Anda di halaman 1dari 20

TEORI RATIONING (PARSIMONY) DALAM

PELAYANAN KESEHATAN

Referat

Disusun Oleh :

Ayesha Belitania Gamayanti

Citra Auliya Syafira

Pembimbing :

dr. Mohammad Tegar Indrayana, Sp.FM

KEPANITERAAN KLINIK

KJF FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

PROVINSI RIAU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-

Nya, penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul "Teori Rationing

(parsimony) dalam Pelayanan Kesehatan" dengan tepat waktu.

Referat ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk ujian

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Legal Fakultas Kedokteran

Universitas Riau. Selain itu, referat ini bertujuan menambah wawasan tentang

rationing dalam pelayanan kesehatan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis menyadari referat ini dapat diselesaikan berkat bantuan, dukungan,

serta kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Mohammad Tegar Indrayana, Sp.FM selaku pembimbing referat yang

telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam

menyelesaikan referat ini.

2. Seluruh staf Rumah Sakit Bhayangkara Pekanbaru.

3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Studi

Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau.

ii
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih jauh dari

sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Agustus 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 2
1.5 Metode Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 3


2.1 Teori Rationing ........................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Teori Rationing .............................................................................. 3
2.1.2 Jenis-jenis Rationing .................................................................................... 3
2.1.3 Penyebab Rationing ..................................................................................... 4
2.2 Pelayanan Kesehatan ................................................................................... 5
2.2.1 Definisi Pelayanan Kesehatan...................................................................... 5
2.2.2 Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan.................................................................. 6
2.2.3 Syarat-syarat Pokok Pelayanan Kesehatan .................................................. 7
2.3 Teori Rationing (Parsimony) dalam Pelayaan Kesehatan ........................... 9

BAB III. PENUTUP .............................................................................................. 14


3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 14
3.2 Saran ........................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 16

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagian besar definisi rationing menurut berbagai ahli, yaitu

menolak pengobatan yang berpotensi bermanfaat bagi pasien dengan

alasan kelangkaan.1

Menurut Levey, pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang

diselenggarakan sendiri atau secara bersamasama dalam suatu organisasi

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan masyarakat. 2

Rationing dalam layanan kesehatan berarti membatasi akses

sebagian orang ke layanan kesehatan yang bermanfaat atau berpotensi

karena keterbatasan anggaran. Fitur yang melekat pada layanan kesehatan,

sumber daya yang terbatas, dan kebutuhan yang tidak terbatas memerlukan

penjatahan layanan kesehatan. Rationing dapat diterapkan di semua 4

fungsi sistem kesehatan termasuk tata kelola, pembiayaan, pembangkitan

sumber daya, dan penyediaan layanan kesehatan. Rationing dalam

pelayanan kesehatan dapat dicapai melalui anggaran tetap, paket manfaat,

mekanisme pembayaran, antrian, pembayaran bersama, dan pengurangan. 3

1
2

1.2 Rumusan Masalah

Referat ini membahas mengenai Teori Rationing (Parsimony)

dalam Pelayanan Kesehatan.

1.3 Tujuan

Referat ini bertujuan untuk mengetahui Teori Rationing

(Parsimony) dalam Pelayanan Kesehatan.

1. Mengetahui definisi rationing

2. Mengetahui definisi pelayanan

3. Mengetahui rationing dalam pelayanan kesehatan

4. Memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di

bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas

Kedokteran Universitas Riau.

1.4 Manfaat

Referat ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan penulis

mengenai Teori Rationing (Parsimony) dalam Pelayanan Kesehatan.

1.5 Metode

Metode penulisan pada referat ini menggunakan metode tinjauan

pustaka dengan mengacu pada beberapa literatur.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Rationing (Parsimony)

2.1.1 Definisi

Kata rationing berasal dari bahasa Latin 'ration', yang berarti 'melakukan

pembatasan dalam penggunaan. Penjatahan layanan kesehatan adalah mekanisme

yang dapat membantu menjamin pemerataan. Penjatahan layanan kesehatan

membatasi akses beberapa orang ke layanan kesehatan yang berguna atau

berpotensi bermanfaat karena keterbatasan anggaran.3

Tujuan penjatahan adalah untuk menyediakan layanan kesehatan yang

rasional, adil, dan hemat biaya sekaligus mengurangi pengeluaran. Fitur yang

melekat pada layanan kesehatan, sumber daya yang terbatas, dan kebutuhan yang

tidak terbatas memerlukan penjatahan layanan kesehatan. Penjatahan dapat

diterapkan dalam 4 tingkatan, yaitu pembuat kebijakan perawatan kesehatan,

manajer perawatan kesehatan, penyedia layanan kesehatan, dan pasien. Penjatahan

perawatan kesehatan dapat dicapai melalui anggaran tetap, paket manfaat,

mekanisme pembayaran, antrian, pembayaran bersama, dan pengurangan. 3

2.1.2 Jenis Rationing

1. Rationing modal satu periode: ini adalah situasi di mana dana terbatas hanya

untuk satu periode investasi tetapi tersedia pada tahun-tahun berikutnya.4

3
4

2. Rationing modal multi periode: dimana perusahaan memiliki dana tidak

mencukupi melampaui satu periode investasi. 4

2.1.3 Penyebab Rationing

1. Soft Capital Rationing

Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor yang dipaksakan sendiri atau faktor

internal yang unik dari perusahaan maka dapat dikenalikan oleh manajemen.

Contohnya adalah:4

a. Dimana manajemen telah menempatkan jumlah dana yang tersedia untuk

investasi.

b. Manajemen yang tidak kompeten yaitu tidak berpengalaman. Mereka kurang

pengetahuan dana dari berbagai sumber.

c. Manajemen mungkin memutuskan melawan mengeluarkan tambahan ekuitas

keuangan mempertahankan kendali atas perusahaan.

d. Manajemen mungkin memutuskan melawan pemeliharaan tambahan utang

keuangan menghindari pembayaran bunga dan mempertahankan tingkat

kesanggupan perusahaan.

e. Manajemen mungkin menghindari peningkatan keuangan ekuitas dengan

mengeluarkan bukan untuk mengurangi pendapatan.


5

2.2 Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Definisi

Pelayanan kesehatan adalah salah satu bentuk pelayanan yang

sangat penting dikalangan masyarakat. Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya

baik yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam organisasi untuk

meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan

penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat.5,6

Tujuan pelayanan kesehatan adalah untuk menigkatkan derajat

kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam

memlihara kesehatanya untuk mencapai kesehatan yang optimal

mandiri, keluarga dan masyarakat.2

2.2.2 Jenis-jenis pelayanan kesehatan

Saat ini perkembangan pelayanan kesehatan semakin pesat, demikian pula

bentuk dan jenis pelayanan kesehatan semakin banyak macamnya, seperti praktik

dokter, praktik bidan, praktik keperawatan, Puskesmas, Klinik bersama, Klinik

kesehatan Gigi, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Bersalin, Rumah Sakit Paru,

dan sebagainya. Namun demikian jika disederhanakan, secara umum dapat

dibedakan atas dua bentuk dan jenis pelayanan kesehatan, yaitu: 2,6,7

1. Pelayanan Kedokteran

Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kelompok pelayanan

kedokteran (medical services) ditandai dengan cara pengorganisasiannya


6

yang dapat bersifat sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam

satu organisasi (institution). Adapun tujuan utama dari pelayanan

kedokteran adalah untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan

kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga

pada institusi pelayanan kesehatan yang disebut rumah sakit, klinik

bersalin, praktik mandiri.

2. Pelayanan Kesehatan Masyarakat

Pelayanan kesehatan yang dimaksud dalam kelompok pelayanan

kesehatan masyarakat (public health services) merupakan pelayanan

kesehatan masyarakat diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat

yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta

mencegah penyakit yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif.

Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan pada pusat-pusat

kesehatan masyarakat tertentu seperti puskesmas.

Sedangkan berdasarkan jenis pelayanan berdasarkan Stratifikasi Pelayanan

Kesehatan yang berlaku di indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga macam

yakni sebagai berikut :2,5

1. Primary health care

Primary health care yaitu pelayanan tingkat pertama yang ditujukan untuk

pelayanan kesehatan masyarakat yang ringan atau untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat

pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan. Seperti Puskesmas, Klinik

Pratama, Dokter Praktek Swasta.


7

2. Secondary health care

Secondary health care yaitu pelayanan kesehatan tingkat kedua yang

bersifat lebih lanjut, yang memerlukan rawat inap dan untuk

menyelenggarakannnya dibutuhkan tersediannya tenaga dokter umum

maupun dokter spesialis. Fasilitas pelayanan tingkat kedua ini adalah

Rumah Sakit-rumah sakit Type C dan Type B.

3. Tertiary health care

Tertiary health care yaitu pelayanan kesehatan tingkat ketiga yang bersifat

lebih kompleks yang ditujukan kepada sekelompok masyarakat yang

sudah tidak dapat ditangani oleh kesehatan skunder dan umumnya

diselenggarakan oleh tenaga-tenaga sub spesialis seperti Rumah Sakit type

B dan Type A.

2.2.3 Syarat-syarat pokok pelayanan kesehatan

Suatu pelayanan kesehatan yang baik, apakah itu pelayanan kesehatan

perorangan ataupun pelayanan kesehatan masyarakat harus memiliki berbagai

persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud ialah:4,6

1. Tersedia (available) dan berkesinambungan (continous)

Tersedia (available) dan berkesinambungan (continous). Artinya

semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat

tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah

pada setiap saat yang dibutuhkan.


8

2. Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate)

Dapat diterima (acceptable) dan bersifat wajar (appropriate). Artinya

pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan

dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat,

dan bersifat tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang

baik.

3. Mudah dicapai (accesible)

Mudah dicapai (accesible). Ketercapaian yang dimaksudkan disini

terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian, untuk dapat mewujudkan

pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana

kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu

terkonsentrasi di daerah perkotaan saja dan itu tidak ditemukan di

daerah pedesaan bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

4. Mudah dijangkau (affordable)

Mudah dijangkau (affordable). Keterjangkauan yang dimaksudkan

adalah terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan

yang seperti ini, harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut

sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan

yang mahal dan karena itu hanya mungkin dinikmati oleh sebagian

kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5. Bermutu (quality).

Bermutu (quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang

menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang


9

diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai

jasa pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai

dengan kode etik serta standar yang telah di tetapkan.

2.3 Teori Rationing (Parsimony) dalam Pelayanan Kesehatan

Rationing dalam pelayanan kesehatan berarti membatasi akses sebagian

orang ke layanan kesehatan yang bermanfaat atau berpotensi karena keterbatasan

anggaran. Fitur yang melekat pada layanan kesehatan, sumber daya yang terbatas,

dan kebutuhan yang tidak terbatas memerlukan penjatahan layanan kesehatan.

Rationing dapat diterapkan di semua 4 fungsi sistem kesehatan termasuk tata

kelola, pembiayaan, pembangkitan sumber daya, dan penyediaan layanan

kesehatan.3

Rationing atau penjatahan perawatan kesehatan dapat dicapai melalui

anggaran tetap, paket manfaat, mekanisme pembayaran, antrian, pembayaran

bersama, dan pengurangan.7 Penjatahan perawatan kesehatan berarti menolak

pasien dari layanan perawatan kesehatan yang berpotensi menguntungkan.

Penjatahan adalah tentang menerapkan mekanisme untuk membatasi akses ke

layanan perawatan kesehatan yang tidak diperlukan, sehingga pelayanan

kesehatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan kesehatan masyarakat.7

Rationing merupakan kebijakan persediaan yang memberikan prioritas

untuk kelas yang berbeda, prioritas dalam memberikan service level untuk

masing-masing kelas masyarakat. Fadiloglu dalam artikelnya (Fadiloglu dan

Bulut, 2010b) mencoba memberi kebijakan rationing yang memiliki mekanisme

alokasi persediaan yaitu dengan melakukan penghentian pelayanan pada kelas


10

prioritas yang lebih rendah ketika persediaan On-Hand turun pada level kritis

tertentu, sehingga apabila persediaan dibawah level kritis, hanya kelas prioritas

lebih tinggi yang akan dilayani.3

Krizova dan Simek percaya bahwa penjatahan terjadi pada tingkat

politik dan klinis. Politisi perawatan kesehatan, perusahaan asuransi kesehatan,

dan eksekutif rumah sakit membentuk kerangka ekonomi eksternal untuk

pekerjaan klinis. Di tingkat klinis, dokter dan profesional medis bertanggung

jawab atas kualitas perawatan dan melaksanakan penjatahan.

Rationing dalam pelayanan kesehatan juga tergantung pada sumber

pembiayaan sistem kesehatan. Dalam penelitian Klein menyatakan bahwa

penjatahan dapat terjadi pada tingkat makro, meso dan mikro 7. Di tingkat makro,

mengacu pada keputusan tentang berapa banyak dana yang harus dialokasikan

untuk layanan kesehatan secara keseluruhan serta merencanakan dan

mengarahkan penjatahan layanan perawatan kesehatan untuk membangun sistem

kesehatan yang seadil mungkin, untuk memanfaatkan sebaik mungkin sumber

daya yang terbatas, dan untuk memberikan hasil kesehatan terbaik. Alokasi

sumber daya antara layanan tertentu dan lokalitas terjadi di tingkat meso.

Akhirnya, penjatahan di tingkat mikro berkaitan dengan keputusan untuk

merawat pasien individu.7

Pemerintah dan Kementerian Kesehatan harus mengatur dan

menyeimbangkan penjatahan di tingkat meso dan mikro untuk memaksimalkan

kemungkinan keberhasilan dalam penjatahan pelayanan kesehatan. Kurangnya

penjatahan kebijakan layanan perawatan kesehatan di tingkat politik dapat


11

menyebabkan kekuatan pengambilan keputusan profesional medis yang tidak

terkendali.9

Perlunya beberapa rationing dalam kedokteran tidak berarti bahwa semua

rationing tersebut secara etis dapat dibenarkan, dan keputusan rationing yang

dapat dibenarkan dalam satu sistem perawatan kesehatan mungkin tidak dapat

dibenarkan secara serupa di sistem lain. Salah satu contohnya adalah peraturan di

banyak sistem kesehatan yang mensyaratkan obat yang lebih murah dan kurang

bermanfaat untuk menjadi pilihan lini pertama dibandingkan obat yang lebih

mahal dan lebih bermanfaat. Jenis penjatahan ini relatif mudah untuk dibenarkan

dalam sistem pembayar tunggal (misalnya, rencana perawatan kesehatan yang

disponsori pemerintah di Kanada dan banyak negara Eropa), di mana tabungan

diinvestasikan kembali dalam program untuk meningkatkan kesehatan penduduk.2

Di banyak negara industri, barang-barang sosial termasuk perawatan

kesehatan, pendidikan, pertahanan, infrastruktur, perlindungan lingkungan, dan

kesehatan masyarakat menarik dana dari kumpulan bersama. Meskipun kebutuhan

akan barang-barang sosial seperti itu tidak terbatas, sumber daya yang tersedia

untuk memasoknya terbatas.1,8 Pilihan sulit harus dibuat untuk mengalokasikan

sumber daya yang terbatas dengan cara yang mencapai keseimbangan yang masuk

akal di berbagai barang sosial yang penting. Upaya untuk memenuhi semua

kebutuhan perawatan kesehatan kemungkinan akan membanjiri kapasitas kita

untuk memasok elemen dasar barang sosial lainnya, seperti keselamatan publik,

pendidikan, dan pertahanan. Oleh karena itu, beberapa tingkat penjatahan

perawatan kesehatan diperlukan untuk kesejahteraan masyarakat secara

keseluruhan.2
12

Keputusan rationing atau penjatahan meliputi praktek sehari-hari di

ICU.2,8,9 Misalnya, yaitu untuk memindahkan pasien keluar dari ICU ketika dia

mungkin masih memperoleh sedikit manfaat dari pemantauan berkelanjutan;

pemindahan tersebut mengakomodasi kebutuhan pasien yang memiliki kondisi

lebih buruk dalam menghadapi jumlah tempat tidur ICU yang terbatas. Dokter di

ICU juga rutin menjatah waktunya.1 Mereka harus memutuskan pasien mana

yang akan dilihat pertama kali dan berapa banyak waktu yang dihabiskan dengan

masing-masing pasien. Dokter juga harus menyeimbangkan kebutuhan pasien

dengan kewajiban nonprofesional mereka, seperti tanggung jawab terhadap

keluarga mereka. Tidak diragukan lagi bahwa dokter tidak dapat memberikan

setiap manfaat potensial untuk setiap pasien yang kritis. Oleh karena itu,

kenyataan praktek di ICU adalah bahwa pasien sering ditolak melalui keputusan

penjatahan implisit yang dibuat oleh dokter karena keterbatasan tempat tidur yang

tersedia.1

Secara umum, prioritarianisme berusaha membantu mereka yang dianggap

kurang mampu dengan memberi mereka prioritas dalam situasi di mana semua

tidak dapat menerima sumber daya tertentu.10 Misalnya, seorang prioritas

mungkin lebih suka mengalokasikan sumber daya medis untuk yang muda dari

pada yang tua karena yang muda memiliki kesempatan untuk menjalani tahapan

kehidupan.2 “Prinsip siklus hidup” merupakan salah satu contoh strategi alokasi

prioritas telah dianjurkan sebagai cara untuk mengalokasikan organ yang langka

untuk transplantasi dan ventilator mekanis selama pandemi influenza.1

Pembenaran untuk prinsip ini tidak bergantung pada pertimbangan nilai intrinsik

atau kegunaan sosial seseorang. Sebaliknya, tujuannya adalah untuk memberi


13

semua individu kesempatan yang sama untuk menjalani rentang hidup yang

normal. Ketika digunakan sendiri untuk memandu keputusan alokasi, prinsip

siklus hidup mengabaikan perbedaan prognostik di antara individu. Ini

menunjukkan kemungkinan bahwa strategi alokasi multi prinsip mungkin lebih

baik menjelaskan pertimbangan moral kompleks yang dimainkan dalam

keputusan tersebut dibandingkan dengan strategi alokasi prinsip tunggal.11


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Rationing dalam pelayanan kesehatan merupakan mekanisme yang dapat

membantu menjamin adanya pemerataan layanan kesehatan karena

keterbatasan anggaran.

2. Tujuan rationing dalam pelayanan kesehatan adalah untuk menyediakan

layanan kesehatan yang rasional, adil, dan hemat biaya sekaligus

mengurangi pengeluaran. Rationing dapat diterapkan dalam 4 tingkatan,

yaitu membuat kebijakan perawatan kesehatan, manajer perawatan

kesehatan, penyedia layanan kesehatan, dan pasien.

3. Perlunya beberapa rationing atau penjatahan dalam kedokteran tidak

berarti bahwa semua penjatahan tersebut dapat dibenarkan, dan keputusan

penjatahan yang dapat dibenarkan dalam satu sistem perawatan kesehatan

mungkin tidak dapat dibenarkan di sistem lain. Salah satu contohnya

adalah peraturan di banyak sistem kesehatan yang mensyaratkan obat yang

lebih murah dan kurang bermanfaat untuk menjadi pilihan lini pertama

dibandingkan obat yang lebih mahal dan lebih bermanfaat.

4. Rationing dapat terjadi pada tingkat makro, meso dan mikro . Di tingkat

makro, mengacu pada keputusan tentang berapa banyak dana yang harus

dialokasikan untuk layanan kesehatan secara keseluruhan serta

merencanakan dan mengarahkan penjatahan layanan perawatan kesehatan

untuk membangun sistem kesehatan yang seadil mungkin, untuk

memanfaatkan sebaik mungkin sumber daya yang terbatas, dan untuk

14
15

memberikan hasil kesehatan terbaik. Alokasi sumber daya antara layanan

tertentu dan lokalitas terjadi di tingkat meso. Akhirnya, penjatahan di

tingkat mikro berkaitan dengan keputusan untuk merawat pasien individu

3.2 Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika referat ini masih banyak kesalahan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih baik

tentang teori rationing (parsimony) dalam pelayananan kesehatan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Scheunemann LP, White DB. The ethics and reality of rationing in


medicine. Chest. 2011;140(6):1625-1632. doi:10.1378/chest.11-0622
2. Arif, 2017. Manajemen Mutu Informasi Kesehatan 1: Quality Assurance,
Bahan Ajar Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan (RMIK).
3. Iman Keliddar, Ali Mohammad Mosadeghrad, and Mehdi Jafari–
Sirizi.Rationing in health systems: A critical review.Medical Journal of the
Islamic Republic of Iran.Med J Islam. Republik Iran.2017;31:47
4. Suratman. Hubungan antara Enabling Factor dan Reinforcing Factor
terhadap Minat Berobat Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Banjarnegara. Bachelor thesis, Universitas Muhammadiayh
Purwokerto.2014.
5. Wowor, H., Liando, D., & Rares, J. (2016). Pelayanan Kesehatan di Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Amurang Timur Kabupaten Minahasa
Selatan. Jurnal Ilmiah Society, 3(20), 103-122.
6. Wardiningrum, Nurvina. Identifikasi Mutu Pelayanan Kesehatan dan
Kepuasan Pasien. Studi Kasus di Puskesmas Bangil. Other thesis,
University of Muhammadiyah Malang.2011.
7. Moosa, MR, Maree, JD, Chirehwa, MT & Benatar, SR Penggunaan
pendekatan 'Akuntabilitas untuk Kewajaran' untuk meningkatkan keadilan
dalam mengakses dialisis di negara berpenghasilan menengah. PloS SATU
11, e0164201 (2016).
8. Sulmasy DP. Physicians, cost control, and ethics. Ann Intern Med.
1992;116(11):920–926.
9. Halpern NA. Can the costs of critical care be controlled? Curr Opin Crit
Care. 2009;15(6):591–596.
10. Persad G, Wertheimer A, Emanuel EJ. Principles for allocation of scarce
medical interventions. Lancet. 2009;373(9661):423–431.
11. White DB, Katz MH, Luce JM, Lo B. Who should receive life support
during a public health emergency? Using ethical principles to improve
allocation decisions. Ann Intern Med. 2009;150(2):132–138.

16

Anda mungkin juga menyukai