Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Istilah ideologi berasal dari kata idea yang bearti gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita yang bearti ilmu. Kata Idea yang berasal dari bahasa Yunani “edios” yang artinya
bentuk. Disamping itu kata “idien” yang bearti melihat. Secara harfiah ideology
merupakan ilmu tentang pengertan dasar. Dalam sehari-hari ideology diartikan sebagai
suatu gagasan atau cita-cita yang bersifat tetap dan harus dicapai, sehingga cita-cita
bersifat tetap itu sekaligus merupakan dasar, pandangan, atau paham.

Perhatian terhadap konsep ideologi menjadi berkembang, ideologi menjadi kosa kata
penting dalam pemikiran politik maupun ekonomi. Dalam dunia politik terdapat berbagai
macam ideologi diantaranya adalah ideologi komunisme, liberalisme, dan pancasila.
Sehingga tak heran sering terjadi konflik semacam peperangan ataupun semacamnya. Dari
perbedaan tersebut ita sebagai manusia bisa menyikapinya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?
2. Apa ciri – ciri dari ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?
3. Bagaimana prinsip ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?
4. Apa perbedaan diantara ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?
2. Mengetahui ciri- ciri ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?
3. Mengetahui prinsip ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme?
4. Mengetahui perbedaan ideologi Pancasila, Liberal, dan Komunisme

1
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Ideologi Pancasila

Pancasila sebagai ideologi terbuka karena  pancasila dapat menyesuaikan dan


diterapkan dari dinamika di Indonesia dan didunia. Tetapi tidak merubah nilai-nilai dasar
Pancasila itu sendiri. Sehinga pancasila dapat digunakan dan diterapkan dalam berbagai
zaman.

1.1 Syarat- Syarat Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila dikatakan sebagai ideologi terbuka, karena telah memenuhi syarat-syarat


sebagai Ideologi terbuka antara lain sebagai berikut:

 Nilai Dasar, adalah nilai dasar yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 yang tidak
berubah.
 Nilai Instrumen, ialah nila-nilai dari nilai dasar yang dijabarkan lebih kreatif dan dinamis
ke bentuk UUD 1945, ketetapan MPR, dan peraturan perundang-undangan lainnya.
 Nilai Praktis, adalah nilai-nilai yang dilaksanakan di kehidupan sehari-hari, baik di
masyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praktif bersifat abstrak, seperti mengormati,
kerja sama, dan kerukunan. Hal ini dapat dioperasionalkan ke bentuk sikap, perbuatan,
dan tingkah laku sehari- hari.

1.2 Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Ideologi Pancasila memiliki 3 dimensi penting yaitu sebagai berikut:

 Dimensi Realitas adalah mencerminkan kemampuan ideologi untuk mengadaptasika


nilai-nilai hidup dan berkembang dalam masyarakat.
 Dimensi Idealisme adalah idealisme yang ada dalam ideologi mampu menggugah
harapan para pendukugnya .
 Dimensi Pendukung adalah mencerminkan atau menggambarkan kemampuan suatu
ideologi untuk memengaruhi dan menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat. 

2
1.3 Ciri-Ciri Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Dalam fungsinya sebagai Ideologi, Pancasila menjadi dasar seluruh aktivitas bangsa
Indonesia. Sehingga Pancasila tercermin dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ciri-
ciri Pancasila sebagai Ideologi terbuka adalah sebagai berikut;

 Pancasila mempunyai pandangan hidup, tujuan dan cita-cita masyarakat.


 Indonesia yang berasal dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri. 
 Pancasila memiliki tekat dalam mengembangkan kreatifitas dan dinamis untuk
mencapai tujuan nasional .
 Pengalaman sejarah bangsa Indonesia Terjadi atas dasar keinginan bangsa
(masyarakat) Indonesia sendiri tanpa dengan campur tangan atau paksaan dari
sekelompok orang. 
 Isinya tidak operasional. 
 Dapat menginspirasi masyarakat untuk bertanggung jawab sesuai nilai-nilai
Pancasila. 
 Menghargai pluralitas, sehingga diterima oleh semua masyarakat yang berlatar
belakang dan budaya yang berbeda. 

1.4 Faktor Pendorong Pemikiran Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka.

Menurut Moerdiono bahwa terdapat faktor-faktor atau bukti yang mendorong


pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka antara lain sebagai berikut:

 Proses pembagunan nasional berencana, dinamika mayarakat Indonesia yang


berkembang sangat cepat. Sehingga tidak semua permasalahan kehidupan dapat
ditemukan jawabannya secara ideologis.  
 Runtuhnya Ideologi tertutup, seperti marxisme-leninisme/komunisme. 
 Pengalaman sejarah politik terhadap pengaruh komunisme sangat penting, karena dari
pengaruh ideologi komunisme yang bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot dan
kaku. Pancasila tidak tampil sebagai pedoman, tetapi sebagai senjata konseptual
untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah disaat itu menjadi
absolute. Akibatnya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk secara langsung dicap
sebagai anti Pancasila. 
 Tekad untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan
masyarakat, berbangsa dan bernegara. 

3
1.5 Arti Ideologi Pancasila

Arti rumusan akhir Pancasila yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, dalam
sidang PPKI merumuskan sebagai berikut :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

Sebagai hasil refleksi terhadap hidup manusia Indonesia sejak zaman kumo,
khususnya dalam hidup masyarakat desa, para pendiri negara kita sampai pada kesimpulan:
manusia Indonesia mengakui Tuhan yang satu adanya, entah dengan adanya, entah dengan
sebutan Tuhan, Widi, Widi, Wasa, Sang Hyang Hana, Gusti atau Allah. Adanya dunia
dengan segala isinya mendorong manusia ke dalam keyakinan: ada suatu realitas, yang
tertinggi, yang menjadi sumber adanya seluruh realitas di dunia sebagai sebab yang
pertama, sebagai causa prima. Bagaimana orang-orang menghayati keyakinannya,
bagaimana mereka bertaqwa, mengabdi kepada Tuhan, tergantung pada pribadi masing-
masing. Maka di Indonesia ada kebebasan beragama. Indonesia bukan negara “teokratis”,
bukan negara agama yaitu negara yang dalam penyelenggaraan kehidupan
berpemerintahan berdasarkan kekuasaan (kratia) Tuhan (Theos) menurut ajaran agama
tertentu. Para pemeluk agama dan para penganut kepercayaan bebas dalam menghayati dan
melaksanakan keyakinan mereka, saling menerima serta saling menghargai dengan penuh
toleransi dan dengan semangat kerjasama yang serasi.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Bangsa Indonesia mempunyai gambaran atau citra manusia sendiri. Setiap manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi budi dan karsa merdeka, dihargai dan
dihormati sesuai dengan martabatnya. Semua manusia adalah sama derajatnya sebagai
manusia. Semua manusia sama hak dan kewajibannya. Pada dasarnya manusia dibedakan
atas dasar ras, agama, adat atau keturunan atau jenis kelamin. Manusia adalah makhluk
rohani sekaligus makhluk jasmani, adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Hal
ini disebut untuk mempergunakan istilah Prof. Notonagoro: monodualitas. Setiap manusia
diharapkan mendapat apa yang menjadi haknya. Maka dirumuskan: “Kemanusiaan yang
adil”.nDi sini kita menemukan dasar hak-hak asasi manusia dalam pandangan hidup
bangsa Indonesia. Disadari pula bahwa dunia dengan isinya itu merupakan obyek bagi
manusia. Dunia ini merupakan obyek bagi pancaindera manusia: bagi mata, untuk
dinikmati keindahan alamnya; bagi telinga, dinikmati bermacam-macam suaranya.

4
Manusia dapat menangkap itu semua sehingga timbul getaran-getaran dalam jiwanya,
dengan bermacam-macam perasaan. Apa yang dialami dalam jiwanya dapat diekspresikan
dan dimanifestasikan dalam bermacam-macam bentuk kesenian; umpamanya dalam
bentuk lagu, tari-tarian, atau lukisan. Tetapi dunia ini terutama merupakan obyek untuk
budinya dan karsanya. Manusia dengan jiwanya yang rohani bersifat transenden,
mengatasi struktur dan kondisi alam jasmani. Manusia dapat mengenal hukum-hukum
alam dapat menemukan potensi yang terkandung dalam alam; manusia mampu mengolah
dan mengubah alam dalam batas-batas tertentu. Transendensinya relatif dan terbatas.
Dengan demikian manusia mampu menciptakan kebudayaan. Ia mengolah tanah, air, api
dan logam yang didapatnya dalam alam. Hal ini dirumuskan dalam istilah “yang beradab”.

3. Persatuan Indonesia
Ketika Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 tampil pada sidang paripurna BPUPKI
atas permintaan ketuanya, dr. Radjiman Wedyodiningrat, ia menegaskan: “Saya mengerti
apakah Paduka Tuan Ketua kehendaki Paduka Tuan minta dasar, minta philosophisce
grondslag... Dasar pertama yang baik dijadikan dasar buatnegara Indonesia, ialah dasar
KEBANGSAAN. Kita mendirikan satu negara Kebangsaan Indonesia. Tetapi saya minta
kepada saudarasaudara, janganlah saudara-saudara salah faham, jikalau saya katakan,
bahwa dasar pertama buat Indonesia ialah dasar KEBANGSAAN. Itu bukan berarti satu
kebangsaan dalam arti yang sempit, tetapi saya menghendaki satu nationale staat. Bangsa
Indonesia, natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang yang hidup dengan “le
désir d’ètre ensemble” di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau
Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia yang
menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah tinggal di kesatuannya semua pulau-
pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian!” Persatuan Indonesia atau
kebangsaan Indonesia diilhami oleh kata-kata pujangga Empu Tantular pada jaya-jayanya
Majapahit dahulu, yang sekarang tercantum dalam lambang negara; “Bhineka Tunggal
Ika”: walaupun beraneka ragam adalah satu! Indonesia memang terdiri atas bermacam-
macam suku atau kelompok etnik: orang Jawa, Timor, Madura, Batak, Aceh, Bali, Bugis
dan seterusnya, masing-masing dengan bahasa daerah, adat, kesenian, dan watak kebiasaan
mereka masing-masing. Terdapat bermacam-macam agama dan kepercayaan. Tetapi
sukusuku atau kelompok-kelompok etnik, yang selama berabad-abad telah mengalami
nasib yang sama, bertekad hendak bersatu. Bersama-sama sudah menderita dijajah oleh
kaum kolonialis; hasrat keinginannya hanya satu; tetap bersatu. Nasionalisme ini tidak
5
boleh menjadi satu chauvinisme. Oleh karena itu sila II ini tidak boleh lepas dari sila III.
Artinya, sila Kebangsaan atau Persatuan Indonesia dijiwai oleh sila Kemanusiaan yang
Adil dan Beradab; kebangsaan yang ingin berhubungan secara serasi dengan bangsa-
bangsa lain di dunia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan


/perwakilan

Sejak dahulu, bahkan pada zaman Majapahit (1293-1517) orang mengenal adat
kebiasaan cara khusus mengadakan perundingan, yang disebut “musyawarah untuk
mufakat”. Cara melakukan segala sesuatu bersama di desa-desa Indonesia juga terungkap
dalam prosedur, yang ditempuh oleh para sesepuh dalam mengambil keputusan. Pada
umumnya di Nusantara orang mengenal musyawarah. Setiap anggota sidang dapat
berbicara, setiap orang berhak agar gagasannya didengarkan dan bahwa orang lain juga
harus memperhitungkannya. Setelah mengadakan pembicaraan, timbang-menimbang maka
akhirnya diambil keputusan. Dalam keputusan itu tak tercantumkan keinginan siapa saja
dan tak seorang pun boleh memaksakan kehendak pribadinya. Dalam musyawarah dan
memutuskan secara bersama - sama, kepala desa memegang pimpinan. Keputusan terakhir
disebut mufakat yaitu konsensus, kesepakatan bersama. Jadi keputusan mufakat adalah
langkah terakhir dari musyawarah yang berlangsung lama. Pada waktu mempertimbangkan
dan bersepakat kepala desa tidak dibenarkan bertindak selaku pembesar dalam arti selaku
orang yang mendikte, akan tetapi sebagai kepala sosial suatu keluarag besar, seorang bapak
bagi seluruh persekutuan. Cara berunding musyawarah untuk mufakat ini dilaksanakan
bukan hanya dalam rapat dan rembug desa, tetapi juga dalam forum sidang MPR, DPR
pusat sampai dengan DPRD tingkat II. Musyawarah untuk mufakat merupakan suatu
bentuk dan proses berunding yang tidak mengenal adanya usaha untuk saling menghantam
atau saling menjebak dengan akal muslihat supaya akhirnya dapat tampil sebagai
pemenang yang unggul dalam perdebatan. Musyawarah untuk mufakat merupakan suatu
metode dengan tukar pikiran, menyumbangkan gagasan-gagasan berusaha untuk bersama-
sama dapat menemukan kebenaran dan kebaikan. Dalam musyawarah orang boleh saja adu
argumentasi dan berdiskusi. Hal ini oleh Sukarno dikemukakan juga ketika ia berbicara
tentang asas musyawarah mufakat dalam sidang paripurna BPUPKI pada tanggal 1 Juni
1945 yang dikenal dengan sebutan “Lahirnya Pancasila”: “Dalam perwakilan, nanti ada
perjuangan sehebat-hebatnya. Tidak ada suatu staat yang hidup betul-betul jikalau dalam
6
badan perwakilannya tidak seakan-akan bergolak mendidih kawah Candradimuka, kalau
tidak ada perjuangan faham di dalamnya.”

Demokrasi Indonesia memang tidak mengenal oposisi, dalam arti kelompok atau
partai yang a priori menentang pendirian orang yang sedang berkuasa. Tetapi perbedaan
pendapat mempunyai tempat dalam demokrasi Pancasila. Orang boleh saja mengemukakan
pendapat dan pendiriannya yang berbeda dengan pendapat orang yang berkuasa, asal
caranya menurut aturan permainan yang benar. Dalam perundingan orang jangan menuruti
emosinya atau jangan memaksakan kehendaknya sendiri, melainkan supaya berbicara
dengan bijaksana. Kebebasan memang dijunjung tinggi, tetapi kebebasan yang bertanggung
jawab.

5. Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

Di dekat kota Palembang ada sebuah batu dengan prasasti “Kedukan Bukit”. Menurut
Prof. Muhammad Yamin batu itu merupakan peninggalan Gründungsakt kerajaan Sriwijaya.
Tulisannya berbunyi: “Marwuat wanua Sriwijaya jaya siddhayatra subbiksa”. Oleh M.
Yamin diterjemahkan: “Mereka mendirikan negara Sriwijaya agar jaya sejahtera sentosa”.
Jadi negara Sriwijaya didirikan bukan untuk keagungan dinasti Syailendra, melainkan untuk
kesejahteraan rakyatnya. Kata siddhayatra adalah “sejahtera” dalam bahasa Indonesia.
Ideologi Pancasila jelas bertujuan untuk mengusahakan terwujudnya kesejahteraan rakyat.
Prof. Djojodiguno menulis: “Kita ini rakyat yang terikat secara sosial dan tradisional; kita
masing-masing bertindak atau bertingkah laku seperti semua orang lain, tiap orang bersifat
komunal.” Rumusan inilah yang kemudian dijadikan dasar negara, hingga sekarang bahkan
hingga akhir perjalanan Bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia bertekadbahwa Pancasila
sebagai dasar negara tidak dapat dirubah oleh siapapun, termasuk oleh MPR hasil pemilu.
Jika merubah dasar negara Pancasila sama dengan membubarkan negara hasil proklamasi
(Tap MPRS No. XX/MPRS/1966).

1.6 Prinsip-Prinsip Ideologi Pancasila

Prinsip adalah gagasan dasar, berupa aksioma atau proposisi awal yang memiliki
makna khusus, mengandung kebenaran berupa doktrin dan asumsi yang dijadikan
landasan dalam menentukan sikap dan tingkah laku manusia. Prinsip dijadikan acuan dan

7
dijadikan dasar menentukan pola pikir dan pola tindak sehingga mewarnai tingkah laku
pendukung prinsip dimaksud. Sila-sila Pancasila itulah prinsip-prinsip Pancasila.

Berikut disampaikan prinsip-prinsip Pancasila dan penjabarannya.


1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dari konsep religiositas terjabar menjadi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa yang berisi
ketentuan sebagai berikut:
 Pengakuan adanya berbagai agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;
Setiap individu bebas memeluk agama dan kepercayaannya; Tidak memaksakan suatu
agama atau kepercayaan kepada pihak lain;
 Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing;
 Saling hormat-menghormati antar pemeluk agama dan kepercayaan;
 Saling menghargai terhadap keyakinan yang dianut oleh pihak lain;
 Beribadat sesuai dengan keyakinan agama yang dipeluknya, tanpa mengganggu
kebebasan beribadat bagi pemeluk keyakinan lain;
 Dalam melaksanakan peribadatan tidak mengganggu ketenangan dan ketertiban
umum.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Dari konsep humanitas berkembang menjadi prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab
dengan ketentuan-ketentaun sebagai berikut:
 Hormati disposisi/kemampuan dasar manusia sebagai karunia Tuhan dengan
mendudukkan manusia sesuai dengan kodrat, harkat dan martabatnya;
 Hormatilah kebebasan manusia dalam menyampaikan aspirasi dan pendapat;
 Hormatilah sifat pluralistik bangsa dengan cara:
 Kembangkan sikap inklusif, yang bermakna bahwa dalam berhubungan dengan pihak
lain tidak bersikap menangnya sendiri, bahwa pendapatnya tidak mesti yang paling
benar dan tidak meremehkan pendapat pihak lain.
 Jangan bersifat sektarian dan eksklusif yang terlalu membanggakan kelompoknya
sendiri dan tidak memperhitungkan kelompok lain. Sebagai akibat berkembang sikap
curiga, cemburu dan berlangsung persaingan yang kurang sehat. Hindari sifat
formalistik yang hanya menunjukkan perilaku semu.
 Sikap pluralistik dilandasi oleh sikap saling percaya mempercayai dan saling hormat
menghormati. Bahkan harus didasari oleh rasa kasih sayang sehingga dapat
8
mempersatukan keanekaragaman dalam kerukunan. Usahakan sikap dan tindakan
konvergen bukan divergen.
 Sikap pluralistik mencari common denominator atau de grootste gemene deeler dan
de kleinste gemene veelvoud dari keanekaragaman sebagai common platform dalam
bersikap dan bertingkah laku bersama.
 Tidak bersifat ekspansif, sehingga lebih mementingkan kualitas dari pada kuantitas.
 Bersikap toleran, memahami pihak lain serta menghormati dan menghargai
pandangan pihak lain. Tidak menyentuh hal-hal yang bersifat sensitif pada pihak lain.
Bersikap akomodatif dilandasi oleh kedewasaan dan pengendalian diri secara prima.
 Hindari sikap ekstremitas dan mengembangkan sikap moderat, berimbang dan
proporsional.
3. Persatuan Indonesia
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam prinsip Persatuan Indonesia adalah:
 Bangga pada negara-bangsanya atas kondisi yang terdapat pada negara-
bangsanya serta prestasi-prestasi yang dihasilkan oleh warganegaranya.
 Cinta pada negara-bangsanya serta rela berkorban demi negara-bangsanya.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan berisi keten-tuan sebagai berikut:
 Dalam mengambil keputusan bersama diutamakan musyawarah untuk
mencapai mufakat. Win win solution dijadikan acuan dalam mencari
kesepakatan bersama. Dengan cara ini tidak ada yang merasa dimenangkan dan
dikalahkan.
 Dalam mencari kesepakatan bersama tidak semata-mata berdasarkan pada
suara terbanyak, tetapi harus berlandasan pada tujuan yang ingin diwujudkan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setiap keputusan
bersama harus mengandung substansi yang mengarah pada terwujudnya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia serta terwujud dan kokohnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
 Tidak menerapkan prinsip tirani minoritas dan hegemoni/dominasi mayoritas.
Segala pemangku kepentingan atau stakeholders dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dilibatkan dalam penetapan kebijakan bersama sesuai dengan
peran, kedudukan dan fungsi masing-masing.

9
 Mengacu pada prinsip politiek-economische demokratie (Bung Karno), bahwa
demokrasi harus mengantar rakyat Indonesia menuju keadilan dan
kemakmuran, sociale rechtvaar-digheid.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berisi ketentuan sebagai berikut:
 Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan;
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasasi hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara;
 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Fakir
miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara;
 Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
 Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak. Setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan serta wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

2. Ideologi Komunis

2.1 Pengertian Ideologi Komunisme

Ideologi komunis atau komunisme merupakan perlawanan besar pertama dalam abad
ke-20 terhadap sistem ekomomi yang kapitalis dan liberal.

Komunisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-
alat priduksi (tanah, tenaga kerja, modal) yang bertujuan untuk tercapainya masyarakat yang
makmur, masyarakat komunis tanpa kelas dan semua orang sama. Komunisme ditandai
dengan prinsip sama rata sama rasa dalam bidang ekomomi dan sekularisme yang radikal
tatkala agama digantikan dengan ideology komunias yang berseifat doktriner. Jadi, menurut
ideologi komunis, kepentingan- kepentingan individu tunduk kepada kehendak partai, negara
dan bangsa (kolektivisme).

2.2 Ciri-ciri Ideologi Komunisme

10
 Ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak mengimani Allah. Orang komunis
menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia
berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada
manusia.
 Sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu. terbukti dari ajarannya yang
tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.
 Komunisme mengajarkan teori perjuangan (pertentangan) kelas, misalnya proletariat
melawan tuan tanah dan kapitalis
 Salah satu doktrin komunis adalah the permanent atau continuous revolution (revolusi
terus-menerus). Revolusi itu menjalar ke seluruh dunia. Maka, komunisme sering disebut
go international.
 Komunisme memang memprogramkan tercapainya masyarakat yang makmur,
masyarakat komunis tanpa kelas, semua orang sama. Namun, untuk menuju ke sana, ada
fase diktator proletariat yang bertugas membersihkan kelas-kelas lawan komunisme,
khususnya tuan-tuan tanah yang bertentangan dengan demokrasi.
 Dalam dunia politik, komunisme menganut sistem politik satu partai, yaitu partai
komunis. Maka, ada Partai Komunis Uni Soviet, Partai Komunis Cina, PKI, dan Partai
Komunis Vietnam, yang merupakan satu-satunya partai di negara bersangkutan. Jadi, di
negara komunis tidak ada partai oposisi. Jadi, komunisme itu pada dasarnya tidak
menghormati HAM. No Komunisme Pancasila Liberalisme.

2.3 Prinsip Ideologi Komunisme

1. Sistem totaliter

a) Semua bidang kegiatan manusia seperti politik, ekonomi social,


agama,nkebudayaan, dan pendidikan diawasi danh didominasi oleh negara.
Denganndemikian cara-cara totaliter tidak mengakui hak-hak individu bisa
dipindahkan (Inalienable Rights Of Individuals).
b) Totalitarisme menolak konsep kristen, yahudi, islam, dan agama-agama lain
bahwa manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Karl Marx menentang
kepercayaan agama sebagai tidak ilmiah karena kepercayaan itu tidak bisa
dibuktikan dalam suatu laboratorium bahwa ada Tuhan.
c) Secara berlebih-lebihan menyederhanakan nmasalah-masalah dan
penyelesaian-penyelesaiannya dengan prinsip tunggal dan monolitik yaitu
kelas.
d) Sistem komunis merupakan sistem yang demokratis, kaum komunis
menyatakan bahwa sistem pemerintahan kediktatoran proletariat merupakan
penjelmaan dari sistem pemerintahan mayoritas yaitu kelas proletariat (kaum
pekerja dan petani) atau kelas minoritas (bekas kaum kapitalis atau borjuis).
Sedangkan sistem demokrasi barat adalah merupakan demokrasi borjuis atau

11
kapitalis, suatu demokrasi untuk sekelompok kecil individu tertentu yaitu
kaum kapitalis.

2. Sistem pemerintahan kediktatoran satu partai

a) Sistem komunis hanya mengenal satu partai yaitu partai komunis.


Sebenarnya partai ini tidak bisa dikatakan partai politik, karena alasan pokok
bagi adanya partai-partai politik adalah merupakan perwakilan bagi
kelompok-kelompok warga negara yang berbeda pandangan politik. Sistem
komunis tidak mengenal adanya kelompok-kelompok, yang ada hanya satu
kelompok saja yang menguasai pemerintah. Suatu usaha untuk membentuk
partai lain adalah suatu kejahatan, dan dihukum karena dianggap sebagai
pengkhianatan.
b) Tujuan utama partai politik ini antara lain juga memberikan sarana
pengawasan terhadap birokrasi negara dan terhadap para warganegara yang
tidak berpartisipasi secara aktif dalam pemerintahan.
c) Salah satu alat utama system satu partai adalah propaganda. Apa yang
diberitakan oleh surat-surat kabar, siaran radio dan televise adalah
beritaberita yang diinginkan oleh partai komunis. Dengan kata lain, media
massa dikuasai oleh pemerintah dan merupakan sarana propaganda bagi
tujuan-tujuan pemerintah.
d) Sistem pemerintah komunis adalah kediktatoran satu partai. Pemusatan
kekuasaan politik dalam organ-organ eksekutif dan administrative diperkuat
oleh adanya pengaruh yang besar dari partai komunis yang diorganisasiksan
dengan sangat baik. Undang-undang dan pengadilan tidak berfungsi sebagai
lembaga yang bebas dan terpisah serta mempunyai wewenang untuk
memutuskan persengketaan-persengketaan yang timbul karena bekerjanya
orang-orang pemerintah, akan tetapi undang-undang dan pengadilan itu
berfungsi untuk memperkuat norma-norma perilaku yang telah ditetapkan
oleh pimpinan partai dan mendapatkan pengesahan dari orang-orang
eksekutif dan administrative. Dengan demikian ciri pokok kediktatoran satu
partai adalah bahwa semua orang pemerintahan yaitu eksekutif,
administrative, legislative dan yudikatif berfungsi sebagai sarana untuk
tujuan-tujuan pemerintah yang telah dirumuskan oleh pemimpin-pemimpin
partai komunis.

3. Sistem ekonomi negara

a) Karena pada dasarnya sistem komunis adalah sistem totaliter, maka kontrol
negara terhadap bidang kegiatan ekonomi juga nampak mutlak. Negaralah
yang menentukan segala segi kehidupan ekonomi.
b) Dalam sistem komunis, negara menghapuskan hak-hak perseorangan atas alat-
alat produksi dan meniadakan ekonomi pasar. Dengan demikian ekonomi
komunis adalah ekonomi perintah yang bersifat totaliter berdasarkan putusan-
putusan ekonomi yang dibuat oleh negara.
c) Semua penduduk atas perintah negara atau lembaga-lembaga yang dipimpin
oleh partai komunis harus bekerja untuk negara. Demikian pula halnya dengan
penduduk di daerah-daerah pedesaan yang harus bekerja di tanah pertanian
kolektif.

12
4. Sistem sentralisme demokratis

a) Karl Marx berpendapat bahwa suatu negara tidak bisa dikatakan demokratis
bila negara itu tidak mempunyai kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
mencampuri masalah-masalah perseorangan, dan membiarkan kegiatan
ekonomi bebas berada ditangan sekelompok kecil kapitalis. Oleh karena itu
Karl Marx menghendaki agar negara campur tangan dalam masalah-masalah
ekonomi dan socsal sehingga dengan demikian akan menguntungkan massa
rakyat.
b) Oleh Lenin diformulasikan suatu konsep sentralisme demokratis. Menurut
konsep ini pemimpin dipilih oleh rakyat (dalam sistem pemilihan umum tidak
langsung yang berbentuk piramida) yang diikuti dengan mengikat keputusan-
keputusan dari atas. Setelah pemilihan umum selesai dan pemimpin-pemimpin
terpilih maka mereka mempunyai kedudukan tertinggi dan suatu usaha agitaasi
menentang keputusan-keputusan pemimpin adalah pengkhianatan terhadap
partai dan pemerintah. Demikian pula kebijaksanaan-kebijaksanaan partai bisa
dibicarakan secara terbuka (dalam pertemuan-pertemuan partai atau komite)
sebelum keputusan-keputusan itu dibuat, tetapi setelah itu oposisi tidak
dibenarkan.
c) Brezhnev menamakan sentralisme demokratis sebagai pendapat bebas dalam
memutuskan persoalan-persoalan dan disiplin besi setelah keputusan diambil.
Dalam prakteknya, system sentralisme demokratis mengekalkan dominasi
pemimpin. John. N. Hazard menamakan sistem demikian ini sebagai sistem
partisipasi massa dengan pengawasan (Sosronegoro, 1984: 82-90).

3. Ideologi Liberalis

3.1 Pengertian Ideologi Liberalisme

Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi
politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai
politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.

3.2 Ciri-ciri Ideologi Liberalisme

1. Kebebasan individu di atas segalanya


Di sebuah negara yang menganut ideologi liberalisme, kebebasan individu menjadi
prioritas utama. Setiap masyarakat yang di negara liberal bebas melakukan apa saja
asalkan tidak melanggar hukum. Salah satu cita-cita bangsa liberal adalah kebebasan yang
sebebas-bebasnya dalam melakukan segala aktifitas di negaranya. Seperti kebebasan
berfikir, berpendapat, bertindak, dan menentukan kepercayaan. Contoh paling mudah

13
adalah dalam bidang ekonomi, leberalisme menghendaki sistem ekonomi besar. setiap
individu memiliki kebebasan dan kemerdekaan dalam menjalankan usahanya.
Pemerintah tidak berhak mencampuri urusan individu sedikit pun. Oleh karena itu
akan menimbulkan persaingan-persaingan yang sangat hebat diantara individu. Pemilik
modal yan besar akan mudah mengalahkan pengusaha-pengusaha kecil. Akibatnya adalah
akan muncul perusahaan-perusahaan besar yang mampu menguasai politik dan
berpengaruh besar terhadap negara. Dalam jangka yang lebih jauh, akan menimbulkan
penindasan-penindasan pihak pemilik modal kepada pihak-pihak kecil yang di kerjakan.

2. Adanya persamaan hak individu


Bagi mereka yang berfaham liberal, setiap warga negara mempunyai hak yang sama.
Mereka berhak menggunakan kekayaan mereka dalam berbagai kegiatan ekonomi. Di
negara yang menganut paham liberal, titik pusat dalam hidup adalah individu, jadi tidak
heran negara sangat menghargai dan melindungi hak individu. Dalam berbagai bidang di
negara liberal, yang kuat akan menang dan yang lemah akan selalu kalah. Misalnya di
dalam bidang ekonomi, pemilik modal akan menguasai pasar, sedangkan yang tidak
mempunyai modal yang cukup akan selalu kalah. Ibarat kata, yang kaya semakin kaya,
yang miskin semakin miskin.

3. Negara Hanya sebagai Alat


Di negara yang menganut ideologi liberal, negara hanya sebagai mekanisme yang
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan tujuan negara itu
sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya
dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah
saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.

4. Hak Individu di akui oleh Negara

Sudah menjadi barang tentu jika hak-hak individu sangat di akui oleh negara. Tidak
ada pengekangan sama sekali oleh pemerintah terhadap rakyatnya. Menurut mereka
unsur terbentuknya negara adalah individu. Tanpa menghormati dan melindungi
kebebasan individu sebuah negara yang berfaham liberal tidak akan terwujud dan akan
terjadi ketidak seimbangan sistem dalam negara tersebut. Liberalisme meliputi segala
aspek kehidupannya termasuk dalam menggunakan jumlah kekayaanya untuk bersaing di
pasar bebas. Contoh dalam bidang agama dan kepercayaan adalah, setiap individu berhak
14
dan dengan bebas memeluk agama apapun, dan bebas menjalankan agama yang
dianutnya.

5. Sistem pemerintahan demokrai liberal


Dalam negara liberal, segala keputusan-keputusan dan kebijakan pemerintah tidak
boleh berbenturan dengan kebebasan individu. Jika keputusan yang di tetapkan
pemerintah berbenturan dengan hak-hak individu, maka akan terjadi protes keras dari
masyarakat kepada negara bahkan bisa saja akan terjadi penggulingan kekuasaan.
Terbentuknya suatu negara adalah karena adanya individu-individu. Maka yang berhak
mengatur segala urusan negara adalah individu, dengan kata lain kekuasaan tertinggi
suatu negara adalah di tangan rakyat (demokrasi). Kakuatan dan kekuasaan negara
terfokus pada parlemen, bukan pada rakyat. Terdapat voting dalam pengambilan
keputusan, Dalam pergantian kepemimpinan maupun perwakilan dipilih langsung oleh
rakyat.

6. Peran Negara yang terbatas


Pemerintah tidak ikut campur dalam mekanisme pasar. Segala kegiatan
perekonomian secara bebas bersaing dalam jalannya roda perekonomian di negara
tersebut. Tidak hanya dalam bidang ekomomi, dalam segala bidang , pemerintah tidak
bisa bergerak leluasa dalam menentukan kebijkan-kebijakan seperti bidang politik, budaya
dan agama. Maka tidak heran jika di negara libera, pemerintah hanya sebagai alat.
Nah dari berbagai keterangan di atas dapat kita pahami bahwa ideologi liberal sangat
menjunjung tinggi kebebasan dan hak-hak individu sehingga mereka melindungi
kemerdekaan setiap individu yang hidup di sebuah negara yang menganut paham liberal.
Demikianlah 6 Ciri-ciri Ideologi Liberalisme dan Penjelasannya Lengkap. Sekian yang dapat
mimin sampaikan melaui artikel ini semoga dapat membantu anda dalam memberikan
informasi yang anda butuhkan. Terimakasih telah membaca bertemu lagi pada artikel
selanjutnya.

3.3 Prinsip Ideologi Liberalis

Menurut Avianto (2013), liberalisme memiliki pandangan positif terhadap sifat


dasar manusia. Individu bisa mengendalikan dirinya, sehingga untuk mencapai
kepentingannya individu akan saling bekerja sama tanpa perlu terlibat dalam konflik.
Kerja sama yang dilakukan akan memberikan kemajuan bagi kualitas individu itu
sendiri. Kaum liberalis sangat percaya bahwa konflik dan kepentingan-kepentingan
15
yang berbeda-beda dapat disatukan dengan cara saling berkomunikasi atau adanya
pertukaran informasi yang jelas. Dengan saling berkomunikasi tersebut, dapat
menciptakan tatanan sosial, politik, dan ekonomi untuk menguntungkan semua orang
dan menjamin kebebasan individu dan material economic prosperity. Sehingga dapat
dikatakan bahwa liberalisme memandang hubungan internasional lebih bersifat
kooperatif yang memungkinkan adanya kerjasama, bukanlah cenderung konfliktual.

Menurut Hosang (2011), liberalisme memandang kooperasi sebagai suatu hal


yang penting dandiperlukan. Hal ini bila dipadukan dengan pendekatan pilhan
rasional akanmembentuk sebuah premis ‘tujuan akan lebih mudah dan lebih baik
dicapaibersama-sama daripada dilakukan sendiri’. Pendekatan seperti itulah
yangkemudian mendasari analisis APSC melalui teori neoliberal
institusionalismedengan pendekatan pilihan rasional. Jadi, pertama-tama akan dikaji
apakah benarbahwa APSC merupakan pilihan rasional bila dibandingkan dengan
usaha soliter masing-masing negara atau entitas collective defense.

Negara bukanlah satu-satunya aktor dalam hubungan internasional

Dalam liberalisme, aktor non-negara merupakan aktor yang juga ikut


diperhitungkan dalam hubungan internasional. Aktor non-negara tersebut bisa berupa
individu, kelompok kepentingan, perusahaan multinasional, ataupun organisasi baik
itu bersifat kepemerintahan maupun non-pemerintah. Hal ini tentunya berawal dari
asumsi liberal secara umum bahwa terdapat hak-hak tertentu dalam tiap individu.
Aktor negara maupun aktor non-negara bisa saling melengkapi dan mendukung satu
dengan yang lainnya. Selain itu, liberalis juga tidak menganggap bahwa negara
sebagai satu entitas yang satu utuh. Maksudnya disini adalah terdapat level domestik
yang juga ikut berpengaruh dalam proses pengambilan kebijakan suatu negara. Hal ini
tentu bertolak belakang dengan asumsi realisme yang hanya menganggap adanya satu
suara saja (yaitu suara pemerintah) yang mewakili suara negara. Dengan demikian
aktor non-negara dalam suatu negara juga turut berperan di sini.

Liberalisme menginginkan perubahan ke arah yang positif

Asumsi ini didasari oleh kepercayaan bahwa setiap manusia itu pada dasarnya
mempunyai pandangan yang positif atau progresif. Pandangan progresif tersebut
dalam artian bahwa ada kemungkinan untuk mencapai perubahan yang positif dalam
16
hubungan internasional. Dengan kondisi seperti ini, maka secara rasional, manusia
atau yang dalam hal ini negara akan memikirkan kebijakan yang rasional dengan cost
yang paling minim. Karena perang dan konflik bukanlah kondisi yang ideal dan akan
memakan biaya yang sangat besar, maka tentunya kaum liberal akan menghindari hal
ini. Sebagai gantinya, kaum liberal memandang bahwa dengan adanya kerjasama
maka akan lebih menguntungkan satu dengan yang lainnya. Akan tetapi, yang
dimaksud dengan ‗ideal‘ di sini bukanlah kondis ideal yang sesempurna kaum utopis
yang terdapat perdamaian abadi dan tidak adanya konflik.

Adanya ketergantungan dan keterkaitan antar-negara

Liberalis tidak menganggap adanya perbedaan antara High Politics dan Low
Politics dalam isu hubungan internasional. Hal ini bertentangan dengan pandangan
realis yang menganggap bahwa hanya isu keamanan saja yang penting dalam
hubungan internasional. Isu ekonomi merupakan salah satu isu yang penting. Kaum
liberal percaya bahwa meskipun kondisi dunia internasional itu anarki, akan tetapi
sebenarnya setiap negara itu saling membutuhkan satu sama lain terutama kebutuhan
komoditas perekonomian masyarakat tiap negara. Konsekuensi dari keadaan ini
adalah adanya ketergantungan. Untuk mengatasi adanya ketergantungan tersebut,
maka kerjasama merupakan pilihan yang paling rasional.

4. Perbedaan Ideologi Pancasila, Liberal, Dan Komunisme

No Komunisme Pancasila Liberalisme

1. Atheis Monotheisme Sekuler

HAM dilindungi tanpa


HAM dijunjung
2. HAM diabaikan melupakan kewajiban
secara mutlak
asasi

Nasionalisme dijunjung Nasionalisme


3. Nasionalisme ditolak
tinggi diabaikan

17
Keputusan melalui
Keputusan melalui
Keputusan ditangan musyawarah mufakat
4. voting (pemungutan
pimpinan partai dan voting (pemungutan
suara)
suara)

5. Dominasi partai Tidak ada dominasi Dominsi mayoritas

Ada oposisi dengan


6. Tidak ada oposisi Ada oposisi
alasan

Ada perbedaan Ada perbedaan


7. Tidak ada perbedaan
pendapat-pendapat pendapat

Kepentingan negara- Kepentingan seluruh Kepentingan


8.
negara rakyat mayoritas

18
BAB 3

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Didalam suatu Negara ,mereka mempunyi kebijakan, hukum, otonomi masing
– masing. Seperti halnya ideologi untuk menjalankan suatu pemerintahan
membutuhkan suatu perangkat salah satunya ideologi. Ideologi yang memberikan
karakter terhadap bangsa itu sendiri, entah negara itu mau dibawa kemana. Ideologi
liberalisme adalah ideology yang menitikberatkan terhadap rakyaat dan bersifat
individu. Negara mengabdi kepada rakyat, sehingga pendapatan sulit dan terjadi
kebebasan oleh rakyat oleh sesuai apa yang diinginkan, sera pemerintah sulit
menjalankan control. Ideologi Pancasila merupakan pandaagan hidup seluruh rakyat
Indonesia dengan pandangan ini memberikan paham cauvinisme. Komunisme adalah
ideologi yang berpusat pada pemerinahan sehingga hak rakyat kurang diperhatikan,
maka terhambatlah suatu inisiatif masyarakat individu untuk kelangsungan
pemerintah, pemerintaah hanyalah perperan penting dalam proses pemerintahan.
Dengan ini setiap Negara mempunyai ideology sesuai karaker negaranya sendiri.

19
DAFTAR PUSTAKA

Rukiyati.2016.Pancasila.Yogyakarta:Uny Press

20
21

Anda mungkin juga menyukai