PEMBIAYAAN KESEHATAN
PEMBIAYAAN
KESEHATAN
KONSEP DAN BEST PRACTICES
DI INDONESIA
DAFTAR ISI
iii
PROLOG
Implementasi program ini digarap oleh ThinkWell sebagai lembaga pelaksana kegiatan,
bekerja sama dengan Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pusat Kebijakan dan Manajemen
Kesehatan, Universitas Gadjah Mada, Results for Development (R4D), serta mitra
pemerintah lainnya seperti Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN).
Berbagai upaya peningkatan kapasitas yang sudah dilakukan USAID HFA dan PPJK
Kementerian Kesehatan antara lain serial seminar, diskusi pertukaran pengalaman, dan
iv
pelatihan tentang berbagai topik ekonomi kesehatan yang melibatkan tenaga
kesehatan dan akademisi kesehatan bagi dari lingkungan pemerintah dan
nonpemerintah. Beberapa contoh kegiatan yang bisa disebut misalnya “Pelatihan
“Pelatihan Jurnalistik bidang Ekonomi Kesehatan” dan “Pelatihan Analisis Sosioekonomi
dan Kesehatan”.
Salah satu perhatian HFA adalah konsolidasi dan peningkatan kapasitas ilmu
ekonomi kesehatan di kalangan ahli dan akademisi muda. Untuk tujuan ini, HFA dan
PPJK telah melaksanakan program The Young Health Economists, yang
menghasilkan seri buku didaktik di bidang ekonomi kesehatan.
Seri Ekonomi Kesehatan terdiri dari enam buku, yaitu (1) Pengantar Ekonomi Kesehatan;
(2) Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (3) Belanja
Strategis Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (4) Evaluasi Ekonomi
dan Penilaian Teknologi Kesehatan: Konsep dan Praktik Terbaik di Indonesia; (5) Akun
Kesehatan Nasional; dan (6) Manajemen Keuangan dan Akuntansi dalam Ekonomi
Kesehatan.
Buku seri ini ditulis dengan niat besar mendorong dan memperkenalkan ilmu
ekonomi kesehatan sebagai insight dan jalan keluar bagi pengembangan sistem
kesehatan di Indonesia. Ekonomi kesehatan, yang pertama kali digaungkan oleh
ekonom Kenneth Arrow pada 1963, pada akarnya mengobservasi interaksi antar-faktor
determinan kesehatan dan fungsi sistem layanan kesehatan demi menghasilkan derajat
kesehatan terbaik.
Buku seri ini diharapkan dapat menjadi sumber belajar dan referensi bagi akademisi
dan praktisi kesehatan, serta para perencana kebijakan kesehatan baik di tingkat pusat
maupun daerah, terutama mereka yang ingin melakukan penelitian atau mendesain
program-program pelayanan kesehatan secara efisien dan tepat sasaran.
Proses penyusunan Seri Ekonomi Kesehatan ini menempuh jalan panjang. Serial modul
ini merupakan hasil dari rangkaian kegiatan peningkatan kapasitas, pelatihan, dan
diskusi intensif banyak pihak yang diselenggarakan oleh Program HFA.
Seri EKonomi Kesehatan ditulis secara kolaboratif oleh para ekonom muda yang
menjadi peserta kegiatan peningkatan kapasitas dengan latar belakang profesi yang
beragam. Di dalam modul yang ditulisnya kita akan melihat bagaimana mereka
memandang ekonomi kesehatan dari perspektif dan kepakarannya masing-masing.
Para penulis mengembangkan buku ini dengan bimbingan seorang penyelia pada setiap
topik. Dalam waktu yang cukup lama, penulis dan penyelia ini bersama-sama
mendalami dan mengembangkan setiap topik sehingga menghasilkan buku yang
komplet seperti sekarang. Materi buku juga telah melewati proses review yang
melibatkan beragam pemangku kebijakan di sektor kesehatan. Merekalah yang
memberikan masukan terhadap konten buku dari sisi praktikal terhadap setiap topik
pembahasan. Melalui proses ini, HFA USAID dan PPJK Kemenkes RI berharap buku
ini memiliki kedalaman konten yang memadai, baik dari sisi teoretis maupun praktik
pengelolaan pembiayaan kesehatan.
Buku Seri II yang tengah Anda baca ini berjudul Pembiayaan Kesehatan: Konsep dan
Praktik Terbaik di Indonesia. Buku akan mengantarkan Anda untuk mendalami Konsep
Pembiayaan Kesehatan, Proses Pembiayaan Kesehatan, Konsep Asuransi Sebagai
Bagian Pembiayaan Kesehatan, Ekuitas dalam Kesehatan, dan Kebijakan dan Potret v
Pembiayaan Kesehatan.
BAB
1
1
Konsep Pembiayaan Kesehatan
Pengantar
Biaya Kesehatan
2 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Biaya kesehatan merupakan sejumlah dana yang perlu disiapkan
dalam menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk memenuhi kebutuhan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat. Biaya kesehatan dibagi menjadi dua
perspektif (Azwar, 1996): perspektif penyedia layanan kesehatan
dan perspektif pengguna jasa.
3
dana yang tidak
4 PEMBIAYAAN KESEHATAN
sesuai, pemanfaatan dana yang tidak tepat, pengelolaan dana
yang belum baik, hingga biaya kesehatan yang terus meningkat.
5
2. Pembiayaan swasta, dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung. Pembayaran langsung merupakan pembayaran
pribadi yang dilakukan langsung kepada berbagai penyedia,
termasuk praktik swasta, tabib tradisional, dan apoteker. Biaya
pengguna untuk layanan yang disediakan pemerintah atau
pelayanan kesehatan swasta yang berasal dari kantong sendiri
dianggap sebagai pembiayaan kesehatan dari sumber swasta.
Biaya yang sama, kontribusi, atau pra-pembayaran oleh
anggota dalam skema pembiayaan masyarakat juga dianggap
berasal dari sumber non-pemerintah.
Pembayaran tidak langsung merupakan pembayaran
layanan kesehatan oleh pengusaha sebagai cakupan dan
pembiayaan kesehatan oleh badan non-pemerintah lainnya,
seperti pengumpulan dana amal.
3. Pembiayaan asuransi kesehatan. Ada tiga jenis asuransi utama,
yaitu asuransi pemerintah atau sosial, asuransi swasta, dan
asuransi berbasis pengusaha atau pekerja.
4. Pembiayaan sumber eksternal. Pembiayaan ini bersumber
dari bantuan organisasi luar dalam membantu program
kesehatan, seperti dari WHO, World bank, dan organisasi
lain dalam membiayai program prioritas kesehatan suatu
negara, seperti HIV, TB, Malaria, dan imunisasi. Selama lima
belas tahun terakhir, pendanaan eksternal meningkat secara
signifikan untuk kesehatan di negara-negara berpenghasilan
rendah dengan beban penyakit yang tinggi. Bantuan
pembangunan untuk kesehatan, biasa disebut bantuan asing,
merupakan porsi yang signifikan dari pengeluaran kesehatan
di negara-negara berpenghasilan rendah, rata-rata 40% dari
total pengeluaran perawatan kesehatan (J. L. Dieleman et al.,
2016).
secara efektif.
Dalam sistem
kesehatan,
tujuan
pembiayaan
kesehatan adalah
menyediakan
pendanaan dan
menetapkan
insentif atau
pembiayaan bagi
penyedia layanan,
serta
memastikan
semua individu
memiliki akses
terhadap
pelayanan
kesehatan
masyarakat
6 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pembiayaan 2010).
Kesehatan
Pembiayaan kesehatan menjadi suatu bagian yang sangat
mendasar dari sistem kesehatan. Dengan dukungan pembiayaan
Menurut Organisasi
kesehatan, sistem kesehatan akan mampu memelihara dan
Kesehatan Dunia
atau World Health
Organization
(2000),
pembiayaan
kesehatan
mengacu pada
fungsi sistem
kesehatan yang
berkaitan dengan
pengumpulan,
alokasi, dan
mobilisasi dana
untuk memenuhi
kebutuhan
kesehatan
masyarakat,
secara individu dan
kolektif. Dalam
sistem kesehatan,
tujuan pembiayaan
kesehatan adalah
menyediakan
pendanaan dan
menetapkan
insentif atau
pembiayaan bagi
penyedia layanan,
serta memastikan
semua individu
memiliki akses
terhadap
pelayanan
kesehatan
masyarakat secara
efektif. Lebih
lanjut lagi, WHO
menjelaskan
bahwa
pembiayaan
kesehatan
mengacu pada
bagaimana
menggunakan
sumber daya
keuangan untuk
memastikan
bahwa sistem
kesehatan dapat
memenuhi
kebutuhan
kesehatan setiap
orang secara
kolektif & memadai
(Organization,
7
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan manusia. Pada
Sumber
kondisi yang sangat ekstrem, ketidaktersediaan pendanaan
pembiayaan
kesehatan akan menyulitkan layanan kesehatan, pengobatan,
kesehatan suatu
pelaksanaan program, pencegahan, dan promosi kesehatan.
negara dapat
Pembiayaan bukan hanya sekadar menghasilkan pendanaan,
berasal dari
melainkan negara mampu memantau dan mengevaluasi
pemerintah dan
pembiayaan untuk sistem kesehatan dengan menggunakan
non-pemerintah
berbagai indikator. Pembiayaan kesehatan bukan hanya
yang akan
membahas cara meningkatkan dana pelayanan kesehatan,
digunakan
melainkan juga mencakup alokasi pendanaan yang ada.
secara luas
untuk
Sumber pembiayaan kesehatan suatu negara dapat berasal
membiayai upaya
dari pemerintah dan non-pemerintah yang akan digunakan
kesehatan.
secara luas untuk membiayai upaya kesehatan. Namun, sering
kali terjadi persaingan alokasi pendanaan dalam suatu sistem.
Cara pengalokasian dana tidak hanya dipengaruhi oleh cara
layanan, tetapi juga penetapan prioritas dalam hukum ekonomi
kesehatan (Tulchinsky & Varavikova, 2014). Pembiayaan kesehatan
diharapkan mampu menyediakan sumber daya dan insentif untuk
pelaksanaan sistem kesehatan. Selain itu, pembiayaan
kesehatan menjadi penentu utama kinerja sistem kesehatan
dalam hal pemerataan, efisiensi, dan outcome kesehatan
(Schieber, Baeza, Kress, & Maier, 2006).
8 PEMBIAYAAN KESEHATAN
pengumpulan dana dalam bentuk tabungan. Ketika dibutuhkan,
individu tersebut dapat memakai dana tersebut. Model ini
dapat meng-cover biaya pelayanan kesehatan yang bersifat
primer dan lanjutan, tetapi individu akan mengalami kesulitan
membiayai pelayanan yang bersifat kronis dan kompleks. Oleh
sebab itu, perlu model pembiayaan lain untuk mendukung
model ini dalam menanggung biaya kesehatan yang kompleks
dan populasi yang lebih luas.
4. Pembiayaan informal
Model ini tidak mengatur besaran, jenis, dan mekanisme
pembayaran. Besaran biaya disesuaikan dengan kesepakatan
antara penyedia dan pengguna layanan kesehatan. Umumnya
penyedialayanankesehatanlebihdominandalampengaturannya.
Selain uang, barang dapat digunakan sebagai alat tukar untuk
memperoleh pelayanan kesehatan, misalnya dari penyedia
layanan kesehatan mantri atau pengobatan tradisional. Model
ini biasanya diadopsi oleh negara-negara berkembang yang
belum memiliki sistem kesehatan yang mampu melindungi
seluruh masyarakatnya.
5. Pembiayaan berbasis-asuransi (insurance-based)
Dalam model ini individu tidak membiayai pelayanan kesehatan
secara langsung, tetapi terjadi pengalihan risiko kesakitan
seseorang menjadi risiko kelompok. Selain itu, terjadi
pembagian risiko biaya secara adil. Biaya pelayanan kesehatan
disesuaikan dengan perhitungan dan akan ditanggung dari
dana yang telah dikumpulkan bersama. Individu membayar
premi dengan mekanisme pembayaran yang diatur oleh
organisasi pengelola dana asuransi.
9
menciptakan akses, keadilan, dan efisiensi pelayanan kesehatan.
Pembiayaan pelayanan kesehatan di negara-negara
berpenghasilan menengah ke atas dan tinggi umumnya
disediakan melalui asuransi kesehatan (sering kali berbasis
lapangan pekerjaan atau serikat pekerja) atau pembiayaan
pemerintah yang didanai oleh perpajakan umum.
Gambar 1.1.
Hubungan
Fungsi-Fungsi
Pembiayaan
Kesehatan
1 PEMBIAYAAN KESEHATAN
0
Fungsi pembiayaan kesehatan di atas memiliki implikasi yang
penting untuk mendukung kerja sistem kesehatan berupa:
1. Jumlah dana yang tersedia (saat ini dan di masa depan) dan
tingkat layanan esensial dan perlindungan keuangan bagi
populasi.
2. Keadilan (ekuitas).
3. Efisiensi ekonomi dari upaya peningkatan pendapatan.
4. Tingkat pooling (subsidi risiko, asuransi) dan pembayaran di
muka (ekuitas subsidi)
5. Jumlah dan jenis layanan yang dibeli dan dikomsumsi terhadap
dampak kesehatan dan biaya kesehatan (efektivitas biaya dan
efisiensi alokasi layanan)
6. Efisiensi teknis dari produksi layanan (tujuannya adalah untuk
menghasilkan setiap layanan dengan biaya rata-rata minimum)
7. Akses fisik dan finansial dan ke layanan oleh populasi
(termasuk ekuitas akses dan manfaat)
11
Cakupan universal wajib berada di bawah sistem jaminan
sosial. Kontribusi asuransi ini bersumber dari karyawan dan
pemberi kerja. Model Bismarck meliputi struktur, pembiayaan,
dan pemberian pelayanan kesehatan. Dalam hal ini, model
Bismarck mewakili layanan yang tersedia bagi karyawan
melalui cakupan asuransi kesehatan yang disponsori oleh
majikan. Model Bismarck diadopsi oleh Jerman, Perancis,
Belgia, Belanda, Jepang, Swiss, dan beberapa bagian di
Amerika Latin.
3. Asuransi swasta
Pembelian asuransi kesehatan swasta ini berbasis pada
perusahaan atau perorangan. Model asuransi kesehatan swasta
dengan akses manfaat yang dikondisikan berdasarkan polis
asuransi swasta. Dana yang dialokasikan untuk membiayai
manfaat layanan kesehatan berasal dari premi asuransi swasta.
Produsen layanan kesehatan adalah entitas swasta. Negara-
negara Anggota Uni Eropa dan Amerika Serikat membangun
sistem pembiayaan mereka berdasarkan model ini.
1 PEMBIAYAAN KESEHATAN
2
mework McIntyre dan Kutzin (2016)
13
Meskipun pendapatan dimasukkan ke kumpulan tunggal, tarif
1 PEMBIAYAAN KESEHATAN
4
premium bervariasi berdasarkan status pekerjaan di Indonesia.
Sumber pendapatan asuransi kesehatan nasional terdiri dari
kontribusi sosial dan subsidi pemerintah untuk orang miskin dan
target spesifik (Myint et al., 2019).
15
Gambar 1.2. Aliran Pembiayaan
Kesehatan
1 PEMBIAYAAN KESEHATAN
6
memberikan tantangan lain, seperti munculnya kelompok Spending in
“missing middle”. Istilah tersebut digunakan untuk menunjukkan 184 Countries.
sejumlah kecil orang yang terdaftar di UHC dengan kuintil The Lancet,
kekayaan Q2-Q3 dibandingkan orang di kuintil lainnya, dan 389(10083),
rendahnya cakupan UHC pada anak sejak lahir sampai usia 4 tahun 1981-2004.
(Agustina et al., 2018).
Penutup
Daftar Pustaka
Agustina, R., Dartanto, T., Sitompul, R., Susiloretni, K., Achadi, E.,
Taher, A., . . . Shankar, A. (2018). Universal Health Coverage
in Indonesia: Concept, Progress, and Challenges. Lancet
(London, England).
Dieleman, J., Campbell, M., & Chapin, A. (2017). And the Global
Burden of Disease Health Financing Collaborator Network.
Evolution and Patterns of Global Health Financing 1995-
2014: Development Assistance for Health, and
Government, Prepaid Private, and Out-Of-Pocket Health
17
Untuk mendorong tercapainya akses yang universal
dibutuhkan kebijakan pembiayaan yang memperhatikan
pemerataan
dan membantu penduduk miskin.
1 PEMBIAYAAN KESEHATAN
8
Dieleman, J. L., Schneider, M. T., Haakenstad, A., Singh, L., Sadat, N.,
Birger, M., . . . Chapin, A. (2016). Development Assistance
for Health: Past Trends, Associations, and the Future
of International Financial Flows for Health. The
Lancet, 387(10037), 2536-2544.
Marzoeki, P., Tandon, A., Bi, X., & Pambudi, E. S. (2014). Universal
Health Coverage for Inclusive and Sustainable
Development: Country Summary Report for Indonesia.
4
Organization, W. H. (2014). WHO Global Health Expenditure Atlas.
September 2014. WHO Global Health Expenditure Atlas.
Switzerland2014.
Schieber, G., Baeza, C., Kress, D., & Maier, M. (2006). Financing
Health Systems in the 21st Century. Disease Control Priorities
in Developing Countries, 225, 224.
Tandon, A., Cain, J., Kurowski, C., Dozol, A., & Postolovska, I. (2020).
From Slippery Slopes to Steep Hills: Contrasting
Landscapes of Economic Growth and Public Spending For
Health. Social Science & medicine, 259, 113171.
1
5
1 PEMBIAYAAN KESEHATAN: KONSEP DAN BEST PRACTICES DI INDONESIA
6
BAB
2
1
7
Proses Pembiayaan Kesehatan
8
Perencanaan (Planning)
Analisis Situasi
Deskripsi masalah Dari analisis situasi akan diperoleh deskripsi masalah kesehatan
kesehatan yang terjadi di dalam masyarakat, kinerja sistem pelayanan atau
diidentifikasi kesehatan hingga saat ini, faktor risiko lingkungan, dan faktor
dengan prinsip risiko perilaku (Gani, et al., 2002). Deskripsi masalah kesehatan
dan metode diidentifikasi dengan prinsip dan metode epidemiologi yang
epidemiologi menghasilkan besaran masalah kesehatan, distribusi kelompok
yan masalah kesehatan, dan kemungkinan sumber masalah
g menghasilkan kesehatan. Untuk melakukan deskripsi masalah, pengambil
besaran kebijakan dapat menganalisis data primer yang dikumpulkan
masalah dengan survei atau data sekunder yang dikumpulkan dari laporan
kesehatan puskemas, laporan rumah sakit, laporan program, survei
, distribusi demografi dan kesehatan Indonesia, Survei Sosial Ekonomi Sosial
kelompok (Susenas), dan lain-lain.
masalah
kesehatan, dan Kinerja atau sistem pelayanan dan program kesehatan disusun
kemungkinan berupa tren output layanan kesehatan apakah sesuai dengan
sumber masalah target yang ditentukan sebelumnya. Dalam menyusun kinerja
kesehatan. pelayanan dan program kesehatan dapat juga dicari masalah dan
tantangan yang ditemukan di lapangan. Hasil kinerja pelayanan
saat ini akan menjadi sangat penting untuk merumuskan
tujuan atau target output dalam proses perencanaan.
18 PEMBIAYAAN KESEHATAN
2.2.2. Penetapan Tujuan
20 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Identifikasi Kegiatan
Gambar 2.2.
Pengidentifikasian
Kegiatan
Gambar 2.3.
Rencana
Operasiona
l
22 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Perkiraan biaya dipergunakan untuk menganalisis
efektivitas biaya, evaluasi ekonomi, dan menilai dampak
dari sebuah program yang dilaksanakan lembaga milik
pemerintah dan swasata dalam mencegah, mendeteksi,
dan mengobati suatu penyakit.
Gambar 2.4.
Activity and Input
Based Costing and
Budgeting
2.3.1. Micro-Costing
24 PEMBIAYAAN KESEHATAN
menjadi dua bagian besar, yaitu perspektif dari penyedia layanan dan perspektif dari pengguna layana
Penganggaran (Budgeting)
26 PEMBIAYAAN KESEHATAN
yang memuat pendapatan dan pengeluaran, tetapi lebih dari
itu karena memuat komitmen nyata negara untuk
menyukseskan strategi kesehatan (Rajan et al, 2016). Byrne (2006)
mendefinisikan pentingnya penganggaran dalam kesehatan
sebagai berikut:
1. Kontrol penggunaan keuangan yang dapat ditunjukkan dengan
kesesuaian antara perencanaan (planning) dan penggunaan
anggaran sepanjang waktu berjalan.
2. Delegasi penggunaan keuangan yang akan meningkatkan
kecepatan pengambilan keputusan pada tingkat jabatan
organisasi dalam lembaga atau kementerian yang dapat
menggunakan anggaran.
3. Terjemahan dari perencanan yang tepat yang ditunjukkan
dengan distribusi alokasi dengan tepat dan produktivitas
penggunaan alokasi.
28 PEMBIAYAAN KESEHATAN
memiliki karakteristik masing-masing.
7. Penyusunan anggaran perlu memperhatikan kondisi adanya
mata anggaran yang dapat digunakan bersama antarprogram,
seperti anggaran supervisi program. Integrasi antarprogram
perlu dilakukan untuk mencegah ketumpangtindihan dan
inefisiensi.
30 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Gambar 2.7. Public Financial Ma
Performance Budgeting
32 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Gani, et al. (2002) menyampaikan dalam sektor kesehatan, anggaran
berbasis kinerja ditunjukkan dengan adanya keseimbangan antara
anggaran kegiatan pelayanan langsung dan kegiatan penunjang.
Kedua-duanya perlu disusun berdasarkan kebutuhan dan output
atau outcome yang jelas. Penelitian sebelumnya menunjukkan
beberapa negara telah melakukan Penganggaran Berbasis
Kinerja, seperti Australia, Kanada, Swedia, Belanda, Selandia
Baru, Inggris, dan Amerika Serikat. Terdapat berbagai tantangan
yang dihadapi dengan sangat baik oleh negara-negara tersebut
untuk melaksanakan Penganggaran Berbasis Kinerja (Sterck and
Scheers 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan OECD
(2008) langkah yang dapat dilakukan pemerintah dalam
menyusun Penganggaran Berbasis Kinerja dapat dilihat pada
Gambar 2.9.
Gambar 2.9.
Menyusun
Anggaran Berbasis
Kinerja
Public Spending.
Directorate General Pengukuran efisiensi dan efektivitas dapat dilakukan dengan
Economic and menggunakanperhitunganmodel DEA/Data Envelopment Analysis
Financial Affairs (Lo Storto and Goncharuk, 2017). Ukuran dasar efisiensi
(DG ECFIN), dibedakan menjadi dua, yaitu efisiensi alokatif dan efisiensi
European teknis. Secara konsep, efisiensi alokatif mengacu pada
Commission. penggunaan input yang bervariasi untuk menghasilkan kombinasi
output yang berbeda, sedangkan efisiensi teknis berkaitan dengan
pencapaian output maksimum dengan penggunaan biaya paling
rendah (Akazili et al, 2008). Contoh penggunaan input, output,
dan outcome di dalam pengukuran efisiensi dan efektivitas dapat
dilihat pada Gambar 2.11.
J., M.
Akazili, Adjuik, S.
Chatio,
E. Kanyomse,
A. Hodgson, M.
Aikins, and J.
Gyapong. (2008).
“What
Are the
Technical and
Allocative
Efficiencies of
Public Health
Centres in
Ghana?” Ghana
Medical
Journal.
Gambar 2.12.
Contoh Proses
Perhitungan
Efisiensi Alokatif
Estro Sihaloho
and Adiatma
Siregar. (2019).
30 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Pada saat diolah
menggunakan
DEA, model 1 akan
menghasilkan
indeks efisiensi
dari sistem
layanan
kesehatan,
sedangkan model
2 akan
menghasilkan
indeks efektivitas
dari layanan
kesehatan.
Orientasi pada
model 1 adalah
input dan output,
sedangkan
orientasi pada
model 2 adalah
ouput dan
outcome. Model 1
juga disebut
sebagai Efisiensi
Teknis karena
menggunakan
perpaduan jenis
input (moneter
dan nonmoneter).
Sementara itu,
efisiensi alokatif
biasanya
menggunakan
input berupa nilai
moneter. Contoh
proses perhitungan
efisiensi alokatif
(Sihaloho and
Siregar, 2019)
dapat dilihat pada
Gambar 2.12.
P
roses perencanaan dan
management, penganggaran berbasis
penganggaran diatur oleh UU
kinerja, dan kerangka pengeluaran
17/2003, UU 1/2004, UU 15/2004,
jangka menengah sudah mulai
dan UU 25/2004. Undang-undang
diperkenalkan kepada para pemangku
tersebut menuliskan bagaimana daerah
kebijakan (Widodo, 2017). Pada tahun
dan pusat memiliki peran yang sama
2011, penerapan penganggaran berbasis
penting dalam melakukan proses
kinerja dan kerangka pengeluaran
perencanaan hingga penganggaran.
jangka menengah untuk berbagai
program dan kegiatan di kementerian
Dengan sistem desentralisasi saat
atau lembaga. Hingga saat ini
ini, pemerintah daerah tidak bisa
pemerintah Indonesia masih perlu
menggantungkan proses perencanaan
meningkatkan kualitas penganggaran.
hingga penganggaran sepenuhnya
pada pemerintah pusat. Pemerintah
Penganggaran berbasis kinerja di
daerah tidak dapat hanya berpatokan
laporan keuangan Kementerian dan
pada data-data yang dimiliki oleh
lembaga masih bersifat administratif
pemerintah pusat untuk melakukan
karena realisasi serapan anggaran
analisis situasi. Pemerintah daerah
belum dapat menunjukkan apakah
harus berusaha memiliki data sendiri
realisasi anggaran sudah mencapai
dan menganalisisnya dengan benar
kinerja yang ditargetkan (Farhan, 2012).
sehingga menghasilkan perencanaan
Pemerintah perlu melakukan perbaikan
hingga penganggaran yang tepat.
dan melakukan evaluasi agar anggaran
berbasis kinerja tidak hanya dilakukan
Berbagai jenis penganggaran
pada tahap penyusunan, tetapi hingga
telah dilakukan oleh pemerintah
pada tahap pertanggungjawaban
Indonesia. Pada tahun 2003, metode
(Farhan, 2012).
penganggaran public finance
30 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Penutup
Proses Output dan outcome yang maksimal dari program kesehatan
pembiayaan di Indonesia membutuhkan pelaksanaan proses pembiayaan
kesehatan terdiri kesehatan yang benar sehingga pembiayaan menjadi tepat
dari tiga tahap, sasaran. Hal tersebut akan mendorong pembiayaan yang besar
yaitu proses untuk program yang penting dan mengurangi pembiayaan untuk
perencanaan, program yang tidak efisien.
proses
perhitungan Proses pembiayaan kesehatan terdiri dari tiga tahap, yaitu proses
biaya, dan perencanaan, proses perhitungan biaya, dan proses
proses penganggaran. Setiap pemangku kepentingan di Indonesia wajib
penganggaran. mengetahui ketiga proses tersebut secara baik dan benar.
Daftar Pustaka
32 PEMBIAYAAN KESEHATAN
Enrique, Burches, and Burches Marta. (2020). Efficacy, Effectiveness
and Efficiency in the Health Care: The Need for an
Agreement to Clarify Its Meaning. International Archives of
Public Health and Community Medicine.
33
PROSES PEMBIAYAAN KESEHATAN
OECD. (2008). Policy Brief Performance Budgeting: A Users’
Guide. (March).
Paulus, Aggie, Arno van Raak, and Femke Keijzer. (2002). ABC:
The Pathway to Comparison of the Costs of Integrated
Care.
Public Money and Management.
34 PEMBIAYAAN KESEHATAN
BAB
Konsep Asuransi
Sebagai Bagian
3 Pembiayaan Kesehatan
Pengantar
Gambar 3.2.
Kedudukan
Pembiayaan
Kesehatan
dalam Peraturan
Perundangan
Peraturan Presiden
No. 18 Tahun 2020
Tentang
RPJMN 2020-2024.
Sejalan dengan Pilar Jaminan Sosial pada Gambar 3.1, pilar Asuransi
Sosial bekerja dengan kontribusi iuran aktif dari masyarakat,
sedangkan iuran masyarakat tidak mampu ditanggung atau
dibayarkan oleh pemerintah. Hal ini secara tidak langsung
menggambarkan kedudukan skema asuransi kesehatan dalam
kerangka sistem kesehatan secara umum, terutama terkait
dengan skema pembiayaan kesehatan. Di sisi lain, pembiayaan
kesehatan yang bukan bersifat personal, seperti program
fogging dan perbaikan sanitasi, menjadi bagian dari pembiayaan
pemerintah, baik pada tingkat pusat maupun daerah.
Cakupan Kepesertaan
Gambar 3.5.
Tren Cakupan
Kepesertaan JKN
2014-2018
Dewan Jaminan
Sosial Nasional. (2020).
Statistik
JKN 2014-2018.
Jakarta.
Gambar 3.6.
Tren Pertumbuhan
Fasilitas Kesehatan
Primer dan
Rujukan 2014-2018
Akses
Gambar 3.7.
Tren Peningkatan
Akses Layanan
Kesehatan 2014-
2018
Konsumsi
Gambar 3.8.
Tren Peningkatan
Konsumsi Layanan
Kesehatan 2014-
2018
Dewan Jaminan
Sosial Nasional. (2020).
Statistik
JKN 2014-2018.
Jakarta.
Pembiayaan Kesehatan
Penutup
Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama akan membahas
latar belakang dari isu ekuitas kesehatan. Bagian kedua akan
membahas konsep ekuitas serta mendiskusikan beberapa isu
mengenai konsep akses dan kebutuhan. Bagian ketiga akan
memaparkan kajian empiris yang sudah dilakukan oleh peneliti.
Latar Belakang
Gambar 4.1.
Kerangka Sistem
Kesehatan WHO
(2007)
World Health
Organization. (2000).
The World Health Report
2000: Health Systems.
Improving Performance.
World Health
Organization.
Konsep Ekuitas
Definisi Kebutuhan
Definisi Akses
1 Pembaca yang menginginkan bahasan yang lebih teknis dan menyeluruh serta ingin
mendalami teknik analisis dengan data rumah tangga silakan merujuk ke O. O’Donnell,
Van Doorslaer, E., Wagstaff, A., & Lindelow, M. (2007). Analyzing Health Equity Using
Household Survey Data: A Guide to Techniques and Their Implementation. The World
Bank.
Bukti Empiris
Gambar 4.4.
Kemudahan Akses
ke Rumah Sakit
Menurut Provinsi
Studi Morbiditas
Faktor Penawaran
Gambar 4.5.
Tren Jumlah
Puskesmas
Diolah dari
Presentasi BPJS
Kesehatan. (2018))
Penutup
Babinimembahassecarasingkatmengenaiekuitasdalamkesehatan.
Ketimpangan dalam kesehatan telah menjadi agenda global saat
ini. Bukti-bukti empiris mulai memperlihatkan seberapa inklusif
dan responsif sistem kesehatan di suatu negara. Dalam sudut
pandang ilmu ekonomi, ketimpangan adalah potensi terhadap
inefisiensi atau alokasi sumber daya yang tidak optimal.
Ketimpangan juga mengindikasikan disparitas dari apa yang
dibutuhkan dengan apa yang tersedia. Mengoreksinya
membutuhkan perencanaan dan kebijakan yang baik dari semua
elemen, tidak hanya mendapatkan titik optimal dalam alokasi
sumber daya, tetapi juga berkenaan dengan aspek etis dari
ketimpangan itu sendiri.
65
upaya mewujudkan Health Care Reform. Saat itu, pemerintah
Amerika Serikat berupaya melakukan perbaikan terhadap
tingginya biaya kesehatan yang berdampak pada anjloknya
dunia industri. Industri mobil di Amerika kalah bersaing
dengan Jepang karena harga per unitnya bisa mencapai dua
kali lebih mahal daripada Jepang (Trisnantoro, 2014). Dengan
demikian, kesehatan bukan hanya merupakan hak dari warga
negara, melainkan investasi yang menentukan pertumbuhan
perekonomian suatu negara.
Malaysia
66
Pajak untuk alat kesehatan dan obat-obatan dibebaskan untuk memprioritaskan di
menekan biaya operasional pelayanan kesehatan. Praktik dokter
dibatasi di satu tempat pada fasilitas pelayanan kesehatan baik
milik pemerintah atau swasta, untuk menjaga mutu layanan.
Meskipun demikian, pemerintah tetap menjamin pendapatan yang
tinggi bagi dokter sebagai apresiasi bagi profesi medis. Klaim
pembiayaan kesehatan di rumah sakit menggunakan sistem
Global Budget (WHO, 2005).
Thailand
67
Thailand menerapkan sistem pelayanan kesehatan
rujukan, dari PCU untuk upaya promotif- preventif,
hingga jenjang berikutnya, yaitu rumah sakit distrik
(rumah sakit sekunder dan tersier, serta rumah sakit
pendidikan).
68
layanan kesehatan tingkat lanjut (Indrayathi PA, 2016).
Thailand mulai membangun pusat medis dengan spesialisasi
tertentu, seperti kardiologi, onkologi, neurologi, neonatal,
gastrointestinal, ortopedi, dan optometry. (Futuready, 2016).
5.2.3 Taiwan
Jepang
Setelah Perang
Dunia II, Sejak tahun 1927, Jepang sudah memulai jaminan kesehatan
Jepang bagi para pekerja sektor swasta, tetapi manfaatnya masih kurang
berupay komprehensif (Fukawa, Tetsuo, 2002). Setelah Perang Dunia II,
a meningkatkan Jepang berupaya meningkatkan sistem kesehatan, termasuk
sistem kesehatan, asuransi kesehatannya. Pada tahun 1954 ditetapkan subsidi untuk
termasuk asuransi kesehatan sebesar 1 Miliar Yen. Hal ini bertujuan untuk
asuransi memenuhi UHC yang akhirnya tercapai pada tahun 1961. Sejak
kesehatannya. tahun 1973 penduduk lansia sudah tidak membayar iuran
(Ikegami, Naoki, et al., 2004).
69
antaranya adalah
National Health
Insurance, Mutual
Aid Insurance,
dan
70
Advanced Eldery Medical Service System. Semua sistem asuransi
memberlakukan pelayanan kesehatan yang sama. Harga
perawatan medis berdasarkan rekomendasi The Central Social
Insurance Medical Council yang ditentukan oleh pemerintah.
Harga obat berdasarkan standar yang ditetapkan pemerintah.
Jaminan kesehatan di Jepang tidak mengenal sistem rujukan
sehingga peserta bebas memilih layanan kesehatan baik di klinik
dokter maupun langsung ke rumah sakit (Pernando, Anggara, 2015).
Amerika Serikat
71
asuransiatautidak. Halinimenyebabkanbiayaoperasionalkesehatan
di Amerika Serikat semakin besar, premi meningkat setiap tahun,
mutu pelayanan kesehatan diragukan, dan unnecessary utilization
meningkat. Tingginya biaya kesehatan berdampak pada produk
domestik bruto di Amerika Serikat (Trisnantoro L, 2014).
Inggris
NHS
memberikan Inggris memperkenalkan asuransi kesehatan nasional sejak tahun
hampir semua 1911 dan saat ini telah mencapai UHC. Sistemnya dikenal dengan
jenis pelayanan National Health Service (NHS), yaitu suatu sistem kesehatan yang
kesehatan secara dikelola oleh pemerintah dan sebagian besar dananya bersumber
gratis, kecuali dari pajak umum (tax-funded). NHS memberikan hampir
pembayaran semua jenis pelayanan kesehatan secara gratis, kecuali
obat yang pembayaran obat yang diresepkan (prescription drug),
diresepkan, pengobatan gigi, dan mata.
pengobatan gigi,
dan mata. NHS melakukan efisiensi biaya yang bertujuan untuk
memperbaiki pelayanan kesehatan. Inggris juga memberi
kesempatan bagi warganya untuk membeli pelayanan kesehatan
tambahan melalui asuransi swasta. Ada beberapa faktor yang
memengaruhi Inggris bertransisi menuju UHC. Pertama, tingkat
pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga meningkatkan
kemampuan warga negara untuk membayar premi. Kedua,
pertumbuhan sektor formal sehingga memudahkan pengumpulan
kontribusi (revenue collection). Faktor selanjutnya adalah
ketersediaan tenaga terampil dalam pengelolaan sistem asuransi
kesehatan nasional, kemampuan pengumpulan (pooling) dana
dan integrasi berbagai skema asuransi kesehatan, serta
efektivitas regulasi pemerintah (WHO, 2005).
72
sistem pembiayaan
kesehatan yang
tepat.
73
Pembiayaan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk dilakukan melalui
menyediakan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan Sistem Kesehatan
dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan Nasional (SKN). Salah
termanfaatkan untuk menjamin terselenggaranya satunya
pembangunan kesehatan. UU Kesehatan mengatur mandatory
spending, yaitu sumber pembiayaan kesehatan yang berasal dari
pemerintah pusat minimal 5% APBN di luar gaji, dan yang
bersumber dari pemerintah daerah, minimal 10% APBD di luar gaji.
74
Sejak 2016 Pemerintah Pusat sudah memenuhi mandatory
spending
di bidang kesehatan, sebesar 5% dari APBN.
75
adalah perubahan subsistem upaya kesehatan dan pembiayaan
kesehatan (Gotama Indra, et al., 2010). Pembiayaan kesehatan
yang kuat, stabil, dan berkesinambungan sangat berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan guna
mencapai tujuan penting pembangunan kesehatan di suatu
negara, yakni pemerataan dalam pelayanan kesehatan dan
akses (equitable access to health care) serta pelayanan yang
berkualitas (assured quality).
Gambar 5.1.
Kerangka
Operasional Peta
Jalan Jaminan
Kesehatan
DJSN. (2012).
Peta
Jalan Menuju Jaminan
Kesehatan
Nasional
2012-2019.
76
Penerapan Model Pembayaran INA-CBGs dilakukan untuk Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tungkat Lanjutan (FKRTL). Pada pelaksanaan
Jamkesmas, pembayaran klaim tahun 2009 sampai dengan akhir
2010 dilakukan berdasarkan INA-DRGs, sedangkan pada akhir 2010
sampai sekarang dilakukan dengan menggunakan INA-CBGs
yang merupakan pengembangan dari sistem Indonesia Diagnosis
Related Group (INA-DRGs).
MemasukitahunketujuhprogramJKNtelahmencakup223,4jutajiwa
atau 83% dari jumlah penduduk di Indonesia. Pemanfaatan
program JKN juga terus mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan program JKN telah menjadi bagian dari sistem
kesehatan nasional yang dibutuhkan masyarakat. Peningkatan
jumlah peserta diikuti dengan naiknya biaya pelayanan kesehatan
yang menjadi beban program JKN. Tercatat bahwa sejak 2015-
2019, terdapat kenaikan biaya pelayanan kesehatan sebesar 107%,
terutama pada pelayanan kesehatan tingkat lanjutan. Namun
demikian, kenaikan biaya pelayanan tidak diimbangi dengan
kenaikan jumlah pendapatan iuran. Pendapatan iuran yang
diterima oleh BPJS Kesehatan lebih kecil dibandingkan biaya
pelayanan sehingga terjadi defisit pembiayaan mencapai 15,5 T
pada 2019 (Lihat Gambar 5.2).
pembiayaan
77
Gambar 5.2. Laporan Aktivitas Keuangan DJS Kesehatan
2015-
2019
78
kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu, mendorong
layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi tidak
memberikan reward terhadap provider yang melakukan
overtreatment, undertreatment, serta adverse event, dan
mendorong pelayanan tim. Dengan sistem pembiayaan yang
tepat diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai.
79
Gambar 5.3. Laporan WHO tentang
80
Namun demikian, manfaat program JKN saat ini belum
sepenuhnya sesuai dengan prinsip pemenuhan KDK. Dengan
perkembangan situasi penyakit di Indonesia dan kondisi
pendanaan program JKN, manfaat yang ada perlu ditinjau
kembali dengan menerapkan prinsip pemenuhan KDK peserta.
Kementerian Kesehatan dan DJSN memulai kajian terkait
dengan KDK dan Kelas Standar di pertengahan 2020 dan segera
menyusun strategi pelaksanaan.
Penerapan SPM
bidang Mengacu pada Perpres No. 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
kesehatan Kesehatan Nasional, penentuan pelayanan kesehatan dasar
tidak dapat merujuk pada kategori pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan
terpisah dengan kesehatan masyarakat dan perorangan. Pelayanan dasar diatur
penyelenggaraan dalam PP No. 2 Tahun 2018 Tentang Standar Pelayanan Minimal
program JKN. (SPM) dengan lingkup pelayanan yang telah diatur dalam
Permenkes No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan yang memuat jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan Pemerintah Wajib yang
berhak diperoleh setiap warga negara. Penerapan SPM bidang
kesehatan tidak dapat terpisah dengan penyelenggaraan program
JKN. Penekanan SPM bidang kesehatan berfokus pada pelayanan
promotif dan preventif, sementara program JKN mendukung
pelayanan promotif dan preventif serta menitikberatkan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
81
justru dinyatakan
resesi karena
terjadi penurunan
ekonomi secara
negatif sampai dua
kali berturut-
82
turut. Meskipun demikian, angka negatif tersebut mengalami
perbaikan pada kuartal terkahir di tahun 2020.
83
Penutup
Daftar Pustaka
84
Depkes. (2004). Fakta Tembakau Indonesia: Data Empiris untuk
Strategi Nasional Penanggulangan Masalah Tembakau.
Jakarta: Author.
85
Pear, Robert. (2012). Health Law Critics Prepare to Battle over
Insurance Exchange Subsidies. Available: http://www.
nytimes.com/2012/07/08/.
Yeh, Ching-chuan. Access and Cost: What the U.S. Health Care
System Can Learn from Other Countries. Available: https://
www.help.senate.gov/imo/media/doc/Yeh1.pdf.
86
GLOSARIUM
Activity Based Costing : Metodologi akuntasi biaya yang menghitung semua biaya kegiatan
yang ada untuk mendukung terlaksananya suatu program.
Akses : Kemampuan untuk mendapatkan paket layanan kesehatan dengan
kualitas tertentu, dengan menimbang kemampuan finansial
individu serta memproses informasi kesehatan.
Anggaran : Bagian dari APBN yang dialokasikan untuk sektor kesehatan yang
melibatkan semua kementerian dan lembaga terkait.
Asuradur : Perusahaan asuransi jiwa yang memberikan pertanggungan
dan mengadakan perjanjian tanggung-menanggung dengan
pemegang polis.
Asuransi Kesehatan : Suatu instrumen sosial yang ditujukan untuk
mengartikulasikan prinsip gotong royong atau solidaritas
masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan.
Biaya Pelayanan : Dana yang dikeluarkan untuk pengobatan dan pemulihan
Kedokteran kesehatan pasien.
Biaya Kesehatan : Sejumlah dana yang perlu disiapkan dalam menyelenggarakan
dan atau memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
BPJS Kesehatan : Administrator dari Jaminan Kesehatan Nasional yang
mengumpulkan kontribusi dari pemerintah, perusahaan swasta,
dan rumah tangga menjadi satu kumpulan nasional dan membeli
layanan kesehatan dari penyedia publik dan swasta.
Diagnostic Related : Cara pembayaran dengan biaya satuan per diagnosis.
Efektif : Dapat memberi hasil; berhasil guna.
Efektivitas : Pencapaian target atau outcome dari suatu kegiatan atau
intervensi kesehatan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Efisiensi : Kemampuan mencapai target dengan baik dan tepat dengan tidak
membuang waktu, tenaga, dan biaya.
Ekuitas : Kondisi atau keadaan yang adil, tidak parsial, dan fair.
Fee for Services : Metode pembayaran jasa ditetapkan setelah pelayanan
kesehatan yang diberikan.
Flat Rate : Besaran biaya per episode ketika sakit bersifat tetap.
Health Maintenance : Organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat pre-paid (dibayar
Organization di muka), bertanggung jawab memberikan pelayanan
kesehatan
komprehensif (preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif)
terhadap populasi tertentu yang telah terdaftar sebagai peserta
dengan membayar sejumlah uang yang dihitung berdasarkan
kapitasi atau per bulan per orang.
Inflasi : Kemerosotan nilai uang karena banyak dan cepatnya uang beredar
sehingga menyebabkan kenaikan harga barang.
81
Jaminan Kesehatan : Reformasi pembiayaan kesehatan yang berupaya mengatasi
Nasional tiga pilar pembiayaan kesehatan, yakni pengumpulan
pendapatan, penggabungan, dan pembelian.
Kapitasi : Sistem pembayaran di muka per bulan kepada FKTP
berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
Kebutuhan : Seluruh pengeluaran yang diperlukan untuk menghasilkan
peningkatan kesehatan secara maksimal.
Medicaid OASDI : Sistem asuransi bagi masyarakat miskin yang dijalankan
oleh Pemerintah Federal dan Negara Bagian.
Medicare : Sistem asuransi bagi usia lanjut, penderita cacat, dan penderita
gagal ginjal yang dijalankan oleh Pemerintah Federal.
Medium Term Expenditure : Kerangka penganggaran jangka menengah yang bersifat
Framework komprehensif, dengan lembaga pemerintah yang dapat
menghubungkan seluruh rencana pengeluaran dengan kebijakan
prioritas dalam kerangka fiskal (terkait dengan kondisi ekonomi
makro dan perkiraan pendapatan negara) yang biasanya disusun
untuk tiga tahun.
Missing Middle : Jumlah orang yang sedikit terdaftar di UHC dengan kuintil
kekayaan Q2-Q3 dibandingkan orang di kuintil lainnya.
Out of Pocket : Besaran dana yang digunakan oleh pemakai jasa
pelayanan kesehatan berasal dari kantong pribadi
individu.
Pengeluaran Katastropik : Pengeluaran medis dari rumah tangga melebihi 10% dari
total pengeluaran rumah tangga.
Pengumpulan Pendapatan : Fungsi yang merujuk pada bagaimana negara mengumpulkan dan
memobilisasi dana.
Ratio of Cost to Charges : Penetapan biaya khusus untuk industri kesehatan.
Skema Asuransi Sosial : Suatu program asuransi yang hanya ditujukan untuk
masyarakat miskin atau kurang mampu.
Skema Pembiayaan : Komponen struktural dari sistem pembiayaan pelayanan
Pelayanan Kesehatan kesehatan, yakni pengaturan pembiayaan sehingga seseorang
mampu memperoleh pelayanan kesehatan.
Time Driven Activity : Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas yang mengatasi beberapa
Based Costing kelemahan pada metode Activity Based Costing (ABC).
Tobit : Model yang mengestimasi pengaruh faktor lingkungan terhadap
skor efisiensi.
Traditional Costing : Metodologi akuntansi biaya yang menghitung biaya keseluruhan
pada suatu program dengan tingkat persentase tertentu.
Universal Health Coverage : Sistem kesehatan yang memastikan setiap warga dalam populasi
memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif bermutu dengan biaya terjangkau.
82