Skripsi
Oleh:
ANGRILAH INDAH
LESTARI
NIM: 70200115077
2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Penyusun,
Segala puji hanyalah milik Allah Swt. dengan segala limpahan rahmat dan
karunianya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap
Status Gizi Kurang Pada Anak Sekolah Di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar” guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1 pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah
SAW. Semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun
kekurangan dalam skripsi ini merupakan keterbatasan dari penulis sebagai
manusia dan hamba Allah. Di mana, kesempurnaan semata-mata hanyalah milik
Allah Swt. Namun dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan
skripsi ini sebagai hasil usaha dan kerja keras yang telah penulis lakukan dan
berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Dalam penyusunan skripsi ini, sangat banyak kendala dan hambatan yang
telah dilalui oleh peneliti. Namun, atas segala usaha, niat dan tekad yang kuat
serta bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga semua yang menjadi
penghalang dapat teratasi.
Terkhusus dan tercinta, saya sampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada kedua orang tua saya, karena semangat dengan doa yang tak terhingga
Bapak saya SYAHRIR SUNUSI dan Ibu saya MUSTINA MASSALEHE semoga
Allah Swt. merahmatinya, Nenek dan Kakek saya yang paling saya cintai dan
menyayangiku semoga Allah Swt. memberi tempat yang istimewa di sisi-Nya.
Kakak pertama saya Agralisa Junidar yang senantiasa membantu dan memberi
dukungan dari segi moril maupun materi semoga dimuliakan Allah Swt., kakak
kedua dan adik yang menjadi penyemangat dan penghibur semoga Allah Swt.
merahmatinya Pathorusi SM dan Anisa Zelia Fathona serta semua keluarga yang
memberi semangat dan dorongan yang kuat semoga Allah Swt. Melindungi dan
diberi berkah hidup, atas segala pengorbanan dan doa restu yang telah mereka
berikan demi keberhasilan saya dalam menuntut ilmu hingga sekarang. Semoga
Allah Swt., mengampuni dosa-dosa mereka, memberikan pahala kebaikan dan
memberikan jalan kebaikan kehidupan didunia dan di akhirat.
Penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih banyak
disampaikan dengan hormat atas bantuan semua pihak terutama kepada:
1. Prof. H. Hamdan Juhannis M.A., Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
2. Prof. Dr. Mardan, M.Ag, selaku Wakil Rektor I (Bid. Akademik
Pengembangan Lembaga), Dr. Wahyuddin, M.Hum, selaku Wakil Rektor II
(Bid. Adm. Umum dan Perencanaan Keuangan), Prof. Dr. Darussalam, M.Ag,
selaku Wakil Rektor III (Bid. Kemahasiswaan) dan Dr. H. Kamaluddin
Abunawas, M. Ag, selaku Wakil Rektor IV (Bid. Kerjasama dan
Pengembangan Lembaga).
3. Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, Dr. Hj. Gemy Nastity
Handayany., S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I, Dr. H.M. Fais
Satrianegara, S.KM., MARS. selaku Wakil Dekan II dan Prof. Dr. Mukhtar
Lutfi, M.Pd. selaku Wakil Dekan III.
4. Abd. Majid HR. Lagu, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Alauddin Makassar.
5. Sukfitrianty Syahrir, SKM., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar.
6. Ibu Pembimbing I yang tercinta Hj. Syarfaini, SKM., M.Kes dan Ibu Irviani
A. Ibrahim, SKM., M.Kes selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis
sampai selesainya penulisan skripsi ini.
7. A. Syamsiah Adha, s.Gz., M.Ph selaku penguji akademik dan Dr. Muzakkir
M.Pd.I selaku Penguji Agama, yang telah memberikan saran dan kritik yang
sangat bermanfaat demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
8. Para Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Para staf
Jurusan Kesehatan Masyarakat yang juga sangat membantu.
9. Para dosen di lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar atas keikhlasannya memberikan ilmu yang bermanfaat
selama proses studi, serta segenap staf Tata Usaha di lingkungan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang banyak
membantu penulis dalam berbagai urusan administrasi selama perkuliahan
hingga penyelesaian skripsi ini.
10. Kepala Sekolah, Guru-guru serta orang tua siswa SD Inpres Galangan Kapal
Kota Makassar yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis
selama melakukan penelitian.
11. Teman-teman Covivera 2015, khususnya Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat,
Ukhti tercinta yang selalu membantu dan tak berhenti memberikan semangat
selama pengerjaan skripsi, teman-teman Posko Timbuseng PBL I, II dan III
serta teman-teman KKN Angkatan 60 Kelurahan Bonto Sunggu Kabupaten
Bantaeng.
12. Seluruh Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, kakak-kakak Senior maupun adik-
adik Junior, terima kasih atas persaudaraannya.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Gowa ,20 April 2019
Penulis
HALAMAN JUDUL..................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iii
KATA PENGANTAR................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..................................................................................xi
DAFTAR GRAFIK....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiii
ABSTRAK..................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah............................................................................6
C. Hipotesis Penelitian..........................................................................6
E. Kajian Pustaka..................................................................................9
G. Kerangka Teori................................................................................59
H. Kerangka Konsep............................................................................60
B. Pendekatan Penelitian......................................................................61
E. Instrumen Penelitian........................................................................66
A. Hasil Penelitian.................................................................................70
2. Hasil Analisis.............................................................................76
B. Pembahasan......................................................................................82
1. Asupan Energi............................................................................84
2. Asupan Protein...........................................................................88
3. Berat Badan................................................................................90
4. Status Gizi..................................................................................95
C. Keterbatasan Penelitian....................................................................105
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................106
B. Saran.................................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata Yang Dianjurkan Bagi Anak
Sekolah..........................................................................................
Tabel 2.3 Komposisi Zat Gizi Pisang Raja Per 100 Gram Bahan.................
Tabel 2.4 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja Per 100 Gram ..................
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Tepung Kulit Pisang Raja Dengan Metode
Pengeringan...................................................................................
Tabel 2.8 Kandungan Gizi Gula Pasir Dalam 100 Gram ..............................
Tabel 2.9 Kandungan Gizi Kuning Telur Dalam 100 Gram .........................
Tabel 2.10 Kandungan Zat Gizi Dalam 100 Gram Biskuit Tepung Kulit Pisang
Raja (Musa Sapientum) .................................................................
Tabel 4.9 Rata-rata Perubahan Berat Badan Kelompok Kasus Dan Kelompok
Kontrol Sebelum Dan Setelah Intervensi Di SD Inpres Galangan
Kapal Kota Makassar Tahun 2020................................................
Tabel 4.10 Rata-rata Perubahan Status Gizi Kelompok Kasus Dan Kelompok
Kontrol Sebelum Dan Setelah Intervensi Di SD Galangan Kapal
Kota Makassar Tahun 2020 ..........................................................
DAFTAR GAMBAR
NIM : 70200115077
Kata Kunci : Gizi Kurang, Anak Sekolah Usia 7-9 Tahun, Biskuit
Tepung Kulit Pisang Raja, Biskuit Tepung Terigu.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pertumbuhan. Periode anak usia sekolah ini disebut juga dengan istilah latency
yaitu periode di mana proses pertumbuhan berlanjut dari masa balita, namun
dengan efek pertumbuhan yang tidak sebesar ada periode sebelumnya. Pada fase
ini, tubuh dengan optimal menyimpan cadangan nutrisi yang diperlukan anak
Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah
gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan,
pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan (Mariyam, Arfiana, & Sukini,
2017).
Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, dengan kebutuhan gizi
(Moehji, 2003). Kelompok anak sekolah ini umumnya mempunyai kondisi gizi
yang kurang memuaskan karena asupan zat gizi yang dikonsumsi sering kali
anak-anak yang menderita kurang gizi pada daerah yang tergolong rawan gizi.
1
2
Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten, Bali, Sumatera Selatan, Sulawesi
Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat berkontribusi kurang dari
10%, total kontribusi (28,77%) (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2016
:11).
Produksi pada tahun 2014 mencapai 103.834.30 ton. Kabupaten Gowa terutama
daerah bajeng mencapai 3.899.40 ton (Badan Pusat Statistik Sulsel, 2014).
Pada penelitian ini jenis pisang yang digunakan adalah kulit pisang raja
(Musa Sapientum) yang berasal dari daerah Bajeng Kabupaten Gowa, masa panen
berkisar 11-12 bulan. Alasan peneliti memilih pisang raja adalah kandungan zat
gizi yang tinggi, rasa manis dengan aroma tajam dan harum, rasanya lebih manis
dibandingkan dengan jenis pisang lain, dengan tekstur buah lembut serta memiliki
Kandungan gizi pisang raja yaitu 28,2 gr karbohidrat, 0,3 gr lemak, 0,3 gr
protein, 108 gr kalori, 69,3 gr air, 16 mg kalsium, 38 mg fosfor, 0,1 mg zat besi,
dan 2,0 mg vit C (Faunita, 2015). Sedangkan kandungan gizi kulit pisang raja
yaitu 18,50 gr karbohidrat, 2,11 gr lemak, 0,32 gr protein, 68,90 gr air, 715 mg
kalsium, 117 mg fosfor, 1,60 mg zat besi, 0,12 vit B1 dan 17,50 mg vitamin C
(Sri, Nur dan Wiwit, 2016). Aktivitas antioksidan pada kulit pisang (94,25%)
Biskuit merupakan salah satu produk pangan olahan yang berbahan dasar
tepung terigu. Menurut Wijaya (2010) biskuit adalah produk yang diperoleh
makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang
diizinkan. Biskuit dapat dinikmati oleh semua kalangan umur mulai dari bayi
sampai lansia dengan komposisi biskuit yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
Biskuit mempunyai daya simpan lebih lama dan praktis dibawa sebagai bekal
makanan yang sehat dan bergizi. Berdasarkan Data Statistik Konsumsi Pangan
Pada penelitian ini biskuit tepung kulit pisang raja dibuat dengan
menggunakan formulasi 25:75. Adapun hasil uji zat gizi yang dilakukan oleh
(Mabrukatulhaya, 2018). Kandungan gizi dalam biskuit tepung kulit pisang raja
lemak sebanyak 21,48%, zat besi sebanyak 78.5306 mg/kg, kalsium (Ca) sebanyak
427,915 mg/kg dan kadar air sebanyak 2,84% . Dengan kandungan gizi yang cukup
pemakaiannya. Kandungan gizi yang cukup lengkap ini dapat dijadikan alternatif
selain kaya akan gizi, murah dan bahannya pun mudah didapatkan. Tepung kulit
status gizi anak didunia dengan prevalensi kekurusan sekitar 14,3%, jumlah anak
tahun 2010, status gizi umur 6-12 tahun (IMT/U) di Indonesia dengan prevalensi
kurus sebanyak 12,2%, terdiri dari 4,6 % sangat kurus dan 7,6% kurus
gizi kurang/anak kurus secara nasional (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12
tahun adalah 11, 2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus (Kemenkes
RI, 2013).
gizi anak usia 5-12 tahun berdasarkan Indeks IMT/U di Sulawesi Selatan
mengalami penurunan dibanding hasil PSG pada tahun 2016 dengan prevalensi
kurus 9,4% menjadi 7,1% dan prevalensi sangat kurus 2% menjadi 1,7%
anak sangat Kurus dan kurus umur 5-12 tahun berdasarkan IMT/U. Sedangkan di
kota Makassar sebanyak 8,9% persentase anak usia 5-18 tahun menurut IMT/U
dikategorikan kurus dan sangat kurus (Data Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi
IMT/U.
5
Bila dilihat dari konsumsi energi dan protein, secara nasional persentase
rumah tangga dengan konsumsi “energi rendah” sebesar 59,0% dan konsumsi
penduduk usia 6-14 tahun kategori kurus adalah laki-laki 15,5% dan perempuan
13,4%, lebih tinggi di atas prevalensi nasional, dan termasuk pula di antara 21
provinsi dengan persentase konsumsi “energi dan protein rendah” lebih tinggi di
atas angka nasional, yaitu sebanyak 71,7% dan 61,7% (Kemenkes RI, 2013).
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2017,
ditemukan gizi buruk 3,07% dan yang gizi kurang sebanyak 14,54%. Kasus gizi
Tallo di mana gizi buruk mencapai 8,5% dan gizi kurang 19,17%. Sedangkan
Kecamatan Wajo di mana gizi buruk mencapai 1,71% dan gizi kurang 7,91%.
Galangan Kapal Kec. Tallo Kota Makassar”. Di mana kulit pisang raja sebagai
bahan dasar biskuit dapat memberikan zat gizi yang dibutuhkan dan merupakan
bahan pangan lokal yang mudah didapat dan dijangkau oleh semua kalangan
masyarakat.
6
B. Rumusan Masalah
pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi kurang pada anak
C. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status
Tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap
status gizi siswa gizi kurang di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar.
1. Pisang Raja
Definisi Operasional: Pisang raja adalah salah satu jenis pisang yang
banyak digemari oleh masyarakat karena aroma harum dan rasanya lebih manis di
bandingkan dengan jenis pisang lainnya dengan tekstur buahnya lembut dan
penelitian ini adalah tanaman pisang yang memiliki permukaan licin, ukuran buah
buah yang telah matang. Rasa manis dengan aroma yang harum dan kulit buah
Kriteria Objektif: Kulit pisang yang digunakan adalah kulit pisang raja
manis dan gurih terbuat dari adonan tepung terigu, margarin, kuning telur dan
gula halus.
biskuit yang menggunakan tepung kulit pisang raja sebagai bahan dasarnya.
Definisi Operasional: Status gizi anak sekolah adalah keadaan gizi anak
Obesitas : Zscore>2.0
8
5. Anak Sekolah
Definisi Operasional : Anak Sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun,
memiliki fisik yang lebih kuat, memiliki sifat individual serta aktif.
Kriteria Objektif: Pada penelitian ini anak yang menjadi objek penelitian
yaitu anak Sekolah Dasar yang memiliki usia 7-9 tahun dikarenakan kebutuhan
6. Asupan Makanan
a. Asupan Energi
kebutuhan tubuh.
b. Asupan Protein
E. Kajian Pustaka
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian
3 Denas Symond, Efikasi Suplementasi Penelitian ini Terdapat perbedaan kadar albumin
Formula Tempe
Fadil Oenzi, menggunakan desain yang signifikan sebelum dan
Bengkuang
Eriyati Darwin, quasi experiment pre- sesudah intervensi pada kelompok
Terhadap Kadar Albumin biskuit (p<0,05) dan terdapat
Nur Indrawati Dan Z-Skor Berat Badan post test with control
perbedaaan antropometri
Lipoeto group
Menurut Umur (Bb/U) berdasarkan BB/U yang signifikan
Pada Anak Gizi Kurang sebelum dan sesudah intervensi
12
5 Baiq Septiana Hubungan kepatuhan Penelitian ini Rata-rata konsumsi energi balita
Hidayati konsumsi biskuit yang merupakan penelitian contoh sebelum intervensi yaitu
pra eksperimen 713.4 ± 237 kalori dan protein
diperkaya protein tepung
dengan desain one 18.4 ± 5.9 g dan sebagian besar
ikan lele dumbo (Clarias
group Pretest postest balita contoh termasuk dalam
gariepinus) dengan status
design. tingkat konsumsi defisit berat
gizi dan morbiditas balita
(47.6%). Pada akhir intervensi
di Kecamatan
terjadi peningkatan konsumsi
Warungkiara dan
energi menjadi 877.4 ± 225.7
Bantargadung, Kabupaten
kalori dan protein 23.5 ± 5.3
Sukabumi
g. Biskuit lele yang diberikan
kepada balita contoh dapat
dikatakan bersifat
supplementary karena dengan
konsumsi biskuit dapat
meningkatkan asupan energi
14
6 Taliyya Analisis Kandungan Zat Jenis rancangan pada Hasil penelitian sampel
Mabrukatulhaya Gizi Biskuit Tepung Kulit penelitian ini adalah menunjukkan kandungan
Pisang Raja (Musa pendekatan karbohidrat tertinggi formulasi
Sapientum) Sebagai eksperimentatif dan 100:0 (55,58%) dan terendah
Alternatif Perbaikan Gizi model true- formulasi 0:100 (32,72%).
di Masyarakat eksperimen yang Protein tertinggi formulasi
(Mabrukatulhaya, 2018b) digunakan yaitu 100:0 (6,31%) dan terendah
Postest Only Control formulasi 0:100 (4,48%).
Group Design. Lemak tertinggi formulasi
Metode yang 0:100 (22,50%) dan terendah
digunakan yaitu formulasi 100:0 (18,90%).
16
kesukaan.
1. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Makassar
b. Tujuan Khusus
1) Untuk menilai perbedaan status gizi anak sekolah sebelum dan setelah
melakukan intervensi
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Ilmiah
b. Manfaat Praktis
peminatan Gizi
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Gizi menurut Islam berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya
makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari
makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses
ilmu dasar, seperti Biokimia, Biologi, Ilmu Hayat (Fisiologi) ilmu Penyakit
(Patologi) dan beberapa lagi. Jadi untuk menguasai Ilmu Gizi secara ahli, harus
tak hanya dilihat dari segi kehalalannya tetapi juga dari segi kandungan gizinya
21
yang memberi manfaat bagi tubuh manusia. Hal tersebut dapat dipahami dalam
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah
rezeki kan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya” -(Departemen Agama Republik Indonesia, 2009).
Dalam surah al-Ma’idah ayat 88, Allah swt. memerintahkan kita untuk
mengonsumsi makanan yang halalan thayyiban yang telah Allah sediakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Halal dalam hal makanan meliputi 3 hal
yaitu halal zatnya, halal cara memperolehnya dan halal cara mengolahnya.
Sedangkan kata thayyib dalam ayat tersebut menunjukkan dari segi zat dan
kandungannya, yakni kandungan gizi yang baik dalam makanan yang akan
pengeluaran zat-zat gizi yang dikonsumsi. Untuk mengetahui status gizi seseorang
1) Antropometri
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Metode antropometri sangat berguna
2) Klinis
kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel
yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan
3) Biokimia
zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, di mana dilakukan pemeriksaan pada
berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urine, tinja, hati dan otot (Arsyad,
2017).
4) Biofisik
melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang
dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Arsyad,
2017).
dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat, individu
23
zat gizi. Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan jenis data yang
diperoleh adalah:
a) Metode Kualitatif
jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food
makan (food frequency), metode dietary history, metode telepon dan metode
pendaftaran makanan.
b) Metode Kuantitatif
makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKMB) atau daftar lain yang
diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah
Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Biasanya
dimulai sejak responden bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam
harinya. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data
yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan
data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti
dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran
peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, cepat sehingga dapat
mencakup banyak responden, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf,
sehari-hari, bila hanya dilakukan satu hari, ketepatannya sangat tergantung pada
daya ingat responden oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang
bagus sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun
atau orang yang berusia di atas 70 tahun serta orang yang lupa ingatan dan pelupa,
The flat slope syndrome yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk
cenderung melaporkan lebih sedikit, membutuhkan tenaga atau petugas yang lebih
25
terlatih atau terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat
motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian, untuk mendapat gambaran
konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari
2) Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui
angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,
statistik pelayanan kesehatan dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan
gizi.
3) Faktor Ekologi
faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor
ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya. Penilaian
salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk
Ada 2 Faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor langsung yang
meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor yang melatar
belakangi kedua faktor tersebut yaitu faktor tidak langsung misalnya faktor
26
Saputra, 2014)
a. Faktor Langsung
1) Konsumsi pangan
penduduk menurut daerah, golongan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering
digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi
2) Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi
1) Tingkat pendapatan
kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi. Arti
2) Pengetahuan Gizi
merupakan sumber zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang
akan diberikan, pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat
dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat
pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam
bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri. Makanan yang kita
makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan
gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan
bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang.
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak usia
Kelompok anak usia 7-12 tahun sebagai anak sekolah. Anak usia sekolah
Kebutuhan gizi antar anak berbeda, hal ini dipengaruhi oleh ukuran dan komposisi
tubuh, pola aktivitas dan kecepatan tumbuh. Pertumbuhan cepat pada waktu bayi
28
diikuti penurunan laju pertumbuhan pada anak pra sekolah dan anak usia sekolah
(Yenita, 2012).
sedangkan tinggi badan kurang lebih 7,6 cm setahun pada anak antara satu tahun
sampai tujuh tahun, kemudian meningkat sebanyak 5,1 cm setahun hingga awal
pertumbuhan cepat pada usia remaja. Kelompok ini mempunyai laju pertumbuhan
fisik yang lambat tetapi konsisten, terus menerus memperoleh pendewasaan dalam
Kebiasaan makan yang terbentuk pada usia ini, serta jenis makanan yang
disukai dan tidak disukai, merupakan dasar bagi pola konsumsi makanan dan
asupan gizi anak usia selanjutnya. Anak usia sekolah mempunyai banyak akses ke
menyebabkan terbukanya gerbang terhadap makanan yang nilai gizinya tidak jelas
(Yenita, 2012).
b. Selalu Aktif
Semakin tinggi tingkat aktivitas tubuh maka nutrisi dan energi juga akan
semakin banyak diperlukan, anak usia SD atau usia sekolah merupakan usia yang
lingkungan sekitar. Untuk itu, perlunya nutrisi dan asupan energi yang banyak
c. Pola Makan
Makan pagi sangat penting agar anak lebih bisa konsentrasi dan tidak
mengantuk waktu belajar. Namun banyak anak yang tidak mau makan pagi
Selain pola makan yang harus diperhatikan, kandungan zat gizi di dalam
tentang kandungan zat gizi dalam makanan, selain memperhatikan dari segi
kehalalannya, kita juga harus memperhatikan dari segi manfaatnya dalam tubuh
kita agar makanan yang kita makanan nantinya tidak menjadi mudharat ataupun
membahayakan untuk tubuh kita karena Allah swt menciptakan seluruh isi bumi
agar mampu dimanfaatkan oleh manusia dalam bertahan hidup. Hal ini berkaitan
batas, merupakan tuntutan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang.
Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang, boleh jadi telah
30
dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas dasar itu, kita
Anak usia sekolah tidak dapat ditebak, apa selera makan yang saat ini
faktor, salah satunya adalah pengaruh dari luar pada masa-masa inilah perhatian
(Ayubi, 2014).
yang banyak disukai oleh anak usia ini adalah makanan yang banyak gula dan
(Ayubi, 2014).
satunya dengan memperbaiki pola makan. Pola makan menjadi kunci utama
pasokan gizi dan vitamin ke dalam tubuh. Selain pola makan yang harus
a. Fortifikasi
yaitu vitamin dan mineral (termasuk elemen) dalam makanan, sehingga dapat
makanan olahan.
hemat biaya bagi kesehatan. Namun persyaratannya adalah bahwa makanan yang
diperkaya perlu dikonsumsi dalam jumlah yang cukup oleh sebagian besar
b. Edukasi Gizi
Edukasi gizi merupakan salah satu upaya yang ekstensif dan persuasif
dikonsumsinya.
tangga.
e. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari
tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit
32
Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik
lebih kuat dibanding balita, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak
bergantung pada orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat
dibanding anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk
generasi penerus yang akan menentukan kualitas bangsa di masa yang akan
datang. Usia anak sekolah dapat digambarkan sebagai bocah berumur 4-6 tahun
sebagai usia pra-sekolah atau Taman Kanak-kanak (TK) dan usia 7-12 tahun
Tumbuh kembang anak yang optimal antara lain dipengaruhi oleh jumlah
dan kualitas asupan zat gizi yang diberikan dalam makanannya. Anak pada usia
sekolah 7-12 tahun melewati sebagian besar waktu hariannya di luar rumah,
seperti bermain dan olahraga. Waktu-waktu istirahat saat bermain dan olahraga,
kebutuhan energi dan zat gizi mereka (Hardinsyah & Supariasa, 2016).
33
berat badan dan tinggi badan anak perempuan lebih besar dibanding dengan anak
laki-laki pada usia yang sama, pertumbuhan gigi permanen, nafsu makan semakin
besar dan mulai terjadi haid pada anak perempuan. Beberapa karakteristik emosi
dan sosial anak sekolah antara lain suka berteman dan bermain, rasa ingin tahu
meningkat. Masa usia anak sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena
rasa ingin mencoba hal baru dan selalu ingin tahu sesuatu, serta perhatian
e. Pertumbuhan lambat
34
Masalah gizi anak sekolah dasar adalah gangguan pada beberapa segi
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah
namun banyak pula kasus kelebihan gizi. Adapun masalah gizi yang sering timbul
keluar. Apabila tidak teratasi maka, keadaan ini akan berlanjut sampai remaja dan
dewasa. Berbeda dengan dewasa, berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena
penyusutan berat akan sekaligus akan menghilangkan zat gizi yang diperlukan
berat badan dan meningkatkan tinggi badan sehingga proporsi berat badan
terhadap tinggi badan kembali normal. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan
energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat
dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP bisa
penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor terjadinya KEP, namun selain
Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia defisiensi
besi adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L) dan mengurangi
daya serap otak terhadap pelajaran. Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit
kandungan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi terutama pada anak yang
makanan sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah GAKY
pada umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY adalah anak
menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit. Di
Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih
sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra sekolah terkecuali porsinya harus
berat badan dan aktivitasnya. Kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan banyak
stamina anak menjadi menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan
Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di
sekolah maupun kegiatan lainnya, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan
sekolah agar kadar gula tetap terkontrol dengan baik, sehingga konsentrasi
(Adriani, 2012) terdapat beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu diketahui
a. Energi
basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
tambahan energi dan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Penggunaan energi di luar AMB bagi bayi dan
anak selama masa pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Besar
kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta intensitas
seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan
Semua bahan makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut
b. Karbohidrat
digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
baik yang disadari maupun tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan
selain itu karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan
c. Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti: telur, susu,
daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai
d. Lemak
dan protein. Fungsi utama lemak yaitu menghasilkan energi yang diperlukan oleh
berlangsung dalam tubuh secara langsung dan tak langsung, pembawa vitamin
akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan.
terjadinya kelainan pada kulit. Sumber lemak diantaranya susu, minyak olive,
e. Kalsium
yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 Kg dan
jumlah ini, 99% berada dalam jaringan keras (tulang dan gigi). Peningkatan
kebutuhan terjadi pada masa pertumbuhan khususnya pada anak usia sekolah dan
remaja, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan dimakan
dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.
sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik tetapi bahan makanan
ini banyak mengandung zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,
fitat dan oksalat. Susu nonfat merupakan sumber terbaik kalsium karena
f. Besi
terhadap serangan bibit penyakit. Hal ini, berhubungan erat dengan menurunnya
Sumber besi yaitu makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan, sumber
baik lainya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan
g. Yodium
Yodium berfungsi sebagai bagian dari tiroksin dan senyawa lain yang
Sumber yodium yang utama yaitu makanan laut berupa ikan, udang dan
kerang serta ganggang laut. Di daerah pantai, air dan tanah banyak mengandung
banyak yodium.
41
Tabel 2.1
Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah
Kelompok BB TB Energi Karbohidrat Protein Lemak Kalsium Besi
Umur (kg) (cm) (Kkal) (g) (g) (g) C
7-9 tahun 27 130 1850 254 49 72 1000 10
Laki-laki
34 142 2100 289 56 70 1200 13
10-12 tahun
Perempuan
36 145 2000 275 60 67 1200 20
10-12 tahun
Sumber: Kemenkes, 2013
dalam (Andi Arnisa, 2017: 10) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Kindom Plantae
Phyllum Spermatophyta
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Musaceae
Genus Musa
Spesies Musa Sapientum
Sumber Data: Phebean, Akinyele, Toyi & Folasade
Pisang (Musa Sapientum L.) adalah salah satu buah paling populer di
dunia pisang sebagai tanaman keempat terpenting dunia setelah serealia utama.
Folasade, 2017).
42
Pisang Raja merupakan jenis tanaman yang berbiji, berbatang semu yang
dapat tumbuh kira-kira sekitar 2,1 - 2,9 meter, berakar serabut yang tumbuh
menuju bawah sampai ke dalaman 75 - 150 cm, memiliki batang semu tegak yang
berwarna hijau hingga merah dan memiliki noda coklat atau hitam pada
dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun
jantung, berkelamin satu yaitu berumah satu dalam satu tandan dan berwarna
Pisang merupakan buah yang kaya akan mineral yaitu kalium, magnesium,
fosfor, kalsium dan besi. Jika dibandingkan dengan berbagai makanan nabati yang
lainnya, mineral yang terdapat dalam buah pisang khususnya besi, hampir
yakni tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6/ pridoxin. Buah pisang banyak
Tabel 2.3 Komposisi Zat Gizi Pisang Raja Per 100 Gram Bahan
No. Zat Gizi Nilai
1 Karbohidrat (g) 28,2
2 Lemak (g) 0,3
3 Protein (g) 0,3
4 Kalori (g) 108
5 Air (g) 69,3
6 Kalsium (mg) 16
3 Fosfor (mg) 38
4 Zat Besi (mg) 0,1
5 Vitamin C (mg) 2,0
Sumber: Faunita, 2015
beragama agar memakan makanan halal serta bermanfaat untuk tubuh kita. Dari
berbagai macam pangan yang merupakan ciptaan Allah swt. yang dapat dimakan
dan mempunyai nilai gizi yang baik, salah satunya adalah pisang raja. Pisang raja
merupakan pangan lokal yang mengandung gizi dan bermanfaat untuk kesehatan
seseorang.
Sejak dahulu kala syariat Islam yang terbukti manjur untuk menjaga
hidup sederhana, yaitu tidak berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum. Hal
Artinya:
Kulit pisang merupakan limbah dari kulit pisang yang cukup banyak
jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya
dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai pakan ternak seperti
kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki
nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku
makanan.
Menurut Base (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira-
kira ½ dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang
cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi,
vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan
buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang
ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang
Secara umum kandungan gizi kulit pisang sangat banyak terdiri dari
hasil analisis kimia komposisi kandungan gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.4 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja per 100 gram
tepung.
Kulit buah pisang raja digunakan sebagai obat penyakit kuning, anti diare,
menghaluskan tangan dan kaki, anti nyamuk dan menjaga kesehatan retina mata
identifikasi zat gizi dan kualitas tepung kulit pisang raja (musa Sapientum) dengan
metode pengeringan sinar matahari dan oven. Hasil analisisnya terbukti bahwa
tepung kulit pisang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu
karbohidrat, protein, lemak, air dan serat kasar. Namun kandungan gizi tepung
kulit pisang raja yang dihasilkan dari metode pengeringan matahari lebih tinggi
melalui uji daya terima terhadap warna, aroma dan tekstur, tepung yang
Jenis pisang raja (Musa Sapientum) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah yang telah matang kulitnya berwarna kuning di seluruh permukaan kulit
dengan sedikit bintik kecokelatan, tidak rusak atau busuk. Buah pisang yaitu
kulitnya dalam keadaan segar, dan yang paling sedikit memiliki bintik
kecokelatan.
Kulit pisang yang akan digunakan yaitu kulit pisang raja. Pisang tersebut
mempunyai batang lunak berwarna dominan hijau dan daun yang sangat lebar.
Pisang raja menghasilkan susunan berbentuk tandan dan setiap tandan terdapat
beberapa sisir dengan buah tersusun secara menjari. Pisang ini memiliki warna
hijau ketika mentah dan berubah menjadi kuning serta bercak kehitaman pada saat
Kulit pisang raja mempunyai kulit yang lebih tebal dari kulit pisang
lainnya sehingga memiliki potensi pati yang cukup besar untuk dijadikan
Penggunaan tepung kulit pisang ini cukup potensial sebagai bahan baku
dalam pembuatan produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari segi
kualitas produk yang dihasilkan. Sebagai bahan baku kue kering dan cake
Tabel 2.5 Kandungan Gizi Tepung Kulit Pisang Raja Dengan Metode
Pengeringan Oven
No. Parameter Nilai
dicuci, kulit pisang di potong kecil lalu lakukan perendaman dengan natrium
Selain itu masa dan volume lebih kecil sehingga tidak memerlukan ruang yang
air dalam kulit pisang dari suatu bahan dengan cara menguapkan sehingga kadar
air seimbang dengan kondisi udara normal atau kadar air setimpal dengan
aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan kimiawi.
atau sun drying atau dengan menggunakan pengeringan drum atau drum dryer
beras. Pembuatan tepung tidak dilakukan dengan mengambil sari pati pisang raja
dengan tujuan agar serat dalam kulit pisang raja tersebut tidak hilang sepenuhnya.
49
Kulit Pisang
Pencucian
Potong kecil-kecil
di Blender
di Ayak
oven. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perubahan kandungan zat gizi
terhadap kulit pisang raja, yang berpengaruh pada kualitas tepung tersebut,
berasal dari tepung terigu dengan penambahan makanan lain dan dengan atau
2011).
Biskuit adalah salah satu produk olahan kue kering yang merupakan
makanan ringan yang disenangi karena enak, manis, dan renyah serta memiliki
umur simpan cukup lama (Kusnandar dkk. (2010) dalam (Winata, 2015). Kadar
air yang rendah pada biskuit dihasilkan dari proses pemanggangan adonan biskuit
cookies dan wafer. Biskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dengan adonan
dapat berkadar lemak tinggi atau rendah. Crackers adalah jenis biskuit yang
dibuat adonan keras melalui proses fermentasi atau pemeraman. Cookies adalah
jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi dan bila
adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan
Nasional, 2011).
Dari data hasil Riskesdas (2013) tentang konsumsi makanan dari olahan
tepung terigu diantaranya mi instan, mi basah, roti dan biskuit, sebanyak 13,4%
sebagai berikut:
1. Tepung Terigu
Gandum atau tepung terigu adalah termasuk serelia yang memiliki nilai
gizi penting. Makanan berbasis gandum atau tepung terigu telah menjadi makanan
berkisar 8-9%, 10,5-11,5% dan 12-14%. Di dalam tepung terigu terdapat gluten,
lainnya. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu yang rendah kalori.
penggunaan jenis tepung terigu. Tepung terigu berprotein 12-14 % ideal untuk
pembuatan roti dan mie, 10,5-11,5% untuk biskuit, pastry atau pie dan donat
sedangkan, untuk gorengan, cake, dan wafer gunakan yang berprotein 8-9%.
2. Margarin
Margarin merupakan emulsi yang terdiri dari lemak nabati, air, dan garam
dikonsumsi tanpa dimasak. Sifat fisik margarin dalam suhu kamar adalah
memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit ketimbang mentega biasa. Margarin
bisa memberi cita rasa gurih, mengurangi remah roti, mempermudah pemotongan,
Fungsi lemak dalam pembuatan kue kering adalah sebagai pemberi aroma,
pelembut tekstur kue kering, sebagai pelembab dan memperkaya rasa, sebagai
pelarut gula, sebagai bahan isian, memberi kilau pada permukaan kue kering.
Ini adalah jenis gula yang paling mudah dijumpai, digunakan sehari-
hari untuk pemanis makanan dan minuman. Gula pasir juga merupakan jenis
gula yang digunakan dalam penelitian ini. Gula pasir berasal dari cairan sari
tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan mengalami kristalisasi dan berubah
menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau putih agak kecokelatan (ras
sugar). Gula pada pembuatan biskuit memiliki fungsi untuk memberikan rasa
menjadi cokelat kehitaman dan tekstur adonan seperti perekat (Sulistiyo (1999)
4. Kuning Telur
bersama tepung membentuk kerangka atau struktur (proteinnya), selain itu telur
warna dari biskuit. Lecitin dalam kuning telur mempunyai daya emulsi sedangkan
perekat atau pengikat. Peranan utama telur atau protein dalam pengolahan pada
berbagai saus dan custard karena protein terkoagulasi pada suhu 62oC.
Berdasarkan bagian-bagian telur yaitu cangkang telur (shell egg) 12%, putih telur
Dosis penggunaan telur dalam pembuatan biskuit harus tepat karena jika
terlalu banyak telur maka, adonan akan menjadi lembek dan biskuit yang
dihasilkan terlalu renyah, akan tetapi jika adonan kekurangan telur maka biskuit
yang dihasilkan kurang mengembang dan kurang renyah atau keras (Faridah,
a. Tahap persiapan
pisang.
b. Tahap Pelaksanaan
berikut:
2) Campur margarin, gula halus dan kuning telur lalu mixer sampai berwarna
3) Masukkan campuran tepung terigu dan tepung kulit pisang raja sesuai
takaran yang ditentukan beserta dengan bahan kering lainnya lalu aduk
4) Setelah adonan sudah kalis dan siap untuk dicetak sesuai selera.
56
oven sampai matang dengan suhu 160-1700C dan waktu ±15-20 menit.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian dari proses pembuatan biskuit tepung kulit pisang raja
Penimbangan Bahan
Pencampuran Bahan
Pencetakan
Pengovenan
Pendinginan
Tahap Penyelesaian
Pengemasan
Gambar 2.3 Skema Proses Pembuatan Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Taliyya,2018)
57
populasi karena rasanya yang beragam, masa simpan yang panjang dan biaya
sehat, alami dan fungsional, saat ini sedang dilakukan upaya dalam meningkatkan
nilai gizi camilan biskuit dengan cara memodifikasi komposisinya (Kishor, David,
Menurut SNI 2973-2011, biskuit merupakan salah satu produk makanan kering
yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan dasar tepung
terigu atau substitusinya, minyak atau lemak dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain yang diizinkan. Biskuit terbuat dari bahan dasar tepung terigu yang
ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan lain, seperti gula, telur, margarin, emulsifier,
Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja merupakan salah satu variasi terbaru dari
biskuit, yaitu biskuit yang bahan dasarnya terbuat dari campuran tepung terigu dan tepung
kulit pisang raja yang dicampur dengan bahan lain pembuatan biskuit pada umumnya.
Tujuan dari pembuatan biskuit tepung kulit pisang raja ini yaitu sebagai Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) untuk anak sekolah terkhusus anak sekolah yang mengalami
Adapun kandungan gizi biskuit tepung kulit pisang raja dapat dilihat pada
Tabel 2.10
Kandungan Zat Gizi Dalam 100 Gram Biskuit Tepung Kulit
Pisang Raja (Musa Sapientum)
Parameter
Perlakuan
Karbohidrat Protein Lemak
(g) (g) (g) Fe (µg)
1:0 55,58 6,31 18,90 56,87
G. Kerangka Teori
Gizi Kurang
Penyebab
Asupan Makanan Penyakit Infeksi
Langsung
Pokok
Kemiskinan, Kurang Pendidikan, Kurang Keterampilan
Masalah
Akar
Masalah
Krisis Ekonomi
Langsung
Sumber: Persagi. 1999. Visi dan Misi Gizi dalam Mencapai Indonesia Sehat
Tahun 2010. Jakarta
60
H. Kerangka Konsep
Ketahanan Pangan
Asupan
Makanan
Pelayanan Kesehatan
Penyakit Infeksi
Pola Asuh
Keterangan:
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
kuantitatif lapangan, yaitu pengumpulan data dari sampel, baik distribusi karakter,
hubungan antara variabel, atau variabel lain terkait masalah kesehatan yang dapat
Kulit Pisang Raja (Musa Sapientum) Terhadap Status Gizi Kurang Pada Anak
2. Lokasi Penelitian
B. Pendekatan Penelitian
dilakukan melalui intervensi pada anak sekolah. Desain yang digunakan yaitu
intervensi program kesehatan dengan suatu kelompok kontrol yang serupa. Dalam
61
62
kelompok kontrol tidak dilakukan secara random atau acak tetapi ditentukan oleh
peneliti. Oleh sebab itu rancangan ini sering disebut nonrandomized control group
adalah biskuit tepung kulit pisang raja, sedangkan yang menjadi variabel
terikatnya (variabel dependen) adalah status gizi pada anak sekolah dasar yang
mengalami gizi kurang. Intervensi yang dilakukan pada anak sekolah dasar gizi
kurang adalah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada kelompok kasus
Recall 24 jam
Sebelum Intervensi Pengukuran Antropometri (berat badan dan tinggi badan)
Kelompok
Kelompok Kasus
Kasus Kelompok Kontrol
Kelompok
Intevensi 1 bulan pada Kontrol
Biskuit Tepung Biskuit Tepung
hari sekolah Biskuit
Biskuit
Kulit tepung
Pisang Raja Terigu
Recall 24 jam
Hari Terakhir Intervensi Pengukuran Antropometri (berat badan dan tinggi badan)
Analisa Data
dilakukan recall 24 jam untuk mengetahui gambaran asupan makanan pada anak.
Intervensi yang dilakukan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan
1. Populasi
2. Sampel
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik penarikan sampel yang
tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi
Kriteria Inklusi:
Kriteria eksklusif :
2) Berstatus gizi baik dengan IMT/U bila z-score <-3 dan ≥-2
3) Mengalami penyakit infeksi yang serius seperti Thypoid, DBD, Diare dan
b. Besar Sampel
dengan menggunakan rumus Federer (Hasyim, Solihin, & Darajat, 2014), di mana
sampel (n) dapat ditentukan berdasarkan total kelompok (t) yang digunakan dalam
penelitian. Sehingga jika t=2 kelompok maka besar sampel yang digunakan:
(n-1) (t-1) ≥ 10
(n-1) (2-1) ≥ 10
(n-1) (1) ≥ 10
n-1 ≥ 10
n ≥ 10 + 1 = 11
n ≥ 11
65
Adapun sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebanyak 24
tepung kulit pisang raja dan biskuit tepung terigu untuk kelompok kontrol.
1. Data Primer
yaitu melalui observasi awal dengan melakukan pengukuran berat badan dan
2. Data Sekunder
E. Instrumen Penelitian
Terdiri dari buku dan bolpoin, perangkat ini digunakan untuk menghimpun
Metode recall 24 jam merupakan cara untuk mengukur asupan zat gizi pada
individu dalam sehari, yang dilakukan dengan menanyakan makanan yang telah
dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Metode pengukuran ini bertujuan untuk
mengetahui asupan zat gizi individu dalam sehari sehingga tergolong pada
kelompok metode kuantitatif. Dalam metode ini dimulai dari responden bangun
pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari
Form recall 1x24 jam digunakan untuk mengetahui konsumsi protein dan sumber
energi, hasil recall kemudian dihitung dengan bantuan software komputer Nutry
Survey 2007 dan kemudian dihitung Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak usia 7-9
Untuk memantau konsumsi biskuit tepung kulit pisang raja pada responden
dilakukan dengan cara menimbang sisa biskuit yang dikonsumsi oleh responden
yang lalu.
Digunakan untuk mengukur berat badan sampel (dengan kapasitas 150 kg dan
ketelitian 0,1 kg). Adapun cara pengukuran berat badan sampel yaitu :
b. Meminta anak untuk melepas alas kaki dan meletakkan barang bawaan yang
berat.
dengan pemeriksa.
ON/OFF lalu letakkan wadah diatas timbangan lalu tekan tombol TARE pada
bahan yang akan ditimbang ke dalam wadah dan perhatian angka yang muncul
tombol ON/OFF lalu setelah angka 0 (nol) tertera pada display timbangan
1. Pengolahan Data
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan narasi distribusi frekuensi
itu dilakukan tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen.
69
3. Analisis Data
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Data
yang diperoleh dalam ordinal dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji T
terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi
siswa gizi kurang dan Uji Independent (T-Test) untuk mengetahui perbedaan
sebelum dan setelah melakukan intervensi pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol dengan tingkat kepercayaan semua uji yaitu 95% atau α = 5% (0.05).
BAB IV
A. Hasil Penelitian
penelitian tentang pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada
(kontrol) guna memperbaiki status gizi anak berdasarkan IMT/U. Penelitian ini
dalam penelitian ini berjumlah 24 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok
yaitu, 12 orang pada kelompok kasus, dan 12 orang pada kelompok kontrol.
kelurahan Kaluku Bodoa, kecamatan Tallo kota Makassar. Keberadaan sekolah ini
70
71
yang padat dan lokasinya yang dekat dengan fasilitas kesehatan yakni Puskesmas
Kaluku Bodoa, jaraknya hanya kurang lebih 10 meter dari sekolah. Sekolah
Dilihat dari segi fisik, bangunan SD Inpres Galangan Kapal sangat baik,
e) Menggali potensi siswa untuk menjadi anak yang berkualitas dan bertanggung
jawab
f) Memberikan layanan yang prima untuk menuju sekolah yang berbudaya dan
berkarakter.
72
c. Karakteristik Responden
1) Jenis Kelamin
Berikut hasil analisis univariat pada kelompok jenis kelamin pada anak
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)
Jenis Kelamin
N % n %
Laki-Laki 5 41.7 7 58.3
Perempuan 7 58.3 5 41.7
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2019
terdapat responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (58.3%) dan
2) Tingkatan Kelas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas
di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)
Kelas
N % n %
Kelas 2 4 33.3 8 66,7
Kelas 3 8 66,7 4 33.3
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2020
Dari tabel 4.2, di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden pada kelompok
intervensi, responden yang berada pada kelas 2 sebanyak 4 orang (33.3%) dan
responden pada kelompok kontrol, responden yang berada pada kelas 2 sebanyak
8 orang (66.7%) dan yang berada pada kelas 3 sebanyak 4 orang (33.3%).
3) Umur
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok Umur Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)
(tahun) N % N %
7 tahun 0 0 2 16.7
8 tahun 5 41.7 7 58.3
9 tahun 7 58.3 3 25
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2020
7 orang (58.3%) dan tidak terdapat responden yang berusia 7 tahun (0.00%).
74
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua
di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
ayah dari responden kebanyakan bekerja sebagai buruh sebanyak 6 orang (50%),
karyawan swasta 3 orang (25%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta 1 orang
(8.3%). Sedangkan kebanyakan ibu dari responden bekerja sebagai ibu rumah
tangga sebanyak 11 orang (91.7%) dan 1 orang (8.3%) yang bekerja sebagai
karyawan swasta. Pada kelompok kontrol ayah dari responden paling banyak
bekerja sebagai buruh 7 orang (58.3%) dan yang bekerja sebagai pedagang kecil 1
orang (8.3%). Sedangkan ibu dari responden paling banyak bekerja sebagai ibu
rumah tangga sebanyak 11 orang (91.7%) dan karyawan swasta sebanyak 1 orang
(8.3%).
75
5) Konsumsi Produk
Tabel 4.5
Jumlah Konsumsi Produk Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Selama 30 Hari Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah Gizi
Kurang Di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
dan yang tidak dihabiskan sebanyak 448.5 (12.5%). Sedangkan jumlah konsumsi
produk pada kelompok kontrol sebanyak 3302 (84.6%) dan yang tidak dihabiskan
Tabel 4.6
Rata-rata Konsumsi Produk Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Selama 30 Hari Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah Gizi
Kurang Di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
intervensi per hari yang dikonsumsi sebanyak 141.5 (94.3%) dan yang tidak
76
kelompok kontrol sebanyak 127 (84.6%) dan yang tidak dihabiskan sebanyak 23
(15.3%).
2. Hasil Analisis
a. Analisis Univariat
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi, Asupan
Protein, Berat badan dan Status Gizi Sebelum Intervensi di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok Perlakuan
Variabel Kelompok I Kelompok II Independent t- test
(Intervensi) (Kontrol)
Asupan Energi (Kkal) 796.41 835.16 0.639
Asupan Protein (g) 34.59 25.54 0.023
Berat Badan (Kg) 17.36 17.86 0.291
Status Gizi (SD) -2.94 -2.55 0.250
Sumber: Data Primer, 2020
varian asupan energi, asupan protein, berat badan dan status gizi diperoleh hasil
uji Independent t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom
Levene’s test for equality of Variances untuk kolom Sig didapatkan nilai p > 0,05
maka varian data tidak berbeda (homogen). Karena varian data tidak berbeda
maka, hasil uji t tidak berpasangan dapat dilihat pada kolom t-test for equality of
Pada variabel asupan energi, berat badan dan status gizi didapatkan nilai p
>0,05 maka diambil kesimpulan “secara statistik tidak terdapat perbedaan rerata
asupan energi, berat badan dan status gizi antara kelompok kasus dan kelompok
nilai p < 0,05 maka diambil kesimpulan “secara statistik terdapat perbedaan rerata
asupan protein antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sebelum intervensi”.
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi, Asupan
Protein, Berat badan dan Status Gizi Setelah Intervensi di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok Perlakuan
Variabel Kelompok I Kelompok II Independent t- test
(Intervensi) (Kontrol)
Asupan Energi (Kkal) 1174.95 941.35 0.025
Asupan Protein (g) 42.16 32.60 0.010
Berat Badan (Kg) 19.10 18.86 0.680
Status Gizi (SD) -2.35 -2.42 0.796
Sumber: Data Primer, 2020
varian asupan energi, asupan protein, berat badan dan status gizi diperoleh hasil
uji Independent t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom
Levene’s test for equality of Variances untuk kolom Sig didapatkan nilai p > 0,05
maka varian data tidak berbeda (homogen). Karena varian data tidak berbeda
maka, hasil uji t tidak berpasangan dapat dilihat pada kolom t-test for equality of
Pada variabel berat badan dan status gizi didapatkan nilai p > 0,05 maka
diambil kesimpulan “secara statistik tidak terdapat perbedaan rerata berat badan
dan status gizi antara kelompok kasus dan kelompok kontrol setelah intervensi”.
Sedangkan pada variabel asupan energi dan asupan protein didapatkan nilai p <
0,05 maka diambil kesimpulan “secara statistik terdapat perbedaan rerata asupan
energi dan asupan protein antara kelompok kasus dan kelompok kontrol setelah
intervensi”.
b. Analisis Bivariat
Tabel 4.9
Rata-rata Perubahan Asupan Energi Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar
Berdasarkan tabel 4.9 Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja
terhadap asupan energi pada kelompok kasus setelah dilakukan uji statistik paired
t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom sig.(2 tailed)
didapatkan nilai p = 0.001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05) pada kelompok
kasus. Pada kelompok kontrol, hasil uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed)
didapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05).
79
Dari kedua kelompok tersebut dilakukan uji statistik didapatkan hasil adanya
kelompok, peningkatan rata-rata asupan energi yaitu 403.60 kkal pada kelompok
Tabel 4.10
Rata-rata Perubahan Asupan Protein Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal
Kota Makassar
biskuit kulit pisang raja pada kelompok kasus maupun biskuit tepung terigu pada
kelompok kontrol terhadap asupan protein siswa gizi kurang dengan hasil uji
statistik paired t-test. Hasil uji tersebut pada kolom sig (2 tailed) didapatkan nilai
p = 0.005 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05) pada kelompok kasus. Pada
kelompok kontrol, hasil uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan nilai p =
Dari kedua kelompok tersebut yang dilakukan uji statistik didapatkan hasil
Tabel 4.11
Rata-rata Perubahan Berat Badan Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar
kulit pisang raja terhadap rata-rata berat badan pada kelompok kasus setelah
dilakukan uji statistik paired t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut
pada kolom sig (2 tailed) didapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari nilai
alpha (0.05), maka ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja
terhadap rata-rata berat badan pada anak sekolah dasar yang mengalami gizi
kurang. Pada kelompok kontrol setelah dilakukan uji statistik paired t-test pada
masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan
nilai p = 0.066 yang lebih besar dari nilai alpha (0.05), maka tidak ada pengaruh
pemberian biskuit tepung terigu terhadap rata-rata berat badan pada anak sekolah
Dari hasil uji statistika antara kedua kelompok, terdapat perbedaan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada kelompok kasus terdapat
pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap peningkatan rata-
rata berat badan pada siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok kontrol, di
81
Tabel 4.12
Rata-rata Perubahan Status Gizi (IMT/U) Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal
Kota Makassar
biskuit tepung kulit raja terhadap rata-rata status gizi pada kelompok kasus setelah
dilakukan uji statistik paired t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut
pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan nilai p = 0.008 yang lebih kecil dari nilai
alpha (0.05), maka ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja
terhadap rata-rata status gizi pada anak sekolah dasar yang mengalami gizi kurang.
Pada kelompok kontrol setelah dilakukan uji statistik paired t-test. Hasil uji
tersebut pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan nilai p = 0.546 yang lebih besar dari
nilai alpha (0.05), maka tidak terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu
terhadap rata-rata status gizi pada anak sekolah dasar yang mengalami gizi kurang.
kelompok kasus terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja
terhadap kenaikan status gizi pada siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok
82
kontrol, di mana tidak terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap
B. Pembahasan
Sampel dalam penelitian adalah anak sekolah dasar dengan rentan umur 7-9 tahun
dengan kategori IMT kurang atau status gizi kurang dengan nilai z-score (-3 SD
s/d <-2 SD). Diperoleh 24 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
bentuk informasi ini berupa pembahasan mengenai gizi kurang dan bahan-bahan
pengukuran berat badan, tinggi badan dan dilanjutkan dengan recall 24 jam.
Dari 24 orang anak sekolah akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok
kasus dan kelompok kontrol. 12 orang anak yang termasuk dalam kelompok
kasus setiap hari diberikan biskuit tepung kulit pisang raja sebanyak 100 gram
Untuk kelompok umur siswa umur 7-9 tahun. Pada kelompok kasus,
persentase terbesar terdapat pada umur 9 tahun sebanyak 7 siswa (58.3%), umur 8
83
tahun sebanyak 5 siswa (41.7%) dan tidak ada siswa yang berumur 7 tahun.
tahun sebanyak 7 siswa (58.3%), umur 9 tahun sebanyak 3 siswa (25%) dan 7
Pada tingkatan kelas yaitu kelas II dan III. Pada kelompok kasus, persentase
terbesar terdapat pada tingkatan kelas III yaitu sebanyak 8 siswa (66.7%) dan
Tambahan (PMT) biskuit tepung kulit pisang raja digunakan formula 1:3 yaitu 25
gram tepung terigu dan 75 gram tepung kulit pisang raja yang dapat memberikan
tambahan energi sebesar 425.6 kkal dan protein sebesar 5.18 gram pada anak
diberikan biskuit tepung terigu formula 1:0 yang dapat memberikan tambahan
energi sebesar 418.54 kkal dan protein sebesar 6.31 gram pada anak sekolah yang
100 gram tiap harinya baik untuk kelompok kasus maupun kelompok kontrol
selama 30 hari.
penelitian “Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja
merekomendasikan perbandingan 1:3 sebagai produk terbaik dari segi zat gizi
1. Asupan Energi
menimbulkan status gizi lebih atau status gizi kurang. Kebutuhan energi
seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat badan, tinggi badan,
pada anak sekolah dengan rentan usia 7-9 tahun yaitu sebesar 1850 Kkal per hari.
yaitu recall 24 jam yang dilakukan beberapa kali, yaitu minimal 2 kali recall 24
Grafik 4.1
1400
1200
1000
800
600 Sebelum
400 Setelah
200
0
Pada Grafik 4.1 terlihat adanya perubahan asupan energi sebelum dan setelah
intervensi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pada uji paired t-test
biskuit tepung kulit pisang raja berpengaruh terhadap perubahan asupan energi
pada anak sekolah gizi kurang dilihat pada (p = 0.001). Sedangkan pada kelompok
kontrol hasil rata-rata asupan energi yaitu 761.57 kkal sebelum intervensi dan
intervensi, dari grafik di atas kita dapat melihat rata-rata selisih peningkatan
asupan energi yang lebih tinggi pada kelompok kasus yaitu 403.60 kkal
sedangkan rata-rata selisih asupan energi pada kelompok kontrol yaitu 253.37
kkal. Hal tersebut terjadi dikarenakan kandungan energi tertinggi pada dasarnya
terdapat pada biskuit tepung kulit pisang raja sebesar 425.6 kkal per 100 gramnya.
kontrol namun jumlah tersebut masih kurang dari kebutuhan energi AKG (2013).
Hal ini disebabkan masih tingginya konsumsi jajanan pada anak mengakibatkan
Hal ini sejalan dengan penelitian (Nurdiyanti & Wahyuningtyas, 2019) pada
Tua Dengan Perilaku Kebiasaan Jajan Siswa MI Nurul Islamiyah Tahun 2017”
bahwa tingkat pengetahuan gizi sangat berpengaruh terhadap perilaku dan sikap
dalam kebiasaan jajan siswa. Pengetahuan yang baik belum tentu menjamin
pengetahuan tinggi dan berperilaku tidak baik dalam memilih makanan jajanan
tidak jauh berbeda dengan siswa yang memiliki pengetahuan rendah. Banyak hal
pengetahuan yang diperoleh anak hanya sebatas pengetahuan dasar tentang gizi
dari sekolah. Ketidaktahuan tentang makanan yang mempunyai gizi baik akan
menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan rendahnya gizi yang terkandung
dalam makanan tersebut dan akan menyebabkan status gizi anak tersebut menjadi
kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan
Dalam Islam sendiri makanan bukan hanya halal tapi juga harus baik.
Halal dalam hal ini adalah makanan yang dikategorikan halal atau dapat dimakan
bukan makanan yang tergolong haram atau tidak boleh dimakan, misalnya
bangkai, darah, daging babi, serta hewan yang disembelih tidak dengan menyebut
nama Allah swt. Sedangkan baik dalam hal ini adalah makanan yang selain baik
87
bagi kesehatan, bergizi, bersih dan tidak menjijikkan apabila dimakan. Hal ini
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezeki kan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya.
yang halal dan dengan demikian melalui ayat ini menghasilkan makna larangan
dan perintah bolehnya memakan segala yang halal. Dengan perintah ini tercegah
yang halal yakni bukan yang haram lagi baik, lezat, bergizi dan berdampak positif
bagi kesehatan dari apa yang Allah telah rezeki kan kepadamu. Yang dimaksud
dengan makan dalam ayat ini adalah segala aktivitas manusia. Pemilihan kata
makanan mendukung aktivitas manusia. Tanpa makan, manusia lemah dan tidak
Ayat diatas memberikan tuntunan makanan “dan makanlah olehmu apa yang
telah direzekikan kepadamu oleh Allah, yang halal lagi baik”. Oleh sebab itu
pilihlah makanan yang halal lagi baik. Halalan, yang artinya segala sesuatu jenis
makanan yang sifatnya halal dikonsumsi yang telah ditentukan oleh Allah.
Toyyiban, yang baik artinya segala sesuatu makanan yang baik untuk dikonsumsi
tidak memberikan dampak buruk berupa sakit atau penyakit bagi tubuh kita.
88
2. Asupan Protein
Protein merupakan sumber asam amino yang tidak dimiliki oleh lemak atau
tidak sebagai sumber energi. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya
ada di dalam otot, seperlima berada dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh
Di dalam tubuh protein berfungsi sebagai bahan bakar tubuh, zat pembangun
dan pengatur. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat energi maka protein
asupan protein mempengaruhi status gizi. Gangguan pada asupan dan transportasi
zat-zat gizi merupakan akibat dari kekurangan protein. Kekurangan protein yang
terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya
Anak sekolah dasar dengan rentan umur 7-9 tahun mempunyai angka
kecukupan protein (AKP) yaitu sebanyak 49 gram/hari baik untuk anak laki-laki
agar manusia tidak boleh mengonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak
makanan yaitu recall 24 jam yang dilakukan beberapa kali, minimal 2 kali recall
24 jam tanpa berturut-turut (Supariasa, 2001). Gambaran asupan zat gizi yang
Grafik 4.2
45.00 40.23
40.00
35.00 32.40 33.11
30.00 26.50
25.00
20.00 Sebelum
15.00 Setelah
10.00
5.00
0.00
Asupan ProteinAsupan KasusProtein
Kontrol
Pada grafik 4.2 di atas, dapat dilihat asupan protein pada kelompok kasus
pada kelompok kasus yaitu 32.40 gram sebelum intervensi dan mengalami
bahwa ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap
perubahan asupan protein pada anak sekolah gizi kurang dilihat pada (ρ=0.005).
90
Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil rata-rata asupan protein yaitu
26.50 gram sebelum intervensi dan mengalami peningkatan menjadi 33.11 gram
biskuit tepung terigu terhadap perubahan asupan protein pada anak sekolah gizi
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
bermakna (ρ<0.05) asupan energi, karbohidrat, lemak dan protein sebelum dan
setelah intervensi.
3. Berat Badan
Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai
keadaan suatu gizi manusia. Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya
yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apa pun.
Berat badan dinyatakan dalam satuan kilogram yang diukur dengan menggunakan
timbangan.
antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi tubuh terjamin, berat badan juga
pertambahan berat badan dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan
normal. Berat badan merupakan salah satu parameter penilaian status gizi yang
91
sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi
preventif guna mengetahui laju penurunan atau pertambahan berat badan yang
tidak diinginkan sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin. Berat badan
untuk melihat perubahan dalam waktu singkat, memberikan gambaran status gizi
Berikut adalah grafik perubahan rata-rata berat badan pada kelompok kasus
Grafik 4.3
19.5 19.1
19 18.86
18.5
18
17.5 17.86 Sebelum
17 17.36
16.5 Setelah
16
Kelompok Kelompok
Kasus Kontrol
pemberian biskuit tepung kulit pisang raja dan biskuit tepung terigu pada
kelompok kontrol dan kelompok kasus. Hal tersebut ditunjukkan pada uji paired
92
t-test diperoleh hasil sebelum intervensi rata-rata berat badan responden kasus
kontrol sebelum intervensi yaitu 17.86 kg menjadi 18.86 setelah intervensi. Hasil
uji paired t-test didapatkan nilai (ρ=0.000) pada kelompok kasus dan (ρ=0.066)
pada kelompok kontrol. Pada kelompok kasus didapatkan nilai p<0.05 maka
dianggap terdapat perbedaan pada nilai rata-rata berat badan sebelum dan setelah
tepung kulit pisang raja terhadap berat badan siswa gizi kurang pada kelompok
kasus”. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat angka p>0.05 maka dianggap
tidak terdapat perbedaan rata-rata berat badan sebelum dan setelah intervensi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa “tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung
terigu terhadap berat badan siswa gizi kurang pada kelompok kontrol”.
Dari hasil uji statistika antara kedua kelompok, terdapat perbedaan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada kelompok kasus terdapat
pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap kenaikan berat
badan pada siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok kontrol, di mana tidak
terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap kenaikan berat badan
siswa gizi kurang. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan asupan energi
dan asupan protein yang lebih pada kelompok kasus serta pada biskuit tepung
kulit pisang raja terdapat kandungan zat gizi mikro yaitu zat besi dan vitamin A
yang lebih tinggi daripada biskuit tepung terigu di mana zat besi dan vitamin A
tersebut dapat membantu proses penyerapan energi dan protein pada produk
kelompok kasus.
93
Peranan zat besi di dalam tubuh tidak bisa diabaikan karena pentingnya
pengaruh zat besi terhadap sintesis zat lain dalam tubuh. Zat besi berperan
penting dalam reaksi yang melibatkan pelepasan energi tubuh atau lebih dikenal
dengan istilah reaksi oksidasi dan reduksi. Selain itu, zat besi juga merupakan
dengan kelompok kontrol. Di mana selisih kenaikan berat badan pada kelompok
kasus sebelum dan setelah dilakukan pemberian biskuit tepung kulit pisang raja
didapatkan nilai selisih berat badan sebesar 1.73 kg sedangkan pada kelompok
Zat besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al-
Qur’an. Zat besi disebut 9 kali dalam Al-Qur’an dalam ayat yang berbeda-beda
,,,
dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa (Departemen Agama RI,
2010).
94
2013).
sel vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang
pertumbuhan tulang terhambat dan pertumbuhan tulang tidak normal. Pada anak-
A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat (Azrimaidaliza, 2007). Meskipun
berlangsung orang tua sampel dalam penelitian ini begitu antusias memberikan
underweight dan wasting yang lebih tinggi dibanding anak yang memperoleh
mortalitas, morbiditas dan penyakit infeksi yang lebih tinggi pada anak (Semba et
al, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Murage, et al tahun 2012 di Kenya
menunjukkan anak yang tidak diberi vitamin A 75% lebih beresiko menderita
4. Status Gizi
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak
yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Oleh karena itu,
makanan bagi tubuh mempunyai peran yang sangat penting untuk pembentukan
sel-sel yang rusak. Status gizi adalah suatu tanda-tanda atau penampilan fisik
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi atau asupan makanan dan status kesehatan.
Adapun akibat dari tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan zat gizi yang
masyarakat.
Pengukuran status gizi yang paling sering dan umum digunakan adalah
manusia. Parameter yang digunakan antara lain berat badan (BB) dan tinggi
badan (TB). Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.
Indeks antropometri yang digunakan antara lain BB/U, TB/U dan IMT/U.
Berikut adalah grafik perubahan status gizi kelompok kasus dan kelompok
Grafik 4.4
1.5
0.5
-2.95-2.35 -2.55 -2.42
-0.5
Sebelum
-1.5 Setelah
-2.5
Kelompok
-3.5 Kelompok Kasus
Kontrol
Dari grafik 4.4 terlihat adanya perubahan status gizi anak sekolah yang
mengalami gizi kurang sebelum dan setelah intervensi. Hasil uji paired t-test pada
variabel status gizi kelompok kasus sebelum dan setelah intervensi terdapat angka
(ρ=0.008) karena nilai ρ<0.05 maka dianggap terdapat perbedaan pada nilai rata-
rata status gizi sebelum dan setelah intervensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
“ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi
siswa gizi kurang pada kelompok kasus”. Sedangkan pada kelompok kontrol
setelah dilakukan uji paired t-test pada variabel status gizi sebelum dan setelah
intervensi terdapat angka (ρ=0.546) karena nilai p>0.05 maka dianggap tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata status gizi sebelum dan setelah intervensi. Maka
dapat disimpulkan bahwa “tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung terigu
Dari hasil uji statistika antara kedua kelompok, terdapat perbedaan antara
kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada kelompok kasus terdapat
pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi pada
siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok kontrol, di mana tidak terdapat
pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap status gizi siswa gizi kurang.
Hal ini disebabkan oleh peningkatan rata-rata berat badan pada kelompok kontrol
yang lebih kecil sehingga kurang berpengaruh terhadap peningkatan status gizi
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tanziha, 2013) yang
menyatakan bahwa “ada perbedaan signifikan pada rata-rata status gizi siswa
responden anak sekolah gizi kurang yang mengalami penurunan status gizi antara
sebelum dan setelah pemberian. Hal ini disebabkan karena responden yang pernah
mengalami sakit demam selama 3 hari, 2 hari diantaranya disertai dengan muntah-
muntah diakhir penelitian sehingga asupan energi dan proteinnya pun semakin
Hal ini sejalan dengan teori dari Widjanarka dan Suharjo (2006) dalam (N,
2017) yang mengatakan bahwa gangguan defisiensi gizi dan rawan infeksi
merupakan suatu pasangan yang erat, maka perlu ditinjau kaitannya satu sama
lain. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi dengan beberapa cara, yaitu
muntah serta diare atau memengaruhi metabolisme makanan. Selain itu infeksi
98
pada tubuh.
arah status gizi yang baik, namun kedua kelompok tersebut masih terdapat dalam
kategori gizi kurang hal ini terlihat dari nilai rata-rata status gizi pada kelompok
kasus setelah intervensi yaitu -2.35 dan pada kelompok kontrol setelah intervensi
yaitu -2.42. Nilai rata-rata status gizi tersebut menunjukkan bahwa kedua
kelompok masih berada pada kisaran angka <-2 SD yang menunjukkan bahwa
Hal ini disebabkan karena status gizi adalah variabel terikat yang konstan,
makanan tambahan pada anak. Efek perubahan status gizi kemungkinan dapat
terlihat secara signifikan jika durasi pemberian makanan tambahan lebih lama.
Sejalan dengan pernyataan tersebut (Widodo, Riyadi, Tanziha, & Astawan, 2016)
BB/U, IMT/U dan Kadar Albumin anak gizi kurang. Namun dalam penelitian ini,
intervensi diberikan pada anak sekolah usia 7-9 tahun hanya selama 30 hari.
Imran/3:193.
99
Menurut Tafsir Al-Azhar, Penyeru yang menyeru kepada iman itu ialah
Rasulullah Saw, beliau telah diutus oleh Allah Swt. untuk hamba-Nya. Rasulullah
adalah penyeru kepada manusia agar berbuat amal yang baik di dunia ini, agar
hidup manusia berarti karena berbakti kepada Pencipta yang memberikan karunia
Arti lebih dalam memohon kepada Allah adalah agar kita di pelihara-Nya,
sehingga manusia terhindar dari fitnah dosa yang akan menyerang dan
manusia perbuat, agar manusia terhindar dari “denda” karena melanggar aturan
dengan orang-orang yang baik-baik, orang yang berbakti, yang disebut Al-Abraar,
Semua aturan mengenai makanan dan minuman telah tercantum rapi dalam
al-Qur’an, baik halal dan haram, makanan yang baik, cara memperoleh, proses
makna tersebut. Allah Swt. telah mengatur semua yang ada dibumi dalam al-
ayat-ayat al-Qur’an dan tidak menyombongkan diri akan ilmu pengetahuan dunia
Mendustakan ayat-ayat Allah bukan saja dengan mulut, tetapi juga dengan
perbuatan. Kita telah mengetahui bahwa ayat Allah Swt. berarti tanda dari
kebesaran Allah, tanda dari adanya Allah yang dapat kita lihat dan perhatikan di
101
Nya, merasa diri lebih pintar, tidak mau menuruti nasehat yang berharga karena
merasa lebih mulia karena ilmu dunia yang mereka miliki lebih canggih.
“Mereka itu adalah ahli mereka, mereka kekal di dalamnya” (Shihab, 2002).
Bila sikap ingkar, kufur dan menyombongkan diri ada dalam suatu
bangsa maka bangsa itu akan runtuh, sebelum waktunya, sebab itu sebelum Islam
dibangun karena Nabi Muhammad Saw diutus, keruntuhan Quraisy tidak dapat
“Kanker” dalam jiwa manusia yang akan membunuhnya sendiri. Apalagi setelah
Maka dari itu, sebagai makhluk yang sempurna yang memiliki akal
g
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami
dari siksa neraka (al-Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI,
2007:75).”
yang ada di langit, dan di bumi dengan segala isinya yang dapat dijangkau oleh
binatang, barang tambang serta berbagai macam wahana dan aneka ragam
makanan. “Dan silih bergantinya malam dan siang” yaitu terjadi perputaran
antara keadaan malam yang lebih panjang dan siang yang pendek, kemudian
yang berakal (Ulul Albab)” yaitu mereka yang mempunyai akal yang dapat
berpikir positif dan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya tanpa merusak
alam. “Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” yaitu
langit dan bumi dan mendatangkan hikmah dan manfaat, karena di antara
Diriwayatkan oleh (HR Ibnu Hibban), bahwa Nabi Saw menangis lantaran
membaca surah ali-Imran ayat 190-191 dan beliau berkata: “Celakalah orang
yang membaca ayat ini, tetapi tidak merenungkannya,”. Kemudian Nabi Saw
bersabda “Pikirkanlah Ciptaan Allah Swt.,” (HR Ibnu Hibban). Untuk mengenali
Allah Swt., mari memikirkan ciptaan-Nya. Jangan sampai sudah berumur tapi kita
104
berpikir mengapa sehingga ada lautan, bumi dan gunung, apa fungsi dari ciptaan-
Nya. Lalu mengapa Allah Swt. menciptakan akal untuk manusia? Apa fungsi
akal? Jawabannya adalah agar akal mampu mengenal Allah Swt. Akal tidak
mempunyai nilai sama sekali bila ia tidak berpikir untuk apa diciptakan (Thalbah,
seorang manusia adalah berpikir yaitu ulul albab. Ulul albab adalah orang-orang
yang memiliki akal yang murni sehingga tidak akan mengalami kerancuan dalam
berpikir, yaitu orang yang merenungkan tentang fenomena alam raya dan tentang
keesaan dan kekuasaan Allah Swt. Dengan kegiatan berpikir manusia akan
keagungan ilmu Allah Swt., melalui fenomena alam dan keberagaman hayati yang
tercipta serta terdapat di bumi. Dalam ayat tersebut mendahulukan dzikir yakni
degam selalu mengingat Allah Swt., karena dengan dzikir dan menyebut nama-
nama dan keagunan-Nya, hati menjadi tenang maka dengan ketenangan, pikiran
akan menjadi lebih cerah bahkan siap untuk memperoleh limpahan ilham dan
pengetahuan dan memiliki semangat tinggi dan motivasi yang kuat dalam
ada, berpikir untuk bagaimana cara mengolah sumber tersebut agar dapat berdaya
guna tinggi dan memakmurkan kualitas hidup manusia. Pengolahan tersebut tidak
serta merta tanpa adanya perencanaan yang matang yaitu memikirkan dari awal
tampak dalam perbuatan orang yang sempurna akalnya. Orang yang mempunyai
tiga ciri berikut ini dapat dikategorikan sebagai orang yang memikirkan Allah
Swt. dengan sempurna yaitu pertama, mempunyai rasa takut kepada-Nya. Kedua
segala yang dicintai dan dibenci Allah Swt. (Thalba et. al, 2009: 183).
Ayat ini memberikan hikmah dan pelajaran bahwa sekecil apa pun
makhluk ciptaan Allah Swt., semuanya memiliki fungsi dan tidak ada yang sia-
sia. Tugas manusia adalah memaksimalkan potensi akalnya untuk menguai dan
teknologi. Serta potensi akal manusia tidak boleh melanggar ketentuan al-Qur’an
menunjukkan sikap rendah hati dalam berilmu dan senantiasa memohon kepada
Allah Swt. agar dihindarkan dari siksa neraka (Qomariah dan Rosyidah, 2016:5).
Maka kedua ayat ini menganjurkan kepada umat Islam untuk berpikir dan
berzikir, hal yang harus dipikirkan adalah fenomena alam yang ada dengan
106
memaksimalkan akal untuk bekerja. Zikir sendiri lebih difokuskan kepada Allah
Swt. dengan hati yang bersih. Zikir dapat dilakukan dengan lisan dan hati maupun
anggota badan (al jawarih). Semakin memikirkan alam raya dengan segala
dalam rasa takut kepada-Nya karena semua yang diciptakannya tidak ada yang
mengimplementasikan ayat ini, karena pada hakikatnya segala yang Allah Swt.
ciptakan memiliki manfaat dan tidak ada yang sia-sia. Sehingga dengan
C. Keterbatasan Penelitian
PENUTUP
A. Kesimpulan
terhadap status gizi kurang pada anak sekolah usia 7-9 tahun, maka dapat di
tarik kesimpulan:
status gizi pada siswa gizi kurang sebelum pemberian biskuit tepung
sebelum dan setelah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada
perubahan status gizi pada anak sekolah usia 7-9 tahun yang
106
107
B. Saran
raja terhadap status gizi kurang pada anak sekolah usia 7-9 tahun di SD
Inpres galangan kapal, maka ada beberapa saran yang penting untuk
dilakukan, yaitu:
dasar kulit pisang raja tersebut sebagai upaya menurunkan kasus gizi
Arnisa, A. (2017). Pembuatan Serat Makanan dari Limbah Kulit Pisang (Musa
paradisiaca Var. Raja) dengan Menggunakan Berbagai Variasi Konsentrasi
Asam Asetat. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Arsyad, N. N. (2017). PENGARUH PEMBERIAN OTAK-OTAK IKAN
KEMBUNG (Rastrelliger brachysoma) SUBTITUSI BUAH LAMUN
(Enhallus acoroides) TERHADAP STATUS GIZI PADA SISWA GIZI
KURANG DI SDN CAMBAYA KECAMATAN UJUNG TANAH
KOTA
MAKASSAR 2016. UIN Alauddin Makassar.
Ayubi, D. (2014). Bahan Kuliah Dasar PKIP. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Azrimaidaliza. (2007). Vitamin A, imunitas dan kaitannya dengan penyakit
infeksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), 90–96.
Departemen Agama RI. (2010). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung.
Ekweagwu, E., Agwu, A. E., & Madukwe, E. (2008). The role of micronutrients
in child health: A review of the literature. African Journal of Biotechnology,
7(21), 3804–3810. https://doi.org/10.4314/ajb.v7i21.59444
Faridah, A., Pada, K. S., Yulastri, A., & Yusuf, L. (2008). Patiseri Jilid 1 Untuk
Smk.
Faunita. (2015). Perbandingan Zat Gizi dari 4 Varietas Pisang: Perencanaan
Pabrik Wafer Roll dari Pisang dan Rosela. 4.
Hardinsyah, & Supariasa, I. D. N. (2016). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta:
EGC.
Hasyim, A. W., Solihin, Y., & Darajat, J. (2014). Pengaruh Pendekatan Bermain
Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang. UPI
Bandung.
Indonesia, S. N. (2011). Syarat Mutu Biskuit. Jakarta.
Kemenkes. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017. Jakarta.
Kishor, K., David, J., Tiwari, S., & Wilson, I. (2017). Development of nutritive
biscuits fortified with different level of chick pea milk cottage cheese.
Development of nutritive biscuits fortified with different level of chick pea
milk cottage cheese, 6(7), 890–892.
Kusumawati, H. (2015). Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro Sebelum dan Setelah
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Bubur Instan Berbasis Ikan
Gabus dan Labu Kuning Pada Balita Gizi Kurang. GIZI FK Universitas
Diponegoro.
Mabrukatulhaya, T. (2018a). ANALISIS KANDUNGAN ZAT GIZI BISKUIT
TEPUNG KULIT PISANG RAJA ( Musa sapientum) SEBAGAI
ALTERNATIF PERBAIKAN GIZI DI MASYARAKAT. UIN Aluddin
Makassar.
Mabrukatulhaya, T. (2018b). ANALISIS KANDUNGAN ZAT GIZI BISKUIT
TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa sapientum) SEBAGAI ALTERNATIF
PERBAIKAN GIZI DI MASYARAKAT. UIN Alauddin Makassar.
Mariyam, M., Arfiana, A., & Sukini, T. (2017). Efektivitas Konsumsi Nugget
Tempe Kedelai Terhadap Kenaikan Berat Badan Balita Gizi Kurang. Jurnal
Kebidanan, 6(12), 63. https://doi.org/10.31983/jkb.v6i12.1914
Marsaoly, M., Bahar, B., & Sirajuddin, S. (2011). Pengaruh Pemberian Makanan
Tambahan (Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau) Terhadap Status Gizi
Anak Usia Sekolah. Media Gizi Masyarakat Indonesia, 1(1), 14–20.
MD, A. (2008). Mempelajari Pengaruh Penambahan Tepung Rumput Laut
(Kappaphycus alvezii) Terhadap Karakterstik Fisik Surimi Ikan Nila. Institut
Pertanian Bogor.
Mikhail W. Z. A., Sobbhy H. M., El-sayed H H., Khairy S, A., Salem H. Y. A., S.
M. A. (2013). Effect Of Nutritional Status On Growth Pattern Of Student
Preschool Children In Egypt. Journal Of Nutrition.
Musdalipa. (2018). PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT UBI JALAR UNGU
(Ipomoea Batatas L. Poiret) TERHADAP STATUS GIZI KURANG PADA
ANAK SEKOLAH USIA 7-9 TAHUN DI SD INPRES BORONG JAMBU III
KEC. MANGGALA KOTA MAKASSAR TAHUN 2017. UIN alauddin
Makassar.
N, N. M. (2017). Pengaruh Pemberian Biskuit Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas
L.Poiret) Terhadap Status GIzi Kurang Pada Anak Balita Usia 12-36 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu (Vol. 4). Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurdiyanti, H., & Wahyuningtyas, W. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan
Pekerjaan Orang Tua Dengan Perilaku Kebiasaan Jajan Siswa Mi Nurul
Islamiyah Tahun 2017. Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(4),
321. https://doi.org/10.35842/mr.v14i4.168
Permenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
Jakarta.
Phebean, I. O., Akinyele, O., Toyin, A., & Folasade, O. (2017). Development and
Quality Evaluation of Carrot Powder and Cowpea Flour Enriched Biscuits
Development and Quality Evaluation of Carrot Powder and Cowpea Flour
Enriched Biscuits. Development and Quality Evaluation of Carrot Powder
and Cowpea Flour Enriched Biscuits, 2(3), 67–72.
https://doi.org/10.11648/j.ijfsb.20170203.15
Putra, S. R. (2013). Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: D-Medika.
Qomariyah, N., & Rosyidah, I. (2016). Implementasi Q.S. Ali Imran Ayat 191 dan
Q.S Fusshilat Ayat 44 dalam Pembuatan B’More (Banana’s Pell Cookies
For Dismenore) Sebagai Solusi dalam Mengatasi Masalah Dismenore pada
Remaja.
Saputra, A. (2014). Pengaruh Pemberian Jus Tempe Terhadap status Gizi Anak
Batita kekurangan Energi Protein Di WIlayah Kerja Puskesmas Bajeng
Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa Tahun 2014. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Semba R D,. Pee S. (2010). Low Intake Of Vitamin A-rich Foods Among
Children, Aged 12-35 Months, In India: Association With Malnutrition,
Anemia and Missed Child Survival Intervensions. Nutrition.
Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.
Bandung: Alfabeta.
Supariasa, I. D. N. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Syahruddin, A., Ibrahim, I. A., & Nurdiyanah, S. (2015). Identifikasi Zat Gizi Dan
Kualitas Tepung Kulit Pisang Raja (Musa sapientum) Dengan Metode
Pengeringan Sinar Matahari Dan Oven. Media Gizi Pangan, XIX(1), 116–
121. Diambil dari https://docplayer.info/30173736-Identifikasi-zat-gizi-dan-
kualitas-tepung-kulit-pisang-raja-musa-sapientum-dengan-metode-
pengeringan-sinar-matahari-dan-oven.html
Syarfaini. (2013). Seputar Masalah Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Samata:
Alauddin University Perss.
Symond, D., Oenzil, F., Darwin, E., & Lipoeto, N. I. (2016). Efikasi Suplementasi
Formula Tempe Bengkuang Terhadap Kadar Albumin Dan Z-Skor Berat
Badan Menurut Umur (Bb/U) Pada Anak Gizi Kurang. Jurnal Gizi dan
Pangan, 11(1), 51–58. https://doi.org/10.25182/jgp.2016.11.1.%p
W, M. E., N., C., R., K., & M., P. (2012). Vitamin A Supplementation and
Stunting Level Among Two Year Olds in Kenya. Academic Journal of
Nutrition, 1, 135–147.
Widodo, S., Riyadi, H., Tanziha, I., & Astawan, M. (2016). PERBAIKAN
STATUS GIZI ANAK BALITA DENGAN INTERVENSI BISKUIT
BERBASIS BLONDO, IKAN GABUS (Channa striata), DAN BERAS
MERAH (Oryza nivara). Jurnal Gizi dan Pangan, 10(2), 85–92.
https://doi.org/10.25182/jgp.2015.10.2.%p
Winata, V. Y. (2015). Kualitas Biskuit dengan Kombinasi Tepung Kacang Mete
(Annacardium Occidentale L.) dan Tepung Singkong (Manihot Esculenta).
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yenita. (2012). Gizi Anak Sekolah dan Gizi Remaja. Jakarta.
LAMPIRAN 1
SURAT PERNYATAAN
Responden Peneliti
Saksi/Orang tua
LAMPIRAN 2
Tanggal Wawancara
I. IDENTITAS RESPONDEN
Ibu……………………….
Ibu……………………….
3. Nama Balita :
5. Jenis Kelamin :
6. Umur :
7. Alamat :
8. No. Telp. :
1. Riwayat penyakit :
2. Berat badan : kg
3. Tinggi Badan : cm
LAMPIRAN 3
Tanggal : …../....../2023
Nama Masakan/
Berat
Waktu Makan Metode Nama Bahan Makanan Berat (URT) Ket
(g)
Pemasakan
Pagi
Selingan
Siang
Selingan
Malam
LAMPIRAN 4
Jenis Pengukuran
Pengukuran Ke : Hari/Tanggal Pengukuran
BB (kg)/TB (cm)
LAMPIRAN 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
LAMPIRAN 6
FORM PEMANTAUAN KONSUMSI BISKUIT NIKE
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 p
21
22
23
24
LAMPIRAN 7
KANDUNGAN GIZI BISKUIT TEPUNG KULIT PISANG RAJA DAN BISKUIT TEPUNG
TERIGU DALAM 100 GRAM
Karbohidrat Protein Lemak Vitamin C Zat Besi
(g) (mg)
(g) (g) (mg)
Catatan:
Pada biskuit tepung kulit pisang raja memberikan tambahan energi sebesar
425.6 kkal dan protein sebesar 5.18 gram dalam 100 gram.
Pada biskuit tepung terigu memberikan tambahan energi sebesar 418.54
kkal dan protein sebesar 6.31 gram dalam 100 gram.
LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN 9
MASTER TABEL
LAMPIRAN 10
Pekerjaan
Frequency Ayah
Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Buruh 6 50,0 50,0 50,0
Pedagang Kecil 2 16,7 16,7 66,7
Wiraswasta 1 8,3 8,3 75,0
Karyawan Swasta 3 25,0 25,0 100,0
Total 12 100,0 100,0
Pekerjaan Percent
Frequency Ibu Valid Cumulative
Percent Percent
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Buruh 7 58,3 58,3 58,3
Pedagang Kecil 1 8,3 8,3 66,7
Wiraswasta 2 16,7 16,7 83,3
Karyawan Swasta 2 16,7 16,7 100,0
Total 12 100,0 100,0
Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan Energi Sebelum .145 24 .200* .960 24 .445
Asupan Protein Sebelum .105 24 .200* .949 24 .263
Berat Badan Sebelum .088 24 .200* .985 24 .966
Status Gizi Sebelu .156 24 .137 .946 24 .222
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Setelah Intervensi
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan Energi Sesudah .198 24 .016 .884 24 .010
Asupan Protein Sesudah .149 24 .177 .952 24 .302
Berat Badan Sesudah .096 24 .200* .956 24 .361
Status Gizi Sesudah .127 24 .200* .958 24 .402
Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Asupan Energi Case 12 783,8833 150,72120 43,50946
Control 12 761,5750 162,06344 46,78368
Asupan Protein Case 12 34,5917 9,72013 2,80596
Control 12 25,5417 8,34750 2,40972
Berat Badan Case 12 17,3667 1,25939 ,36355
Control 12 17,8667 ,98658 ,28480
Status Gizi Case 12 -2,9450 ,65986 ,19048
Control 12 -2,5592 ,91732 ,26481
Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Asupan Energi Case 12 1187,4875 278,00365 80,25274
Control 12 1014,9417 164,04276 47,35507
Asupan Protein Case 12 42,1667 9,69558 2,79887
Control 12 32,6083 6,59207 1,90297
Berat Badan Case 12 19,1000 1,22252 ,35291
Control 12 18,8667 1,49626 ,43193
Status Gizi Case 12 -2,3500 ,71099 ,20525
Control 12 -2,4283 ,75534 ,21805
Asupan Energi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Asupan Energi Kasus Sebelum 783.8833 12 150.72120 43.50946
Pair 1
Asupan Energi Kasus Sesudah 1187.4875 12 278.00365 80.25274
Asupan Energi Kontrol Sebelum 761.5750 12 162.06344 46.78368
Pair 2
Asupan Energi kontrol Sesudah 1014.9417 12 164.04276 47.35507
Berat Badan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Badan Kasus Sebelum 17.3667 12 1.25939 .36355
Pair 1
Berat Badan Kasus Sesudah 19.1000 12 1.22252 .35291
Berat Badan Kontrol Sebelum 17.8667 12 .98658 .28480
Pair 2
Berat Badan Kontrol Sesudah 18.8667 12 1.49626 .43193
Paired Samples Test
Paired Differences Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of
Std. Std. Error t df
Mean the Difference
Deviation Mean
Lower Upper
Berat Badan Kasus -1.73333 1.12196 .32388 -2.44619 -1.02048 -5.352 11 .000
Sebelum –
Pair 1
Berat Badan Kasus
Sesudah
Berat Badan -1.00000 1.69491 .48928 -2.07690 .07690 -2.044 11 .066
Kontrol Sebelum-
Pair 2
Berat Badan
Kontrol Sesudah
SURAT KETERANGAN
NOMOR: 421.3 /114/SDIGALKAP/2020
Telah menyelesaikan penelitian di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar dari tanggal
21 Februari 2020-21 Maret 2020, dengan judul skripsi:
Demikian surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya
Makassar, Februari 2020
BIOGRAFI PENULIS
Peminatan Gizi pada tahun 2015 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.