycle
seimbang, sehingga setiap work station diharapkan mempunyai waktu tugas yang
sama. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Bumi Cahaya Unggul sebuah perusahaan
penyedia pompa. Hasil penelitian ini adalah tingkat efisiensi proses produksi
pembagian beban kerja akibat dari waktu tugas stasiun kerja yang menjadi bottle
neck. Melalui penerapan metode line balancing, Ranked Position Weight dan
6
Heuristic Moodie-Young dapat memberikan hasil yang signifikan yaitu
Balancing) pada Proses Perakitan Body Bus Pada Karoseri Guna Meningkatkan
produksi. Hal ini terjadi karena pembebanan kerja dalam lintasan produksi kurang
perbaikan lini produksi yang telah ada. Metode keseimbangan lintasan digunakan
efisiensi kerja lintasan produksi dari 72,39 % menjadi 91,16 %. Dan balance delay
keseimbangan lintasan (jumlah stasiun dan alokasi elemen kerja) yang efisien
untuk line welding 1DY. Menentukan jumlah operator (tenaga kerja) yang optimal
7
untuk line welding 1DY. PT. X adalah perusahaan yang memproduksi knalpot
(muffler) sepeda motor merk Yamaha. Model knalpot 1DY adalah model knalpot
untuk sepeda motor type New Jupiter Z. Pada line welding model 1DY terdapat 8
stasiun kerja dimana 1 stasiun kerja dikerjakan oleh 1 operator. Disaat pekerjaan
berlangsung sering terjadi waktu menganggur yang sangat lama untuk setiap
Birnie mampu memberikan solusi terbaik pada line welding 1DY. Berkurangnya
jumlah operator dengan memperkecil jumlah stasiun kerja yang semula 8 menjadi
disimpulkan yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain analisa line
waktu produksi. Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam perusahaan yaitu
pada tingkat efisiensi lintasan produksi yang rendah. Artikel ini membahas
8
peningkatan efisiensi produksi dengan melakukan perbaikan lini produksi yang
72,39 % menjadi 91,16 %. Dan balance delay dapat dikurangi dari 27,61 %
menjadi 8,84 %
.
2.2. Landasan Teori
prinsip dan teknik-teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang
terbaik. Ilmu ini merupakan salah satu ilmu di dalam disiplin teknik industri,
bahkan dilihat dari sejarahnya. Perancangan sistem kerja merupakan cikal bakal
disiplin kerja, maka iapun diakui sebagai pemula dari disiplin teknik industri.
ilmu lain di dalam disiplin teknik industri untuk secara bersamaan mencapai
keadaan yang optimal dari suatu sistem produksi dalam arti kata luas, yaitu sistem
Berbicara tentang perancangan sistem kerja, tidak lepas dari dua nama,
yaitu F.W Taylor dan F.B. Gilbreth, dua orang yang mengawali pengembangan
9
ilmu ini. Dari penelitian merekalah, pengembangan ilmu ini digabungkan sebagai
suatu kesatuan dan dikenal sebagai perancangan sistem kerja atau methods
Perancangan sistem kerja adalah suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik
dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan rancangan terbaik dan sistem kerja yang
komponen-komponen sistem kerja yang terdiri dari manusia dengan sifat dan
hingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi bagi perusahaan serta
aman, sehat dan nyaman bagi pekerja. tujuan perencangan sistem kerja yang
tetap ada walaupun dalam cakupan yang lebih luas. Walaupun tidak hanya
atau di sekitar itu, tetapi juga menyangkut banyak prinsip dan lain perancangan
10
sistem kerja seperti perancangan tata letak tempat kerja dan peralatan dalam
yang terbaik, yaitu yang memiliki efisiensi dan produkvitas yang setingi-
tingginya. Sistem kerja itu sendiri terdiri dari empat komponen, yaitu manusia,
bahan, perlengkapan, dan perlatan seperti ruangan dengan udaranya, dan keadaan
Efisiensi adalah suatu hal yang amat penting yang terdapat dalam sifat-
sifat yang dikehendaki dari rancangan suatu sistem kerja dan dapat didefinisikan
sebagai keluaran (output) dibagi masukan (input). Semakin besar harga rasio ini
produk jadi dengan banyaknya bahan yang dimasukkan dalam proses. Dalam
perbandingan antara hasil (kinerja) yang dicapai dengan ongkos yang dikeluarkan
11
bersangkutan, tetapi dalam pengertian luas. Dapat berupa waktu yang dihabiskan,
tenaga yang dikeluarkan dan atau akibat-akibat psikologis dan sosiologis dari
dengan uang walaupun untuk akibat-akibat psikologis dan sosiologis hal ini tidak
prasyarat produktivitas yang tinggi. Memang dapat saja suatu sistem memberi
hasil tersebut diperoleh dengan “harga” mahal. Lebih jauh lagi produktivitas
maksimum tidak dapat dicapai walau dengan dengan ongkos mahal jika
efisiensinya rendah. Hal ini tidak berbeda dengan seseorang yang menebang
batang itu pada akhirnya tumbang, tetapi dapat diduga bahwa untuk itu dia
mengeluarkan sangat banyak tenaga, membutuhkan waktu sangat lama dan secara
merasa tak mampu dan hampir putus asa. Setiap orang tentu akan berkata bahwa
penebang tadi bekerja dengan sangat tidak efisien jika dibandingkan seandainya
dia menggunakan gergaji yang sesuai. Dalam contoh ini, walaupun ongkos sangat
pohon yang dapat ditumbangkannya dalam waktu yang sama jika dia
menggunakan gergaji yang digerakkan mesin sebagai pengganti pisau dapur. Jika
12
semua hal di atas digambarkan dalam bentuk bagan maka akan terlihat seperti
PERANCANGAN SISTEM
KERJA
PEKERJA
BAHAN
BEBERAPA ALTERNATIF
MESIN/
ALTERNATIF SISTEM
PERALATAN
TERPILIH
LINGKUNGA
N
SISTEM KERJA
Ditinjau lebih lanjut, ruang lingkup ilmu perancangan sistem dapat dibagi
ke dalam dua bagian besar, yaitu yang bersifat menata unsur-unsur sistem kerja
(manusia, alat, bahan, dan lingkungan) serta yang bersifat mengukur kebaikan
penataan sistem kerja dan yang kedua sebagai pengukuran sistem kerja. Penataan
sistem kerja untuk, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2, mendapatkan alternatif-
sehingga secara bersama-sama berada dalam suatu komposisi yang baik, yaitu
yang dapat memberikan keadaan EASNE (efektif, aman, sehat nyaman, dan
efisien) yang tertinggi. Jadi, pada bagian ini perancang dipersenjatai dengan
13
prinsip-prinsip ini kita akan mendapatkan alternatif-alternatif sistem kerja terbaik.
Harap diperhatikan bentuk jamak yang diberikan pada kata alternatif. Maka yang
didapat bukanlah satu sistem terbaik, melainkan beberapa sistem terbaik, karena
sifat “prinsip” dari prinsip-prinsip itu sendiri, yaitu bukan bertindak seperti rumus
sangat banyak alternatif sistem kerja yang dapat dijalankan sangatlah banyak.
Alternatif lain adalah dipekerjakan dua orang dan yang pertama bertugas
bila dikerjakan tiga orang, empat orang, dan seterusnya. Dilihat dari cara
14
dengan susunan sedemikian sehingga tumpukan halaman terakhir bersebelahan
dengan halaman pertama. Belum lagi jika dilihat dari tinggi-rendahnya meja yang
dipakai yang memiliki alternatif tak terhingga. Begitu pun jika lingkungan fisik
Jika alternatif yang begitu banyak itu harus dilihat satu per satu untuk
usaha mencari satu sistem terbaik dapat lebih mudah dan lebih cepat diselesaikan.
kerja dipelajari melalui apa yang dinamakan ergonomi, studi gerakan, dan
adalah memilih salah satu di antara yang terbaik. Pekerjaan ini bukanlah
pekerjaan mudah. Kita tidak dapat begitu saja menentukannya sebab antara
alternatif satu dengan lainnya sangat berdekatan. Atau, yang satu tampak
alternatif lainnya memiliki kelebihan dan kelemahan pada segi yang berlawanan.
15
Kesulitan ini menyebabkan pula dilakukannya pengukuran terhadap masing-
masing alternatif. Hal ini tidak berbeda dengan menetukan berat badan terbesar di
seimbang. Dalam keadaan demikian tiada jalan lain kecuali satu demi satu demi
satu orang tersebut ditimbang. Seandainya untuk suatu keperluan dicari orang-
orang yang sangat berat, maka jelas orang yang terbaik untuk itu adalah yang
yang tinggi, jelas pula bahwa orang terbaik adalah yang memiliki sentimeter
menentukan orang yang terbaik karena kriterianya jelas, yaitu berat dan tinggi
Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik tentang
kebaikan suatu sistem kerja, yaitu waktu serta beban-beban fisik, psikologis, dan
sosiologis. Artinya suatu sistem kerja dinilai baik jika sistem ini memungkinkan
waktu penyelesaian sangat singkat. Selain itu, beban fisik yang datang dari
pekerjaan tidak melampui batas. Begitu pula dengan akibat-akibat psikologis dan
“murah” semakin baiklah sistem kerja yang bersangkutan. Dengan lain perkataan
semakin efisien semakin baiklah sistem kerjanya. Sudah tentu untuk suatu target
pengukuran sistem kerja disebut pengukuran kerja. Bagian ini berisi teknik-teknik
16
teknik ini dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu, artinya dengan menggunakan
dan memadukan berbagai ilmu seperti statistik, faal, biomekanika, psikologi, dan
diringkaskan seperti bagan yang terdapat pada Gambar 2.3 (Sutalaksana, dkk,
2006).
tahun, ongkos angkut per ton bijih besi menurun dari 7 sampai 8 sen menjadi 3
produktivitas penyusunan batu bata dari 120 buah per jam sampai 350 buah per
ford motor company adalah contoh langsung lainnya. Perakitan mobil ford
model–T pada tahun 1913 hanya dilakukan dengan mengerahkan kurang dari dua
dan teknik-teknik untuk itu. Dapat juga berpendapat bahwa sistem yang ada sudah
17
baik hanya karena setiap orang telah terbiasa dan telah menerima sistem tersebut.
tentang rentang waktu berbagai kegiatan kerja diselesaikan. Begitu pula dengan
pembebanan, baik bagi tenaga kerja maupun bagi mesin. Dalam pengaturan tata
letak pabrik, seorang perencana tidak dapat lepas dari kebutuhan akan waktu
menjadwal dan mengatur pembebanan tenaga kerja dan mesin untuk mendapatkan
pemecahan ini ialah kebenaran data yang turut diperhitungkan. Selama di antara
18
PERAMALAN KEBUTUHAN
PERENCANAAN KEGIATAN
PRODUKSI: (al.)MENJADWAL
MENGATUR PEMBEBANAN
MENGATUR TATA LETAK
MELAKUKAN PENGANGGARAN
terbaik, dan pengukuran kerja menunjukkan sistem yang terbaik serta rentang
perencanaan dan perancangan kegiatan produksi, dan lebih dari itu untuk
banyak dari jumlah baku. Jadi, berdasarkan penelitian seorang pekerja harus
hasilnya. Upah ini dinamakan upah perangsang karena pada dasarnya ditujukan
19
untuk merangsang perkerja agar bekerja lebih giat sehingga menghasilkan produk
lebih banyak. Sistem upah perangsang yang lebih baik akan menggiatkan pekerja
persatuan barang menurun. Tergagasi oleh cara Taylor, berbagai cara lain untuk
yang merupakan batas diberi tidaknya upah perangsang. Perancangan sistem kerja
per harinya, tetapi juga menjamin bahwa jumlah yang dihasilkan ini adalah
memang yang terbanyak yang dapat dihasilkan secara wajar karena sistem atau
dorongan yang menyebabkan manusia bekerja mulai dari yang bersifat dasar,
yang baru diusahakan pemenuhannya setelah tingkat yang rendah dirasakan telah
20
bersifat wajar secara manusiawi tetapi bagi perusahaan dapat menimbulkan
bila sebaliknya. Terutama dilihat dari sudut pandang bahwa manusia adalah salah
satu komponen dari suatu rancangan sistem. Pasal terakhir membahas berbagai
sikap yang berkenaan dengan perubahan sistem kerja yang kerap kali merupakan
keberhasilan kerja. Gambar 2.5 menunjukkan hal ini. Secara garis besar faktor-
pertama terdisi dari faktor-faktor yang datang dari diri si pekerja itu sendiri dan
adalah faktor-faktor yang tidak mudah bahkan tidak dapat berubah. Artinya,
faktor-faktor yang sudah tetap ini adalah hal-hal yang sudah ada (given) dan harus
21
Gambar 2.3. Faktor-faktor Diri dan Situasional yang Mempengaruhi Hasil Kerja
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
yang hampir sepenuhnya berada di luar diri pekerja dan umumnya dalam kendali
ini dapat diubah dan diatur. Karenanya faktor-faktor situasional terbagi ke dalam
dua sub kelompok, yaitu yang terdiri dari faktor-faktor sosial dan keorganisasian,
serta yang terdiri dari faktor-faktor fisik pekerjaan yang bersangkutan. Besarnya
pengaruh faktor-faktor ini semua terdapat keberhasilan kerja tidakah sekedar hasil
jumlah atau rata-rata dari pengaruh setiap faktor, tetapi merupakan interaksi
22
2.2.3.2. Beberapa Segi Mengenai Faktor-faktor Diri
mempunyai kemampuan khas untuk bekerja dan pada saat yang sama tuntutan
serta harapan tertentu pula dari pekerjaannya. Begitu pula dengan pekerjaan,
yakni kemampuan tertentu yang harus dimiliki pekerja. Karena faktor-faktor diri
kebanyakan tidak dapat diubah maka agar suatu pekerjaan dapat dijalankan
(human centered design). Pada pendekatan yang pertama dianut paham bahwa
semua unsur sistem kerja, yaitu manusia, alat, bahan, dan lingkungan sama
ini diupayakan adanya titik-titik temu bersama di antara semua itu. Ini merupakan
pendekatan tertua di era modern dalam perancangan sistem kerja, namun mungkin
masih paling banyak diterapkan. Dalam praktiknya yang terjadi adalah unsur
misalnya berukuran terlalu besar bagi pekerja karena tidak dirancang secara
23
ninggikan badannya dengan cara jengke atau jinjit, atau menapak suatu bagian
dari mesin sehingga bisa cukup menjangkau sebuah tuas, atau menggunakan
bangku dan berdiri di atasnya. Pengalaman dunia industri barat selama puluhan
keadaan optimal dari rancangan sistem kerja. Sebagai tanggapan atas keadaan
dengan baik, membawakan rancangan sistem kerja yang lebih optimal. Kinerja
yang ditimbulkannya akan jauh lebih memuaskan baik bagi perusahaan maupun
dengan suhu tempet kerja. Bila suhu terbaik bagi pekerja untuk menjalankan suatu
tugas tententu adalah 23oC, hendaklah syarat tentang suhu ini dipenuhi. Dengan
bekerja lebih lama, menghasilkan lebih banyak dan dengan mutu keluaran lebih
suatu syarat penting karena jika diabaikan, hasil kerjanya akan rendah. Begitu
pekerja yang bersangkutan menyadari hal ini, apalagi jika dengan demikian ia
ini, terjadilah potensi demotivasi yang berpotensi pada hasil kerja yang rendah
dan semakin rendah lagi. Hal ini jelas semakin tidak dikehendaki baik oleh
24
lalu upayakan merancang alat, bahan, dan lingkungan sesuai dengan itu
dan lingkungan kerja dapat dilihat sebagai hubungan yang unik, karena interaksi
antara hal-hal di atas yang membentuk suatu sistem kerja tidak terlalu sederhana
bahkan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Di suatu pabrik kecil dengan jumlah
buruh yang tidak besar, hubungan antara pekerja dapat berkembang erat termasuk
antara atasan dengan bawahan. Selain itu, pekerja dapat melihat barang hasil
produksi, yaitu barang yang dia turun mempunyai saham didalamnya. Hal ini
menimbulkan akibat psikologis tersendiri, yaitu berupa rasa bangga, rasa berperan
sangat banyak dan seringkali sejenis atau beragam jenisnya, dapat menimbulkan
suatu ketegangan (stress) pada pekerja. Pembagian tugas yang sempit atau
kontrol yang ketat dari pekerja, yang bagi pekerja menjadikan dirinya merasa
Besarnya pabrik membuat pekerja tidak pernah melihat hasil akhir produksi dan
ini berakibat hilangnya rasa berjasa dan menyebabkan kurangnya rasa tanggung
25
Di pabrik-pabrik besar yang otomatis pun hal-hal psiko-sosio-organisasi
keotomatisannya, berbagai panel kontrol harus diawasi dan pengawas harus selalu
memang tidak berat, tetapi secara mental dirasakan sebagai ketegangan tersendiri.
Selain itu kurangnya rasa tanggung jawab akibat tidak pernah melihat akhirnya
kerja yang terbaik dan dalam hal ini salah satu bagian pentingnya adalah bahwa
Memang hal itu harus disadari karena hampir setiap usaha mengubah keadaan,
apalagi yang sudah mapan, akan mendapat tentangan, dan hal ini adalah sesuatu
yang wajar. Tentangan ini tidak terbatas pada hal-hal yang dirasakan
26
Kecurigaan bawah cara yang baru hanya akan memberatkan pekerja
adalah salah satu yang menjadi bahan tantangan. Hal lainnya adalah keengganan
untuk mengubah kebiasaan yang telah dirasakan enak dan menyatu dengan diri
pekerja. Seringkali suatu sistem kerja telah begitu lama berjalan sehingga pekerja
betul-betul telah terbiasa dengan sistem kerja yang lain. Akibatnya, perbaikan
bahwa mengejar efektivitas dan efisiensi kerja adalah juga untuk memungkinkan
dkk, 2006).
pekerja seringkali hal ini harus ditunjukkan juga dengan perbaikan keadaan
mereka. Hal ini bukan sesuatu yang mustahil dikabulkan, karena jika memang
27
meningkatkan kepercayaan pekerja terhadap maksud baik dari perubahan dan
2006).
Para sarjana teknik industri atau ahli-ahli perbaikan sistem kerja sering
diantaranya sikap tidak mau bersusah-susah mengubah suatu sikap yang tidak
berbeda dengan salah satu sikap pekerja. Penyebab yang lain adalah
pentingnya perubahan. Bahkan bila ia tahu bahwa secara objektif perubahan akan
bahwa perubahan akan bermanfaat merupakan salah satu langkah penting agar
perlawanan pada kata itu. Tidak digunakannya kata reluctance yang berarti
dari suatu keadaan ke keadaan yang baru (Sutalaksana, dkk, 2006). Ada dua cara
28
yang banyak disarankan untuk mengatasi persoalan ini (Sutalaksana, dkk, 2006),
yaitu:
2. Analisis medan gaya. Meski pada ilmu fisika, asal istilah ini berasal gaya-gaya
berlawanan yang dimaksud adalah antara dua kutub magnet yang sejenis, maka
memotivasi.
3. Analisis kesenjangan. Di sini jarak perbedaan antara kondisi yang ada dengan
sikap menjadi penting untuk dicirikan karena dari pengetahuan tentang itulah
29
diprogramkan perubahan-perubahan yang sistematik dan mulus. Seringkali
yang cukup sulit adalah mengisi kesenjangan dalam hal sikap. Karenanya,
mengganti sikap kerja lama ke sikap yang diperlukan untuk rancangan sistem
yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga akan
yang menguraikan gerakan kedalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang
penganalisa masih dapat menghemat waktu kerja atau gerakan mana yang
sebetulnya tidak diperlukan oleh pekerja tapi masih dilakukan oleh pekerja.
30
dalam sebuah proyek-proyek besar hal ini akan sangat penting, ada beberapa
1. Mencari (search)
lokasi dari suatu objek. Sesuatu yang bekerja dalam hal ini ialah mata. Gerakan
ini dimulai pada saat mata bergerak mencari objek dan berakhir bila objek
sudah ditemukan. Untuk therblig ini tujuan analisisnya adalah sedapat mungkin
menghilangkan. Mencari merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat
tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan.Tujuan lain dari
analisis gerakan ini adalah untuk memudahkan seorang pekerja baru dapat
2. Memilih (select)
tercampur. Tangan dan mata adalah dua bagian yang digunakan untuk
melakukan gerakan ini. Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai
memilih, dan terakhir bila objek sudah ditemukan. Batas antara mulai memilih
dan akhir dari mencari agak sulit untuk ditentukan karena ada pembauran
pekerjaan di antara dua gerakan tersebut, yaitu gerakan yang dilakukan oleh
mata. Gerakan memilih merupakan gerakan yang tidak efektif sehingga sedapat
gerakan memilih.
31
3. Memegang (grasp)
membawa. Gerakan ini merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan
dan meskipun sulit untuk dihilangkan dalam beberapa keadaan masih dapat
4. Menjangkau (reach)
oleh gerakan melepas (release) dan diikuti oleh gerakan memegang. Gerakan
ini mulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir di tangan sudah
berhenti.
5. Membawa (move)
hanya dalam gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa
biasanya didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat
juga oleh pengarahan (position). Gerakan ini mulai dan berakhir pada saat yang
geraknya pun hampir sama, yaitu jarak pindah, dan semacamnya. Pengaruh
yang lain adalah beratnya beban yang dibawa oleh tangan. Dalam beberapa
32
oleh gerakan mata. Pekerjaan ini sering dijumpai karena pada dasarnya
7. Melepas (released)
merupakan gerakan yang relatif singkat. Gerakan ini didahului oleh gerakan
mengangkat atau dapat pula gerakan mengarahkan dan biasanya diikuti oleh
gerakan menjangkau.
8. Mengarahkan (position)
diikuti gerakan merakit. Gerakan ini mulai sejak tangan mengendalikan objek
33
9. Mengarahkan sementara (pre position)
apakah objek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa
dengan lidah. Pemeriksaan yang dilakukan dalam therblig ini dapat berupa
pemeriksaan kualitas seperti baik atau buruknya objek yang ditentukan oleh
34
13. Memakai (use)
menggunakan alat. Merakit, lepas rakit dan memakai dapat diperbaiki dengan
hal-hal yang terjadi diluar kemampuan pengendalian pekerja. Hal ini timbul
dengan mengadakan perubahan atau perbaikan pada proses operasi atau pada
35
16. Merencanakan (plan)
Hal ini terjadi pada setiap siklus kerja tetapi terjadi secara periodik.
c. Apakah ukuran kursi dan meja telah disesuaikan dengan tubuh pekerja?
Hasil kerja yang baik diperlukan perancangan sistem kerja yang baik pula.
Para perancang kerja dapat menyusun suatu sistem kerja yang antara lain terdiri
dari gerakan-gerakan yang baik yaitu gerakan yang memberikan hasil kerja yang
baik, misalnya gerakan yang dapat mengakibatkan waktu penyelesaian kerja yang
36
1. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tubuh manusia dan
gerakan-gerakannya.
bersamaan.
c. Gerakan tangan akan lebih mudah jika terhadap lainnya simetris dan
berlawan arah.
baiknya.
si pekerja.
37
2. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan pengaturan tata letak
tempat kerja
tetap.
d. Mekanisme kerja yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang.
38
3. Prinsip-prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan perancangan peralatan
perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
utamanya. Cara ini sering sekali digunakan karena merupakan cara yang paling
banyak dikenal. Alasan lainnya yang menyebabkan metode ini sering digunakan
jam henti, apalagi jam biasa. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar akhirnya
dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan seperti
dan lain-lain. Langkah-langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat
39
tercapai, yaitu: penetapan tujuan pengukuran, melakukan penelitian pendahuluan,
pengukuran waktu, hal-hal yang penting yang harus diketahui dan ditetapkan
keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran tersebut. Misalnya dalam waktu
baku yang akan diperoleh dimaksudkan untuk dipakai sebagai dasar upah
perangsang, maka ketelitian dan keyakinan tentang hasil pengukuran harus tinggi
waktu yang pantas untuk diberikan kepada pekerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Tentu suatu sistem kerja dengan kondisi yang telah ada selama ini
termasuk di antara yang dapat dicarikan waktu yang pantas tersebut. Artinya akan
didapat juga waktu yang pantas untuk menyelesaikan pekerjaan, namun dengan
40
kerja yang sesingkat-singkatnya agar dapat meraih keuntungan yang sebesar-
besarnya. Keuntungan demikian tidak akan diperoleh jika kondisi kerja dari
yang berjendela tidak cukup besar. Keadaan ini bukan saja akan mengakibatkan
pekerjaan dilakukan tidak baik, terlalu tinggi jika pekerja duduk di kursi dan
terlalu rendah jika pekerja berdiri. Waktu penyelesaian yang pantas untuk kondisi
demikian tentu bisa dicari, tetapi dapat diduga bukanlah waktu terbaik yang bisa
dicapai, melainkan waktu yang lebih panjang dari yang seharusnya diperlukan.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa waktu kerja yang pantas
hendaknya merupakan waktu kerja yang didapat dari kondisi kerja yang baik.
Dengan kata lain, pengukuran waktu sebaiknya dilakukan apabila kondisi kerja
dari pekerjaan yang diukur sudah baik. Jika belum, maka kondisi yang ada
sebaiknya diperbaiki terlebih dahulu. Hal yang sama dapat terjadi bila cara-cara
mendapatkan waktu penyelesaian yang singkat, perbaikan cara kerja juga perlu
41
merupakan sesuatu yang dilakukan dalam langkah penelitian pendahuluan.
Tentunya ini berlaku jika pengukuran dilakukan atas pekerjaan yang telah ada,
bukan pekerjaan yang baru. Dalam keadaan seperti yang terakhir, maka yang
penerapan sistem kerja yang baik. Hal lain yang harus dilakukan dalam rangka ini,
yaitu membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik. Di sini semua
kondisi dan cara kerja dicatat dan dicantumkan dengan jelas serta bila perlu
Pembakuan sistem kerja yang dipilih adalah suatu hal yang penting, baik dilihat
dilakukan dan waktu baku didapatkan. Kerap kali sebelum pengukuran dilakukan,
operator yang dipilih melakukan serangkaian latihan dengan cara sistem kerja
yang baku. Ini terjadi bila operator tadi belum terbiasa dengan sistem tersebut.
Catatan yang baku inilah yang dipakai sebagai acuan pelatihan-pelatihan semacam
itu diperlukan. Keduanya memerlukan pegangan agar sistem kerja yang dipilih itu
Suatu penyimpangan akan membuat waktu penyelesaian yang jauh berbeda dari
42
sistem kerja yang telah dipilih perlu ada dan dipelihara, walaupun pengukurannya
yang begitu saja diambil dari tempat kerja. Orang ini harus memenuhi beberapa
persyaratan tertentu agar pengukuran dapat berjalan dengan baik dan dapat
diajak bekerja sama. Jika jumlah pekerja yang tersedia di tempat kerja yang
oleh distribusi normal. Seperti yang ditentukan sebelumnya bahwa tujuan dari
yang dicari bukanlah orang yang berkemampuan tinggi atau rendah, karena orang-
orang yang demikian hanya meliputi sebagian kecil saja dari seluruh pekerjaan
yang ada. Jadi yang dicari adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang secara wajar
43
Operator yang dipilih adalah orang yang pada saat pengukuran dilakukan
dikenal memenuhi syarat pertama tadi, tidak mustahil dia bekerja tidak wajar
dianggap untuk melakukan hal-hal yang akan merugikan dirinya atau pekerjaan
lain, dia akan bekerja lamban. Sebaliknya mungkin saja dia akan bekerja dengan
pujian. Selain itu, operator pun harus dapat bekerja secara wajar tanpa canggung
dkk, 2006).
Jumlah
pekerja
rendahrata-ratatinggi
Kemampuan kerja
Gambar 2.4. Distribusi Kemampuan Kerja
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
yang seharusnya dilakukan operator ketika sedang diukur, perlu diberikan terlebih
dahulu. Dan operator pun harus mengerti serta menyadari sepenuhnya. Inilah yang
44
dimaksud bahwa operator dapat diajak bekerja sama. Dalam pelaksanaanya, jika
yang akan diukur, dia dapat mencarinya dengan mendapatkan petunjuk dari
mengenal baik para pekerja. Data tentang hasil kerja para pekerja dalam catatan di
tempat kerja juga dapat membantu pekerjaan ini (Sutalaksana, dkk, 2006).
Operator yang baik telah didapat, akan tetapi pelatihan masih diperlukan
bagi operator terutama jika kondisi dan cara kerja yang dipakai tidak sama dengan
yang biasa dijalankan operator. Hal ini terjadi jika yang akan diukur adalah sistem
sistem kerjanya adalah yang sudah ada selama ini, operator pun bisa kurang
dilakukan. Dalam keadaan seperti ini operator harus dilatih terlebih dahulu,
karena sebelum diukur operator harus terbiasa dengan kondisi dan cara kerja yang
telah ditetapkan (dan telah dibakukan) itu. Harap diingat bahwa yang dicari adalah
waktu penyelesaian pekerjaan yang didapat dari suatu penyelesaian wajar dan
bukan penyelesaian dari orang yang bekerja kaku dengan berbagai kesalahan
45
Tingkat
Penguasaan
V Waktu
Gambar 2.5. Kurva Belajar
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
Operator baru dapat diukur bila sudah berada pada tingkat penguasaan maksimum
yang ditunjukkan oleh garis stabil mendatar pada kurva. Pada tingkat ini operator
diukur waktunya. Waktu siklusnya adalah jumlah waktu dari setiap elemen ini.
Waktu siklus adalah waktu penyelesaian sebuah produk sejak bahan baku diproses
di tempat kerja yang bersangkutan. Misalnya waktu untuk merakit pulpen adalah
wadahnya, menggabungkan bagian bawah pulpen, pegas, isi, dan bagian atas
46
pulpen sehingga menjadi sebuah pulpen yang lengkap. Gerakan-gerakan
keseluruhan disebut waktu siklus perakitan pulpen. Satu waktu siklus tidak harus
menjadi barang jadi seperti yang telah dicontohkan sebelumnya. Jika pekerjaan
menggabungkan bagian atas ke bagian lainnya yang telah diselesaikan oleh orang
pertama dan bila setiap pekerja dianggap bagian dari dua sistem kerja yang
berbeda, maka waktu siklus yang pertama hanya jumlah waktu yang diperlukan
untuk menggabungkan bagian bawah, pegas dan isi (Sutalaksana, dkk, 2006).
tentang cara kerja yang dibakukan. Pada langkah kedua di atas telah dikemukakan
bila kondisi dan cara kerja yang telah (dianggap) baik dilakukan, dinyatakan
secara tertulis untuk kemudian digunakan sebagai pegangan sebelum, pada saat-
saat, dan sesudah pengukuran waktu. Salah satu cara membakukan cara kerja
setiap elemen karena keterampilan bekerjanya operator belum tentu sama untuk
47
pembagian kerja menjadi elemen-elemen pekerjaan adalah untuk memudahkan
mengamati terjadinya elemen yang tidak baku yang tidak mungkin saja dilakukan
pekerja. Elemen demikian bisa diterima jika memang harus demikian, misalnya
gerakan-gerakan yang dilakukan tidak terjadi pada setiap siklus secara berkala
Sebaliknya elemen demikian harus dibuang dari pengamatan jika terjadi semata-
mata karena penyimpangan dari elemen-elemen baku tanpa alasan baik disadari
demikian, ketentuan ini tidak bersifat mutlak artinya jika alasan-alasan di atas
dianggap tidak penting atau dirasakan tidak akan terjadi maka langkah ini tidak
perlu dilakukan. Dengan kata lain yang diukur adalah waktu siklusnya (bukan
elemennya serinci mungkin, tetapi masih dapat diamati oleh indera pengukur
48
b. Untuk memudahkan, elemen–elemen pekerjaan hendaknya berupa satu atau
Gilberth.
c. Jangan sampai ada elemen yang tertinggal, jumlah dari semua elemen harus
d. Elemen yang satu hendaknya dipisahkan dengan elemen yang lain secara jelas.
Batas-batas diantaranya harus dapat dengan mudah diamati agar tidak ada
pena atau pensil dan meteran pengamatan. Jam henti ada dua jenis, yaitu jam
henti biasa yang memiliki sebuah jarum penunjuk dan jam henti berjarum dua
waktu kerja baik setiap elemen ataupun siklus dengan menggunakan alat–alat
49
pendahuluan yang tujuannya ialah agar nantinya mendapatkan perkiraan statistika
data seperti yang telah dihitung, dilakukan lagi uji keseragaman data dan
perhitungan kecukupan data. Bila kali ini data yang ada terhitung cukup, barulah
perlu dilakukan lagi dan proses pun berlanjut (Sutalaksana, dkk, 2006).
x́ =
∑ xi ………………………………………………………………………..2.1
k
di mana:
50
2. Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian
∑ ( x j - x́ )2 ..…………………………...…………………………… ………2.2
σ=
√ N-1
di mana:
digunakan adalah N-1 Sedangkan jika data pengukuran >30, maka rumus
σ
σ x́ = …………………………………….……..…………………………… 2.3
√n
di mana:
4. Menentukan batas kontrol atas (BKA) dan batas kontrol bawah (BKB)
5. Apabila semua rata–rata subgrup berada dalam batas kontrol, maka semua
2 2
√
40 N ∑ Xj2 - ( ∑ Xj)
N= ( ∑ Xj ) …………………….………………………….. 2.6
51
di mana:
2
0,05 x 2αx= = 40
0.05
b. Apabila tingkat ketelitian 10% dan tingkat kepercayaan 95%, maka nilai
2
0,1 x 2αx= = 20
0,1
3
0,05 x 3αx= = 60
0,1
misalnya), karena dengan demikian diperoleh jawaban yang pasti. Tetapi hal ini
jelas tidak mungkin karena keterbatasan waktu, tenaga, dan tentunya biaya.
52
Namun, sebaliknya jika dilakukan hanya beberapa kali pengukuran saja dapat
diduga hasilnya sangat kasar. Dengan demikian yang diperlukan adalah jumlah
pengukuran yang tidak membebankan waktu, tenaga, dan biaya yang besar tetapi
hasilnya tidak dapat dipercaya. Jadi walaupun jumlah pengukuran tidak berjuta
kali, tetapi jelas tidak hanya beberapa kali saja (Sutalaksana, dkk, 2006).
tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah memutuskan tidak akan
Hal ini biasanya dinyatakan dalam persen (dari waktu penyelesaian sebenarnya
keyakinan pengukur, bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian tadi.
Inipun dinyatakan dalam persen. Jadi, tingkat ketelitian 10% dan tingkat
kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Dengan kata lain, jika
10%, hal ini dibolehkan terjadi hanya dengan kemungkinan 5% (=100% - 95%)
53
Tugas pengukur adalah mendapatkan data yang seragam.
Ketidakseragaman dapat datang tanpa disadari maka diperlukan suatu alat yang
dapat mendeteksi hal itu. Batas-batas kontrol yang dibentuk dari data merupakan
batas seragam tidaknya data. Sekelompok data dikatakan seragam bila berada di
antara kedua batas kontrol. Bila di luar batas-batas itu, yang secara statistika
disebut berasal dari sistem sebab yang berbeda, dinyatakan sebagai data-data yang
tak seragam. Jika ada yang terletak di luar batas kontrol, oleh sebab itu subgrup
harus dibuang karena berasal dari sistem yang berbeda. Dengan demikian untuk
pengukuran yang harus dilakukan semua data dalam subrup ini tidak turut
Pengukuran dapat dikatakan selesai, apabila semua data yang telah didapat
mendapatkan waktu baku dari data yang terkumpul (Sutalaksana, dkk, 2006),
sebagai berikut:
Wn =
∑ xi ........................................................................................................2.7
k
di mana:
54
Xi = harga rata-rata dari subgrup ke-1
Wn = Ws x p ....................................................................................................2.8
Tujuannya adalah untuk mendapatkan waktu siklus rata-rata yang wajar. Jika
memberi harga p < 1, dan sebaliknya p > 1, jika dianggap bekerja cepat.
Wb = Wn (1 + 1)..............................................................................................2.9
55
2.2.9.1. Maksud Melakukan Penyesuaian
bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau karena
seperti tersebut mempengaruhi kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau
terlalu panjangnya waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena
waktu baku yang dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja
menilai seberapa jauh hal itu terjadi. Penilaian perlu diadakan karena berdasarkan
hal inilah penyesuaian dilakukan. Jadi, jika pengukur mendapatkan harga rata-rata
atau waktu elemen rata-rata dengan suatu harga p yang disebut faktor
yang diperoleh mencerminkan waktu yang sewajarnya atau waktu yang normal.
Bila pengukur berpendapat bahwa operator bekerja di atas normal (terlalu cepat)
maka harga p akan lebih besar dari satu (p > 1), sebaliknya jika operator
dipandang bekerja di bawah normal harga p akan lebih kecil dari satu (p < 1).
56
Seandainya pengukur berpendapat bahwa operator bekerja dengan wajar maka
yaitu cara persentase yang merupakan cara yang paling awal digunakan dalam
Jadi sesuai dengan yang terlihat selama pengukuran dia menentukan harga p yang
menurut pendapatnya akan menghasilkan waktu normal bila harga ini dikalikan
waktu siklusnya telah terhitung sama dengan 14,6 menit, maka waktu normalnya
dipandang sebagai cara lain yang lebih objektif. Cara-cara ini umumnya
pengukur terhadap kerja operator. Dua cara akan diperkenalkan di sini, yaitu cara
penilaian melalui kelas-kelas kinerja kerja dengan setiap kelas mempunyai nilai
operator menurut kelas-kelas super fast, fast +, fast, fast -, excellent, dan
57
Tabel 2.1. Penyesuaian Menurut Cara Shumard
Kelas Penyesuaian
Superlast 100
Fast + 95
Fast 90
Fast - 85
Excellent 80
Good + 75
Good - 65
Normal 60
Fair + 55
Fair 50
Fair - 45
Poor 40
Sumber: Sutalaksana dkk, 2006
Tabel 2.1 untuk memilih kelas superlast, fast +, fast, fast -, excellent,
good +, dan good - sesuai dengan yang sedang dilakukan oleh operator. Berbeda
keterampilan, usaha, kondisi kerja, dan konsistensi. Setiap faktor terbagi dalam
bersangkutan. Keterampilan juga dapat menurun, yaitu bila terlampau lama tidak
58
menurut Sutalaksana, dkk (2006) keterampilan dibagi menjadi enam kelas dengan
a. Super skill
diikuti.
b. Excellent skill
pemeriksaan lagi.
kesalahan.
59
6. Menggunakan peralatan dengan baik.
c. Good skill
lebih rendah.
6. Tiada keraguan.
7. Bekerjanya “stabil”.
9. Gerakan-gerakannya cepat.
d. Average skill
60
8. Bekerja cukup teliti.
e. Fair skill
gerakan.
6. Mengetahui apa-apa yang dilakukan dan harus dilakukan tapi tampak tidak
selalu yakin.
rendah.
f. Poor skill
2. Gerakan-gerakannya kaku.
61
7. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
hal-hal yang serupa. Dengan pembagian ini pengukur akan lebih terarah dalam
penyesuaian yang nantinya diperoleh dapat lebih objektif. Usaha atau effort cara
operator ketika melakukan pekerjaannya. Berikut ini ada enam kelas usaha dengan
a. Excessive effort
kesehatannya.
kerja.
b. Excellent effort
62
4. Banyak memberi saran.
11. Karena lancarnya, perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak
terlihat.
c. Good effort
1. Bekerja berirama.
d. Average effort
63
2. Bekerja dengan stabil.
e. Fair effort
3. Kurang sungguh-sungguh.
8. Terlampau hati-hati.
f. Poor effort
dan bahan.
64
7. Tidak peduli pada cocok/ baik tidaknya peralatan yang dipakai.
Kadang-kadang usaha ini begitu besar sehingga tampak berlebihan dan tidak
tinggi tidak jarang bekerja dengan usaha yang tidak didukung, tapi bisa
menghasilkan kinerja yang lebih baik. Jadi, walaupun hubungan antara “kelas
tinggi” pada keterampilan dengan usaha tampak erat sebagaimana juga dengan
fair, dan selanjutnya), kedua faktor ini adalah hal-hal yang dapat terjadi secara
fakor keterampilan dari usaha dalam rangka penyesuaian. Kondisi kerja atau
operator, maka kondisi kerja merupakan sesuatu di luar operator yang diterima
apa adanya oleh operator tanpa banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab
itu, faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen, karena pihak inilah
2006).
65
Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good,
average, fair, dan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap
untuk satu pekerjaan dapat saja dirasakan fair atau bahkan poor bagi pekerjaan
yang lain. Sebaliknya kondisi poor adalah kondisi lingkungan yang tidak
yang baik. tentu suatu pengetahuan kriteria yang disebut ideal, dan kriteria yang
disebut poor perlu dimiliki agar penilaian terhadap kondisi kerja dalam rangka
banyak mempelajari hal-hal ini. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah
konsistensi atau consistency. Faktor ini perlu diperhatikan karena pada setiap
pengukuran waktu angka-angka yang dicatat tidak pernah semuanya sama, waktu
penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah dari satu siklus ke siklus
lainnya, dari jam ke jam, bahkan dari hari ke hari. Selama ini masih dalam batas-
konsistensi juga dibagi menjadi enam kelas yaitu perfect, excellent, good,
average, fair, dan poor. Seseorang yang bekerja perfect adalah yang dapat
bekerja dengan waktu penyelesaian yang boleh dikatakan tetap dari saat ke saat.
berselisih jauh dari rata-rata secara acak. Konsistensi rata-rata atau average adalah
bila selisih antara waktu penyelesaian dengan rata-ratanya tidak besar walaupun
ada satu dua yang “letaknya” jauh (Sutalaksana, dkk, 2006). Sutalaksana, dkk
66
(2006) menyatakan angka-angka yang diberikan bagi setiap kelas dari faktor-
67
2.2.10. Kelonggaran (Allowance)
dihindarkan. Ketiganya ini merupakan hal-hal yang secara nyata dibutuhkan oleh
pekerja dan yang selama pengukuran tidak diamati, diukur, dicatat, ataupun
seperti minum sekedar nya untuk menghilangkan rasa haus, dan lain sebagainya.
pekerjaan yang lain karena setiap pekerjaan memiliki karakteristik yang berbeda
pikiran (lelah mental) dan kerja fisik. Salah satu cara menentukan besarnya
mencatat saat-saat di mana hasil produksi menurun. Sangat sulit dilakukan karena
68
penyebab menurunnya bukan hanya disebabkan faktor kelelahan (Sutalaksana,
dkk, 2006).
69
2.2.10.3. Kelonggaran untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindarkan
Beberapa contoh yang termasuk ke dalam hambatan tak terhindarkan (Sutalaksana, dkk, 2006) sebagai berikut:
3. Memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas, dan
sebagainya.
70
Tabel 2.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (lanjutan)
No. Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran
B. Sikap Kerja
1. Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00 – 1,0
2. Berdiri di atas dua kaki Badan tegak, ditumpu dua kaki 1,0 – 2,5
3. Berdiri di atas satu kaki Satu kaki mengerjakan alat control 2,5 – 4,0
4. Berbaring Pada bagian sisi, belakang atau depan badan 2,5 – 4,0
5. Membungkuk Badan dibungkukkan bertumpu pada kedua kaki 4,0 – 10,0
C. Gerakan Kerja
1. Normal Ayunan bebas dari palu 0
2. Agak terbatas Ayunan terbatas dari palu 0–5
3. Sulit Membawa beban berat dengan satu tangan 1 –5
4. Pada anggota-anggota Bekerja dengan tangan di atas kepala
5 – 10
badan terbatas
5. Seluruh anggota badan Bekerja di lorong pertambangan yang sempit
10 – 15
terbatas
D. Kelelahan mata Pencahayaa Buruk
n baik
1. Pandangan yang terputus- Membawa alat ukur 0,0 – 6,0 0,0 – 6,0
putus
2. Pandangan yang hampir Pekerjaan-pekerjaan yang teliti 6,0 – 7,5 6,0 – 7,5
terus-menerus
3. Pandangan yang terus- Pemeriksaan yang sangat teliti 7,5 – 12,0 7,5 – 16,0
menerus dengan fokus
lelap
4. Pandangan terus-menerus Memeriksa cacat-cacat pada kain 12,0 – 19,0 16,0 – 30,0
dengan fokus berubah-
ubah
71
Tabel 2.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (lanjutan)
No. Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran
D. Kelelahan mata Pencahayaa Buruk
n baik
5. Pandangan terus-menerus 19,0 – 30,0
dengan konsentrasi tinggi
dan fokus lelap
6. Pandangan terus-menerus 30,0 – 50,0
dengan konsentrasi tinggi
dan fokus berubah-ubah
C. Keadaan suhu tempat kerja Suhu (0C) Kelelahan Berlebihan
**) normal
1. Beku Di bawah 0 Di atas 10 Diatas 12
2. Rendah 0-13 10-0 12-5
3. Sedang 13-22 5-0 8-0
4. Normal 22-28 0-5 0-8
5. Tinggi 28-38 5-40 8-100
6. Sangat tinggi Di atas 38 Di atas 40 Di atas 100
E. Keadaan Atmosfer
1. Baik Ruang yang berventilasi baik, udara segar 0
2. Cukup Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya) 0-5
3. Kurang baik Adanya debu-debuan beracun atau tidak beracun tetapi banyak 5-10
4. Buruk Adanya bau-bauan berbahaya yang mengharuskan
10-20
menggunakan alat perpanasan
F. Keadaan lingkungan yang baik
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10 detik 0-1
72
Tabel 2.3. Besarnya Kelonggaran Berdasarkan Faktor-faktor yang Berpengaruh (lanjutan)
No. Faktor Contoh Pekerjaan Ekivalen Beban Kelonggaran
F. Keadaan lingkungan yang baik
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5 detik 1-3
4. Sangat bising 0-5
5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat menurunkan kualitas 0-5
6. Terasa adanya getaran lantai 5-10
7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi, kebersihan, dll) 5-15
*) Kontras antara warna hendaknya diperhatikan
**) Tergantung juga pada keadaan ventilasi
***) Dipengaruhi juga oleh ketinggian tempat kerja dari permukaan laut dan keadaan iklim.
Catatan pelengkap: kelonggaran untuk kebutuhan pribadi bagi: Pria = 0-2,5%
Wanita = 2-5%
Sumber: Sutalaksana, dkk, 2006
Langkah pertama dalam menentukan besarnya kelonggaran untuk ketiga hal tersebut yaitu untuk kebutuhan pribadi,
menghilangkan rasa lelah, dan hambatan tak terhindarkan. Dua hal yang pertama antara lain dapat diperoleh dari tabel di atas,
yakni dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang sesuai dengan pekerjaan yang bersangkutan. Kelonggaran untuk kebutuhan
pribadi bagi pria = 0-2,5% dan wanita = 2 - 5%. Untuk hambatan yang ketiga, dapat diperoleh dari sampling pekerjaan yang pada
73
74