Anda di halaman 1dari 3

Seseorang pernah berkata "Masa SMA adalah 3 tahun masa keemasan dalam kehidupan seseorang"

Awalnya aku tidak mengerti makna dari kalimat itu. Hanya satu yang ada dipikiran ku saat itu,
menyelesaikan SMA ku dengan baik baik sehingga aku bisa masuk universitas yang kuinginkan.

Tetapi, manusia hanya lah makhluk hidup yang selalu menyusun rencana seakan lupa jika ada Tuhan
sang pemilik hidup yang menentukan.

Hari pertama menjadi siswi SMA membuat ku sangat bersemangat hingga tidak bisa tidur. Rasa
gugup itu dan membayangkan hal-hal apa yang akan terjadi besok.

Pada akhirnya, aku terlambat.

Sayup terdengar bunyi bel pertanda upacara hari Senin akan segera dimulai. Aku meringis melihat
gerbang sekolah masih berjarak 100 meter dari tempatku berdiri.

Seraya berlari mataku tidak pernah lepas dari gerbang besi yang bergerak slow motion. Pikiran-
pikiran buruk mulai menyelimuti kepalaku.

"Tidak, tunggu !"

Aku menghela nafas lelah. Sudah tidak ada harapan lagi. Gerbang besi itu sudah tertutup sempurna,
hanya tersisa 5 langkah dari tempatku sekarang.

Mengapa aku begitu tidak beruntung hari ini ? Aku menatap nanar orang-orang yang hampir
bernasib sama denganku tampak berlari menuju lapangan utama.

"Pak, tolong buka pintunya. Sedikit saja. Aku siswi tahun pertama. Hari ini, hari pertamaku sekolah."

Seorang pria paruh baya yang memakai seragam security berdiri didekat pos dengan tongkat hitam
ditangannya menatapku acuh. Mimik wajah nya begitu tegas.

"Maaf dek, tapi sudah waktunya gerbang ditutup. Saya hanya menjalankan tugas."
"Tolong pak. Hari ini hari pertama ma ku sekolah. Sekali ini saja." Ucapku memelas.

"Tidak, tidak. Peraturan tetap peraturan."

Bapak ini menyebalkan, sangat kolot. Kebiasaan buruk aku mengutuknya dalam hati.

Tiba-tiba suara motor terdengar mendekat ke arahku. Aku menoleh dengan  malas. Sebuah motor
Sport putih terparkir tidak jauh dari tempat ku berdiri. Wajahku melongo saat pengendara motor itu
membuka helmnya.

Aku mengenalnya.

"Hei kau!"

Suara teriakan keras membuat ku terkejut. Dari balik gerbang seorang perempuan dan laki-laki
terlihat berjalan ke arahku dengan tatapannya yang tajam. Setahuku, mereka adalah pengurus OSIS
terlihat jelas dengan almamater yang mereka gunakan.

Entah dengan kekuatan apa pintu gerbang itu terbuka dengan otomatis.

Jantungku berdetak tidak normal saat kedua orang itu terasa semakin dekat denganku. Aku
menunduk tidak berani menatap mereka.

Tiba-tiba suara motor terdengar da

"Kau siswi tahun pertama?" Tanya perempuan beralmamater itu, Meisya- itu nama yang tertera di-
nametag almamaternya.

"Iya kak. Maaf saya terlambat." Jawabku pelan.

Ia berdecak kesal. "Masih tahun pertama sudah buat ulah. Mau jadi apa kamu?"
Aku hanya bisa menggigit bibir tidak tahu harus berespon apa. Pada kenyataannya posisiku memang
salah saat ini.

Anda mungkin juga menyukai