Anda di halaman 1dari 4

Persoalan Pengakuan Dalam Hukum Internasional

Apakah pengakuan itu adalah perbuatan politik atau perbuatan hukum? Jawaban yang tepat atas
pertanyaan ini pada dasarnya pengakuan adalah perbuatan politik dengan konsekuensi hukum.

Kemudian ada pertanyaan "apakah lahirnya suatu negara merupakan peristiwa hukum atau
peristiwa ekstra Yuridik?"

Setidaknya ada 2 opini yang bisa menjawab pertanyaan tersebut. Opini yang pertama
dikemukakan oleh tokoh-tokoh hukum internasional seperti Jellinek, Cavaglieri, dan Strupp yang
menyatakan bahwa lahirnya suatu negara hanyalah suatu peristiwa fakta yang sama sekali lepas dari
ketentuan-ketentuan hukum internasional, misalnya lahirnya negara-negara di pasifik selatan seperti
Vanuatu, Samoa, Tuvalu atau bahkan Israel. Opini kedua dikemukakan oleh Kelsen dan Verdross
yang berpendapat bahwa lahirnya suatu negara adalah suatu proses hukum yang diatur oleh
ketentuan-ketentuan hukum internasional. Opini yang tepat adalah opini yang pertama karena tidak
mungkin hukum internasional mengatur lahirnya suatu negara.

Apakah negara yang baru lahir langsung mempunyai International Personality atau subjek hukum
internasional dengan memiliki kewajiban yang diatur oleh hukum internasional?

Setidaknya ada dua teori yang berbeda yaitu Teori Konstitutif dan Teori Deklaratif, dua teori
ini sering menjadi perdebatan dalam menjawab pertanyaan tersebut. Teori Konstitutif menyatakan
bahwa negara secara hukum baru ada apabila telah mendapat pengakuan dari negara-negara lain.
Selama pengakuan itu belum diberikan maka secara hukum negara itu belum lahir. Sedangkan Teori
Deklaratif menyatakan bahwa pengakuan tidak menciptakan suatu negara, karena lahirnya suatu
negara merupakan suatu fakta murni dan dalam hal ini pengakuan hanyalah berupa penerimaan
fakta tersebut. Bisa kita lihat teori konstitutif tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Contohnya
yaitu pada persyaratan yang diajukan oleh PBB bahwa tidak ada aturan negara harus mendapat
pengakuan dari negara-negara lain untuk menjadi anggota PBB. Jadi negara yang baru lahir langsung
mempunyai international personality tanpa memerlukan pengakuan, negara bisa langsung disebut
dengan subjek hukum internasional.

Dalam mengakui sebuah negara baru pada umumnya negara memakai kriteria seperti
keyakinan adanya stabilitas di negara tersebut, dukungan umum dari penduduk serta kesanggupan
dan kemauan untuk melaksanakan kewajiban internasional. Pengakuan tersebut bermakna bahwa
selanjutnya antara negara yang mengakui dan negara yang diakui terdapat hubungan sederajat dan
dapat mengadakan segala macam hubungan kerja sama satu sama lain untuk mencapai tujuan
nasional masing-masing yang diatur oleh ketentuan-ketentuan hukum internasional.

Pengakuan memiliki beberapa akibat yaitu :

1. Pengakuan adalah suatu kebijaksanaan individual dan dalam hal ini negara-negara bebas untuk
mengakui suatu negara tanpa harus memperhatikan sikap negara-negara lain.

2. Pengakuan adalah suatu discretionary act yaitu suatu negara mengakui negara lain jika
dianggapnya perlu, contohnya :

- Spanyol mengakui Peru setelah 75 tahun negara tersebut memproklamasikan kemerdekaannya.

- Belanda mengakui Belgia pada tahun 1838 setelah negara tersebut merdeka pada tahun 1831.
- Amerika Serikat mengakui Isral hanya beberapa jam setelah negara tersebut lahir pada 14 Mei
1948.

Bentuk-bentuk pengakuan ada 4 format diantaranya :

1. Pengakuan Secara Terang-Terangan dan Individual

Pengakuan dengan cara ini mempunyai arti diplomatik tersendiri bila diberikan oleh suatu
negara kepada negara bekas jajahannya atau kepada negara yang sebelumnya bagian dari negara
yang memberi pengakuan

Caranya :

a. Nota Diplomatik, Suatu pertanyaan atau Telegram

contohnya :

Pernyataan Presiden Prancis tanggal 3 Juli 1962 yang mengakui kemerdekaan Aljazair.

b. Suatu Perjanjian Internasional

contohnya :

- Pengakuan Prancis terhadap Laos tanggal 19 Juli 1949 dan Kamboja 18 November 1949.

- Pengakuan Jepang terhadap Korea pada tanggal 8 September 1951 melalui Pasal 12 Peace Treaty.

2. Pengakuan Secara Diam-Diam

Pengakuan secara implisit ini terjadi apabila suatu negara mengadakan hubungan dengan
pemerintah atau negara baru dengan mengirimkan wakil diplomatik.

Contohnya :

Hubungan antara Amerika Serikat dan Cina. Walaupun Amerika Serikat secara resmi tidak mengakui
Cina tetapi pada tahun 1955 negara tersebut telah mengadakan perundingan-perundingan tingkat
duta besar di Jenewa, Warsawa dan Prancis serta diikuti dengan pembukaan kantor penghubung,
ditambah dengan kunjungan resmi presiden Nixon ke Peking pada tahun 1971.

3. Pengakuan Secara Kolektif

Pengakuan secara kolektif ini diwujudkan dalam suatu perjanjian internasional atau
konferensi multilateral.

Contohnya :

Melalui Helskinki Treaty pada tahun 1976 negara-negara NATO mengakui Republik Demokrasi
Jerman Timur dan negara-negara PAKTA WARSAWA mengakui Republik Federal Jerman juga.

4. Pengakuan Secara Prematur


Pengakuan ini bermakna bahwa pengakuan diberikan kepada negara-negara yang baru lahir
tanpa lengkapnya unsur-unsur konstitutif yang harus dimiliki oleh negara baru tersebut untuk
menjadi negara.

Contohnya :

Pengakuan Prancis terhadap Amerika Serikat pada tahun 1778 yang menyebabkan Inggris
menyatakan perang kepada Prancis.

Pengakuan Pemerintah

Pengakuan pemerintah adalah suatu pernyataan dari suatu negara bahwa negara tersebut
telah siap dan bersedia berhubungan dengan pemerintahan yang baru diakui sebagai organ yang
bertindak untuk dan atas nama negara. Pergantian pemerintah dalam suatu negara merupakan
situasi internal negara tersebut, yang menjadi sorotan dalam pembahasan ini adalah apabila
pergantian pemerintahan tersebut terjadi secara non konstitusional atau melalui cara-cara ekstra
yuridik.

Pengakuan De Facto dan De Jure

Pengakuan De Facto adalah pengakuan yang diberikan kepada suatu pemerintahan yang
belum sah secara konstitusional. Sedangkan pemerintahan yang diakui secara de jure adalah
pemerintah yang telah memenuhi tiga ciri diantaranya :

a. Efektivitas : Kekuasaan yang diakui seluruh wilayah negara.

b. Regularitas : Berasal dari pemilihan umum atau telah disahkan oleh konstitusi.

c. Eksklusivitas : Hanya pemerintah itu sendiri yang mempunyai kekuasaan dan tidak ada
pemerintahan tandingan.

Pengakuan Terhadap Pemvberontak (Belligerency)

Pengakuan terhadap pemberontak terjadi bila disuatu negara terjadi pemberontakan dan itu
telah memecah belah kesatuan nasional dan efektivitas pemerintahan maka keadaan ini tentunya
menempatkan negara-negara ketiga dalam keadaan yang sulit terutama dalam melindungi berbagai
kepentingannya di negara tersebut.

Conntohnya :

Pengakuan terhadap pemberontakan diberikan kepada orang-orang selatan di Amerika Serikat pada
waktu perang saudara oleh Perancis dan Inggris serta negara-negara Eropa lainnya.

Pengakuan Terhadap Gerakan-Gerakan Pembebasan Nasional

Ada sebuah perkembangan baru dalam hukum internasional yaitu diberinya pengakuan
terbatas kepada gerakan-gerakan pembebasan nasional yang memungkinkannya untuk ikut dalam
PBB atau organisasi-organisasi internasional tertentu. Namun, pengakuan ini sifatnya belum
universal dan ditolak oleh beberapa negara seperti Amerika Serikat dan Inggris dengan alasan
Piagam PBB tidak berisi ketentuan mengenai peninjau dan gerakan-gerakan pembebasan adalah
kelompok yang bukan negara. Tapi melalui resolusi Majelis Umum PBB No. 3227 tanggal 22
November 1974, PLO (Palestine Liberation Organization) diberi status sebagai peninjau tetap pada
PBB. Demikian juga dengan SWAPO (South West Africa People's Organization) hal ini mematahkan
asumsi dari negara-negara Eropa pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai