NIM : B011191332
JAWABAN:
Dalam Islam, tidak semua wanita boleh diperistri. Ada larangan-larangan tertentu
yang harus diperhatikan. Islam juga mengatur bahwa ada wanita-wanita yang terlarang
untuk dinikahi karena banyak sebab dan faktornya. Kita dapat membagi klasifikasi
tentang wanita yang haram dinikahi berdasarkan agama, hubungan kemahramam, dan
juga mantan pezina.
Berdasar ayat di atas, dapat dipahami bahwa wanita yang haram dinikahi karena
hubungan nasab itu sebagai berikut :
- Ibu. Yang dimaksud adalah wanita yang melahirkannya. Termasuk juga nenek,
baik dari pihak ayah maupun dari pihak ibu dan seterusnya ke atas.
- Anak perempuan. Yang dimaksud adalah wanita yang lahir karenanya, termasuk
cucu perempuan dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan dan
seterusnya ke bawah.
- Saudara perempuan, seayah seibu, seayah saja atau seibu saja.
- ‘Ammah, yaitu saudara perempuan ayah, baik saudara kandung, saudara seayah
saja atau saudara seibu saja.
- Khaalah, yaitu saudara perempuan ibu, baik saudara kandung, saudara seayah
saja atau saudara seibu saja.
- Anak perempuan dari saudara laki-laki (keponakan), dan seterusnya ke bawah.
- Anak perempuan dari saudara perempuan (keponakan), dan seterusnya ke
bawah.
b. Haram Dinikahi Karena Ada Hubungan Sepersusuan
َ َ ِ وأُمهتكُم ٱلَّٰت
ِضعَة
َٰ لر
َّ ن ٱ ِّ ض ۡنعَك ُ مۡ وَأخَوَٰتُكُم
َ م َ ي أ ۡر
ٓ ُ ُ َٰ َّ َ
(Q.S. An-Nisa’ Ayat 23)
Artinya: Diharamkan atas kamu ibumu yang menyusui kamu dan saudara-saudara
perempuan sepesusuan.
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa haramnya wanita untuk dinikahi
karena hubungan pesusuan ini sabagai berikut :
- Ibu susu, yakni ibu yang menyusuinya. Maksudnya ialah wanita yang pernah
menyusui seorang anak, dipandang sebagai ibu bagi anak yang disusui itu,
sehingga haram keduanya melakukan perkawinan.
- Nenek susu, yakni ibu dari wanita yang pernah menyusui atau ibu dari suami
wanita yang pernah menyusuinya.
- Anak susu, yakni wanita yang pernah disusui istrinya. Termasuk juga cucu dari
anak susu tersebut.
- Bibi susu. Yakni saudara perempuan dari wanita yang menyusuinya atau saudara
perempuan suaminya wanita yang menyusuinya.
- Keponakan susu, yakni anak perempuan dari saudara sepesusuan.
- Saudara sepesusuan.
c. Haram Dinikahi Karena Hubungan Perkawinan
ۡن فَ))إِن ل َّ م ۡ َ َ م ٱ لَّٰتِي د ُ
َّ ِخ لتُم بِه ُ ُ س))ٓائِك
َ ِّ من ن ِّ ج))ورِكُم ُ ح ُ م ٱلَّٰتِي فِي ُ ُ س))ٓائِك ُ مۡ وَ َربَٰٓئِبُك
َ ِت ن ُ َٰمه َّ وَأ
َ م ۡنأ َ ۡل َ ُ ِ خ ۡلتم بهن فَاَل جناح عَل َ ۡيك ُ مۡ وحلَٰٓئ
َ م ۡجعُ))وا ْ ب َ ۡي
ن َ َ صَٰبِك ُ مۡ وَأن ت ِ ينَ ِم ٱلَّذ ُ ُ ل أ ۡبنَٓائِك َ َ َ َ ُ َّ ِ ِ ُ َ َ تَكُونُوا ْ د
ٗ ن غَف َ ه كَا َ َّ ن ٱلل َ ۗ َ سل َ ما قَ ۡد َ ن إِاَّل ۡ ُۡ
)Q.S. An-Nisa Ayat 23(٢٣ ما ٗ حي
ِ ُورا َّر َّ ِ ف إ ِ ٱلأ تخ َ ۡي
Artinya: ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari
isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu (dan
sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan
bagimu) isteri-isteri anak kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam
perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa
lampau; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa wanita yang haram dinikahi karena
hubungan mushaharah adalah sebagai berikut :
2. Pembagian Warisan
ۡ ُ ۡ ِّ ل ح َ
ن ثُلُثَا َّ ُن فَلَه ِ سٓاءٗ فَ ۡوقَ ٱثنَت َ ۡي َ ِن ن َّ ُ ظ ٱلأنثَي َ ۡي ۚ ِن فَإِن ك َ ُ م ۡثِ ِي أ ۡل َٰودِك ُ ۡۖم لِلذ َّكَر
ٓ ِه ف ُ َّ م ٱللُ ُ صيك ِ يُو
ك إِن َ )ر َ )َ م ا ت
َّ مِ س ُ ُ لس )د ُّ م))ا ٱَ ُم ۡنه
ِّ ٖح د
ِ َٰل و ِّ ُ فُ وَأِل َبَوَ ۡيهِ لِك
ۚ ص
ۡ ِّ حدَةٗ فَلَهَا ٱلن ِ َٰك َوإِن كَان َ ۡت و َ ۖ ما ت َ َرَ
ُ ۚ ُ َ َ د وورثٞ َ ۚدفَ))إن ل َّ مۡ يكُن لَّهۥ ولٞ َ كَان لَهۥ ول
ِمه ِّ ة فَأِلٞ َهۥٓ إ ِ ۡخو ُ َن ل َ ث فَ))إِن ك َ))اُ ُ مهِ ٱلثُّل ِّ هۥٓ أب َ))وَاهُ فَأِل ُ ِ َ َ َ ُ َ ِ َ ُ َ
َ َ سُ م ۢنب ۡعد وصي ةٖ يوصي بهٓا أ َ ۡود ۡي ۗنءَاب )ٓاؤُك ُ مۡ وأ َ ۡنب )ٓاؤُك ُ مۡ اَل ت ۡدرو
ب لَك ُ مۡ ن َ ۡفعٗ ۚا ُ ن أيُّهُ مۡ أ ۡق َر َ ُ َ َ َ َ ٍ َ َِ ِ ُ َّ ِ َ ِ َ ِ ۚ ُ سد ُّ ٱل
)Q.S. An-Nisa’ ayat 11(١١ ما
ٗ حكِي
َ ما
ً ن عَلِي َ َّ ن ٱلل
َ ه كَا َّ ِ ن ٱلل َّ ۗ ِه إ
َ م
ِّ ة َ فَرِي
ٗ ض
Artinya: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu.
Yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan;
dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga
dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh
separo harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari
harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya
mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya
mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat
yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar utangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-
anakmu, kamu tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak)
manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Ayat diatas menjelaskan mengenai pembagian harta warisan, berikut penjabarannya:
- Harta warisan untuk anak laki-laki 2 kali bagian dari anak perempuan
- Apabila si mayyit tidak ada anak laki-laki dan hanya punya anak perempuan,
apabila anak perempuannya seorang maka bagiannya 1/2, sedangkan apabila
anak perempuannya lebih dari seorang maka bagian harta warisannya adalah
2/3
- bagian warisan bapak dan ibu apabila si mayyit memiliki anak maka keduanya
sama-sama mendapat 1/6
- Bagain harta warisan ibu apabila si mayyit tidak ada anak adalah 1/3
- Harta warisan di bagi setelah membayar hutang si mayyit
Selain itu, pembagian harta waris dalam Islam disesuakan dengan kedudukan
pewaris tersebut dari yang mewaris. Ada 11 cara pembagian waris dalam Islam
berdasarkan status pewaris, yaitu: