Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

Perawatan Jenazah

Oleh:

THETA KUSUMA

201710330311059

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat da
n hidayah-Nya, penulisan referat untuk memenuhi tugas skill blok psikiatri ini dap
at diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepa
da Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zam
an.

Referat yang akan disampaikan dalam penulisan ini mengenai “Perawatan


Jenazah”. Penulisan referat ini diajukan untuk memenuhi tugas skill.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh kar
ena itu diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
diperbaiki kedepannya dan penulis berharap referat ini dapat memberikan banyak
manfaat.

Malang,01 April 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan ditengah-tengah masyarakat
adalah kajian  masalah shalat jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat jenazah
merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan bahkan kit
a menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek masih ba
nyak kesalahan- kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam masalah pengurusan je
nazah. Karena teori dengan praktek dilapangan sangatlah berbeda, apalagi saat menjala
ni pratek kita harus mempersiapkan segala macam, dari segi peralatan dan mental kita.
Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan menyola
tkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya menyolatkan jen
azah dengan baik dan benar. Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimanaa
pa pengertian shalat jenazah itu sendiri, keutamaan-keutamaan dalam shalat jenazah, h
ukum sholat jenazah berdasarkan menurut hadist, syarat-syarat menyolatkan jenazah, r
ukun-rukun yang benar dalam melaksanakan sholat jenazah, dan yang terakhir ialah ba
gaimana hukumnya menyolatkan orang yang matinya syahid diperbolehkan ataukah tid
ak. Tujuan penyusunan makalah tersebut adalah untuk memberikan wawasan kepada m
asyarakat khususnya bagi mahasiswa  tentunya dalam  masalah cara menyolatkan jenaz
ah , sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidak tahuan dalam masalah menyo
latkan jenazah.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang perawatan jenazah.

1.3 Manfaat
Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas

wawasan penulis ataupun pembaca mengenai perawatan jenazah.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Jenazah

2.1.1 Hukum Merawat Jenzah

Merawat jenazah hukumnya Fardhu (Wajib) Kifayah, artinya bahwa kewajiban itu cukup
dikerjakan oleh kelompok masyarakat. Apabila tidak ada yang merawat jenazah, maka
seluruh masyarakat akan dituntut dihadapan Allah dan berdosa. Sedang bagi yang
mengerjakannya akan mendapatkan kebaikan dan pahala dihadapan Allah (swt).

Merawat jenazah sebaiknya segera dilakukan, tidak perlu menunggu terkumpulnya semua
keluarga (ahli waris).

Syarat dan Persiapan yang Harus Disiapkan

a. Syarat-syarat orang yang memandikan jenazah

-Muslim, berakal sehat dan baligh

- Niat karena Allah

- Amanah (menjaga kerahasiaan yang ada pada jenazah)

- Mengetahui hukum dan tata cara memandikan jenazah

- Laki-laki bila jenazahnya laki-laki, wanita bila jenazahnya wanita, kecuali


suami istri.

b. Syarat jenazah yang dimandikan

- Muslim

- Ada wujud tubuhnya walaupun sebagian

- Bukan orang yang mati Syahid

c. Kebutuhan yang perlu disiapkan

a. Tempat yang tertutup untuk memandikan jenazah

b. Air suci secukupnya dalam 3 (tiga) bak, dengan rincian sebagai berikut:
Satu bak air dicampur dengan daun bidara/sebangsanya, Satu bak air tanpa
campuran, Satu bak air dicampur dengan kapur barus

c. Handuk untuk membersihkan bekas air menempel di badan jenazah


d. Kain kering untuk mengganti kain yang basah

e. Tempat tidur atau sejenisnya, yang dipergunakan untuk membaringkan


jenazah, diusahakan agar arah kepala lebih tinggi

f. Tambahan: kapas/spon, sarung tangan, gayung, gunting, dan tempat untuk


mengumpulkan barang yang kotor

2.1.2 Pelaksanaan Memandikan Jenazah

1. Niat ikhlas karena Allah (swt)

2. Jenazah diangkat dan diletakkan pada tempat yang telah disiapkan dengan posisi
menghadap Kiblat

3. Lepaskan seluruh pakaiannya dan yang melekat di tubuh, serta tutuplah bagian
kemaluan jenazah selama memandikan

4. Dibersihkan dulu bagian mulut, hidung, telinga dan dubur sambil ditekan secara
pelan agar kotoran keluar dengan tuntas

5. Kemudian mulai dimandikan, dengan cara:

i. Mulai memandikan dari anggota badan sebelah kanan terutama anggota


bagian wudhu (tapi bukan mewudhukan), dengan bilangan gasal, yaitu 3
(tiga) kali atau secukupnya Contoh:Pertama, dengan air yang dicampur
daun bidara Kedua, dengan air bersih, dan Ketiga (terakhir), dengan air
kapur barus .

ii. Selesai dimandikan, jenazah dikeringkan dengan handuk atau sejenisnya,


bersamaan dengan ini, kain yang basah diganti dengan yang kering

iii. Untuk jenazah perempuan, setelah dihanduki rambutnya dijalin menjadi 3


(tiga) pintalan

6. Kemudian ditutup lebih dahulu seluruh tubuhnya pakai kain yang kering sebelum
ditempatkan di tempat mengkafani .

PERHATIAN!

1. Yang lebih berhak memandikan jenazah adalah keluarga atau ahli waris laki-laki
oleh orang laki-laki atau suami oleh istri dan sebaliknya yang mu’min

2. Dalam memandikan jenazah supaya tidak memperlakukan jenazah dengan kasar

3. Menutup jenazah, terutama bagian yang tercela serta tidak menyebarluaskan


aibnya.

2.1.3 Persiapan Mengkafani Jenazah


1. Disiapkan dahulu kain yang baik, bersih dan putih

2. Jenazah laki-laki 3 (tiga) helai kain, masing-masing berukuran 135 cm x 240 cm

3. Jenazah perempuan 5 (lima) helai kain, masing-masing berbentuk:

-Kainbiasa(135cmx240cm)
-Jubah(135cmx340cm)dilubangipadaarahkepala
- Baju kurung (135 cm x 240 cm) dilubangi pada arah kepala

-Sarung(135cmx140cm)dan
- Kerudung (100 cm x 100 cm) dibentuk segitiga. Ukuran kain disesuaikan dengan
besar kecilnya jenazah dan tidak berlebihan (boros). Cawat/celana dalam jika
dibutuhkan, tetapi bukan keharusan. Memberikan wewangian terbaik yang dimiliki
dalam setiap lembar kain kafannya dan pada badan jenazah

2.1.4 Pelaksanaan Mengkafani Jenazah

1. Kain digelar, untuk:

- Jenazah laki-laki, 1 helai kain digelar ditengah, satu helai kain lagi digelar di
atasnya agak bergeser ke kanan dan satu helai kain lagi digelar agak bergeser ke
kiri

- Jenazah perempuan:

- Pertama, kain biasa digelar ditengah

- Kedua, jubah digelar di tengah persis di atas kain lembar pertama


dengan posisi lobang tepat berada di leher,

- Ketiga, baju kurung digelar di atasnya lagi dengan posisi berada pada
bagian atas badan dengan lobang persis di leher,

- Keempat, sarung digelar di atasnya pada arah badan bagian bawah,

- Kelima, kerudung digelar pada bagian kepala.

2. Setelah kain digelar, jenazah diangkat dan diletakkan di atasnya,


1) Jenazah laki-laki, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian dililitkan kain
yang paling atas bersamaan dengan itu diambil kain penutupnya, lalu dililitkan kain
yang kedua dan ketiga.

3. Jenazah perempuan, dilulut dahulu dengan minyak wangi, kemudian diikat


kerudungnya, dililitkan dengan urut kain sarung, baju kurung, mantel jaz dan kain
biasanya.

2.1.5 Persiapan Mensholati Jenazah


1. Jenazah diletakkan di tempat yang paling depan tengah, dengan posisi membujur
dan posisi kepala berada di sebelah kanan arah ka’bah

2. Bagi orang yang akan menshalatkannya memenuhi dulu syarat-syarat syahnya


shalat, antara lain: Suci dari najis dan hadats, menutup aurat, dan menghadap kiblat

3. Shalat jenazah dilakukan dengan berjama’ah sebanyak 3 shaf, 5 shaf dan


seterusnya (tetap bilangan gasal), bisa dilakukan di dalam masjid

4. Imam berdiri pada arah kepala jenazah, jika jenazah laki-laki dan pada arah
lambung atau tengah, jika jenazah perempuan

2.1.6 Pelaksanaan Mensholati Jenazah

Shalat jenazah dilakukan dengan empat takbir diakhiri salam, tanpa ruku’ dan sujud.

Takbir Pertama

1. Berdiri tegak, lalu dengan niat ikhlas karena Allah, mengangkat tangan sampai
bahu, ibu jari sejajar telinga, dan telapak tangan menghadap Kiblat, jari-jari tidak
terlalu renggang atau rapat, seraya membaca takbir (Allahu Akbar), lalu tangan
diturunkan dan telapak tangan kanan diletakkan pada punggung telapak tangan kiri
di dada.

2. Kemudian membaca surah al-Fatihah

Takbir Ke dua

- Selesai membaca surah al-Fatihah lalu bertakbir (Allahu Akbar)

- Dilanjutkan membaca do’a shalawat Nabi

Takbir ketiga

- Selesai membaca shalawat lalu bertakbir (AllahuAkbar)

- Lalu membaca do’a: Artinya: “Ya Allah ampunilah dia, berilah rahmat kepadanya,
maafkanlah dia selamatkanlah dia (dari beberapa hal buruk), tempatkanlah dia di
tempat yang mulia (surga), luaskanlah kuburnya, mandikanlah ia dengan air dan
salju, bersihkanlah ia dari segala kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan
dari kotoran. Gantilah rumah yang lebih baik (di surga) dari pada rumahnya (di
dunia), dan berilah keluarga yang lebih baik (di surga) dari pada keluarganya (di
dunia), dan berilah jodoh yang lebih baik (di surga) daripada jodohnya (di dunia),
jagalah ia dari fitnah kubur dan siksa neraka”. [Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu
Majah]

Takbir keempat

1. Selesai membaca do’a kemudian bertakbir (Allahu Akbar)


2. Lalu membaca do’a lagi Artinya: “Ya Allah ampunilah kami yang (masih) hidup
dan yang (telah) matiyang hadir (ada) dan yang tidak ada, yang kecil (muda) dan
yang tua, yang laki-laki dan perempuan. Ya Allah kepada orang-orang yang
Engkau hidupkan diantara kami, maka hidupkanlah dia dalam (keadaan) Islam, dan
kepada orang-orang yang Engkau matikan dari kami, maka matikanlah ia dalam
(keadaan) iman. Ya Allah, jangan Engkau menjauhkan kami dari pahalanya, dan
jangan Engkau menyesatkan kami sesudahnya”. [Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-
Nasai, Musnad Ahmad]

2.1.7 Persiapan Penguburan Jenazah

1. Siapkan tempat penguburan dan menggalinya dengan baik, dan cukup sesuai besar
kecilnya jenazah.

2. Siapkan batu nisan

3. Siapkan keranda

4. Bila penggalian liang lahat telah selesai, jenazah dibawa ke kuburan dengan cepat,
diam (tidak berbicara) dan tidak kasar

5. Pelayat mengiringinya dengan berjalan kaki di sekelilingnya, dan yang


berkendaraan berada di belakangnya

6. Ketika masuk kuburan membaca do’a

2.1.8 Pelaksanaan Penguburan Jenazah

1. Keranda diletakkan membujur dengan posisi kepala berada pada arah kaki

2. Lalu keranda dibuka dan jenazah diangkat bersamaan dengan itu keranda ditarik
dari arah kaki

3. Jika jenazah perempuan, di atas liang lahat dibentangkan kain atau sejenisnya, lalu
jenazah dimasukkan ke dalam liang lahat dari arah kaki

4. Kemudian jenazah diletakkan dalam liang lahat dengan posisi menghadap ke arah
kiblat, sambil membaca surat

5. Tanah bekas galian liang lahat dimasukkan kembali dengan dipadatkan dan
dirapikan, kemudian ditancapkan batu nisan berada pada arah kepala

2.2 Takziyah

2.2.1 Pengertian takziyah

Takziyah adalah melawat keluarga jenazah baik secara langsung maupun


tidak langsung untuk menghibur mereka dengan cara memberikan ucapan
belasungkawa, menshalatkan, menganjurkan bersabar dan tabah dalam menghadapi
dan menerima musibah dan cobaan serta mendo’akan jenazah agar mendapatkan
ampunan semua dosa dan kesalahannya kemudian ditempatkan di tempat yang
mulia (surga jannatun Na’im)

2.2.2 Tujuan takziyah

-  Mengurangi beban yang diterima

- Mengurangi kesedihan yang dialami

- Bisa menerima musibah dengan sadar dan ikhlas bahwa itu semua
adalah kehendak Allah (swt)

- Menyerahkan segala sesuatu kepada Allah (swt)

Hal-hal yang perlu diperhatikan

- Jangan menangisi jenazah dengan berlebihan

- Jangan menjelek-jelekkan jenazah

- angan menambahi beban pada keluarga jenazah baik mental maupun


materi

- Memberikan sumbangan materi baik berupa uang atau lainnya

- Dianjurkan kepada pelayat agar membuatkan makanan untuk


keluarga jenazah

- Dilarang meratapi jenazah, menampar pipi, merobek-robek pakaian,


dan meratap-ratapan jahiliyah (tidak mengapa menangis), berkumpul
di tempat keluarga sesudah dikubur, sehingga mereka membuatkan
makan bagi pelayat
BAB 3

KESIMPULAN

Shalat Jenazah  merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat M
uslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah in
i adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan peng
urusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak ada lagi kewajiban kaum
muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah tersebut. Kemudian shalat j
enazah sudah ada syarat dan rukun-rukunnya yang berpegang pada dasar-dasar sunnah Ras
ulullah saw. Selain itu bahwa menyolatkan jenazah yang matinya syahid boleh dan tidak di
sholatkan karena Rasulullah pernah mengerjakan kedua-duanya, pernyataan ini didasarkan
pada hadist-hadist yang ada, kemudian telah diamati bahwa nash-nashnya shahih
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Musa & Qomarudin, Mochamad. (2016). Tuntunan Perawatan Jenazah Muslim.

Chudari, Zayyin, Zaini, Saifuddin, Panduan Buku Materi “Baitul Arqom”, Rumah sakit
Muhammadiyah, Surabaya, 2012.

Duta Grafika, Tuntunan Praktis Perawatan Jenazah, (Semarang: Pustaka Nuun, 2012).

Anda mungkin juga menyukai