Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NUR KHADIJAH

NIM : B011191332

PALESTINA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

Kedudukan Palestina sebagai negara yang berdaulat masih berada dalam kondisi yang

tidak sepenuhnya mendapatkan pengakuan. Pertentangan-pertentangan terkait kedaulatan

Palestina sebagai sebuah negara masih sering ditemukan hingga pada masa sekarang ini sejak

lebih dari tujuh dekade, khususnya oleh Israel. Pihak yang mendukung bahwa Palestina

merupakan negara yang berdaulat bersandar pada kriteria negara berdaulat yang telah

dipenuhi oleh Palestina sejak awal, yakni memiliki pemerintah, wilayah, bendera, dan

populasi warga yang tetap. Dilain sisi, pihak yang tidak setuju berpendapat bahwa meskipun

Palestina memiliki kriteria negara berdaulat, posisi Palestina tidak memiliki kontrol yang

penuh terhadap wilayahnya karena beberapa bagian dari Palestina masih berada di bawah

kendali Israel.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) selaku organisasi antar negara-negara masyarakat

Internasional mengubah status Palestina yang awalnya sebagai entitas pemantau non-anggota

menjadi negara pemantau non-anggota. Hal ini juga sejalan dengan hasil pemungutan suara

di PBB yang mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, dengan rincian lebih dari dua

pertiga dari 193 negara anggota PBB, yakni sekitar 136 negara mengakui Palestina sebagai

negara berdaulat, dalam pemungutan suara yang diadakan Majelis Umum PBB. Untuk itu,

setidaknya berdasarkan teori deklaratif, Palestina sudah dapat disebut sebagai sebuah negara

berdaulat. Dan melalui perubahan status Palestina menjadi negara pemantau non-anggota

PBB membuat Palestina mendapatkan hak sebagaimana jika negara berdaulat lainnya

mendapat serangan. Dalam hal ini jika kemudian hari Israel melakukan serangan balasan
secara tidak proporsional ke Gaza, maka hal tersebut dianggap sebagai serangan ke negara

lain.

Berbicara lebih lanjut mengenai peningkatan status Palestina menjadi negara

pemantau non-anggota, sebelum perubahan ini Palestina yang berada pada posisi entitas

pemantau non-anggota di PBB hanya diakui eksistensinya sebagai gerakan pembebasan

dalam hal ini Palestine Liberation Organization (PLO) dan bukan sebagai negara. Hal ini

didasarkan pada Konvensi Montevideo mengenai karakteristik negara yang tidak terlepas dari

hubungan-hubungan yang dapat dilakukannya dengan negara lain. Dengan status sebagai

entitas pemantau non-anggota di PBB Palestina tidak memiliki status yuridis yang kuat di

mata hukum internasional ketika mendapat serangan dari negara lain. Palestina tidak

memiliki hak suara untuk mengajukan perlindungan ke Dewan keamanan PBB (DK PBB)

ataupun mengajukan penuntutan melalui Mahkamah Internasional. Sejalan dengan perubahan

status Palestina menjadi Negara Pemantau non-anggota di PBB, Palestina menuai titik terang

secara status yuridis. Karena negara pemantau non-anggota sudah memiliki hak untuk

bersuara di hadapan Majelis Umum PBB. Berkaitan dengan peperangan dan konflik yang

terjadi antara Palestina dan Israel, maka dengan peningkatan status tersebut Palestina berhak

meminta perlindungan kepada negara-negara anggota PBB lain termasuk kepada DK PBB

dan Mahkamah Internasional.

Jika kita berbicara tentang status Palestina sebagai negara yang berdaulat berdasarkan

konvensi Montevideo yang menganut teori Deklaratif, dapat disimpulkan bahwa Palestina

merupakan sebuah negara yang dapat diterima dan memenuhi syarat. Hal tersebut

disandarkan pada: (1) Palestina jelas memiliki populasi yang tetap atau permanen, wilayah

yang tetap dan jelas dan juga pemerintah yang mengatur negara tersebut. (2) Palestina telah

mampu untuk terlibat dalam hubungan diplomatik dengan negara-negara lain dan organisasi
internasional. (3) Palestina jelas memiliki pemerintahan yang efektif sendiri yang dipilih

melalui pemilihan umum.

Dilain sisi, teori Konstitutif menekankan bahwa untuk dapat diakui sebagai suatu

negara yang berdaulat maka suatu negara harus mendapatkan pengakuan dari negara lain agar

dapat dinyatakan sebagai sebuah negara baru. Berdasarkan teori ini, perlu adanya pengakuan

yang cukup dari negara-negara berdaulat lainnya. Jika dikaitkan dengan posisi Palestina

dalam mendapatkan pengakuan dari negara berdaulat lainnya dalam Hukum Internasional,

fakta menunjukkan bahwa Palestina telah diakui oleh sekitar 136 dari 193 negara yang ada di

dunia dan tidak menutup kemungkinan jumlah tersebut berpotensi meningkat seiring

berjalannya waktu. Resolusi Majelis Umum PBB tentang Negara-negara Pemantau Non-

Anggota juga telah memperbolehkan berkibarnya bendera Palestina di depan markas PBB.

Sehingga hal tersebut menunjukkan dan memperkuat bahwa Palestina telah memenuhi

ketentuan berdasarkan teori Konstitutif.

Anda mungkin juga menyukai