Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Respon Time Rujukan Keluar SISRUTE


RSHD Kota Bengkulu

Oleh
dr. Sri Mardlaniah

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSHD KOTA BENGKULU
KEMENTRIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas karunia dan rahmat-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang


penggunaan sisrite di RSHD Kota Bengkulu. Sehingga dapat berfungsi efektif dan efisien
dalam pelayanan pasien di RSHD Kota Bengkulu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Annelin Kurniati, Sp.PD atas segala
bantuan yang telah diterima selama penyusunan makalah ini serta kepada dr. Meidi Fazirin
dan dr. Khairul Yulian Zohry sebagai pendamping Intersip RSHD Kota Bengkulu. Penulis
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karenanya, penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 9 Desember 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penulisan 5
1.4 Metode Penulisan 5
1.5 Manfaat Penulisan 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Pengertian Sistem Rujukan 6
2.2 Ketentuan Umum 6
2.3 Tata Cara Rujukan 8
2.4 Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) 10
BAB 3 HASIL DAN PEPBAHASAN 12
BAB 4 PENUTUP 17
4.1 Kesimpulan 17
4.2 Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya
dan keluargannya merupakan hak azasi manusia dan diakui segenap bangsa-bangsa di
dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum dalam Deklarasi Perserikatan
Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia. Pasal 25 ayat (1) Deklarasi
menyatakan, setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai untuk kesehatan
dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak atas perawatan kesehatan,
pelayanan sosial yang diperlukan, dan jaminan pada saat menganggur, menderita sakit,
cacat, kematian, dan usia lanjut.1

Di Indonesia, hak ini tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan. Pada pasal ke -4 ditegaskan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan,
hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan,
memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Sebaliknya,
setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan
sosial yang ditanggungjawabkan oleh pemerintah melalui Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN). Program JKN merupakan salah satu bentuk reformasi di bidang kesehatan
bertujuan untuk memberikan kepastian aminan kesehatan yang menyeluruh.2

Era Jaminan Kesehatan Nasional memberlakukan sistem rujukan yang berjenjang,


dimana pelayanan kesehatan dimulai di fasilitas kesehatan tingkat pertama 3.Sistem
rujukan diselenggarakan dengan tujuan memberikan pelayanan kesehatan secara
bermutu, sehingga tujuan pelayanan tercapai tanpa harus menggunakan biaya yang
mahal.4 Sistem rujukan berjenjang merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam
penguatan pelayanan primer, sebagai upaya untuk penyelenggaraan kendali mutu dan
biaya. Peningkatan kerjasama fasilitas kesehatan merupakan salah satu strategi
pengendalian mutu dan biaya pelayanan kesehatan.5

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang


Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan menjelaskan bahwa sistem rujukan
merupakan suatu penyelenggaran pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas
dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun

4
horizontal. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan medis
dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Sistem rujukan diwajibkan bagi
pasien yang merupakan peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial dan
pemberi pelayanan kesehatan.6

Dalam merujuk pasien diperlukan waktu respon yang cepat dari rumah sakit
rujukan, sehingga pasien dapat segera di tatalaksana lebih lanjut. Mengacu pada latar
belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti ingin melihat lebih jauh mengenai respon
time rujukan keluar SISRUTE pasien BPJS di Rumah Sakit Harapan dan Dota Kota
Bnegkulu di bulan Agustus tahun 2019 agar dapat diketahui dan ditemukan pemecahannya,
sehingga sesuai dengan peraturan pelayanan kesehatan rujukan yang ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana respon time rujukan
keluar SISRUTE pasien BPJS di Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Benggkulu di Bulan
Agustus 2019.
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengevaluasi rujukan keluar SISRUTE
pasien BPJS di Rumah Sakit Harapan dan Doa Kota Benggkulu di Bulan Agustus 2019.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan


sampel langsung pada data SISRUTE RSHD Kota Bengkulu.

1.5 Manfaat Penulisan

Berikut manfaat dari Makalah ini :

a. Bagi Penulis
Dapat memahami bagaimana cara merujuk menggunakan sistem rujukan
menggunakan SISRUTE.
b. Bagi Rumah Sakit
Dapat mengevaluasi sitem rujukan SISRUTE yang digunakan sehingga lebih efektif
dan efisien.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sistem Rujukan

Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah


kesehatan masyarakat dan kasus-kasus penyakit yang dilakukan secara timbal balik secara
vertikal maupun horizontal meliputi sarana, rujukan teknologi, rujukan tenaga ahli, rujukan
operasional, rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan dan rujukan bahan pemeriksaan
laboratorium.7 Pengertian sistem rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional Depkes RI
2009, merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.8

Sistem rujukan pelayanan kesehatan dalam buku Panduan Praktis Sistem Rujukan
Berjenjang BPJS tahun 2014 adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan
kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh pelayanan kesehatan.8

2.2 Ketentuan Umum

Adapun ketentuan umum dari sistem rujukan di era Jaminan Kesehatan Indonesia
(JKN) ini adalah sebagai berikut:8

a. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:


 Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
 Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
 Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
b. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.

6
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik
yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
e. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundangundangan yang berlaku
f. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan
dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur
sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
g. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan
melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan kerjasama
h. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
i. Rujukan horizontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam
satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan
yang sifatnya sementara atau menetap.
j. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang
berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
k. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan
yang lebih tinggi dilakukan apabila:
 pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau subspesialistik;
 perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
l. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan apabila :
 permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
 kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut;
 pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang; dan/atau

7
 perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.

Gambar 1. Sistem Rujukan Berjenjang8

2.3 Tata Cara Rujukan

Adapun tatacara sistem rujukan berjenjang ini adalah sebagai berikut:8

a. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan


medis, yaitu:
 Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
 pertama
 Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke
fasilitas kesehatan tingkat kedua
 Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes primer.
 Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
b. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier
hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan
pelayanan berulang dan hanya tersedia di faskes tersier.
c. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
 terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku

8
 bencana;Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
 kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan
 pertimbangan geografis; dan
 pertimbangan ketersediaan fasilitas

Gambar 2. Pola rujukan dan pembayaran di era JKN

d. Pelayanan oleh bidan dan perawat


 Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat darurat
dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi
dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
e. Rujukan Parsial
 Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
 Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau tindakan

9
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
 Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.

2.4 Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE)

SISRUTE (Sistem Rujukan Terintegrasi) adalah media komunikasi dan informasi


yang menghubungkan data pasien dari tingkat layanan lebih rendah ke tingkat layanan lebih
tinggi atau sederajat (horizontal maupun vertikal) dengan tujuan untuk mempermudah dan
mempercepat proses rujukan pasien.9

Terdapat beberapa tujuan dalam menggunakan SISRUTE ini, yaitu: 9

a. Sistem Terintegrasi
Terintegrasinya sistem informasi rujukan pasien pada seluruh RS Regional, RS kelas
B, RS Kelas Khusus.
b. Percepatan Pelayanan
Terwujutnya percepatan pelayanan rujukan di Rumah Sakit.
c. Regulasi Rujukan Era Digital
Terbitnya regulasi dari Kementrian Kesehatan RI terkait rujukan di Era Digital.

Berikut beberapa manfaat dalam menggunakan SISRUTE ini, yaitu: 9

a. Rujukan Utama/Regional
Peningkatan mutu layanan dengan sistem informasi rujukan terintegrasi.
b. Rumah Sakit Perujuk
Peningkatan mutu layanan RS perujuk dengan informasi dan koordinasi untuk
pelayanan lanjutan pasien yang berdampak pada kepuasan pasien.
c. Dinas Kesehatan dan Kementrian Kesehatan
Sistem rujukan terintegrasi sebagai acuan untuk pelaksanaan rujukan di RS secara
Nasional.

Fasilitas kesehatan dan perangkat daerah yang berhubungan dengan kesehatan


harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan komunikasi rujukan yang
bersifat dinamis untuk menjamin ketepatan rujukan, memuat :10

a. Ketersediaan fasilitas yang dimiliki oleh fasilitas kesehatan;


b. Kemampuan pelayanan fasilitas kesehatan; dan

10
c. Kegiatan rujukan yang meliputi merujuk, menerima rujukan, membalas rujukan,
menerima balasan rujukan dan rujukan kasus khusus.
d. Pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dapat membentuk forum komunikasi rujukan
untuk meningkatkan efektifitas komunikasi dan koordinasi antar fasilitas kesehatan
dan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam menyelenggarakan sistem rujukan.

Adapun dasar hukum dalam memberlakukan SISRUTE ini adalah sebagai


berikut:9,10

a. PERMENKES 001 TAHUN 2012 : Sistem Rujukan pelayanan kesehatan merupakan


penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung
jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
b. Peraturan rujukan tersebut berdasarkan Permenkes RI No. 001 thn 2012 tentang Sistem
Rujukan pelayanan kesehatan perorangan.
c. Di Propinsi Sulsel berdasarkan Pergub Sulsel No. 15 Tahun 2008 tentang regionalisasi
sistem rujukan.
d. UU 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
e. Permenkes No 56 Tahun 2014 Tentang KlasifikasiDan Perizinan Rumah Sakit.
f. Surat Dirjen Pelayanan Kesehatan tgl 10 Desember 2018 Hal: Permohonan
Penggunaan Sistem Rujukan Terintegrasi kepada seluruh Dinkes kab/kota/provinsi.

Secara garis besar proses SISRUTE ini meliputi hal berikut:9

a. Komunikasi antara fasyankes sebelum menerima rujukan.


b. Feedback dari Rumah Sakit penerima rujukan terkait kesediaan untuk menerima
rujukan.
c. Informasi kelengkapan sarana, prasarana dan SDM yang menangani (ruang perawatan,
tim medis dll).

Terdapat 4 komponen utama dalam merujut menggunakan SISRUTE: 9

a. Informasi identitas pasien


b. Informasi sumber daya rumah sakit
c. Informasi resume medis pasien
d. Komunikasi proses rujukan (riwayat rujukan)

11
BAB 3

HASIL DAN PEPBAHASAN

Berikut data pasien rujukan keluar SISRUTE di Rumah Sakit Harapan dan Doa
Kota Bengkulu di bulan Agustus 2019 :

No. Pasien Diagnosis Alasan rujukan RS Rujukan Respo Waktu Diterim Ket
n transfer a/Ditola
Time k
1. Ny. L G4P2A1 Sarana dan prasarana RS M Yunus 2 jam 9 2 jam 9 Diterim -
Hamil 33-34 (Ruang intensive ( menit menit a
minggu ICU, CVCU/ICCU,
dengan PPI NICU, PICU, HCU)
dan PPT
2. Ny. S Susp. Sarana dan Prasarana RS M Yunus 1 jam - Ditolak ICU isolasi
Encepalopath (Ruangan Isolasi) 48 penuh
y Isolasi uga tidak menit
Toxoplasmosi mendukung, perlu
s dddilakukan CT Scan,
Encepalopaty Riwayat minum OAT
TB dan ARV dari RS M
Yunus
3. Ny. N Penurunan Penanganan / RS M Yunus 1 1 menit Diterim -
kesadaran ec perawatan lanjut menit a
SNH dan pasien (medik) - butuh
CKD stg V on ruangan perawatan
HD intensive stroke
4. Tn. Invaginasi/int Sarana dan prasarana RS M Yunus 12 - Ditolak Ruang ICU
AH ususepsi (Ruang intensive ( menit penuh
5. colocolica ICU, CVCU/ICCU, RS M Yunus 30 30 detik Diterim -
NICU, PICU, HCU)) - detik a
untuk penanganan post
OP yang tidak
memadai di RSHD
kota
6. Ny. ZS Stroke Dokter spesialis/sub RS 19 - Ditolak Ruang ICU
Ischemic spesialis tidak tersedia Bayangkara menit penuh
7. – penanganan lebih RS M Yunus 1 - Ditolak Ruang ICU
lanjut menit penuh
8. Tn. Diare Sarana dan prasarana RSU 2 2 menit Diterim
BH (Ruang Perawatan Rafflesia menit a
Biasa) - penanganan
lebih lanjut, ruangan
full
9. Tn. Hipoglikemia Sarana dan prasarana RS 20 20 detik Diterim -
MTS (Ruang Perawatan Bayangkara detik a
Biasa) -

12
PENANGANAN
LEBIH LANJUT,
RUANGAN FULL
10. Ny. Perdarahan Sarana dan prasarana RS M Yunus 8 - Ditolak Tindakan di
IW Post Partum (ICU, menit OK tidak ada
EC Rest CVCU/ICCU,NICU, yag bisa
Placenta PICU, HCU) – butuh digeser?
penanganan lebih Pasien
lanjut, ruangan OK transportable
sedang dipakai, butuh ? Retensio?
tindakan CITO,
ruangan ICU penuh
11. Tn. Obs Chest Dokter spesialis / sub RS M Yunus 2 2 menit Diterim -
AT Pain E.C spesialis tidak tersedia menit a
Stemi - PENANGANAN
LEBIH LANJUT
12. Tn. SN dysfagia+ Penanganan / RS M Yunus 10 20 menit Diterim -
hemiparese perawatan lanjut menit a
sinistra ec pasien (medik) - tindak
susp SNH dd lajut perawatan dan
SH pemeriksaan lanjutan
13. Tn. Hemiparese Penanganan / RS M Yunus 2 2 menit Diterim -
TW Dextra perawatan lanjut menit a
+Afasia pasien (medik)
Motorik Ec
Cerebral
Infarction
14. Ny. Impending Penanganan/perawatan RS M Yunus 8 - Ditolak Ruang ICU
NS Eklamsia lanjut pasien (medik) menit penuh
15. Tn. M Hemipareses Dokter spesialis / sub RS M Yunus 11 11 menit Diterim -
Flaccid spesialis tidak tersedia menit a
Sinistra - PENANGANAN
LEBIH LANJUT
16. Tn. R Afasia broca Penanganan / RS M Yunus 31 31 menit Diterim -
ec SNH perawatan lanjut menit a
pasien (medik)
17. Tn. A CKD Stg V Penanganan /
RS M Yunus 5 5 menit Diterim -
Syndrom perawatan lanjut menit a
Uremikum + pasien (medik) -
CHF EC HHD HEMODIALISA
+ TB Paru Ro DENGAN TB PARU
(+)
18. Tn. Penurunan Penanganan / RS M Yunus 30 30 detik Diterim -
MS Kesadaran ec perawatan lanjut detik a
ICH dd TIA pasien (medik) -
Dokter spesialis Syaraf
sedang tidak berada di
tempat dan ct scan
tidak tersedia di RSHD

13
19. Ny. Ulkus Sarana dan prasarana RS M yunus 3 Ditolak Silahkan
RN Diabetikum et (ruang isolasi) – menit perbaiki
Pedis sinistra penanganan lebih keadaan
+ DM Tipe 2 lanjut umum di
bagian
penyakit
dalam, jika
pasien stabil
silahkan
rujuk ke poli
orthopedi
20. RS Rafflesia 12 Ditolak Ruangan
menit Kelas 3
penuh
21. RS 5 Ditolak Ruang isolasi
Bayangkara menit tidak tersedia
22. Tn. K CKD on HD Penanganan RS / 22 22 menit Diterim -
perawatan lanjut
Bayangkara menit a
pasien (medik) -
pemasangan CDL
dengan USG guide
23. by RDS,BBLR Sarana dan prasarana RS M Yunus 3 3 menit Diterim -
prematur,SN (Ruang intensive ( menit a
AD,NEC,neu ICU, CVCU/ICCU,
bron affectif NICU, PICU, HCU)) -
by caesaria pasien membutuhkan
delvry alat bantu pernafasan
cpap,konsul spesialis
jantung
24. Ny. YJ Stemi Dokter spesialis / sub RS M Yunus 3 3 menit Diterim -
Anterior+ spesialis tidak tersedia menit a
CKD stg V +
Edem Paru +
DM dengan
ulkus
diabetikum
25. Tn. B Shock Sarana dan prasarana RS M Yunus 1 1 menit Diterim -
Cardiogenik (Ruang intensive ( menit a
Dengan ICU, CVCU/ICCU,
Oedema Paru NICU, PICU, HCU)) -
+ STEMI Untuk
anterior + DM penatalaksanaan lebih
TIPE 2 lanjut
26. Tn. Penurunan Dokter spesialis / sub RS M Yunus 20 20 detik Diterim -
EH Kesadaran ec spesialis tidak tersedia detik a
ICH + DM - Mohon
tipe 2+ CAP Penatalaksanaan
dengan sepsis selanjutnya, Ruang
Rawatan ICU

14
Berdasarkan data pasien rujukan keluar SISRUTE RSHD Kota Bengkulu di bulan
Agustus 2019 terdapat 26 pasien yang dirujuk, 6 diantaranya rujukan ditolak oleh rumah
sakit rujukan. Pasien rujukan keluar terdiri dari 14 pasien Penyakit Dalam , 7 pasien Saraf,
2 pasien Obgyn, 2 Pasien Bedah, dan 1 pasien anak. Adapun alasan dari penolakan rujukan
adalah ruangan yang penuh, kondisi pasien yang tidak jelas, dan pasien disarankan rujuk
ke poli langsung. Respon time terlama yaitu 2 jam 9 menit dan tercepat 20 detik dengan
rata-rata respon time 15 menit.

Kecepatan respon time dalam merujuk pasien menggunakan SISRUTE dapat di


pengaruhi dari beberapa hal. Pertama, faktor jaringan internet yang digunakan oleh rumah
sakit baik rumah sakit yang merujuk maupun rumah sakit rujukan. Berdasarkan hasil riset
OpenSingal dalam salah satu artikel Cable News Network (CNN) Indonesia di ketehui
bahwa kecepatan internet 4G Indonesia menempati peringkat ke-74 dari 77 negara di
seluruh dunia. Ini berarti kecepatan internet Indonesia ada di posisi keempat terbawah.
Laporan ini mencatat kecepatan internet dari 94 juta perangkat yang terlibat dalam riset
selama 1 Januari hingga 31 Desember 2018. Hasil riset ini mencatat Indonesia memiliki
kecepatan batas bawah jaringan 4G sebesar 6 Mbps. Kecepatan ini sangat jauh tertinggal
dibandingkan Korea Selatan yang berada pada peringkat pertama batas maksimal
kecepatan 4G dengan kecepatan 55,7 Mbps. Sehingga hal ini dapat menghambat proses
pengiriman maupun penerimaan informasi SISRUTE tersebut. 11

Kedua, faktor dari rumah sakit pengirim. Kurang lengkapnya informasi pasien
yang dikirim dan alat bantu medis yang belum terpasang serta alasan rujukan yang kurang
jelas akan memperlambat proses transfer pasien. Hal ini akan memberi peluang terjadinya
dialog antara rumah sakit pengirim dan rumah sakit rujukan, sehingga dibutuhkan durasi
lebih lama.

Ketiga, faktor rumah sakit rujukan. Tidak ada petugas khusus sebagai operator
SISRUTE pada setiap rumah sakit. Semua tenaga kesehatan di IGD berkewajiban
merespon rujukan yang masuk. Sehingga ketika ada rujukan yang masuk harus ada kerja
sama antara tenaga kesehatan (dokter maupun perawat) untuk merespon rujukan tersebut.
Pasien yang sedang banyak di IGD akan mengalihkan fokus tenaga kesehatan di IGD untuk
menangani pasien-pasien tersebut. Sehingga hal ini bisa memperlambat respon terhadap
rujukan yang masuk.

15
Seperti hal nya yang terjadi di RSUD Sinjai, data rumah sakit rujukan pada Sisrute
tidak diperbaharui dan adanya gangguan jaringan internet pada saat melakukan rujukan
membuat prosedur rujukan di era JKN dirasakan cukup ribet. Persoalan lainnya yang
sering dihadapi pada pelayanan sistem rujukan ketika RSUD Sinjai merujuk pasien ke
fasilitas kesehatan selanjut- nya adalah tidak ada kamar untuk pasien rujukan. Hal ini
membuat masa rujukan menjadi lebih lama sehingga pasien dapat kehilangan periode emas
untuk mendapatkan pengobatan. Kepuasan kerja tenaga medis dipengaruhi oleh
kemudahan rujukan. Kemudahan sistem rujukan dapat menjadi indikator sebuah RS yang
dikelolah dengan baik, membantu tenaga medis memberikan pelayanan pengobatan
terbaik.12,13

Dari hasil monitoring dan evaluasi penggunaan aplikasi SISRUTE pada akhir
bulan november 2018 didapatkan beberapa keluhan yang kurang lebih sama dengan
permasalahan SISRUTE di RSHD Kota Bengkulu. Masalah yang dikeluhkan, yaitu masih
ada RS yang tidak komit dengan informasi balik di sistem, data informasi pasien yang di
rujuk kurang lengkap sehingga menyulitkan RS rujukan memberi jawaban, serta update
data terkait informasi kompenen sisrute yang tidak dilakukan secara optimal.10

16
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapatkan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1) Sistem rujukan di era JKN menggunakan SISRUTE dilakukan sesuai kebutuhan klinis
pasien tanpa harus berjenjang.
2) SISRUTE memudahkan informasi dan komunikasi rujukan di seluruh fasilitas
kesehatan indonesia.
3) Aplikasi SISRUTE memberikan Informasi rujukan terkait kejelasan pasien diterima
dan informasi data medik pasien untuk memudahkan tindakan selanjutnya.
4) Terdapat beberapa yang yang dapat memperlambat maupun menhambat proses rujukan
menggunakan SISRUTE, yaitu ketidakstabilan jaringan internet, data pasien yang
dirujuk tidak lengkap, alasan rujukan yang kurang jelas, serta tidak ada petugas kusus
sebagai operator SISRUTE.
4.2 Saran

Berikut saran yang dapat diberikan terhadap sistem rujukan SISRUTE RSHD Kota
Bengkulu:

1) Isi data kondisi pasien selengkap mungkin, sehingga tidak terjadi komunikasi yang
panjang di SISRUTE.
2) Jika pasien membutuhkan alat bantu medis seperti NGT, Kateter, ETT, dll usahakan
sudah terpasang sehingga proses transfer bisa dilakukan segera mungkin.
3) Dalam melakukan rujukan keluar menggunakan SISRUTE sertai dengan komunikasi
verbal terhadap Rumah Sakit rujukan agar SISRUTE dapat direspon dengan segera.
4) Membuat dan menerapkan SOP SISRUTE disetiap rumah sakit agar ada kesamaan
persepsi dan prosedur dalam merujuk pasien sehingga aplikasi SISRUTE dapat di
manfaatkan semaksimal mungkin.
5) Meningkatkat komitmen stakeholder di RS dan luar RS
6) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan aplikasi SISRUTE secara
simultan dan parallel pada semua RS/PKM/ RS/PKM/Fasilitas kesehatan lainnya yang
difasilitasi oleh Dinas Kesehatan dan RS Rujukan

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Majelis Umum PBB. 1948. Deklarasi universal hak-hak asasi manusia. Resolusi 217
A (III). Palais de Chaillot, Paris.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 tahun 2015 tentang Pencegahan
Kecurangan (fraud) dalam Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan pada Sistem
Jaminan Sosial Nasional.Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
3. BPJS Kesehatan, 2014. Info BPJS Kesehatan: Ikuti Prosedurnya, Dapatkan
Manfaatnya, Menggali Rujukan Berjenjang. Jakarta : BPJS Kesehatan.
4. Putri, A., 2016. Tinjauan Pelaksanaan Sistem Rujukan Pasien BPJS Di Puskesmas
Walantaka Kota Serang Banten. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada.
5. BPJS Kesehatan, 2016. Peraturan BPJS Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penerapan
Kendali Mutu dan Kendali Biaya Pada Penyelenggaraan Program JKN. Jakarta:
BPJS Kesehatan.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan
Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
7. Peraturan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 922 tahun 2008 tentang Pedoman
Teknis Pembagian Urusan Kesehatan antara Pusat, Propinsi dan Kabupaten/kota.
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
8. BPJS Kesehatan. 2014. Panduan praktis : sistem rujukan berjenjang. Jakarta : BPJS
Kesehatan.
9. Direktoral Jendral Pelayanan Kesehatan. 2019. Sistem rujukan terintegrasi. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Repunlik Indonesia.
10. Saleh, K. 2018. Sisrute nasional. Bogor: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
11. CNN Indonesia. 2019. Kecepatan internet indonesia keempat terbawah.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/kecepatan-internet-indonesia-peringkat-
empat-terbawah. Diakses pada tanggal 1 Desember 2019.
12. Arifin NF, Pasinringi SA, Palu B. Kepuasan Kerja Tenaga Medis pada Era Jaminan
Kesehatan Nasional. The Indonesian Journal Of Public Health. 2018; 14(2).
13. Grembowski D, Paschane D, Diehr P, Katon W, Martin D, Patrick Dl. Managed Care,
Physician Job Satisfaction, And The Quality Of Primary Care. J Gen Intern Med.
2005;20(3):271-277.
14. Savitri Y. 2019. Penguatan sistem rujukan berbasis online serta arah kebijakan
klasifikasi rumah sakit terbaru. Kementrian kesehatan RI. Bekasi.

18

Anda mungkin juga menyukai