Disusun oleh :
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rezeki yang berlimpah
berupa harta yang dititipkan kepada manusia sebagai amanah di muka bumi.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW manusia pilihan yang telah menyampaikan wahyu kepada
umatnya yang dapat menerangi kehidupan umat Islam hingga akhir zaman.
Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu penulis menyampaikan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat penulisan.....................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
A. Konsep Dasar............................................................................................4
B. Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................12
BAB III..................................................................................................................25
A. KESIMPULAN.......................................................................................25
B. SARAN...................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
adalah 19,9% di Spanyol. HNP lebih banyak terjadi pada perempuan (67,5%)
daripada laki-laki (33%). Pasien HNP dari usia 31-50 tahun 1,5 kali lebih
banyak dibandingkan dengan usia 16-30 tahun. Angka kejadian pasien HNP
meningkat tajam pada remaja (lebih awal terjadi pada anak perempuan
daripada anak laki-laki) dengan usia 12-41 tahun yang dilakukan berdasarkan
studi cross sectional di Denmark. Angka kejadian HNP lebih sering pada usia
dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan 21% dari populasi laki-
laki di benua Australia.Survei membuktikan menurut American Osteopathic
Associatio (AOA).Tahun 2013 di benua eropa, 62% pasien mengeluh nyeri di
daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah terhitung hampir mengurangi
produktivitas hingga 20 juta USG atau setara dengan 200 milyar rupiah rapuh
setiap tahunnya di amerika serikat nyeri pinggang bawah sering dijumpai
dalam praktik sehari-hari, terutama di negara-negara industri.Diperkirakan 70-
80% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
6. Unutk mengerahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
pasien HNP.
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis yang dilakukan pada pasien
HNP.
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien HNP.
D. Manfaat penulisan
1. Bagi pembaca
Memberikan pengetahuan umum dan menambah wawasan tentang “HNP
(Hernia Nucleus Pulposus)” bagi para pembaca.
2. Bagi mahasiswa
Guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
yang diberikan dan mendapatkan informasi terkait “HNP (Hernia
Nucleus Pulposus)”.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
1. Definisi
4
lumbal dan servikal yang akhirnya menimbulkan keluhan (Mahdi I.A.,
2016).
2. Etiologi
5
mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap
sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal
(Helmi, 2012).
a. Usia
Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus
fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi
kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah
bentuk dan ruptur.
b. Trauma
Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna
vertebralis, seperti jatuh.
c. Pekerjaan
Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan
cara mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya
HNP.
d. Gender
6
Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal
ini terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria
cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.
3. Klasifikasi
a. Hernia Lumbosacralis
b. Hernia Servikalis
Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis.
Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang
kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku
kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini
melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti
C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral
mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan
nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu
pada kerusakan kulit.
c. Hernia Thorakalis
7
Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah
hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi
yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota
tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang
serangannya mendadak dengan paraparese.
Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang
terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi
menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah
atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan
posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
4. Pathofisiologi
8
sisa discus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korpus vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan (Muttaqin, 2008).
5. Pathway
9
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di
punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP
terbagi atas HNP sentral dan lateral. HNP sentral akan menimbulkan
paraparesis flasid, parestesia dan retensi urine. Sedangkan HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada
punggung bawah, di tengah-tengah area bokong dan betis, belakang
tumit, dan telapak kaki. Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan
reflex achiller negative. Pada HNP lateral L5-S1 rasa nyeri dan nyeri
tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai
bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kelemahan m. gastrocnemius
(plantar fleksi pergelangan kaki), m. ekstensor halusis longus (ekstensi
ibu jari kaki). Gangguan reflex Achilles, defisit sensorik pada malleolus
lateralis dan bagian lateral pedis (Setyanegara dkk, 2014).
7. Komplikasi
Komplikasi HNP yang perlu diwaspadai ialah :
a. Sindroma Cauda equina, yaitu hernia cakram yang menekan ekor
sumsum tulang belakang (cauda equina dan ditandai rasa baal di dubur
dan sekitarnya, gangguan buang air besar dan berkemih).
b. cedera saraf permanen.
c. Kelumpuhan.
d. Disfungsi ereksi.
e. Nyeri menahun.
f. Infeksi luka karena tindakan pembedahan HNP.
g. Kerusakan penanaman tulang setelah fusi spinal.
h. Kelemahan dan atropi otot.
i. Trauma serabut syaraf dan jaringan lain.
j. Kehilangan kontrol otot sphinter.
k. Paralis / ketidakmampuan pergerakan.
11
l. Perdarahan.
m. Infeksi dan inflamasi pada tingkat pembedahan diskus spinal.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. MRI : Untuk melokalisasi protusi diskus.
b. CT Scan.
c. Mielogram.
d. Pemeriksaan Neurologik : Untuk menentukan jika ada kerusakan
refleks, sensori, motorik karena kompresi radiks.
e. EMG (elektromiografi) : Untuk melokalisasi radiks saraf spinal
khusus yang terkena.
9. Penatalaksanaan
Pembedahan, Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk
mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik.
Macam :
a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari
diskus intervertebral.
b. Laminektomi : Mengangkat lamina untuk memajankan elemen
neural pada kanalis spinalis, memungkinkan ahli bedah untuk
menginspeksi kanalis spinalis, mengidentifikasi dan
mengangkat patologi dan menghilangkan kompresi medula dan
radiks.
1. Pengkajian
a. Identitas
HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis
kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran
berat atau mendorong benda berat).
b. Keluahan Utama
12
Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau
mendorong benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau
kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri
radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat
menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri . R, letak atau
lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepat-tepatnya sehingga
letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. S, Pengaruh posisi tubuh
atau atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi
yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat
nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-
oabata yang ssedang diminum seperti analgetik, berapa lama
diminumkan. T Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap,
bersifat menetap, hilng timbul, makin lama makin nyeri.
c. Riwayat Keperawatan
1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis,
keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis).
2) Riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, bisa
menimbulkan nyeri punggung bawa.
d. Status mental
Pada umumnya aklien menolak bila langsung menanyakan
tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila
kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental
secara tidak langsung (faktor-faktor stres).
e. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
a) Keadaan umum
Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan
jantung, paru-paru, perut.
i. Inspeksi
13
• Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam
berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi
neyurogenik.
• Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus
lumbal,adanya angulus, pelvis ya ng
miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau
pantat yang asimetris, postur tungkai yang
abnormal.
• Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan
tungkai selama begerak.
• Klien dapat menegenakan pakaian secara
wajar/tidak
• Kemungkinan adanya atropi, faskulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.
ii. Palpasi dan perkusi
• paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-
hati atau halus sehingga tidak membingungkan
klien.
• Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke
arah yang paling terasanyeri.
• Ketika meraba kolumnavertebralis dicari
kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-
posterior.
• Palpasi dan perkusi perut, distensi pewrut, kandung
kencing penuh dll.
b) Neuorologik
i. Pemeriksaan motorik
• Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai
bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan
menyuruh klien unutk melakukan gerak fleksi dan
ekstensi dengan menahan gerakan.
14
• atropi otot pada maleolus atau kaput fibula dengan
membandingkan kanan-kiri.
• fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus)
pada otot-otot tertentu.
ii. Pemeriksan sensorik
Pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa suhu, rasa
dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menentukan
dermatom mana yang terganggu sehingga dapat
ditentuakn pula radiks mana yang terganggu.
iii. pemeriksaan reflex
• Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk
dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-
5 refleks negatif.
• Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring ,
luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai
yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi
dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles
dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif.
iv. Pemeriksaan range of movement (ROM)
Pemeriksaan ini dapat dilakukan aktif atau pasif
untuk memperkirakan derajat nyeri, functio laesa, atau
untuk mememriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus
intervertebralis, tekanan didaerah distribusi ujung saraf.
b. Risiko tinggi trauma yang berhubungan dengan hambatan mobilitas
fisik, kesulitan atau hambatan dalam melakukan pergerakan
punggung, pelvis, dan tungkai.
c. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan
neuromuskular,menurunnya kekuatan dan kesadaran , kehilangan
kontrol atau koordinasi otot.
15
d. Risiko gangguan intergritas kulit yang berhubungan dengan
imobilitas,tidak adekuatnya sirkulasi perifer,tirah baring lama.
e. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan
ketidakberdayaan dan merasa tidak ada harapan,
kehilangan/perubahan dalam pekerjaan.
f. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit, dan
perubahan.
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri yang berhubungan dengan penjepitan saraf pada diskus
interveterbalis, tekanan di daerah distribusi ujung saraf.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam, nyeri berkurang atau dapat
diadaptasi oleh klien. Criteria hasil: secara subjektif melaporkan
nyeri berkurang atau dapat diadaptasi, dapat mengidentifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri, klien tidak
gelisah, skala nyeri 0-1 atau teradaptasi.
Intervensi:
16
oksigen oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan
mengurangi nyerinya.
5) Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
R/ Mengalihkan perhatian ke hal-hal yang menyenangkan.
17
Intervensi:
18
Intervensi :
19
sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi
personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi :
2) Hindari hal yang dapat dilakukan klien dan bantu bila perlu.
20
kemampuan mengguanakan urinal, pispot, antarkan klien ke
kamar mandi bila kondisi memungkinkan.
R/ Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat dapat
menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh
karena maslah neurogenik.
8) Identifikasi kebiasaan buang air besar, anjurkan minum dan
aktivitas.
R/ Meningkatkan latihan dan menolong menncegah konstipasi.
9) Kolaborasi Pemberian supositoria dan pelumas feses/pencahar.
R/ Pertolongan utama terhadap fungsi bowel atau buang air
besar.
10) Konsul ke dokter untuk terapi okupasi
Intervensi :
21
dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
3) Catat ketika klien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau
mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
R/ Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan
negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang
menunjukkan kebutuhan dan intervensi serta dukungan
emosional.
22
evaluasi lebih lanjut.
9) Kolaborasi: rujuk pada ahli neuropsikologi dan konseling bila
ada indikasi.
R/ Dapat menfasilitasi perubahan peran yang penting untuk
perkembangan perasaan.
f. Cemas yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit, dan
perubahan. Tujuan: dalam waktu 2x24 jam, kecemasan klien hilang
atau berkurang.
Kriteria hasil: mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi
penyebab atau faktor yang mempengaruhinya dan menyatakan
ansietas berkurang/hilang.
Intervensi :
23
(pertahanan diri) yang positif, membantu latihan relaksasi dan
teknik-teknik pengalihan, dan memberi respon balok yang
positif.
6) Orientasikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang di
harapakan.
R/ Orientasi dapat menurunkan kecemasan.
7) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan
ansietasnya.
4. Evaluasi
24
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
F. SARAN
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna,oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembina , Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita .
25
DAFTAR PUSTAKA
Satyanegara, 2014. Ilmu Bedah Saraf. V ed. Jakarta : Gramedia Pustaka Agama
Muttaqin Arif. 2008. Buku Ajar Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Imunologi. Jakarta : Salemba Medika
Anna Lusia Kus. 2018. Kenali Gejala Nyeri Pinggang Yang Disebabkan Saraf
Terjepit. Dari http://www.google.com/lifestyle/read/2018/02/05/090000020/
kenali-gjala-nyeri-pinggang-yang-disebabkan-saraf-terjepit Diakses pada
tangga 17 Maret 2020
26
Yusuf, A.W. 2017. Hubungan Antara Hernia Nukleus Pulposus (HNP) Dengan
Derajat Nyeri Punggung Bawah Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin
Sudirohusodo. Makassar: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
27