Anda di halaman 1dari 151

PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT TEPUNG KULIT PISANG

RAJA TERHADAP STATUS GIZI KURANG PADA ANAK SEKOLAH

DI SD INPRES GALANGAN KAPAL KOTA MAKASSAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Kesehatan Masyarakat
pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
ANGRILAH INDAH
LESTARI
NIM: 70200115077

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU

KESEHATAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Angrilah Indah Lestari


NIM 70200115077
Tempat/Tgl Lahir : Maumeta/ 28 Juli 1997
Jurusan/Peminatan : Kesehatan Masyarakat/ Gizi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Alamat : Samata, Gowa
Judul : Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang
Raja Terhadap Status Gizi Kurang Pada Anak
Sekolah di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran, bahwa skripsi ini

benar adalah hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari terbukti bahwa ia

merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau

seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 26 Agustus 2021

Penyusun,

Angrilah Indah Lestari


NIM 70200115077
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah Swt. dengan segala limpahan rahmat dan
karunianya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
dengan judul “Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap
Status Gizi Kurang Pada Anak Sekolah Di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar” guna memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S1 pada
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar.
Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah
SAW. Semoga kita termasuk umat yang mendapat syafaatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Adapun
kekurangan dalam skripsi ini merupakan keterbatasan dari penulis sebagai
manusia dan hamba Allah. Di mana, kesempurnaan semata-mata hanyalah milik
Allah Swt. Namun dengan segala kerendahan hati, penulis mempersembahkan
skripsi ini sebagai hasil usaha dan kerja keras yang telah penulis lakukan dan
berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Dalam penyusunan skripsi ini, sangat banyak kendala dan hambatan yang
telah dilalui oleh peneliti. Namun, atas segala usaha, niat dan tekad yang kuat
serta bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, sehingga semua yang menjadi
penghalang dapat teratasi.
Terkhusus dan tercinta, saya sampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada kedua orang tua saya, karena semangat dengan doa yang tak terhingga
Bapak saya SYAHRIR SUNUSI dan Ibu saya MUSTINA MASSALEHE semoga
Allah Swt. merahmatinya, Nenek dan Kakek saya yang paling saya cintai dan
menyayangiku semoga Allah Swt. memberi tempat yang istimewa di sisi-Nya.
Kakak pertama saya Agralisa Junidar yang senantiasa membantu dan memberi
dukungan dari segi moril maupun materi semoga dimuliakan Allah Swt., kakak
kedua dan adik yang menjadi penyemangat dan penghibur semoga Allah Swt.
merahmatinya Pathorusi SM dan Anisa Zelia Fathona serta semua keluarga yang
memberi semangat dan dorongan yang kuat semoga Allah Swt. Melindungi dan
diberi berkah hidup, atas segala pengorbanan dan doa restu yang telah mereka
berikan demi keberhasilan saya dalam menuntut ilmu hingga sekarang. Semoga
Allah Swt., mengampuni dosa-dosa mereka, memberikan pahala kebaikan dan
memberikan jalan kebaikan kehidupan didunia dan di akhirat.
Penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih banyak
disampaikan dengan hormat atas bantuan semua pihak terutama kepada:
1. Prof. H. Hamdan Juhannis M.A., Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.
2. Prof. Dr. Mardan, M.Ag, selaku Wakil Rektor I (Bid. Akademik
Pengembangan Lembaga), Dr. Wahyuddin, M.Hum, selaku Wakil Rektor II
(Bid. Adm. Umum dan Perencanaan Keuangan), Prof. Dr. Darussalam, M.Ag,
selaku Wakil Rektor III (Bid. Kemahasiswaan) dan Dr. H. Kamaluddin
Abunawas, M. Ag, selaku Wakil Rektor IV (Bid. Kerjasama dan
Pengembangan Lembaga).
3. Dr. dr. Syatirah Jalaluddin, Sp.A.,M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar, Dr. Hj. Gemy Nastity
Handayany., S.Si., M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I, Dr. H.M. Fais
Satrianegara, S.KM., MARS. selaku Wakil Dekan II dan Prof. Dr. Mukhtar
Lutfi, M.Pd. selaku Wakil Dekan III.
4. Abd. Majid HR. Lagu, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat UIN Alauddin Makassar.
5. Sukfitrianty Syahrir, SKM., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi
Kesehatan Masyarakat UIN Alauddin Makassar.
6. Ibu Pembimbing I yang tercinta Hj. Syarfaini, SKM., M.Kes dan Ibu Irviani
A. Ibrahim, SKM., M.Kes selaku Pembimbing II, yang telah meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dalam memberikan bimbingan kepada penulis
sampai selesainya penulisan skripsi ini.
7. A. Syamsiah Adha, s.Gz., M.Ph selaku penguji akademik dan Dr. Muzakkir
M.Pd.I selaku Penguji Agama, yang telah memberikan saran dan kritik yang
sangat bermanfaat demi penyempurnaan penulisan skripsi ini.
8. Para Dosen Jurusan Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan ilmu
pengetahuan yang sangat berharga selama penulis mengikuti pendidikan di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar. Para staf
Jurusan Kesehatan Masyarakat yang juga sangat membantu.
9. Para dosen di lingkungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Alauddin Makassar atas keikhlasannya memberikan ilmu yang bermanfaat
selama proses studi, serta segenap staf Tata Usaha di lingkungan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar yang banyak
membantu penulis dalam berbagai urusan administrasi selama perkuliahan
hingga penyelesaian skripsi ini.
10. Kepala Sekolah, Guru-guru serta orang tua siswa SD Inpres Galangan Kapal
Kota Makassar yang telah memberikan izin serta kemudahan kepada penulis
selama melakukan penelitian.
11. Teman-teman Covivera 2015, khususnya Jurusan Gizi Kesehatan Masyarakat,
Ukhti tercinta yang selalu membantu dan tak berhenti memberikan semangat
selama pengerjaan skripsi, teman-teman Posko Timbuseng PBL I, II dan III
serta teman-teman KKN Angkatan 60 Kelurahan Bonto Sunggu Kabupaten
Bantaeng.
12. Seluruh Mahasiswa Kesehatan Masyarakat, kakak-kakak Senior maupun adik-
adik Junior, terima kasih atas persaudaraannya.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Gowa ,20 April 2019

Penulis

Angrilah Indah Lestari


NIM 70200115077
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................i

LEMBAR KEASLIAN SKRIPSI.............................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................iii

KATA PENGANTAR................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................v

DAFTAR TABEL......................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR..................................................................................xi

DAFTAR GRAFIK....................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................xiii

ABSTRAK..................................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...........................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................6

C. Hipotesis Penelitian..........................................................................6

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif Penelitian.....................6

E. Kajian Pustaka..................................................................................9

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian........................................................18

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi..............................................20

B. Tinjauan Umum Tentang Anak Sekolah Dasar...............................32

C. Tinjauan Umum Tentang Pisang Raja.............................................41

D. Tinjauan Umum Tentang Tepung Kulit Pisang Raja.......................47

E. Tinjauan Umum Tentang Biskuit.....................................................50

F. Tinjauan Umum Tentang Biskuit Kulit Pisang Raja........................57

G. Kerangka Teori................................................................................59

H. Kerangka Konsep............................................................................60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian..............................................................61

B. Pendekatan Penelitian......................................................................61

C. Populasi dan Sampel........................................................................63

D. Metode Pengumpulan Data..............................................................65

E. Instrumen Penelitian........................................................................66

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data.............................................68

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian.................................................................................70

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian..........................................70

2. Hasil Analisis.............................................................................76

B. Pembahasan......................................................................................82

1. Asupan Energi............................................................................84

2. Asupan Protein...........................................................................88

3. Berat Badan................................................................................90
4. Status Gizi..................................................................................95

C. Keterbatasan Penelitian....................................................................105

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.......................................................................................106
B. Saran.................................................................................................107

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Rata-rata Yang Dianjurkan Bagi Anak
Sekolah..........................................................................................

Tabel 2.2 Klasifikasi Pisang Raja (Musa Sapientum) ...................................

Tabel 2.3 Komposisi Zat Gizi Pisang Raja Per 100 Gram Bahan.................

Tabel 2.4 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja Per 100 Gram ..................

Tabel 2.5 Kandungan Gizi Tepung Kulit Pisang Raja Dengan Metode
Pengeringan...................................................................................

Tabel 2.6 Kandungan Gizi Tepung Terigu Dalam 100 Gram.......................

Tabel 2.7 Kandungan Gizi Margarin Dalam 100 Gram................................

Tabel 2.8 Kandungan Gizi Gula Pasir Dalam 100 Gram ..............................

Tabel 2.9 Kandungan Gizi Kuning Telur Dalam 100 Gram .........................

Tabel 2.10 Kandungan Zat Gizi Dalam 100 Gram Biskuit Tepung Kulit Pisang
Raja (Musa Sapientum) .................................................................

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di SD


Inpres Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020.....................

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas Di


SD Inpres Galangan Kapal Tahun 2020........................................

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di


SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020 ..............

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua


Di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020 .........
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi,
Asupan Protein, Berat Badan, Dan Status Gizi Sebelum Intervensi
Di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020 .........

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi,


Asupan Protein, Berat Badan Dan Status Gizi Setelah Intervensi Di
SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020 ..............

Tabel 4.7 Rata-rata Perubahan Asupan Energi Kelompok Kasus Dan


Kelompok Kontrol Sebelum Dan Setelah Intervensi Di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020................................

Tabel 4.8 Rata-rata Perubahan Asupan Protein Kelompok Kasus Dan


Kelompok Kontrol Sebelum Dan Setelah Intervensi Di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar Tahun 2020................................

Tabel 4.9 Rata-rata Perubahan Berat Badan Kelompok Kasus Dan Kelompok
Kontrol Sebelum Dan Setelah Intervensi Di SD Inpres Galangan
Kapal Kota Makassar Tahun 2020................................................

Tabel 4.10 Rata-rata Perubahan Status Gizi Kelompok Kasus Dan Kelompok
Kontrol Sebelum Dan Setelah Intervensi Di SD Galangan Kapal
Kota Makassar Tahun 2020 ..........................................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pisang Raja....................................................................................


Gambar 2.2 Skema Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang Raja ...................
Gambar 2.3 Skema Proses Pembuatan Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Musa
Sapientum).....................................................................................
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik Perubahan Asupan Energi Sebelum Dan Setelah


Intervensi...........................................................................................
Grafik 4.2 Grafik Perubahan Asupan Protein Sebelum Dan Setelah
Intervensi...........................................................................................
Grafik 4.3 Grafik Perubahan Berat Badan Sebelum Dan Setelah
Intervensi...........................................................................................
Grafik 4.4 Grafik Perubahan Status Gizi Sebelum Dan Setelah
Intervensi...........................................................................................
DAFRTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Persediaan Menjadi Responden


Lampiran 2 Kuesioner Identitas Responden
Lampiran 3 Lembar Food Recall 24 Jam
Lampiran 4 Form Data Pengukuran
Antropometri
Lampiran 5 Form Pemantauan Konsumsi Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja dan
Biskuit tepung Terigu
Lampiran 6 Cara Pembuatan Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja
Lampiran 7 Kandungan Gizi Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja
Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
Lampiran 9 Master Tabel
Lampiran 10 Hasil Pemantauan Konsumsi
Lampiran 11 Hasil Analisis Data Dengan Menggunakan SPSS Versi 25
Lampiran 12 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Di SD Inpres
Galangan Kapal Kota
Makassar Lampiran 13 Riwayat Hidup
Penulis
ABSTRAK

Nama : Angrilah Indah Lestari

NIM : 70200115077

Judul : Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Musa


Sapientum) Terhadap Status Gizi Kurang Pada Anak Sekolah Usia
7-9 Tahun di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar

Gizi Kurang atau Kekurangan Energi Protein merupakan salah satu


kejadian malnutrisi yang umumnya terjadi pada anak usia sekolah di mana jumlah
asupan zat gizi yaitu energi dan protein kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh
yang ditandai dengan berat badan rendah/kurus yang apabila kejadian tersebut
terjadi terus menerus akan mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian biskuit


tepung kulit pisang raja terhadap status gizi kurang pada anak sekolah usia 7-9
tahun di SD Inpres Galangan Kapal. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif lapangan dengan desain non randomized pre-post control design
melalui pendekatan quasi eksperimental. Jumlah sampel sebanyak 24 orang
dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh asupan energi pada


kelompok intervensi (p=0.001) dan kelompok kontrol (p=0.000). Ada pengaruh
asupan protein pada kelompok intervensi (p=0.005) dan kelompok kontrol
(p=0.023). Ada pengaruh berat badan pada kelompok intervensi (p=0.000) dan
tidak ada pengaruh pada kelompok kontrol (p=0.066). ada pengaruh status gizi
pada kelompok intervensi (p=0.008) dan tidak ada pengaruh pada kelompok
kontrol (p=0.546). Pemberian biskuit tepung kulit pisang raja dan biskuit tepung
terigu selama 30 hari belum mampu mengubah status gizi (IMT/U) anak gizi
kurang menjadi normal, ditandai dengan rata-rata nilai z-score masih berada pada
angka <-2 SD menandakan responden masih berada pada kategori gizi kurang.

Kata Kunci : Gizi Kurang, Anak Sekolah Usia 7-9 Tahun, Biskuit
Tepung Kulit Pisang Raja, Biskuit Tepung Terigu.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak usia sekolah merupakan fase yang sangat penting dalam

pertumbuhan. Periode anak usia sekolah ini disebut juga dengan istilah latency

yaitu periode di mana proses pertumbuhan berlanjut dari masa balita, namun

dengan efek pertumbuhan yang tidak sebesar ada periode sebelumnya. Pada fase

ini, tubuh dengan optimal menyimpan cadangan nutrisi yang diperlukan anak

pada fase pubertas nantinya (Musdalipa, 2018).

Masalah gizi yang harus dihadapi Indonesia pada saat ini adalah masalah

gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh kemiskinan,

kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya

pengetahuan masyarakat tentang gizi dan kesehatan (Mariyam, Arfiana, & Sukini,

2017).

Anak sekolah adalah anak yang berusia 7-12 tahun, dengan kebutuhan gizi

sebagian besar digunakan untuk aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan

(Moehji, 2003). Kelompok anak sekolah ini umumnya mempunyai kondisi gizi

yang kurang memuaskan karena asupan zat gizi yang dikonsumsi sering kali

hanya memperhatikan kuantitas, sedangkan kebutuhan mikronutriennya belum

mencukupi. Oleh karena itu, pemberian makanan tambahan yang mengandung

makro- dan mikronutrien yang penting bagi pertumbuhan diharapkan mampu

memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan anak usia sekolah, terutama

anak-anak yang menderita kurang gizi pada daerah yang tergolong rawan gizi.

1
2

Berdasarkan produksi pisang selama tahun 2011-2015, terdapat sebelas

provinsi sentra produksi pisang yang berkontribusi (88,07%). Provinsi Jawa

Timur (21,87%), Provinsi Jawa Barat (19,22%), Provinsi Lampung (18,20%),

Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Utara, Banten, Bali, Sumatera Selatan, Sulawesi

Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Sumatera Barat berkontribusi kurang dari

10%, total kontribusi (28,77%) (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2016

:11).

Provinsi Sulawesi Selatan, buah pisang memberi kontribusi (2,54%),

Produksi pada tahun 2014 mencapai 103.834.30 ton. Kabupaten Gowa terutama

daerah bajeng mencapai 3.899.40 ton (Badan Pusat Statistik Sulsel, 2014).

Pada penelitian ini jenis pisang yang digunakan adalah kulit pisang raja

(Musa Sapientum) yang berasal dari daerah Bajeng Kabupaten Gowa, masa panen

berkisar 11-12 bulan. Alasan peneliti memilih pisang raja adalah kandungan zat

gizi yang tinggi, rasa manis dengan aroma tajam dan harum, rasanya lebih manis

dibandingkan dengan jenis pisang lain, dengan tekstur buah lembut serta memiliki

kulit lebih tebal (Syahruddin, Ibrahim, & Nurdiyanah, 2015).

Kandungan gizi pisang raja yaitu 28,2 gr karbohidrat, 0,3 gr lemak, 0,3 gr

protein, 108 gr kalori, 69,3 gr air, 16 mg kalsium, 38 mg fosfor, 0,1 mg zat besi,

dan 2,0 mg vit C (Faunita, 2015). Sedangkan kandungan gizi kulit pisang raja

yaitu 18,50 gr karbohidrat, 2,11 gr lemak, 0,32 gr protein, 68,90 gr air, 715 mg

kalsium, 117 mg fosfor, 1,60 mg zat besi, 0,12 vit B1 dan 17,50 mg vitamin C

(Sri, Nur dan Wiwit, 2016). Aktivitas antioksidan pada kulit pisang (94,25%)

sedangkan pada buah pisang (70%) (Qomariyah & Rosyidah, 2016).


3

Biskuit merupakan salah satu produk pangan olahan yang berbahan dasar

tepung terigu. Menurut Wijaya (2010) biskuit adalah produk yang diperoleh

dengan memanggang adonan dari tepung terigu dengan penambahan bahan

makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan pangan yang

diizinkan. Biskuit dapat dinikmati oleh semua kalangan umur mulai dari bayi

sampai lansia dengan komposisi biskuit yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

Biskuit mempunyai daya simpan lebih lama dan praktis dibawa sebagai bekal

makanan yang sehat dan bergizi. Berdasarkan Data Statistik Konsumsi Pangan

tahun 2014-2018, persentase konsumsi biskuit masyarakat Indonesia sebesar

33,314% (kap minggu).

Pada penelitian ini biskuit tepung kulit pisang raja dibuat dengan

menggunakan formulasi 25:75. Adapun hasil uji zat gizi yang dilakukan oleh

(Mabrukatulhaya, 2018). Kandungan gizi dalam biskuit tepung kulit pisang raja

(Musa Sapientum) yaitu karbohidrat sebanyak 52,89%, protein sebanyak 5,18%,

lemak sebanyak 21,48%, zat besi sebanyak 78.5306 mg/kg, kalsium (Ca) sebanyak

427,915 mg/kg dan kadar air sebanyak 2,84% . Dengan kandungan gizi yang cukup

tinggi dimungkinkan diolah menjadi bahan baku pembuatan makanan yang

disubstitusikan pada tepung terigu sehingga dapat mengurangi jumlah

pemakaiannya. Kandungan gizi yang cukup lengkap ini dapat dijadikan alternatif

pemenuhan konsumsi pangan bagi masyarakat utamanya ditingkat rumah tangga,

selain kaya akan gizi, murah dan bahannya pun mudah didapatkan. Tepung kulit

pisang dapat digunakan sebagai substitusi dalam pembuatan Biskuit.


4

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 melaporkan

status gizi anak didunia dengan prevalensi kekurusan sekitar 14,3%, jumlah anak

yang mengalami kekurusan sebanyak 95,2 juta orang. Berdasarkan Riskesdas

tahun 2010, status gizi umur 6-12 tahun (IMT/U) di Indonesia dengan prevalensi

kurus sebanyak 12,2%, terdiri dari 4,6 % sangat kurus dan 7,6% kurus

(Kemenkes, 2010). Sedangkan hasil Riskesdas Tahun 2013, diketahui prevalensi

gizi kurang/anak kurus secara nasional (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12

tahun adalah 11, 2%, terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus (Kemenkes

RI, 2013).

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 melaporkan status

gizi anak usia 5-12 tahun berdasarkan Indeks IMT/U di Sulawesi Selatan

mengalami penurunan dibanding hasil PSG pada tahun 2016 dengan prevalensi

kurus 9,4% menjadi 7,1% dan prevalensi sangat kurus 2% menjadi 1,7%

(Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Selatan 2018 melaporkan bahwa sebanyak 8,8% persentase

anak sangat Kurus dan kurus umur 5-12 tahun berdasarkan IMT/U. Sedangkan di

kota Makassar sebanyak 8,9% persentase anak usia 5-18 tahun menurut IMT/U

dikategorikan kurus dan sangat kurus (Data Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi

Sulawesi Selatan, 2018). Berdasarkan hasil pengambilan data awal di SD Inpres

Galangan Kapal didapatkan 24 siswa dengan status gizi kurang berdasarkan

IMT/U.
5

Bila dilihat dari konsumsi energi dan protein, secara nasional persentase

rumah tangga dengan konsumsi “energi rendah” sebesar 59,0% dan konsumsi

“protein rendah” sebesar 58,5%. Di provinsi Sulawesi Selatan, status gizi

penduduk usia 6-14 tahun kategori kurus adalah laki-laki 15,5% dan perempuan

13,4%, lebih tinggi di atas prevalensi nasional, dan termasuk pula di antara 21

provinsi dengan persentase konsumsi “energi dan protein rendah” lebih tinggi di

atas angka nasional, yaitu sebanyak 71,7% dan 61,7% (Kemenkes RI, 2013).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Makassar tahun 2017,

ditemukan gizi buruk 3,07% dan yang gizi kurang sebanyak 14,54%. Kasus gizi

buruk tertinggi di kota Makassar terdapat di Puskesmas Kalukubodoa Kecamatan

Tallo di mana gizi buruk mencapai 8,5% dan gizi kurang 19,17%. Sedangkan

kasus gizi buruk terendah di Kota Makassar terdapat di Puskesmas Tarakan

Kecamatan Wajo di mana gizi buruk mencapai 1,71% dan gizi kurang 7,91%.

Melihat uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang

tentang “Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Musa

Sapientum) Terhadap Status Gizi Kurang Pada Anak Sekolah di SD Inpres

Galangan Kapal Kec. Tallo Kota Makassar”. Di mana kulit pisang raja sebagai

bahan dasar biskuit dapat memberikan zat gizi yang dibutuhkan dan merupakan

bahan pangan lokal yang mudah didapat dan dijangkau oleh semua kalangan

masyarakat.
6

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: bagaimana pengaruh

pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi kurang pada anak

sekolah di SD Inpres Galangan kapal Kec. Tallo Kota Makassar.

C. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatif (Ha):

Ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status

gizi siswa gizi kurang di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar.

2. Hipotesis Nol (H0):

Tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap

status gizi siswa gizi kurang di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar.

D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pisang Raja

Definisi Operasional: Pisang raja adalah salah satu jenis pisang yang

banyak digemari oleh masyarakat karena aroma harum dan rasanya lebih manis di

bandingkan dengan jenis pisang lainnya dengan tekstur buahnya lembut dan

ukurannya yang tidak terlalu besar ataupun kecil.

Kriteria Objektif: Pisang raja (Musa sapientum) yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah tanaman pisang yang memiliki permukaan licin, ukuran buah

cukup besar, berbentuk melengkung, berwarna kuning, berbintik kecokelatan pada

buah yang telah matang. Rasa manis dengan aroma yang harum dan kulit buah

yang lebih tebal, masa panen 11-12 bulan.


7

2. Tepung Kulit Pisang Raja

Definisi Operasional: Tepung kulit pisang raja adalah tepung yang

dihasilkan dari penggilingan kulit pisang raja.

Kriteria Objektif: Kulit pisang yang digunakan adalah kulit pisang raja

yang di peroleh dari daerah Bajeng Kabupaten Gowa.

3. Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja

Definisi Operasional: Biskuit adalah sejenis kue kering yang renyah,

manis dan gurih terbuat dari adonan tepung terigu, margarin, kuning telur dan

gula halus.

Kriteria objektif: Biskuit yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

biskuit yang menggunakan tepung kulit pisang raja sebagai bahan dasarnya.

4. Status Gizi Anak Sekolah

Definisi Operasional: Status gizi anak sekolah adalah keadaan gizi anak

sekolah yang dapat diukur dengan suatu standar.

Kriteria Objektif: klasifikasi indikator IMT/U berdasarkan baku

antropometri WHO 2007 untuk anak umur 5-18 tahun

Sangat Kurus : Zscore<-3.0

Kurus : Zscore≥-3.0 s/d <-2.0

Normal : Zscore≥-2.0 s/d 1.0

Gemuk : Zscore>1.0 s/d 2.0

Obesitas : Zscore>2.0
8

5. Anak Sekolah

Definisi Operasional : Anak Sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun,

memiliki fisik yang lebih kuat, memiliki sifat individual serta aktif.

Kriteria Objektif: Pada penelitian ini anak yang menjadi objek penelitian

yaitu anak Sekolah Dasar yang memiliki usia 7-9 tahun dikarenakan kebutuhan

zat gizi yang sama pada rentan usia tersebut.

6. Asupan Makanan

a. Asupan Energi

Definisi Operasional: asupan energi banyaknya makanan yang

mengandung karbohidrat, lemak dan protein yang dikonsumsi untuk memenuhi

kebutuhan tubuh.

Kriteria Objektif : Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80 % AKG

Lebih : > 110 % AKG

b. Asupan Protein

Definisi Operasional: asupan energi adalah banyaknya makanan atau

pangan mengandung protein yang dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Kriteria Objektif: Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2013

Baik : 80 – 110 % AKG

Kurang : < 80 % AKG

Lebih : > 110 % AKG


9

E. Kajian Pustaka
No Peneliti Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian

1 Musdalipa Pengaruh Pemberian Penelitian ini Pemberian intervensi biskuit ubi


Biskuit Ubi Jalar Ungu merupakan penelitian jalar ungu dan biskuit tepung
(Ipomoea Batatas L. kuantitatif lapangan terigu selama 30 hari belum
Poiret) Terhadap Status dengan desain non mampu mengubah status gizi
Gizi Kurang Pada Anak randomized pre-post (BB/U) anak gizi kurang
Sekolah Usia 7-9 Tahun control design menjadi normal, ditandai
di SD Inpres Borong melalui pendekatan dengan rata-rata nilai z-score
Jambu III Kec. Manggala quasi eksperimental. masih berada pada angka <-2
Kota Makassar Tahun Jumlah sampel SD menandakan responden
2017 sebanyak 36 orang masih berada pada kategori gizi
dengan teknik kurang.
pengambilan sampel
menggunakan
purpossive sampling.
10

2 Michran Pengaruh Pemberian Penelitian ini Sebelum kelompok perlakuan


Marsaoly, Dkk. Makanan Tambahan merupakan penelitian diintervensi, terdapat 70,8%
2011 (Telur Rebus Dan Bubur kuantitatif lapangan anak berstatus gizi normal,
Kacang Hijau) Terhadap dengan desain non 20,8% berstatus gizi kurang,
Status Gizi Anak Usia randomized pre-post dan 8,3% berstatus gizi buruk.
Sekolah (Marsaoly, control design Setelah diintervensi, anak
Bahar, & Sirajuddin, melalui pendekatan dengan status gizi normal
2011) quasi eksperimental. meningkat menjadi 75%, karena
terdapat 1 orang anak dari status
gizi kurang, menjadi normal,
sementara anak dengan status
gizi buruk, tidak berubah.
Berdasarkan indeks TB/U,
diketahui bahwa sebelum
kelompok perlakuan
diintervensi, terdapat 83,3%
anak dengan status gizi normal,
dan setelah diintervensi
menurun menjadi 79,2%,
11

karena anak yang pendek,


bertambah 4,1% (1 orang). Pada
kelompok yang sama, untuk
indeks BB/TB, anak dengan
status gizi normal meningkat
sebesar 8,3%, yaitu dari 87,5%
menjadi 95,8%, karena tidak
ada lagi anak dengan status gizi
kurus setelah diintervensi
(sebelumnya 2 orang),
sementara yang gemuk, tetap
4,2% (1 orang)

3 Denas Symond, Efikasi Suplementasi Penelitian ini Terdapat perbedaan kadar albumin
Formula Tempe
Fadil Oenzi, menggunakan desain yang signifikan sebelum dan
Bengkuang
Eriyati Darwin, quasi experiment pre- sesudah intervensi pada kelompok
Terhadap Kadar Albumin biskuit (p<0,05) dan terdapat
Nur Indrawati Dan Z-Skor Berat Badan post test with control
perbedaaan antropometri
Lipoeto group
Menurut Umur (Bb/U) berdasarkan BB/U yang signifikan
Pada Anak Gizi Kurang sebelum dan sesudah intervensi
12

(Symond, Oenzil, pada kelompok formula tempe


Darwin, & Lipoeto, 2016) bengkuang (p<0,05). Penelitian ini
juga menemukan adanya
perubahan nilai antropometri
berdasarkan BB/U setelah
diberikannya formula tempe-
bengkuang

4 Meita A Pengaruh Pemberian Penelitian ini Pertambahan berat badan anak


Kuncoro, Dkk. Suplemen Zink Intrauterin merupakan bentuk yang mendapatkan riwayat
2012 Terhadap Berat Badan penelitian kuantitatif suplementasi zink + PMT dan
Anak Di Kabupaten dengan metode yang PMT intrauterin sebagian besar
Takalar digunakan dalam termasuk status pertambahan
penelitian ini adalah berat badan yang normal
Quasi eksperimen sebesar 64% dan 61.1%
dengan Pretest- dibandingkan dengan anak yang
Postest Design. tidak mendapatkan riwayat
suplementasi zink + PMT
intrauterin sebagian besar
termasuk status pertambahan
13

berat badan yang tidak normal


sebesar 64.1%.

5 Baiq Septiana Hubungan kepatuhan Penelitian ini Rata-rata konsumsi energi balita
Hidayati konsumsi biskuit yang merupakan penelitian contoh sebelum intervensi yaitu
pra eksperimen 713.4 ± 237 kalori dan protein
diperkaya protein tepung
dengan desain one 18.4 ± 5.9 g dan sebagian besar
ikan lele dumbo (Clarias
group Pretest postest balita contoh termasuk dalam
gariepinus) dengan status
design. tingkat konsumsi defisit berat
gizi dan morbiditas balita
(47.6%). Pada akhir intervensi
di Kecamatan
terjadi peningkatan konsumsi
Warungkiara dan
energi menjadi 877.4 ± 225.7
Bantargadung, Kabupaten
kalori dan protein 23.5 ± 5.3
Sukabumi
g. Biskuit lele yang diberikan
kepada balita contoh dapat
dikatakan bersifat
supplementary karena dengan
konsumsi biskuit dapat
meningkatkan asupan energi
14

dan protein balita contoh.


Terjadi penurunan jumlah balita
dengan tingkat konsumsi defisit
berat menjadi (35.7%) dan
adanya balita contoh dengan
tingkat konsumsi normal/cukup
sebesar (28.6%) yang pada
sebelum intervensi tidak ada

balita contoh dengan konsumsi


normal/cukup. Peningkatan ini
antara lain disebabkan
kontribusi energi yang cukup
tinggi yaitu mencapai 32.5 %
dari AKG sebesar 211 kalori
dan kontribusi protein mencapai
9.1 g atau setara dengan 36.1%
AKG balita contoh. Hasil uji
statistik menggunakan paired
15

sample t test menunjukkan ada


perbedaan yang nyata antara
konsumsi zat gizi pada awal

intervensi dengan konsumsi zat


gizi akhir intervensi setelah
ditambahkan zat gizi dari
biskuit dengan nilai p < 0.05.

6 Taliyya Analisis Kandungan Zat Jenis rancangan pada Hasil penelitian sampel
Mabrukatulhaya Gizi Biskuit Tepung Kulit penelitian ini adalah menunjukkan kandungan
Pisang Raja (Musa pendekatan karbohidrat tertinggi formulasi
Sapientum) Sebagai eksperimentatif dan 100:0 (55,58%) dan terendah
Alternatif Perbaikan Gizi model true- formulasi 0:100 (32,72%).
di Masyarakat eksperimen yang Protein tertinggi formulasi
(Mabrukatulhaya, 2018b) digunakan yaitu 100:0 (6,31%) dan terendah
Postest Only Control formulasi 0:100 (4,48%).
Group Design. Lemak tertinggi formulasi
Metode yang 0:100 (22,50%) dan terendah
digunakan yaitu formulasi 100:0 (18,90%).
16

dengan Sedangkan kandungan Zat Besi


membandingkan (Fe) tertinggi formulasi 25:75
antara beberapa (78,5306 mg/kg) dan terendah
formulasi formulasi 50:50 (68,493 mg/kg)
perbandingan tepung dan kandungan kalsium (Ca)
terigu dan tepung 0:100 (1405,36 mg/kg) dan
kulit pisang raja yaitu terendah formulasi 100:0
100:0, 75:25, 50:50, (150,474 mg/kg). Uji hedonik
25:75, 0:100, dengan terbaik terdapat formulasi
3 kali pengulangan. 25:75, sedangkan uji over all
mutu hedonik dengan kriteria
agak baik pada formulasi 75:25,
50:50 dan 25:75. Uji Friedmen
untuk analisa organoleptik
(P<0,05) menunjukkan ada
pengaruh kualitas biskuit kulit
pisang raja dari aspek warna,
rasa, mutu over all dan tingkat
17

kesukaan.

Rekomendasi produk terbaik


dari kelima sampel untuk
kandungan gizi makro, mikro
dan uji organoleptik pada
formulasi 25:75. Jadi
disarankan bagi masyarakat
pentingnya melakukan
diversifikasi pangan guna
meningkatkan daya tarik
masyarakat dalam
mengonsumsi makanan yang
baik dan bergizi untuk
memperbaiki status gizi
masyarakat
18

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja

terhadap status gizi anak sekolah di SD Inpres Galangan Kapal Kota

Makassar

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pada penelitian ini adalah:

1) Untuk menilai perbedaan status gizi anak sekolah sebelum dan setelah

melakukan intervensi

2) Untuk mengetahui pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang

raja terhadap status gizi anak sekolah di SD Inpres Galangan Kapal

Kota Makassar sebelum dan setelah melakukan intervensi.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Ilmiah

Kajian diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan dan

ilmu pengetahuan, mampu mendorong pengembangan dan menjadi acuan

bagi peneliti selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bahan masukan dan

sekaligus bahan rujukan bagi pembaca bagaimana memanfaatkan

pangan sumber daya alam yang kaya akan zat gizi.


19

2) Sebagai tambahan studi pustaka di perpustakaan UIN Alauddin

Makassar khususnya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

peminatan Gizi
20

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Status Gizi

1. Definisi Status Gizi

Gizi menurut Islam berasal dari bahasa arab “Al Gizzai” yang artinya

makanan dan manfaatnya untuk kesehatan. Al Gizzai juga dapat diartikan sari

makanan yang bermanfaat untuk kesehatan. Gizi (Nutrition) adalah suatu proses

organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat-

zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan

fungsi normal dari organ-organ serta menghasilkan energi (Syarfaini, 2013).

Ilmu gizi merupakan ilmu terapan yang mempergunakan berbagai disiplin

ilmu dasar, seperti Biokimia, Biologi, Ilmu Hayat (Fisiologi) ilmu Penyakit

(Patologi) dan beberapa lagi. Jadi untuk menguasai Ilmu Gizi secara ahli, harus

menguasai bagian-bagian ilmu dasar tersebut yang relevan dengan kebutuhan

ilmu gizi (Musdalipa, 2018).

Ilmu gizi (Nutrition science) adalah ilmu mempelajari segala sesuatu

tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal (ilmu

mempelajari cara memberikan makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu

dalam kesehatan optimal (Musdalipa, 2018).

Mengenai kandungan zat gizi di dalam makanan, al-Qur’an memberi kita

petunjuk untuk mengkaji atau memperhatikan makanan yang akan dikonsumsi,

tak hanya dilihat dari segi kehalalannya tetapi juga dari segi kandungan gizinya
21

yang memberi manfaat bagi tubuh manusia. Hal tersebut dapat dipahami dalam

firman Allah yang tercantum dalam Q.S al-Ma’idah /5:88.

            


         


Terjemahnya:

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah Telah
rezeki kan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya” -(Departemen Agama Republik Indonesia, 2009).

Dalam surah al-Ma’idah ayat 88, Allah swt. memerintahkan kita untuk

mengonsumsi makanan yang halalan thayyiban yang telah Allah sediakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia. Halal dalam hal makanan meliputi 3 hal

yaitu halal zatnya, halal cara memperolehnya dan halal cara mengolahnya.

Sedangkan kata thayyib dalam ayat tersebut menunjukkan dari segi zat dan

kandungannya, yakni kandungan gizi yang baik dalam makanan yang akan

dikonsumsi, baik oleh orang dewasa maupun anak-anak.

2. Penilaian Status Gizi

Status gizi merupakan tanda klinis seseorang berdasarkan pemasukan dan

pengeluaran zat-zat gizi yang dikonsumsi. Untuk mengetahui status gizi seseorang

dapat dilakukan dengan 2 jenis, yaitu:

a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung:

1) Antropometri

Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang

berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi

seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh


22

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Metode antropometri sangat berguna

untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein (Arsyad, 2017).

2) Klinis

Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan

perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun

kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel

yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan organ yang dekat dengan

permukaan tubuh atau kelenjar tiroid (Arsyad, 2017).

3) Biokimia

Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan

biokimia adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi

zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, di mana dilakukan pemeriksaan pada

berbagai macam jaringan tubuh seperti darah, urine, tinja, hati dan otot (Arsyad,

2017).

4) Biofisik

Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang

dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Arsyad,

2017).

b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung:

1) Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi

dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi masyarakat, individu
23

maupun keluarga. Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan

zat gizi. Metode pengukuran konsumsi makanan berdasarkan jenis data yang

diperoleh adalah:

a) Metode Kualitatif

Biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut

jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan (food

habits) serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode

pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain: Metode frekuensi

makan (food frequency), metode dietary history, metode telepon dan metode

pendaftaran makanan.

b) Metode Kuantitatif

Metode secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah

makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan

menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKMB) atau daftar lain yang

diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah

Masak (DKMM) dan daftar penyerapan minyak.

Metode-metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain:

Metode recall 24 jam, perkiraan makanan (estimated food record), penimbangan

makanan (food weighing), metode food account, metode inventaris (inventory

method), pencatatan (household food records).


24

c) Metode Food Recall 24 jam

Prinsip dari metode recall 24 jam dilakukan dengan mencatat jenis dan

jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Biasanya

dimulai sejak responden bangun pagi kemarin sampai dia istirahat tidur malam

harinya. Hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam data

yang diperoleh cenderung bersifat kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan

data kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu ditanyakan secara teliti

dengan menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain) atau ukuran

lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari.

Kelebihan metode recall 24 jam: mudah melaksanakannya serta tidak

terlalu membebani responden, biaya relatif murah karena tidak memerlukan

peralatan khusus dan tempat yang luas untuk wawancara, cepat sehingga dapat

mencakup banyak responden, dapat digunakan untuk responden yang buta huruf,

dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu

sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.

Kekurangan recall 24 jam: tidak dapat menggambarkan asupan makanan

sehari-hari, bila hanya dilakukan satu hari, ketepatannya sangat tergantung pada

daya ingat responden oleh karena itu responden harus mempunyai daya ingat yang

bagus sehingga metode ini tidak cocok dilakukan pada anak usia di bawah 7 tahun

atau orang yang berusia di atas 70 tahun serta orang yang lupa ingatan dan pelupa,

The flat slope syndrome yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk

melaporkan konsumsinya lebih banyak sedangkan responden yang gemuk

cenderung melaporkan lebih sedikit, membutuhkan tenaga atau petugas yang lebih
25

terlatih atau terampil dalam menggunakan alat-alat bantu URT dan ketepatan alat

bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat, responden harus diberi

motivasi dan penjelasan tentang tujuan dari penelitian, untuk mendapat gambaran

konsumsi makanan sehari-hari recall jangan dilakukan pada saat panen, hari

pasar, hari akhir pekan, pada saat melakukan upacara-upacara keagamaan,

selamatan dan lain-lain.

2) Statistik Vital

Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui

data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti

angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian,

statistik pelayanan kesehatan dan angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan

gizi.

3) Faktor Ekologi

Faktor ekologi merupakan penilaian status gizi dengan menggunakan

faktor ekologi karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor

ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya. Penilaian

berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab kejadian gizi

salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk

melakukan intervensi gizi (Arsyad, 2017).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Ada 2 Faktor yang mempengaruhi status gizi yaitu faktor langsung yang

meliputi asupan makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan faktor yang melatar

belakangi kedua faktor tersebut yaitu faktor tidak langsung misalnya faktor
26

ekonomi, keluarga, produktivitas dan kondisi perumahan. (Suhardjo, 1996 dalam

Saputra, 2014)

a. Faktor Langsung

1) Konsumsi pangan

Penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan

merupakan cara pengamatan langsung dapat menggambarkan pola konsumsi

penduduk menurut daerah, golongan sosial budaya. Konsumsi pangan lebih sering

digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat keadaan gizi

(Suhardja, 1996 dalam Saputra, 2014).

2) Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak-balik. Infeksi

dapat menimbulkan gizi kurang melalui mekanismenya. Yang paling penting

adalah efek langsung dari infeksi. Sistematik pada katabolisme jaringan

menyebabkan kehilangan nitrogen. Meskipun hanya terjadi infeksi ringan sudah

menimbulkan kehilangan nitrogen (Suhardja, 1996 dalam Saputra, 2014).

b. Faktor Tidak Langsung

1) Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan sangat menentukan pola makan yang dibeli. Dengan

uang tambahan, sebagian besar pendapatan tambahan itu untuk pembelanjaan

makanan. Pendapatan merupakan faktor yang paling penting untuk menentukan

kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya dengan gizi. Arti

pendapatan dan manfaatnya bagi keluarga:


27

a) Peningkatan pendapatan berarti memperbesar dan meningkatkan

pendapatan golongan miskin untuk memperbaiki gizinya.

b) Pendapatan orang-orang miskin meningkat otomatis membawa

peningkatan dalam jumlah pembelanjaan makanan untuk keluarga.

2) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan tentang gizi adalah kepandaian memilih makanan yang

merupakan sumber zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan yang

akan diberikan, pengetahuan tentang ilmu gizi secara umum sangat bermanfaat

dalam sikap dan perlakuan dalam memilih bahan makanan. Dengan tingkat

pengetahuan gizi yang rendah akan sulit dalam penerimaan informasi dalam

bidang gizi, bila dibandingkan dengan tingkat pengetahuan gizi yang baik.

Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman diri sendiri. Makanan yang kita

makan mampu menyediakan zat gizi yang cukup diperlukan tubuh. Pengetahuan

gizi memegang peranan yang sangat penting di dalam penggunaan dan pemilihan

bahan makanan dengan baik, sehingga dapat mencapai keadaan gizi seimbang.

(Suhardjo, 1996 dalam Saputra, 2014).

Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi pada anak usia

sekolah sebagai berikut:

a. Perkembangan Fisik Dan Sosial

Kelompok anak usia 7-12 tahun sebagai anak sekolah. Anak usia sekolah

berusaha mengembangkan kebebasan dan membentuk nilai-nilai pribadi.

Kebutuhan gizi antar anak berbeda, hal ini dipengaruhi oleh ukuran dan komposisi

tubuh, pola aktivitas dan kecepatan tumbuh. Pertumbuhan cepat pada waktu bayi
28

diikuti penurunan laju pertumbuhan pada anak pra sekolah dan anak usia sekolah

(Yenita, 2012).

Rata-rata kenaikan berat badan di usia ini sekitar 1,8-2,7 kg setahun,

sedangkan tinggi badan kurang lebih 7,6 cm setahun pada anak antara satu tahun

sampai tujuh tahun, kemudian meningkat sebanyak 5,1 cm setahun hingga awal

pertumbuhan cepat pada usia remaja. Kelompok ini mempunyai laju pertumbuhan

fisik yang lambat tetapi konsisten, terus menerus memperoleh pendewasaan dalam

keterampilan motorik serta menunjukkan peningkatan yang berarti dalam

keterampilan kognitif, sosial dan emosional (Yenita, 2012).

Kebiasaan makan yang terbentuk pada usia ini, serta jenis makanan yang

disukai dan tidak disukai, merupakan dasar bagi pola konsumsi makanan dan

asupan gizi anak usia selanjutnya. Anak usia sekolah mempunyai banyak akses ke

uang, warung, penjaja makanan di lingkungan sekolah, toko swalayan yang

menyebabkan terbukanya gerbang terhadap makanan yang nilai gizinya tidak jelas

(Yenita, 2012).

b. Selalu Aktif

Semakin tinggi tingkat aktivitas tubuh maka nutrisi dan energi juga akan

semakin banyak diperlukan, anak usia SD atau usia sekolah merupakan usia yang

senang bermain. Senang menghabiskan waktunya untuk belajar mengetahui

lingkungan sekitar. Untuk itu, perlunya nutrisi dan asupan energi yang banyak

untuk menunjang aktivitas fisiknya (Ayubi, 2014).


29

c. Pola Makan

Makan pagi sangat penting agar anak lebih bisa konsentrasi dan tidak

mengantuk waktu belajar. Namun banyak anak yang tidak mau makan pagi

dengan berbagai alasan. Makan malam bersama keluarga memberi kesempatan

kepada keluarga untuk berinteraksi dan bersosialisasi (Yenita, 2012).

Selain pola makan yang harus diperhatikan, kandungan zat gizi di dalam

makanan. Al-Qur’an memberi kita petunjuk untuk mengkaji atau memperhatikan

tentang kandungan zat gizi dalam makanan, selain memperhatikan dari segi

kehalalannya, kita juga harus memperhatikan dari segi manfaatnya dalam tubuh

kita agar makanan yang kita makanan nantinya tidak menjadi mudharat ataupun

membahayakan untuk tubuh kita karena Allah swt menciptakan seluruh isi bumi

agar mampu dimanfaatkan oleh manusia dalam bertahan hidup. Hal ini berkaitan

dengan Q.S Al-A’raf/ 7: 31 tentang larangan berlebih-lebihan dan sebaiknya

sesuai yang dibutuhkan tubuh.

                


      
   


  



Terjemahan:

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki


masjid, makan dan minumlah, dan janganlah kamu berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan
(Kementerian Agama RI, 2010).

Perintah makan dan minum tidak berlebih-lebihan, yakni tidak melampaui

batas, merupakan tuntutan yang harus disesuaikan dengan kondisi setiap orang.

Ini karena kadar tertentu yang dinilai cukup untuk seseorang, boleh jadi telah
30

dinilai melampaui batas atau belum cukup buat orang lain. Atas dasar itu, kita

dapat berkata bahwa penggalan ayat tersebut mengajarkan sikap proporsional

dalam makan dan minum (Quraish Shihab, 2009: 82).

d. Perubahan Sikap Terhadap Makanan

Anak usia sekolah tidak dapat ditebak, apa selera makan yang saat ini

sedang ia senangi, perubahan sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh beberapa

faktor, salah satunya adalah pengaruh dari luar pada masa-masa inilah perhatian

ibu terhadap pengaruh pola konsumsi makanan sepertinya harus digalakkan

(Ayubi, 2014).

e. Tidak Suka Makanan Bergizi

Anak usia sekolah sangat sulit untuk dapat mengonsumsi makanan-

makanan yang sedang ia perlukan untuk masa pertumbuhan. Kriteria makanan

yang banyak disukai oleh anak usia ini adalah makanan yang banyak gula dan

mempunyai warna yang cerah sehingga menarik anak untuk mengonsumsinya

(Ayubi, 2014).

4. Penanggulangan Gizi Kurang

Penanggulangan gizi kurang dapat dilakukan dengan berbagai cara salah

satunya dengan memperbaiki pola makan. Pola makan menjadi kunci utama

menjaga kesehatan tubuh. Masyarakat mengenal diet sebagai upaya keseimbangan

pasokan gizi dan vitamin ke dalam tubuh. Selain pola makan yang harus

diperhatikan dalam penanggulangan gizi kurang adalah beberapa cara yang

dilakukan, dan diharapkan dapat mengurangi kejadian gizi kurang, yaitu:


31

a. Fortifikasi

Fortifikasi adalah suatu tindakan menambahkan kandungan mikronutrien,

yaitu vitamin dan mineral (termasuk elemen) dalam makanan, sehingga dapat

meningkatkan kualitas gizi dari pasokan makanan dan memberikan manfaat

kesehatan masyarakat dengan mengurangi risiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan. Fortifikasi makanan mengacu pada penambahan mikronutrien pada

makanan olahan.

Karena manfaat yang besar, fortifikasi pangan dapat menjadi intervensi

hemat biaya bagi kesehatan. Namun persyaratannya adalah bahwa makanan yang

diperkaya perlu dikonsumsi dalam jumlah yang cukup oleh sebagian besar

individu-individu dari target populasi.

b. Edukasi Gizi

Edukasi gizi merupakan salah satu upaya yang ekstensif dan persuasif

diperlukan untuk menimbulkan perubahan perilaku dalam masyarakat agar orang-

orang dalam masyarakat tersebut lebih memperhatikan makanan yang

dikonsumsinya.

c. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan

produksi beraneka ragam pangan.

d. Peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada

pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah

tangga.

e. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari

tingkat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit
32

f. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan

Pangan dan Gizi (SKPG)

g. Peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk

pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.

B. Tinjauan Umum Anak Sekolah Dasar

1. Pengertian Anak Sekolah Dasar

Anak sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik

lebih kuat dibanding balita, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak

bergantung pada orang tua. Biasanya pertumbuhan anak putri lebih cepat

dibanding anak putra. Kebutuhan gizi anak sebagian besar digunakan untuk

aktivitas pembentukan dan pemeliharaan jaringan (Musdalipa, 2018).

Usia anak sekolah merupakan investasi bangsa karena mereka adalah

generasi penerus yang akan menentukan kualitas bangsa di masa yang akan

datang. Usia anak sekolah dapat digambarkan sebagai bocah berumur 4-6 tahun

sebagai usia pra-sekolah atau Taman Kanak-kanak (TK) dan usia 7-12 tahun

sebagai usia sekolah (Hardinsyah & Supariasa, 2016).

Tumbuh kembang anak yang optimal antara lain dipengaruhi oleh jumlah

dan kualitas asupan zat gizi yang diberikan dalam makanannya. Anak pada usia

sekolah 7-12 tahun melewati sebagian besar waktu hariannya di luar rumah,

seperti bermain dan olahraga. Waktu-waktu istirahat saat bermain dan olahraga,

biasanya digunakan untuk mengonsumsi makanan dalam rangka memenuhi

kebutuhan energi dan zat gizi mereka (Hardinsyah & Supariasa, 2016).
33

2. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

Karakteristik fisik anak sekolah meliputi pertumbuhan lambat dan teratur,

berat badan dan tinggi badan anak perempuan lebih besar dibanding dengan anak

laki-laki pada usia yang sama, pertumbuhan gigi permanen, nafsu makan semakin

besar dan mulai terjadi haid pada anak perempuan. Beberapa karakteristik emosi

dan sosial anak sekolah antara lain suka berteman dan bermain, rasa ingin tahu

meningkat. Masa usia anak sekolah dasar disebut juga masa intelektual, karena

keterbukaan dan keinginan anak untuk mendapatkan pengetahuan dan

pengalaman (Hardinsyah & Supariasa, 2016).

Karakteristik intelektual anak usia sekolah meliputi suka berbicara dan

mengeluarkan pendapat, memiliki minat besar dalam belajar dan keterampilan,

rasa ingin mencoba hal baru dan selalu ingin tahu sesuatu, serta perhatian

terhadap sesuatu sangat singkat (Hardinsyah & Supariasa, 2016).

Aspek perkembangan meliputi perkembangan psikologis seperti

perkembangan emosional, perkembangan moral, dan perilaku lainnya. Adapun

fungsi biologis meliputi aspek fisiologis tubuh, metabolisme tubuh, kemampuan

fungsi organ, dan sistem tubuh (Musdalipa, 2018).

Adapun Karakteristik anak sekolah meliputi:

a. Pertumbuhan tidak secepat bayi.

b. Gigi merupakan gigi susu yang tidak permanen (tanggal).

c. Lebih aktif memilih makanan yang disukai

d. Kebutuhan energi tinggi karena aktivitas meningkat

e. Pertumbuhan lambat
34

f. Pertumbuhan meningkat lagi pada masa remaja.

3. Masalah Gizi Pada Anak Sekolah Dasar

Masalah gizi anak sekolah dasar adalah gangguan pada beberapa segi

kesejahteraan perorangan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak

terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah

pangan antara lain menyangkut ketersediaan pangan dan kerawanan konsumsi

pangan yang dipengaruhi kemiskinan, rendahnya pendidikan, adat/kepercayaan

yang terkait dengan tabu makanan.

Sementara, permasalahan gizi di Indonesia tidak hanya kekurangan gizi

namun banyak pula kasus kelebihan gizi. Adapun masalah gizi yang sering timbul

pada kelompok anak usia sekolah yaitu:

a. Berat Badan Berlebih (Obesitas)

Suatu kondisi akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan

keluar. Apabila tidak teratasi maka, keadaan ini akan berlanjut sampai remaja dan

dewasa. Berbeda dengan dewasa, berat badan anak tidak boleh diturunkan, karena

penyusutan berat akan sekaligus akan menghilangkan zat gizi yang diperlukan

untuk pertumbuhan. Maka yang perlu dilakukan yaitu perlambatan penambahan

berat badan dan meningkatkan tinggi badan sehingga proporsi berat badan

terhadap tinggi badan kembali normal. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan

cara mengurangi asupan makan dan memperbanyak olahraga.


35

b. Kurang Energi Protein (KEP)

Kurang energi protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber

energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP dapat

menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi

dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa, KEP bisa

menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga rentan terhadap

penyakit. Kemiskinan merupakan salah satu faktor terjadinya KEP, namun selain

kemiskinan faktor lain yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan

masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingkungan

yang sehat (Arsyad, 2017).

c. Anemia Defisiensi Besi

Suatu kondisi pada anak SD dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah

kurang dari normal (kurang dari 12 gr %). Akibat buruk dari anemia defisiensi

besi adalah anak menjadi lesu, lemah, letih, lelah dan lalai (5 L) dan mengurangi

daya serap otak terhadap pelajaran. Keadaan ini terjadi karena terlalu sedikit

kandungan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi terutama pada anak yang

sering jajan sehingga mengendurkan untuk menyantap makanan lain.

d. Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)

Suatu gejala yang diakibatkan oleh kekurangan asupan yodium dalam

makanan sehari-hari yang berlangsung dalam jangka waktu lama. Masalah GAKY

pada umumnya ditemukan di dataran tinggi. Akibat buruk GAKY adalah anak

menjadi lamban dan sulit menerima pelajaran.


36

e. Kurang Vitamin A (KVA)

Satu kondisi yang diakibatkan oleh jumlah asupan vitamin A tidak

memenuhi kebutuhan tubuh. Akibat buruk dari kurang vitamin A adalah

menurunnya daya tahan tubuh terhadap infeksi sehingga anak mudah sakit. Di

samping itu vitamin A terkait dengan fungsi penglihatan.

4. Kebutuhan Makanan Pada Anak Sekolah Dasar

Anak dari golongan usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih

sama dengan yang dianjurkan untuk anak pra sekolah terkecuali porsinya harus

lebih besar karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya

berat badan dan aktivitasnya. Kebutuhan gizi yang disesuaikan dengan banyak

aktivitas yang dilakukan oleh anak usia sekolah sangat berpengaruh.

Adanya aktivitas yang tinggi mulai dari sekolah, kursus, mengerjakan

pekerjaan rumah dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya, membuat

stamina anak menjadi menurun kalau tidak ditunjang dengan intake pangan dan

gizi yang cukup dan berkualitas.

Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di

sekolah maupun kegiatan lainnya, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan

meninggalkan sarapan pagi. Serta mengonsumsi makanan selingan selama di

sekolah agar kadar gula tetap terkontrol dengan baik, sehingga konsentrasi

terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Menurut

(Adriani, 2012) terdapat beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu diketahui

agar kebutuhan zat gizi anak usia sekolah dapat tercukupi:


37

a. Energi

Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme

basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya. Selama aktivitas fisik, otot membutuhkan energi di luar

metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan

tambahan energi dan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk

mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Penggunaan energi di luar AMB bagi bayi dan

anak selama masa pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Besar

kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta intensitas

kegiatan jasmani tersebut.

Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak,

seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan

makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni.

Semua bahan makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut

merupakan sumber energi.

b. Karbohidrat

Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat

digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.

Energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh

baik yang disadari maupun tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan

(paru-paru), usus dan organ-organ lain dalam tubuh.


38

Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh,

selain itu karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu karbohidrat diperlukan

bagi kelangsungan metabolisme lemak, diketahui juga karbohidrat mengadakan

suatu aksi penghematan terhadap protein. Pangan sumber karbohidrat misalnya

serelia, biji-bijian, gula, buah-buahan, umumnya menyumbang paling sedikit 50%

separuh kebutuhan energi keseluruhan

c. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar

tubuh sesudah air. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah

konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein yang diperlukan

dalam masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui.

Sumber protein terdapat dibahan makanan hewani yang merupakan

sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti: telur, susu,

daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai

dan hasilnya, seperti tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain.

d. Lemak

Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh, seperti halnya karbohidrat

dan protein. Fungsi utama lemak yaitu menghasilkan energi yang diperlukan oleh

tubuh, mempunyai fungsi pembentuk struktur tubuh, mengatur proses yang

berlangsung dalam tubuh secara langsung dan tak langsung, pembawa vitamin

larut dalam lemak.


39

Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi kesediaan energi dan

mengakibatkan terjadinya katabolisme atau perombakan protein. Cadangan lemak

akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan.

Defisiensi asam lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan

terjadinya kelainan pada kulit. Sumber lemak diantaranya susu, minyak olive,

minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak ikan dan lain-lain.

e. Kalsium

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh,

yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau kurang lebih sebanyak 1 Kg dan

jumlah ini, 99% berada dalam jaringan keras (tulang dan gigi). Peningkatan

kebutuhan terjadi pada masa pertumbuhan khususnya pada anak usia sekolah dan

remaja, kehamilan, menyusui, defisiensi kalsium dan tingkat aktivitas fisik yang

meningkatkan densitas tulang.

Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil susu, seperti keju. Ikan dimakan

dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang baik.

Serelia, kacang-kacangan dan hasil kacang-kacangan seperti tahu dan tempe,

sayuran hijau juga merupakan sumber kalsium yang baik tetapi bahan makanan

ini banyak mengandung zat yang menghambat penyerapan kalsium seperti serat,

fitat dan oksalat. Susu nonfat merupakan sumber terbaik kalsium karena

ketersediaan biologisnya yang tinggi.


40

f. Besi

Besi berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin.

Kekurangan besi dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka

terhadap serangan bibit penyakit. Hal ini, berhubungan erat dengan menurunnya

fungsi enzim pembentuk antibody seperti mielo-peroksida. Senyawa-senyawa besi

berperan dalam transportasi dan pendayagunaan oksigen.

Sumber besi yaitu makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan, sumber

baik lainya adalah telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan

beberapa jenis buah.

g. Yodium

Yodium berfungsi sebagai bagian dari tiroksin dan senyawa lain yang

disintesis oleh kelenjar tiroid. Tubuh mengandung sekitar 25 mg yodium, di mana

sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid dan berfungsi untuk mengontrol

transduksi energi selular.

Sumber yodium yang utama yaitu makanan laut berupa ikan, udang dan

kerang serta ganggang laut. Di daerah pantai, air dan tanah banyak mengandung

yodium sehingga tanaman yang tumbuh di daerah pantai mengandung cukup

banyak yodium.
41

Tabel 2.1
Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan Bagi Anak Sekolah
Kelompok BB TB Energi Karbohidrat Protein Lemak Kalsium Besi
Umur (kg) (cm) (Kkal) (g) (g) (g) C
7-9 tahun 27 130 1850 254 49 72 1000 10

Laki-laki
34 142 2100 289 56 70 1200 13
10-12 tahun

Perempuan
36 145 2000 275 60 67 1200 20
10-12 tahun
Sumber: Kemenkes, 2013

C. Tinjauan Umum Tentang Pisang raja (Musa Sapientum)

1. Pisang Raja (Musa Sapientum)

Klasifikasi Pisang Raja (Musa Sapientum) menurut Tjitrosoepomo (2001)

dalam (Andi Arnisa, 2017: 10) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.2 Klasifikasi Pisang Raja (Musa Sapientum)


Klasifikasi Pisang Raja
(Musa Sapientum)

Kindom Plantae
Phyllum Spermatophyta
Kelas Monocotyledonae
Ordo Zingiberales
Famili Musaceae
Genus Musa
Spesies Musa Sapientum
Sumber Data: Phebean, Akinyele, Toyi & Folasade

Pisang (Musa Sapientum L.) adalah salah satu buah paling populer di

dunia pisang sebagai tanaman keempat terpenting dunia setelah serealia utama.

Bangladesh, total produksi pisang diperkirakan 801.000 metrik ton dan

dibudidayakan adalah 131 hektar di 2010-2011 (Phebean, Akinyele, Toyin, &

Folasade, 2017).
42

Pisang Raja merupakan jenis tanaman yang berbiji, berbatang semu yang

dapat tumbuh kira-kira sekitar 2,1 - 2,9 meter, berakar serabut yang tumbuh

menuju bawah sampai ke dalaman 75 - 150 cm, memiliki batang semu tegak yang

berwarna hijau hingga merah dan memiliki noda coklat atau hitam pada

batangnya. Helaian daunnya berbentuk lanset memanjang yang letaknya tersebar

dengan bagian bawah daun tampak berlilin. Daun ini diperkuat oleh tangkai daun

yang panjangnya antara 30 - 40 cm. Memiliki bunga yang bentuknya menyerupai

jantung, berkelamin satu yaitu berumah satu dalam satu tandan dan berwarna

merah tua. Buahnya melengkung ke atas, dalam satu kesatuan terdapat 13 - 16

buah dengan panjang sekitar 16 - 20 cm (Arnisa, 2017).

Gambar 2.1 Pisang Raja

Pisang merupakan buah yang kaya akan mineral yaitu kalium, magnesium,

fosfor, kalsium dan besi. Jika dibandingkan dengan berbagai makanan nabati yang

lainnya, mineral yang terdapat dalam buah pisang khususnya besi, hampir

seluruhnya dapat diserap oleh tubuh. Kandungan vitaminnya sangat tinggi,

terutama provitamin A, yaitu betakaroten. Pisang juga mengandung vitamin B,

yakni tiamin, riboflavin, niasin, dan vitamin B6/ pridoxin. Buah pisang banyak

mengandung karbohidrat baik isinya maupun kulitnya.


43

Tabel 2.3 Komposisi Zat Gizi Pisang Raja Per 100 Gram Bahan
No. Zat Gizi Nilai
1 Karbohidrat (g) 28,2
2 Lemak (g) 0,3
3 Protein (g) 0,3
4 Kalori (g) 108
5 Air (g) 69,3
6 Kalsium (mg) 16
3 Fosfor (mg) 38
4 Zat Besi (mg) 0,1
5 Vitamin C (mg) 2,0
Sumber: Faunita, 2015

Islam senantiasa mengajarkan kepada kita sebagai umat muslim yang

beragama agar memakan makanan halal serta bermanfaat untuk tubuh kita. Dari

berbagai macam pangan yang merupakan ciptaan Allah swt. yang dapat dimakan

dan mempunyai nilai gizi yang baik, salah satunya adalah pisang raja. Pisang raja

merupakan pangan lokal yang mengandung gizi dan bermanfaat untuk kesehatan

seseorang.

Sejak dahulu kala syariat Islam yang terbukti manjur untuk menjaga

kesehatan dan mencegah datangnya berbagai penyakit ialah dengan menempuh

hidup sederhana, yaitu tidak berlebih-lebihan dalam hal makan dan minum. Hal

tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah:

Artinya:

Dari Miqdam bin Ma'di Karib, ia berkata, aku pernah mendengar


Rasulullah saw bersabda, "Tidak ada sesuatu yang lebih buruk yang di isi
oleh seorang manusia selain perutnya. Cukuplah anak Adam itu memakan
makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya. Jika tidak dapat
melakukan yang demikian, hendaklah sepertiga perutnya untuk makan,
sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk pernafasannya " Shahih:
Ibnu Majah (3349).
44

2. Kulit Pisang Raja (Musa Sapientum)

Kulit pisang merupakan limbah dari kulit pisang yang cukup banyak

jumlahnya. Pada umumnya kulit pisang belum dimanfaatkan secara nyata, hanya

dibuang sebagai limbah organik saja atau digunakan sebagai pakan ternak seperti

kambing, sapi, dan kerbau. Jumlah kulit pisang yang cukup banyak akan memiliki

nilai jual yang menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku

makanan.

Menurut Base (2000) jumlah dari kulit pisang cukup banyak, yaitu kira-

kira ½ dari buah pisang yang belum dikupas. Kandungan unsur gizi kulit pisang

cukup lengkap, seperti karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat besi,

vitamin B, vitamin C dan air. Unsur-unsur gizi inilah yang dapat digunakan

sebagai sumber energi dan antibodi bagi tubuh manusia.

Kulit pisang banyak mengandung karbohidrat baik isinya maupun

kulitnya. Pisang mempunyai kandungan khrom yang berfungsi dalam

metabolisme karbohidrat dan lipid. Khrom bersama dengan insulin memudahkan

masuknya glukosa ke dalam sel-sel. Kekurangan khrom dalam tubuh dapat

menyebabkan gangguan toleransi glukosa. Umumnya masyarakat hanya memakan

buahnya saja dan membuang kulit pisang begitu saja. Di dalam kulit pisang

ternyata memiliki kandungan vitamin C, B, kalsium, protein, dan juga lemak yang

cukup. Hasil kimia menunjukkan bahwa komposisi kulit pisang banyak

mengandung air yaitu 68,90% dan karbohidrat sebesar 18,50%.


45

Secara umum kandungan gizi kulit pisang sangat banyak terdiri dari

mineral, vitamin, karbohidrat, protein, lemak dan lain-lain. Berdasarkan penelitian

hasil analisis kimia komposisi kandungan gizi kulit pisang dapat dilihat pada tabel

berikut Tabel 2.4 berikut ini

Tabel 2.4 Komposisi Zat Gizi Kulit Pisang Raja per 100 gram

No Zat Gizi Kadar


1 Air (g) 68,90
2 Karbohidrat (g) 18,50
3 Lemak (g) 2,11
4 Protein (g) 0,32
5 Kalsium (mg) 715
6 Fosfor (mg) 117
7 Zat Besi (mg) 1,60
8 Vitamin B (mg) 0,12
9 Vitamin C (mg) 17,50
Sumber: Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Jatim, Surabaya (1982), Munadjim, 1998.

Hasil analisa menunjukkan bahwa kulit pisang mengandung komposisi zat

gizi yang cukup tinggi terutama karbohidrat (pati) sebesar 18,50gram

menyebabkan kulit pisang berpotensi sebagai sumber pati untuk pembuatan

tepung.

Kulit buah pisang raja digunakan sebagai obat penyakit kuning, anti diare,

obat gangguan pencernaan (dispepsia) seperti penyakit maag, obat luka,

menurunkan kolesterol darah, dapat digunakan sebagai tepung untuk olahan

makanan (Cahyono, 2009), melembapkan kulit, menghilangkan bekas cacar,

menghaluskan tangan dan kaki, anti nyamuk dan menjaga kesehatan retina mata

dari kerusakan akibat cahaya berlebih.


46

Berdasarkan penelitian (Syahruddin et al., 2015), ternyata kulit pisang

dapat dijadikan tepung, hal ini dibuktikan dengan penelitiannya tentang

identifikasi zat gizi dan kualitas tepung kulit pisang raja (musa Sapientum) dengan

metode pengeringan sinar matahari dan oven. Hasil analisisnya terbukti bahwa

tepung kulit pisang mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi yaitu

karbohidrat, protein, lemak, air dan serat kasar. Namun kandungan gizi tepung

kulit pisang raja yang dihasilkan dari metode pengeringan matahari lebih tinggi

cemaran bakteri dibandingkan menggunakan oven. Sedangkan uji organoleptik

melalui uji daya terima terhadap warna, aroma dan tekstur, tepung yang

dihasilkan dari kedua metode pengeringan tersebut disukai para panelis.

Jenis pisang raja (Musa Sapientum) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang telah matang kulitnya berwarna kuning di seluruh permukaan kulit

dengan sedikit bintik kecokelatan, tidak rusak atau busuk. Buah pisang yaitu

kulitnya dalam keadaan segar, dan yang paling sedikit memiliki bintik

kecokelatan.

Kulit pisang yang akan digunakan yaitu kulit pisang raja. Pisang tersebut

mempunyai batang lunak berwarna dominan hijau dan daun yang sangat lebar.

Pisang raja menghasilkan susunan berbentuk tandan dan setiap tandan terdapat

beberapa sisir dengan buah tersusun secara menjari. Pisang ini memiliki warna

hijau ketika mentah dan berubah menjadi kuning serta bercak kehitaman pada saat

matang (Syahruddin et al., 2015).


47

Kulit pisang raja mempunyai kulit yang lebih tebal dari kulit pisang

lainnya sehingga memiliki potensi pati yang cukup besar untuk dijadikan

substitusi tepung terigu (Syahruddin et al., 2015).

D. Tinjauan Umum Tentang Tepung Kulit Pisang raja (Musa Sapientum)

Penggunaan tepung kulit pisang ini cukup potensial sebagai bahan baku

dalam pembuatan produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari segi

kualitas produk yang dihasilkan. Sebagai bahan baku kue kering dan cake

penggunaan tepung kulit pisang dapat mencapai 50-100%.

Tabel 2.5 Kandungan Gizi Tepung Kulit Pisang Raja Dengan Metode
Pengeringan Oven
No. Parameter Nilai

1 Kadar Air (%) 14,08


2 Kadar Protein (%) 5,14

3 Kadar Lemak (%) 11.50

4 Kadar Karbohidrat (%) 57,62

5 Serat Kasar (%) 16,02

Sumber: Akmal Syahruddin, 2015

Secara umum proses pembuatan tepung berdasarkan metode Akmal

Syahruddin (2015) yang telah dimodifikasi: meliputi pembersihan dan pencucian

menggunakan air tawar yang mengalir untuk menghilangkan kotoran, Setelah

dicuci, kulit pisang di potong kecil lalu lakukan perendaman dengan natrium

metabisulfit (NaS2O5) dan kemudian ditiriskan hingga kandungan airnya

berkurang lalu dilakukan pengeringan menggunakan oven. Pencucian atau

pembersihan dilakukan untuk mencegah penurunan mutu dan kandungan dalam

kulit pisang raja.


48

Perendaman atau pemucatan dilakukan untuk melanjutkan proses

pembersihan yang masih melekat dan mencegah proses browning atau

pencokelatan pada kulit pisang raja. Pemucatan bertujuan untuk mengoksidasi

sebagian pigmen agar berwarna keputih-putihan dan lunak.

Pengecilan ukuran kulit pisang raja menggunakan pisau, pengecilan

ukuran kulit pisang raja bertujuan untuk mempermudah dalam pengeringan.

Selain itu masa dan volume lebih kecil sehingga tidak memerlukan ruang yang

luas untuk penyimpanan.

Pengeringan merupakan metode mengeluarkan atau menghilangkan kadar

air dalam kulit pisang dari suatu bahan dengan cara menguapkan sehingga kadar

air seimbang dengan kondisi udara normal atau kadar air setimpal dengan

aktivitas air yang aman dari kerusakan mikrobiologi, enzimatis dan kimiawi.

Pengeringan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kadar air kulit

pisang sampai batas di mana perkembangan mikroorganisme yang dapat

menyebabkan pembusukan akan hilang.

Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari

atau sun drying atau dengan menggunakan pengeringan drum atau drum dryer

untuk mendapatkan proses pengeringan yang lebih cepat.

Proses penggilingan dilakukan untuk menghaluskan kulit pisang raja .

Penggilingan dilakukan dengan menggunakan blender dan mesin penghancur

beras. Pembuatan tepung tidak dilakukan dengan mengambil sari pati pisang raja

dengan tujuan agar serat dalam kulit pisang raja tersebut tidak hilang sepenuhnya.
49

Pengayakan merupakan tahap untuk memisahkan butiran kasar dan butiran

halus. Untuk mendapatkan tepung halus menggunakan ayakan ukuran 80 mesh.

Pengayakan dilakukan 2 kali untuk memastikan keseragaman ukuran butiran

tepung (MD, 2008).

Skema Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang (Musa Sapientum)

Kulit Pisang

Pencucian

Potong kecil-kecil

Perendaman dengan larutan Natrium Metabisulfit 0,2% selama 15 menit

Pengeringan (Oven) Suhu 600C selama 12 jam

di Blender

di Ayak

Tepung Kulit Pisang

Gambar 2.2 Skema Proses Pembuatan Tepung Kulit Pisang Raja

(Akmal Syahruddin, 2015).

Pada proses pembuatan tepung kulit pisang, pisang mengalami pemanasan

oven. Hal ini yang menyebabkan terjadinya perubahan kandungan zat gizi

terhadap kulit pisang raja, yang berpengaruh pada kualitas tepung tersebut,

Pengaruh pengeringan atau pemanasan.


50

E. Tinjauan Umum Tentang Biskuit

Biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan yang

berasal dari tepung terigu dengan penambahan makanan lain dan dengan atau

penambahan bahan tambahan pangan yang diizinkan (Standar Nasional Indonesia,

2011).

Biskuit adalah salah satu produk olahan kue kering yang merupakan

makanan ringan yang disenangi karena enak, manis, dan renyah serta memiliki

umur simpan cukup lama (Kusnandar dkk. (2010) dalam (Winata, 2015). Kadar

air yang rendah pada biskuit dihasilkan dari proses pemanggangan adonan biskuit

yang sempurna (Aprianita dan Wijaya (2010) dalam (Winata, 2015).

Biskuit diklasifikasikan dalam empat jenis yaitu biskuit keras, crackers,

cookies dan wafer. Biskuit keras adalah jenis biskuit yang dibuat dengan adonan

berbentuk pipih, bila dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat dan

dapat berkadar lemak tinggi atau rendah. Crackers adalah jenis biskuit yang

dibuat adonan keras melalui proses fermentasi atau pemeraman. Cookies adalah

jenis biskuit yang dibuat dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi dan bila

dipatahkan penampang potongannya bertekstur kurang padat, sedangkan wafer

adalah jenis biskuit yang dibuat dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan

bila dipatahkan penampang potongannya berongga-rongga (Badan Standardisasi

Nasional, 2011).

Dari data hasil Riskesdas (2013) tentang konsumsi makanan dari olahan

tepung terigu diantaranya mi instan, mi basah, roti dan biskuit, sebanyak 13,4%

penduduk Indonesia mengonsumsi biskuit ≥ 1 kali per hari.


51

Untuk menghasilkan biskuit bahan–bahan yang diperlukan di antaranya

sebagai berikut:

1. Tepung Terigu

Gandum atau tepung terigu adalah termasuk serelia yang memiliki nilai

gizi penting. Makanan berbasis gandum atau tepung terigu telah menjadi makanan

pokok di banyak negara (Putra, 2013).

Umumnya, penggolongan tepung terigu berdasarkan kandungan

proteinnya. Biasanya, jenis yang tersedia di pasar memiliki kandungan protein

berkisar 8-9%, 10,5-11,5% dan 12-14%. Di dalam tepung terigu terdapat gluten,

yang secara khas membedakan antara tepung terigu dengan tepung-tepung

lainnya. Gluten adalah suatu senyawa pada tepung terigu yang bersifat kenyal dan

elastis, yang diperlukan dalam pembuatan roti agar mengembang serta

menentukan kekenyalan mi dan berperan dalam pembuatan kulit. Tepung terigu

yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung terigu yang rendah kalori.

Tabel 2.6 Kandungan Gizi Tepung Terigu dalam 100 gram


No. Komposisi Zat Gizi Jumlah Zat Gizi
1 Kalori (kal) 340
2 Karbohidrat (g) 77,3
3 Lemak (g) 1,95
4 Protein (g) 8,9
5 Kalsium (mg) 33
6 Fosfor (mg) 323
7 Besi (mg) 3.71
8 Kadar Air (g) 12,42
Sumber: USDA (United States Departemen of Agriculture 2014)
52

Dalam pembuatan makanan, hal yang harus diperhatikan adalah ketepatan

penggunaan jenis tepung terigu. Tepung terigu berprotein 12-14 % ideal untuk

pembuatan roti dan mie, 10,5-11,5% untuk biskuit, pastry atau pie dan donat

sedangkan, untuk gorengan, cake, dan wafer gunakan yang berprotein 8-9%.

2. Margarin

Margarin merupakan emulsi yang terdiri dari lemak nabati, air, dan garam

dengan perbandingan (80:18:2). Berbeda dengan minyak goreng, margarin dapat

dikonsumsi tanpa dimasak. Sifat fisik margarin dalam suhu kamar adalah

berbentuk padat, berwarna kuning, dan bersifat plastis.

Margarin merupakan salah satu sumber energi vitamin A, D, E dan K serta

memiliki jumlah kalori yang lebih sedikit ketimbang mentega biasa. Margarin

bisa memberi cita rasa gurih, mengurangi remah roti, mempermudah pemotongan,

serta memperlunak kulit roti (Putra, 2013).

Fungsi lemak dalam pembuatan kue kering adalah sebagai pemberi aroma,

pelembut tekstur kue kering, sebagai pelembab dan memperkaya rasa, sebagai

pelarut gula, sebagai bahan isian, memberi kilau pada permukaan kue kering.

Tabel 2.7 Kandungan Gizi Margarin dalam 100 gram


No. Komposisi Zat Jumlah Zat Gizi
Gizi (%)
1 Lemak (kal) 80-81
2 dikonsumsi 0,5
3 Garam 3
4 TBHQ 0,005
5 Vitamin A 0,02
6 B-Karotin 0,003
7 Na-Benzoat 0,1
8 Skim Milk 15,49
Sumber: Pamana Adolina (2007)
53

3. Gula Pasir (Halus)

Ini adalah jenis gula yang paling mudah dijumpai, digunakan sehari-

hari untuk pemanis makanan dan minuman. Gula pasir juga merupakan jenis

gula yang digunakan dalam penelitian ini. Gula pasir berasal dari cairan sari

tebu. Setelah dikristalkan, sari tebu akan mengalami kristalisasi dan berubah

menjadi butiran gula berwarna putih bersih atau putih agak kecokelatan (ras

sugar). Gula pada pembuatan biskuit memiliki fungsi untuk memberikan rasa

manis, pembentuk tekstur, dan pemberi penampakan akhir yang menarik.

Penambahan gula yang terlalu banyak dapat menyebabkan warna produk

menjadi cokelat kehitaman dan tekstur adonan seperti perekat (Sulistiyo (1999)

dalam (Winata, 2015).

Tabel 2.8 Kandungan Gizi Gula Pasir dalam 100 gram


No. Komposisi Zat Gizi Jumlah Zat Gizi
1 Kalori (kal) 364
2 Karbohidrat (g) 94,0
3 Kalsium (mg) 5
4 33Fosfor (mg) 1
5 Besi (mg) 0,1
6 Air (g) 5,4
Sumber: Direktorat Gizi, 2004.

4. Kuning Telur

Telur merupakan bahan dalam pembuatan kue terutama biskuit. Telur

bersama tepung membentuk kerangka atau struktur (proteinnya), selain itu telur

juga menyumbangkan kelembaban (mengandung 75% air dan 25% solid)

sehingga biskuit dan cookies menjadi renyah, beraroma, penambah rasa,

peningkatan gizi, pengembangan atau peningkatan volume serta mempengaruhi


54

warna dari biskuit. Lecitin dalam kuning telur mempunyai daya emulsi sedangkan

lutein dapat membangkitkan warna pada hasil produk.

Fungsi telur dalam penyelenggaraan gizi kuliner sebagai pengental,

perekat atau pengikat. Peranan utama telur atau protein dalam pengolahan pada

umumnya adalah memberikan fasilitas terjadinya koagulasi, pembentukan gel,

emulsi dan pembentukan struktur. Telur banyak digunakan untuk mengentalkan

berbagai saus dan custard karena protein terkoagulasi pada suhu 62oC.

Berdasarkan bagian-bagian telur yaitu cangkang telur (shell egg) 12%, putih telur

(white egg) 58% dan kuning telur (yolk egg) 30%.

Dosis penggunaan telur dalam pembuatan biskuit harus tepat karena jika

terlalu banyak telur maka, adonan akan menjadi lembek dan biskuit yang

dihasilkan terlalu renyah, akan tetapi jika adonan kekurangan telur maka biskuit

yang dihasilkan kurang mengembang dan kurang renyah atau keras (Faridah,

Pada, Yulastri, & Yusuf, 2008).

Tabel 2.9 Kandungan Gizi Kuning Telur dalam 100 gram


No. Komposisi Zat Gizi Jumlah Zat Gizi
1 Kalori (kal) 162
2 Karbohidrat (g) 0,7
3 Lemak (g) 11,5
4 Protein (g) 12,8
5 Kalsium (mg) 54,0
6 Fosfor (mg) 180
7 Besi (mg) 3,0
Sumber: Direktorat Gizi, 2004.
55

5. Proses Pengolahan/Pembuatan Biskuit

Proses pembuatan biskuit dimulai dengan seleksi bahan yaitu pemilihan

bahan, penimbangan bahan, pencampuran bahan, pencetakan, pengovenan, dan

pengemasan. Komposisi pembuatan biskuit dalam penelitian ini yaitu 40gram

margarin, 30gram gula halus dan 30gram kuning telur.

Tahap-tahap dalam pembuatan biskuit adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan

1) Menyiapkan peralatan yang dipergunakan dalam pembuatan biskuit tepung

kulit pisang yang dikondisikan bersih dan higienis.

2) Menyiapkan bahan yang diperlukan dalam pembuatan biskuit tepung kulit

pisang.

3) Menimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai dengan ukuran.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam pembuatan biskuit tepung kulit pisang sebagai

berikut:

1) Pencampuran bahan adalah suatu proses penyatuan semua bahan biskuit

tepung menjadi satu adonan.

2) Campur margarin, gula halus dan kuning telur lalu mixer sampai berwarna

putih ± selama 3 menit.

3) Masukkan campuran tepung terigu dan tepung kulit pisang raja sesuai

takaran yang ditentukan beserta dengan bahan kering lainnya lalu aduk

sampai kalis dan tercampur rata.

4) Setelah adonan sudah kalis dan siap untuk dicetak sesuai selera.
56

5) Pengovenan, adonan yang sudah dicetak, kemudian dipanggang dalam

oven sampai matang dengan suhu 160-1700C dan waktu ±15-20 menit.

c. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian dari proses pembuatan biskuit tepung kulit pisang raja

adalah sebagai berikut:

1) Pendinginan, bertujuan untuk menghilangkan uap panas pada biskuit

sebelum dilakukan pengemasan

2) Pengemasan, menggunakan stoples atau plastik tebal yang tertutup rapat

agar biskuit dapat bertahan lama dalam kerenyahannya dan menjaga

bentuk dari biskuit.

Skema Pembuatan Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja


Persiapan Bahan

Tahap Persiapan Persiapan Alat

Penimbangan Bahan

Tepung Terigu, Tepung Kulit Pisang Raja,


Tahap Pelaksanaan Margarin, kuning telur dan Gula Halus.

Pencampuran Bahan

Pencetakan

Pengovenan
Pendinginan
Tahap Penyelesaian

Pengemasan
Gambar 2.3 Skema Proses Pembuatan Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja (Taliyya,2018)
57

F. Tinjauan Umum Tentang Biskuit Kulit Pisang Raja

Biskuit adalah bahan makanan populer yang dikonsumsi oleh berbagai

populasi karena rasanya yang beragam, masa simpan yang panjang dan biaya

relatif rendah. Karena persaingan di pasar dan meningkatnya permintaan produk

sehat, alami dan fungsional, saat ini sedang dilakukan upaya dalam meningkatkan

nilai gizi camilan biskuit dengan cara memodifikasi komposisinya (Kishor, David,

Tiwari, & Wilson, 2017).

Menurut SNI 2973-2011, biskuit merupakan salah satu produk makanan kering

yang dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari bahan dasar tepung

terigu atau substitusinya, minyak atau lemak dengan atau tanpa penambahan bahan

pangan lain yang diizinkan. Biskuit terbuat dari bahan dasar tepung terigu yang

ditambahkan dengan bahan-bahan tambahan lain, seperti gula, telur, margarin, emulsifier,

shortening, dan bahan cita rasa.

Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja merupakan salah satu variasi terbaru dari

biskuit, yaitu biskuit yang bahan dasarnya terbuat dari campuran tepung terigu dan tepung

kulit pisang raja yang dicampur dengan bahan lain pembuatan biskuit pada umumnya.

Tujuan dari pembuatan biskuit tepung kulit pisang raja ini yaitu sebagai Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) untuk anak sekolah terkhusus anak sekolah yang mengalami

Kurang Energi Protein (KEP) ringan.


58

Adapun kandungan gizi biskuit tepung kulit pisang raja dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2.10
Kandungan Zat Gizi Dalam 100 Gram Biskuit Tepung Kulit
Pisang Raja (Musa Sapientum)
Parameter
Perlakuan
Karbohidrat Protein Lemak
(g) (g) (g) Fe (µg)
1:0 55,58 6,31 18,90 56,87

1:1 47,56 4,25 21,47 68,49

3:1 43,90 4,61 22,50 77,13

1:3 52,89 5,18 21,48 78,53

Sumber : Dalam Taliyya, 2018


59

G. Kerangka Teori

Gizi Kurang

Penyebab
Asupan Makanan Penyakit Infeksi
Langsung

Persediaan Makanan Rumah Penyebab


Perawatan Pelayanan Kesehatan
Anak dan Ibu Hamil Tidak
Langsung

Pokok
Kemiskinan, Kurang Pendidikan, Kurang Keterampilan
Masalah

Akar
Masalah
Krisis Ekonomi
Langsung

Sumber: Persagi. 1999. Visi dan Misi Gizi dalam Mencapai Indonesia Sehat
Tahun 2010. Jakarta
60

H. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep variabel yang diteliti dalam penelitian ini


sebagai berikut:

Ketahanan Pangan
Asupan
Makanan

Gizi Kurang Pada Anak Sekolah


Pemberian Biskuit Kulit Pisang Raja
IMT/U Perbaika
n Status
Gizi

Pelayanan Kesehatan
Penyakit Infeksi
Pola Asuh

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti


: Hubungan Variabel ke variabel
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif lapangan, yaitu pengumpulan data dari sampel, baik distribusi karakter,

hubungan antara variabel, atau variabel lain terkait masalah kesehatan yang dapat

dihitung berupa angka-angka mengenai Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung

Kulit Pisang Raja (Musa Sapientum) Terhadap Status Gizi Kurang Pada Anak

Sekolah di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar Sulawesi Selatan.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di SD Inpres Galangan Kapal Kota

Makassar Sulawesi Selatan.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang dilaksanakan dalam percobaan penelitian ini adalah studi

eksperimen semu (Quasi eksperimen design) yang merupakan jenis penelitian

dengan menguji pengaruh variabel satu terhadap variabel lainnya. Pengujian

dilakukan melalui intervensi pada anak sekolah. Desain yang digunakan yaitu

Non-Equivalent Control Group yang dilakukan untuk membandingkan hasil

intervensi program kesehatan dengan suatu kelompok kontrol yang serupa. Dalam

rancangan ini, pengelompokan anggota sampel pada kelompok kasus dan

61
62

kelompok kontrol tidak dilakukan secara random atau acak tetapi ditentukan oleh

peneliti. Oleh sebab itu rancangan ini sering disebut nonrandomized control group

pretest postest design (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas (variabel independen)

adalah biskuit tepung kulit pisang raja, sedangkan yang menjadi variabel

terikatnya (variabel dependen) adalah status gizi pada anak sekolah dasar yang

mengalami gizi kurang. Intervensi yang dilakukan pada anak sekolah dasar gizi

kurang adalah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada kelompok kasus

dan biskuit tepung terigu pada kelompok control.


Anak Sekolah Gizi Kurang

Recall 24 jam
Sebelum Intervensi Pengukuran Antropometri (berat badan dan tinggi badan)

Kelompok
Kelompok Kasus
Kasus Kelompok Kontrol
Kelompok
Intevensi 1 bulan pada Kontrol
Biskuit Tepung Biskuit Tepung
hari sekolah Biskuit
Biskuit
Kulit tepung
Pisang Raja Terigu

Recall 24 jam
Hari Terakhir Intervensi Pengukuran Antropometri (berat badan dan tinggi badan)

Analisa Data

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian


63

Anak sekolah dasar gizi kurang yang didapatkan berdasarkan pengukuran

antropometri (IMT/U) dan sesuai dengan kriteria inklusi peneliti. Sebelumnya

dilakukan recall 24 jam untuk mengetahui gambaran asupan makanan pada anak.

Intervensi yang dilakukan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus dan

kelompok kontrol. Setelah intervensi kembali dilakukan recall 24 jam dan

pengukuran antropometri dan menganalisis dengan menggunakan indeks IMT/U,

baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini semua anak sekolah gizi kurang di SD

Inpres Galangan Kapal tahun 2019 yang berjumlah 65 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Teknik penarikan sampel yang

digunakan adalah teknik purpossive sampling atau berdasarkan pertimbangan

tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi

yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, 2012).

a. Subyek Penelitian harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

1) Anak sekolah Umur 7-9 tahun

2) Mengalami gizi kurang dengan IMT -3 SD s/d <-2 SD

3) Tidak mengalami penyakit infeksi yang serius seperti Thypoid, DBD,

Diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)


64

4) Tidak memiliki reaksi alergi terhadap bahan intervensi

5) Bersedia menjadi responden

6) Menetap/tidak pindah daerah

Kriteria eksklusif :

1) Anak sekolah < 7 tahun dan > 9 tahun

2) Berstatus gizi baik dengan IMT/U bila z-score <-3 dan ≥-2

3) Mengalami penyakit infeksi yang serius seperti Thypoid, DBD, Diare dan

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)

4) Memiliki reaksi alergi terhadap bahan intervensi

5) Tidak bersedia menjadi responden.

6) Pindah daerah atau meninggal dunia.

b. Besar Sampel

Perhitungan besar sampel dilakukan agar memenuhi jumlah syarat analisis,

dengan menggunakan rumus Federer (Hasyim, Solihin, & Darajat, 2014), di mana

sampel (n) dapat ditentukan berdasarkan total kelompok (t) yang digunakan dalam

penelitian. Sehingga jika t=2 kelompok maka besar sampel yang digunakan:

(n-1) (t-1) ≥ 10

(n-1) (2-1) ≥ 10

(n-1) (1) ≥ 10

n-1 ≥ 10

n ≥ 10 + 1 = 11

n ≥ 11
65

Dengan demikian, setiap kelompok perlakuan terdapat minimal 11 sampel.

Adapun sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebanyak 24

siswa gizi kurang, di SD Inpres Galangan Kapal. Di mana 24 sampel tersebut

dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kasus sebanyak 12 siswa dan

kelompok kontrol sebanyak 12 siswa untuk selanjutnya diintervensikan biskuit

tepung kulit pisang raja dan biskuit tepung terigu untuk kelompok kontrol.

Berdasarkan perhitungan sampel menggunakan rumus tersebut, maka jumlah

sampel yang digunakan telah memenuhi besar sampel minimum.

Menurut Roscoe dalam (Sugiyono, 2012) menyarankan tentang ukuran

sampel untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel

masing-masing antara 10 s/d 20.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung pada objek peneliti

yaitu melalui observasi awal dengan melakukan pengukuran berat badan dan

tinggi badan terhadap obyek penelitian.

2. Data Sekunder

Diperoleh melalui penelusuran pustaka, jurnal-jurnal hasil penelitian, buku

literatur yang relevan, laporan dan instansi yang terkait.


66

E. Instrumen Penelitian

1. Perangkat alat tulis

Terdiri dari buku dan bolpoin, perangkat ini digunakan untuk menghimpun

informasi yang didapatkan di lapangan, berupa catatan yang dianggap penting

untuk keperluan penelitian.

2. Inform Consent/Form pernyataan kesediaan menjadi responden

3. Form identitas responden

4. Form Food Recall 24 jam

Metode recall 24 jam merupakan cara untuk mengukur asupan zat gizi pada

individu dalam sehari, yang dilakukan dengan menanyakan makanan yang telah

dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu. Metode pengukuran ini bertujuan untuk

mengetahui asupan zat gizi individu dalam sehari sehingga tergolong pada

kelompok metode kuantitatif. Dalam metode ini dimulai dari responden bangun

pagi kemarin sampai istirahat tidur malam harinya, atau dapat juga dimulai dari

waktu saat dilakukan wawancara mundur ke belakang sampai 24 jam penuh .

Form recall 1x24 jam digunakan untuk mengetahui konsumsi protein dan sumber

energi, hasil recall kemudian dihitung dengan bantuan software komputer Nutry

Survey 2007 dan kemudian dihitung Angka Kecukupan Gizi (AKG) anak usia 7-9

tahun dan tingkat konsumsi responden terhadap AKG

5. Form data pengukuran antropometri

Untuk memantau hasil pengukuran antropometri responden berupa berat

badan dan tinggi badan


67

6. Form pemantauan konsumsi

Untuk memantau konsumsi biskuit tepung kulit pisang raja pada responden

dilakukan dengan cara menimbang sisa biskuit yang dikonsumsi oleh responden

menggunakan timbangan makanan digital.

7. Foto-foto makanan berdasarkan Ukuran Rumah Tangga (URT)

Digunakan pada saat melakukan food recall 24 jam untuk mempermudah

responden mengingat ukuran/porsi makanan yang telah dimakan selama 24 jam

yang lalu.

8. Timbangan berat badan digital

Digunakan untuk mengukur berat badan sampel (dengan kapasitas 150 kg dan

ketelitian 0,1 kg). Adapun cara pengukuran berat badan sampel yaitu :

a. Memastikan timbangan berat badan berfungsi dengan baik dengan cara

mengatur petunjuk angka tepat diangka 0 (nol).

b. Meminta anak untuk melepas alas kaki dan meletakkan barang bawaan yang

berat.

c. Meminta anak untuk naik ke atas timbangan, dengan posisi berhadapan

dengan pemeriksa.

d. Memperhatikan angka berhenti pada display timbangan.

9. Timbangan makanan digital

Digunakan untuk menimbang bahan-bahan pembuatan biskuit sehingga

keakurasian ukuran timbangan sesuai dengan resep pembuatan biskuit. Serta

digunakan untuk menimbang sisa biskuit yang dikonsumsi oleh responden


68

sehingga memudahkan peneliti dalam mencatat konsumsi biskuit responden

selama proses intervensi (dengan kapasitas 3 kg dan ketelitian 0.01 g).

Adapun cara menggunakan timbangan makanan digital yaitu :

a. Menggunakan wadah, mengaktifkan timbangan dengan menekan tombol

ON/OFF lalu letakkan wadah diatas timbangan lalu tekan tombol TARE pada

timbangan, maka ukuran akan kembali ke posisi 0 (nol) kemudian masukkan

bahan yang akan ditimbang ke dalam wadah dan perhatian angka yang muncul

pada display timbangan.

b. Tanpa menggunakan wadah, mengaktifkan timbangan dengan menekan

tombol ON/OFF lalu setelah angka 0 (nol) tertera pada display timbangan

kemudian masukkan bahan yang akan ditimbang ke dalam wadah dan

perhatikan angka yang muncul pada display timbangan.

10. Pengolahan dan analisis data menggunakan software WHO Antroplus,

Nutrisurvey 2007, Microsoft Excel dan SPSS versi 25.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dan dianalisis

dengan menggunakan program SPSS 25.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan narasi distribusi frekuensi

persentase variabel baik variabel independen maupun variabel dependen. Selain

itu dilakukan tabulasi silang antara variabel independen dan variabel dependen.
69

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 25

yang disesuaikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Univariat

Dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Dilakukan pada dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Data

yang diperoleh dalam ordinal dianalisis menggunakan uji statistik yaitu uji T

berpasangan (paired T-Test), uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah

terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi

siswa gizi kurang dan Uji Independent (T-Test) untuk mengetahui perbedaan

sebelum dan setelah melakukan intervensi pada kelompok kasus dan kelompok

kontrol dengan tingkat kepercayaan semua uji yaitu 95% atau α = 5% (0.05).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

a. Deskripsi Lokasi Penelitian


Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum lokasi penelitian dan hasil

penelitian tentang pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada

kelompok 1 (kasus) dan pemberian biskuit tepung terigu pada kelompok 2

(kontrol) guna memperbaiki status gizi anak berdasarkan IMT/U. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2020. Jumlah sampel yang digunakan

dalam penelitian ini berjumlah 24 orang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok

yaitu, 12 orang pada kelompok kasus, dan 12 orang pada kelompok kontrol.

Sumber : Data Primer 2019

SD Inpres Galangan Kapal adalah sekolah yang letaknya di wilayah

kelurahan Kaluku Bodoa, kecamatan Tallo kota Makassar. Keberadaan sekolah ini

sangat strategis dikarenakan berada di tengah-tengah pemukiman masyarakat

70
71

yang padat dan lokasinya yang dekat dengan fasilitas kesehatan yakni Puskesmas

Kaluku Bodoa, jaraknya hanya kurang lebih 10 meter dari sekolah. Sekolah

berdiri di naungan pemerintah daerah berakreditasi B.

Dilihat dari segi fisik, bangunan SD Inpres Galangan Kapal sangat baik,

sekolahnya berlantai dua. Terdiri dari 6 ruang kelas, 1 ruang perpustakaan, 1

ruang guru, 1 ruang musholla, dan 1 ruang kepala sekolah.

b. Visi dan Misi SD Inpres Galangan Kapal

1) Visi SD Inpres Galangan Kapal

Menjadi sekolah sehat, cerdas, berkualitas, jujur, disiplin, unggul dan

dalam berprestasi dan amanah.

2) Misi SD Inpres Galangan Kapal

a) Meningkatkan profesional guru

b) Memiliki siswa yang inovatif dan mampu berdaya saing.

c) Meningkatkan manajemen dan pengelolaan sekolah yang akuntabel

d) Menyiapkan generasi sehat dan unggul dibidang IPTEK disertai IMTAK

e) Menggali potensi siswa untuk menjadi anak yang berkualitas dan bertanggung

jawab

f) Memberikan layanan yang prima untuk menuju sekolah yang berbudaya dan

berkarakter.
72

c. Karakteristik Responden

Adapun gambaran khusus responden dari hasil penelitian terhadap anak

umur 7-9 tahun adalah sebagai berikut:

1) Jenis Kelamin

Berikut hasil analisis univariat pada kelompok jenis kelamin pada anak

Sekolah Dasar Gizi Kurang:

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)
Jenis Kelamin
N % n %
Laki-Laki 5 41.7 7 58.3
Perempuan 7 58.3 5 41.7
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan tabel 4.1, di atas menunjukkan pada kelompok intervensi dengan

jumlah 12 responden, terdapat responden yang berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 5 orang (41.7%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 7

orang (58.3%). Sedangkan pada kelompok kontrol dengan jumlah 12 responden

terdapat responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 7 orang (58.3%) dan

yang berjenis kelamin perempuan 5 orang (41.7%).


73

2) Tingkatan Kelas

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkatan Kelas
di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)
Kelas
N % n %
Kelas 2 4 33.3 8 66,7
Kelas 3 8 66,7 4 33.3
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2020

Dari tabel 4.2, di atas menunjukkan bahwa dari 12 responden pada kelompok

intervensi, responden yang berada pada kelas 2 sebanyak 4 orang (33.3%) dan

yang berada pada kelas 3 sebanyak 8 orang (66.7%). Sedangkan dari 12

responden pada kelompok kontrol, responden yang berada pada kelas 2 sebanyak

8 orang (66.7%) dan yang berada pada kelas 3 sebanyak 4 orang (33.3%).

3) Umur

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur
di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar
Kelompok Umur Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)
(tahun) N % N %
7 tahun 0 0 2 16.7
8 tahun 5 41.7 7 58.3
9 tahun 7 58.3 3 25
Jumlah 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.3, di atas menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi

dengan jumlah 12 responden paling banyak responden berusia 9 tahun sebanyak

7 orang (58.3%) dan tidak terdapat responden yang berusia 7 tahun (0.00%).
74

Sedangkan pada kelompok kontrol dengan jumlah responden sebanyak 12 orang,

paling banyak responden berusia 8 tahun sebanyak 7 orang (58.3%) dan

responden paling sedikit berusia 7 tahun sebanyak 2 orang (16.7%).

4) Pekerjaan Orang tua

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang tua
di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar

Kelompok I (Intervensi) Kelompok II (Kontrol)


Pekerjaan
Orang tua Ayah Ibu Ayah Ibu
N % N % n % n %
Buruh 6 50 0 0 7 58.3 0 0
Pedagang Kecil 2 16.7 0 0 1 8.3 0 0
Wiraswasta 1 8.3 0 0 2 16.7 0 0
Karyawan Swasta 3 25 1 8.3 2 16.7 1 8.3
IRT 0 0 11 91.7 0 0 11 91.7
Jumlah 12 100 12 100 12 100 12 100
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.4, di atas menunjukkan bahwa pada kelompok intervensi

ayah dari responden kebanyakan bekerja sebagai buruh sebanyak 6 orang (50%),

karyawan swasta 3 orang (25%) dan yang bekerja sebagai wiraswasta 1 orang

(8.3%). Sedangkan kebanyakan ibu dari responden bekerja sebagai ibu rumah

tangga sebanyak 11 orang (91.7%) dan 1 orang (8.3%) yang bekerja sebagai

karyawan swasta. Pada kelompok kontrol ayah dari responden paling banyak

bekerja sebagai buruh 7 orang (58.3%) dan yang bekerja sebagai pedagang kecil 1

orang (8.3%). Sedangkan ibu dari responden paling banyak bekerja sebagai ibu

rumah tangga sebanyak 11 orang (91.7%) dan karyawan swasta sebanyak 1 orang

(8.3%).
75

5) Konsumsi Produk

Tabel 4.5
Jumlah Konsumsi Produk Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Selama 30 Hari Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah Gizi
Kurang Di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar

Jumlah Konsumsi Produk


Harus di
Kelompok konsumsi Yang di
(gram) konsumsi % Sisa (gram) %
(gram)
Intervensi 3900 3411.5 87.4 448.5 12.5
Kontrol 3900 3302 84.6 598 15.3
Sumber: Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 4.5 tersebut menunjukkan jumlah konsumsi produk pada

kelompok intervensi selama 30 hari yang dikonsumsi sebanyak 3411.5 (87.4%)

dan yang tidak dihabiskan sebanyak 448.5 (12.5%). Sedangkan jumlah konsumsi

produk pada kelompok kontrol sebanyak 3302 (84.6%) dan yang tidak dihabiskan

sebanyak 598 (15.3%).

Tabel 4.6
Rata-rata Konsumsi Produk Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Selama 30 Hari Setelah Intervensi Pada Anak Sekolah Gizi
Kurang Di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar

Jumlah Konsumsi Produk


Harus di
Kelompok konsumsi Yang di Sisa
(gram) konsumsi % %
(gram)
(gram)
Intervensi 150 141.5 94.3 8.5 5.7
Kontrol 150 127 84.6 23 15.3
Sumber: Data Primer, 2019

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi produk pada kelompok

intervensi per hari yang dikonsumsi sebanyak 141.5 (94.3%) dan yang tidak
76

dihabiskan sebanyak 8.5 (5.7%). Sedangkan rata-rata konsumsi produk pada

kelompok kontrol sebanyak 127 (84.6%) dan yang tidak dihabiskan sebanyak 23

(15.3%).

2. Hasil Analisis

a. Analisis Univariat

1) Gambaran Asupan Energi, Asupan Protein, Berat Badan dan Status

Gizi Responden Sebelum Intervensi

Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi, Asupan
Protein, Berat badan dan Status Gizi Sebelum Intervensi di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar

Kelompok Perlakuan
Variabel Kelompok I Kelompok II Independent t- test
(Intervensi) (Kontrol)
Asupan Energi (Kkal) 796.41 835.16 0.639
Asupan Protein (g) 34.59 25.54 0.023
Berat Badan (Kg) 17.36 17.86 0.291
Status Gizi (SD) -2.94 -2.55 0.250
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.7, di atas menunjukkan bahwa untuk uji homogenitas

varian asupan energi, asupan protein, berat badan dan status gizi diperoleh hasil

uji Independent t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom

Levene’s test for equality of Variances untuk kolom Sig didapatkan nilai p > 0,05

maka varian data tidak berbeda (homogen). Karena varian data tidak berbeda

maka, hasil uji t tidak berpasangan dapat dilihat pada kolom t-test for equality of

means untuk kolom Sig. (2-tailed) baris pertama.


77

Pada variabel asupan energi, berat badan dan status gizi didapatkan nilai p

>0,05 maka diambil kesimpulan “secara statistik tidak terdapat perbedaan rerata

asupan energi, berat badan dan status gizi antara kelompok kasus dan kelompok

kontrol sebelum intervensi”. Sedangkan pada variabel asupan protein didapatkan

nilai p < 0,05 maka diambil kesimpulan “secara statistik terdapat perbedaan rerata

asupan protein antara kelompok kasus dan kelompok kontrol sebelum intervensi”.

2) Gambaran Asupan Energi, Asupan Protein, Berat Badan dan Status

Gizi Responden Setelah Intervensi

Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Rata-rata Asupan Energi, Asupan
Protein, Berat badan dan Status Gizi Setelah Intervensi di SD Inpres
Galangan Kapal Kota Makassar

Kelompok Perlakuan
Variabel Kelompok I Kelompok II Independent t- test
(Intervensi) (Kontrol)
Asupan Energi (Kkal) 1174.95 941.35 0.025
Asupan Protein (g) 42.16 32.60 0.010
Berat Badan (Kg) 19.10 18.86 0.680
Status Gizi (SD) -2.35 -2.42 0.796
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.8, di atas menunjukkan bahwa untuk uji homogenitas

varian asupan energi, asupan protein, berat badan dan status gizi diperoleh hasil

uji Independent t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom

Levene’s test for equality of Variances untuk kolom Sig didapatkan nilai p > 0,05

maka varian data tidak berbeda (homogen). Karena varian data tidak berbeda

maka, hasil uji t tidak berpasangan dapat dilihat pada kolom t-test for equality of

means untuk kolom Sig. (2-tailed) baris pertama.


78

Pada variabel berat badan dan status gizi didapatkan nilai p > 0,05 maka

diambil kesimpulan “secara statistik tidak terdapat perbedaan rerata berat badan

dan status gizi antara kelompok kasus dan kelompok kontrol setelah intervensi”.

Sedangkan pada variabel asupan energi dan asupan protein didapatkan nilai p <

0,05 maka diambil kesimpulan “secara statistik terdapat perbedaan rerata asupan

energi dan asupan protein antara kelompok kasus dan kelompok kontrol setelah

intervensi”.

b. Analisis Bivariat

1) Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Asupan

Energi Pada Anak Sekolah Dasar Gizi Kurang

Tabel 4.9
Rata-rata Perubahan Asupan Energi Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar

Mean Asupan Energi Mean


Asupan Energi Sebelum Setelah Paired t-test
(selisih)
Kelompok kasus 783.88 1187.48 403.60 0.001
Kelompok kontrol 761.57 1014.94 253.37 0.000
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.9 Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja

terhadap asupan energi pada kelompok kasus setelah dilakukan uji statistik paired

t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom sig.(2 tailed)

didapatkan nilai p = 0.001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05) pada kelompok

kasus. Pada kelompok kontrol, hasil uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed)

didapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05).
79

Dari kedua kelompok tersebut dilakukan uji statistik didapatkan hasil adanya

pengaruh intervensi terhadap peningkatan asupan energi pada masing-masing

kelompok, peningkatan rata-rata asupan energi yaitu 403.60 kkal pada kelompok

kasus dan 253.37 pada kelompok kontrol.

2) Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Asupan

Protein Pada Anak Sekolah Dasar Gizi Kurang

Tabel 4.10
Rata-rata Perubahan Asupan Protein Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal
Kota Makassar

Mean Asupan Protein Mean


Asupan Protein Sebelum Setelah Paired t-test
(selisih)
Kelompok kasus 34.59 42.16 7.57 0.005
Kelompok kontrol 25.54 32.60 7.06 0.023
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

biskuit kulit pisang raja pada kelompok kasus maupun biskuit tepung terigu pada

kelompok kontrol terhadap asupan protein siswa gizi kurang dengan hasil uji

statistik paired t-test. Hasil uji tersebut pada kolom sig (2 tailed) didapatkan nilai

p = 0.005 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05) pada kelompok kasus. Pada

kelompok kontrol, hasil uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan nilai p =

0.023 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05).

Dari kedua kelompok tersebut yang dilakukan uji statistik didapatkan hasil

adanya pengaruh intervensi terhadap peningkatan asupan protein pada masing-

masing kelompok, peningkatan rata-rata asupan yaitu 7.57 gr pada kelompok

kasus dan 7.06 gr pada kelompok kontrol.


80

3) Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap

Berat Badan Pada Anak Sekolah Dasar Gizi Kurang

Tabel 4.11
Rata-rata Perubahan Berat Badan Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal Kota
Makassar

Mean Berat Badan Mean


Berat Badan Paired t-test
Sebelum Setelah (selisih)
Kelompok kasus 17.36 19.10 1.73 0.000
Kelompok kontrol 17.86 18.86 1 0.066
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan terdapat pengaruh pemberian biskuit

kulit pisang raja terhadap rata-rata berat badan pada kelompok kasus setelah

dilakukan uji statistik paired t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut

pada kolom sig (2 tailed) didapatkan nilai p = 0.000 yang lebih kecil dari nilai

alpha (0.05), maka ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja

terhadap rata-rata berat badan pada anak sekolah dasar yang mengalami gizi

kurang. Pada kelompok kontrol setelah dilakukan uji statistik paired t-test pada

masing-masing variabel. Hasil uji tersebut pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan

nilai p = 0.066 yang lebih besar dari nilai alpha (0.05), maka tidak ada pengaruh

pemberian biskuit tepung terigu terhadap rata-rata berat badan pada anak sekolah

dasar yang mengalami gizi kurang

Dari hasil uji statistika antara kedua kelompok, terdapat perbedaan antara

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada kelompok kasus terdapat

pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap peningkatan rata-

rata berat badan pada siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok kontrol, di
81

mana tidak terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap

peningkatan rata-rata berat badan pada siswa gizi kurang.

4) Pengaruh Pemberian Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja Terhadap Status

Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Gizi Kurang

Tabel 4.12
Rata-rata Perubahan Status Gizi (IMT/U) Kelompok Kasus dan Kelompok
Kontrol Sebelum dan Setelah Intervensi di SD Inpres Galangan Kapal
Kota Makassar

Mean Status Gizi Mean


Status Gizi Sebelum Setelah Paired t-test
(selisih)
Kelompok kasus -2.95 -2.35 -0.60 0.008
Kelompok kontrol -2.55 -2.42 -0.13 0.546
Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan tabel 4.12 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian

biskuit tepung kulit raja terhadap rata-rata status gizi pada kelompok kasus setelah

dilakukan uji statistik paired t-test pada masing-masing variabel. Hasil uji tersebut

pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan nilai p = 0.008 yang lebih kecil dari nilai

alpha (0.05), maka ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja

terhadap rata-rata status gizi pada anak sekolah dasar yang mengalami gizi kurang.

Pada kelompok kontrol setelah dilakukan uji statistik paired t-test. Hasil uji

tersebut pada kolom sig. (2 tailed) didapatkan nilai p = 0.546 yang lebih besar dari

nilai alpha (0.05), maka tidak terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu

terhadap rata-rata status gizi pada anak sekolah dasar yang mengalami gizi kurang.

Dari kedua kelompok tersebut yang dilakukan uji statistik terdapat

perbedaan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada

kelompok kasus terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja

terhadap kenaikan status gizi pada siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok
82

kontrol, di mana tidak terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap

kenaikan status gizi pada siswa gizi kurang.

B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan selama 30 hari terhitung mulai tanggal 24 Februari

2020 hingga 24 Maret 2020 di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar.

Sampel dalam penelitian adalah anak sekolah dasar dengan rentan umur 7-9 tahun

dengan kategori IMT kurang atau status gizi kurang dengan nilai z-score (-3 SD

s/d <-2 SD). Diperoleh 24 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.

Sebelum dilakukan intervensi, peneliti terlebih dahulu memberikan informasi

tentang program intervensi kepada siswa yang menjadi responden. Adapun

bentuk informasi ini berupa pembahasan mengenai gizi kurang dan bahan-bahan

intervensi yang akan diberikan kepada responden. Setelah itu dilakukan

pemberitahuan tentang persetujuan menjadi responden kemudian dilakukan

pengukuran berat badan, tinggi badan dan dilanjutkan dengan recall 24 jam.

Dari 24 orang anak sekolah akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok

kasus dan kelompok kontrol. 12 orang anak yang termasuk dalam kelompok

kasus setiap hari diberikan biskuit tepung kulit pisang raja sebanyak 100 gram

sedangkan 12 anak sekolah lainnya yang termasuk dalam kelompok kontrol

diberikan biskuit tepung terigu sebanyak 100 gram. Pada masing-masing

kelompok baik kasus maupun kontrol, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 5

siswa (41.7%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 7 siswa (58.3%).

Untuk kelompok umur siswa umur 7-9 tahun. Pada kelompok kasus,

persentase terbesar terdapat pada umur 9 tahun sebanyak 7 siswa (58.3%), umur 8
83

tahun sebanyak 5 siswa (41.7%) dan tidak ada siswa yang berumur 7 tahun.

Sedangkan pada kelompok kontrol, persentase terbesar terdapat pada umur 8

tahun sebanyak 7 siswa (58.3%), umur 9 tahun sebanyak 3 siswa (25%) dan 7

tahun sebanyak 2 siswa sebanyak (16.7%).

Pada tingkatan kelas yaitu kelas II dan III. Pada kelompok kasus, persentase

terbesar terdapat pada tingkatan kelas III yaitu sebanyak 8 siswa (66.7%) dan

tingkatan kelas II sebanyak 4 siswa (33.3%). Sedangkan pada kelompok kontrol,

persentase terbanyak terdapat pada tingkatan kelas II yaitu sebanyak 8 siswa

(66.7%) dan tingkatan kelas III sebanyak 4 siswa (33.3%).

Penelitian intervensi pada kelompok kasus dengan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) biskuit tepung kulit pisang raja digunakan formula 1:3 yaitu 25

gram tepung terigu dan 75 gram tepung kulit pisang raja yang dapat memberikan

tambahan energi sebesar 425.6 kkal dan protein sebesar 5.18 gram pada anak

sekolah yang mengalami gizi kurang. Sedangkan pada kelompok kontrol

diberikan biskuit tepung terigu formula 1:0 yang dapat memberikan tambahan

energi sebesar 418.54 kkal dan protein sebesar 6.31 gram pada anak sekolah yang

mengalami gizi kurang. Pemberian biskuit diberikan masing-masing sebanyak

100 gram tiap harinya baik untuk kelompok kasus maupun kelompok kontrol

selama 30 hari.

Hal ini didasarkan pada penelitian (Mabrukatulhaya, 2018) dengan judul

penelitian “Analisis Kandungan Zat Gizi Biskuit Tepung Kulit Pisang Raja

(Musa sapientum) Sebagai Alternatif Perbaikan Gizi di Masyarakat” yang


84

merekomendasikan perbandingan 1:3 sebagai produk terbaik dari segi zat gizi

dan uji organoleptik.

1. Asupan Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak. Energi berfungsi sebagai zat tenaga untuk metabolisme, pertumbuhan,

pengaturan suhu tubuh dan kegiatan fisik. Ketidakseimbangan energi akan

menimbulkan status gizi lebih atau status gizi kurang. Kebutuhan energi

seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berat badan, tinggi badan,

pertumbuhan dan perkembangan, serta jenis kelamin. Adapun kebutuhan energi

pada anak sekolah dengan rentan usia 7-9 tahun yaitu sebesar 1850 Kkal per hari.

Asupan energi dapat diperoleh dengan melakukan survei konsumsi makanan

yaitu recall 24 jam yang dilakukan beberapa kali, yaitu minimal 2 kali recall 24

jam tanpa berturut-turut (Sanjur,1997) dalam (Supariasa, 2001).

Berikut ini dapat dilihat grafik perbedaan perubahan asupan energi

responden sebelum dan setelah intervensi

Grafik 4.1

Grafik Perubahan Asupan Energi Sebelum dan Setelah Intervensi

1400
1200
1000
800
600 Sebelum
400 Setelah
200
0

Asupan Energi kasus Asupan Energi Konntrol

Sumber: Data primer, 2020


85

Pada Grafik 4.1 terlihat adanya perubahan asupan energi sebelum dan setelah

intervensi pada kelompok kasus dan kelompok kontrol. Pada uji paired t-test

diperoleh rata-rata asupan energi responden pada kelompok kasus yaitu783.88

kkal sebelum dilakukan intervensi dan mengalami peningkatan menjadi 1187.48

kkal setelah dilakukan intervensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian

biskuit tepung kulit pisang raja berpengaruh terhadap perubahan asupan energi

pada anak sekolah gizi kurang dilihat pada (p = 0.001). Sedangkan pada kelompok

kontrol hasil rata-rata asupan energi yaitu 761.57 kkal sebelum intervensi dan

meningkat menjadi 1014.94 kkal setelah intervensi. Hal tersebut menunjukkan

bahwa biskuit tepung terigu memberikan pengaruh terhadap perubahan asupan

energi pada anak sekolah gizi kurang dilihat pada (p = 0.000).

Meskipun sama-sama mengalami peningkatan asupan energi setelah

intervensi, dari grafik di atas kita dapat melihat rata-rata selisih peningkatan

asupan energi yang lebih tinggi pada kelompok kasus yaitu 403.60 kkal

sedangkan rata-rata selisih asupan energi pada kelompok kontrol yaitu 253.37

kkal. Hal tersebut terjadi dikarenakan kandungan energi tertinggi pada dasarnya

terdapat pada biskuit tepung kulit pisang raja sebesar 425.6 kkal per 100 gramnya.

Walaupun terjadi peningkatan asupan energi pada kelompok kasus dan

kontrol namun jumlah tersebut masih kurang dari kebutuhan energi AKG (2013).

Hal ini disebabkan masih tingginya konsumsi jajanan pada anak mengakibatkan

belum maksimalnya asupan pokok sehari-hari, asupan produk serta kurangnya

pengetahuan tentang gizi.


86

Hal ini sejalan dengan penelitian (Nurdiyanti & Wahyuningtyas, 2019) pada

penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pekerjaan Orang

Tua Dengan Perilaku Kebiasaan Jajan Siswa MI Nurul Islamiyah Tahun 2017”

bahwa tingkat pengetahuan gizi sangat berpengaruh terhadap perilaku dan sikap

dalam kebiasaan jajan siswa. Pengetahuan yang baik belum tentu menjamin

praktiknya kebiasaan jajan dalam sehari-hari. Proporsi siswa yang memiliki

pengetahuan tinggi dan berperilaku tidak baik dalam memilih makanan jajanan

tidak jauh berbeda dengan siswa yang memiliki pengetahuan rendah. Banyak hal

yang mempengaruhi anak dalam berperilaku. Kemungkinan ini disebabkan

pengetahuan yang diperoleh anak hanya sebatas pengetahuan dasar tentang gizi

dari sekolah. Ketidaktahuan tentang makanan yang mempunyai gizi baik akan

menyebabkan pemilihan makanan yang salah dan rendahnya gizi yang terkandung

dalam makanan tersebut dan akan menyebabkan status gizi anak tersebut menjadi

buruk atau kurang.

Makanan jajanan kurang memenuhi syarat kesehatan dan akan mengancam

kesehatan anak. Nafsu makan anak berkurang dan jika berlangsung lama akan

berpengaruh pada kesehatan gizi.

Dalam Islam sendiri makanan bukan hanya halal tapi juga harus baik.

Halal dalam hal ini adalah makanan yang dikategorikan halal atau dapat dimakan

bukan makanan yang tergolong haram atau tidak boleh dimakan, misalnya

bangkai, darah, daging babi, serta hewan yang disembelih tidak dengan menyebut

nama Allah swt. Sedangkan baik dalam hal ini adalah makanan yang selain baik
87

bagi kesehatan, bergizi, bersih dan tidak menjijikkan apabila dimakan. Hal ini

terkandung dalam Q.S Al-Maidah/15:88

               


Terjemahan:    
 


Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezeki kan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-
Nya.

QS Al-Maidah ayat 88 tersebut, Allah secara tegas memerintahkan makan

yang halal dan dengan demikian melalui ayat ini menghasilkan makna larangan

dan perintah bolehnya memakan segala yang halal. Dengan perintah ini tercegah

pula praktik-praktik keberagaman yang melampaui batas. Dan makanlah makanan

yang halal yakni bukan yang haram lagi baik, lezat, bergizi dan berdampak positif

bagi kesehatan dari apa yang Allah telah rezeki kan kepadamu. Yang dimaksud

dengan makan dalam ayat ini adalah segala aktivitas manusia. Pemilihan kata

makan, di samping karena ia merupakan kebutuhan pokok manusia. juga karena

makanan mendukung aktivitas manusia. Tanpa makan, manusia lemah dan tidak

dapat melakukan apa pun (Quraish Shihab, 2009).

Ayat diatas memberikan tuntunan makanan “dan makanlah olehmu apa yang

telah direzekikan kepadamu oleh Allah, yang halal lagi baik”. Oleh sebab itu

pilihlah makanan yang halal lagi baik. Halalan, yang artinya segala sesuatu jenis

makanan yang sifatnya halal dikonsumsi yang telah ditentukan oleh Allah.

Toyyiban, yang baik artinya segala sesuatu makanan yang baik untuk dikonsumsi

tidak memberikan dampak buruk berupa sakit atau penyakit bagi tubuh kita.
88

2. Asupan Protein

Protein merupakan sumber asam amino yang tidak dimiliki oleh lemak atau

karbohidrat. Protein dapat menyumbangkan energi sebanyak 4 Kkal/gram tetapi

tidak sebagai sumber energi. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya

ada di dalam otot, seperlima berada dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh

di dalam kulit dan selebihnya di dalam jaringan dan cairan tubuh.

Di dalam tubuh protein berfungsi sebagai bahan bakar tubuh, zat pembangun

dan pengatur. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat energi maka protein

terlebih dahulu akan menghasilkan energi untuk membentuk glukosa. Kecukupan

asupan protein mempengaruhi status gizi. Gangguan pada asupan dan transportasi

zat-zat gizi merupakan akibat dari kekurangan protein. Kekurangan protein yang

terus menerus akan menimbulkan gejala yaitu pertumbuhan kurang baik, daya

tahan tubuh menurun, menurunnya kemampuan otak dan kurang produktif.

Anak sekolah dasar dengan rentan umur 7-9 tahun mempunyai angka

kecukupan protein (AKP) yaitu sebanyak 49 gram/hari baik untuk anak laki-laki

maupun perempuan (Permenkes RI, 2013). Dalam Al-Qur’an telah diperintahkan

agar manusia tidak boleh mengonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak

melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh. Sebagaimana dijelaskan dalam

firman Allah swt., dalam Q.S Al-A’raf/7:31:

          ,,,


       
Terjemahan:
   


,,,Dan makan dan minumlah dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya


Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (Depag RI, 2010).
89

Gambaran asupan protein dapat diperoleh dengan melakukan survei asupan

makanan yaitu recall 24 jam yang dilakukan beberapa kali, minimal 2 kali recall

24 jam tanpa berturut-turut (Supariasa, 2001). Gambaran asupan zat gizi yang

diperoleh dari hasil wawancara recall 24 jam selanjutnya dimasukkan dalam

aplikasi nutrisurvey 2007 untuk menggambarkan akumulasi asupan protein pada

responden. Perubahan asupan protein responden sebelum dan setelah intervensi

dapat dilihat pada grafik berikut ini.

Grafik 4.2

Grafik Perubahan Asupan Protein Sebelum dan Setelah Intervensi

45.00 40.23
40.00
35.00 32.40 33.11
30.00 26.50
25.00
20.00 Sebelum
15.00 Setelah
10.00
5.00
0.00
Asupan ProteinAsupan KasusProtein
Kontrol

Sumber: Dara Primer, 2020

Pada grafik 4.2 di atas, dapat dilihat asupan protein pada kelompok kasus

dan kelompok kontrol sebelum dan setelah intervensi.

Berdasarkan uji paired t-test diperoleh rata-rata asupan protein responden

pada kelompok kasus yaitu 32.40 gram sebelum intervensi dan mengalami

peningkatan menjadi 40,23 gram setelah intervensi. Hal tersebut menunjukkan

bahwa ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap

perubahan asupan protein pada anak sekolah gizi kurang dilihat pada (ρ=0.005).
90

Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil rata-rata asupan protein yaitu

26.50 gram sebelum intervensi dan mengalami peningkatan menjadi 33.11 gram

setelah intervensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian

biskuit tepung terigu terhadap perubahan asupan protein pada anak sekolah gizi

kurang dilihat pada (ρ=0.023).

Asupan protein meningkat disebabkan karena adanya perbaikan protein baik

secara kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, intervensi menambah frekuensi

protein nabati setiap hari selama 30 hari sebagai makanan selingan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

(Kusumawati, 2015) yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan secara

bermakna (ρ<0.05) asupan energi, karbohidrat, lemak dan protein sebelum dan

setelah intervensi.

3. Berat Badan

Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai

keadaan suatu gizi manusia. Berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya

yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apa pun.

Berat badan dinyatakan dalam satuan kilogram yang diukur dengan menggunakan

timbangan.

Pada keadaan normal, di mana kondisi kesehatan seseorang dan seimbangnya

antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi tubuh terjamin, berat badan juga

bertambah seiring bertambahnya umur. Sedangkan dalam keadaan abnormal

pertambahan berat badan dapat terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan

normal. Berat badan merupakan salah satu parameter penilaian status gizi yang
91

sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi

maupun konsumsi makanan yang menurun.

Pemantauan berat badan sangatlah perlu untuk dilakukan sebagai tindakan

preventif guna mengetahui laju penurunan atau pertambahan berat badan yang

tidak diinginkan sehingga dapat dilakukan intervensi sedini mungkin. Berat badan

merupakan parameter antropometri pilihan utama karena beberapa alasan, yaitu

untuk melihat perubahan dalam waktu singkat, memberikan gambaran status gizi

sekarang dan parameter yang sudah umum digunakan.

Berikut adalah grafik perubahan rata-rata berat badan pada kelompok kasus

dan kelompok kontrol mulai dari sebelum dan setelah intervensi.

Grafik 4.3

Grafik Perubahan Berat Badan Sebelum dan Setelah Intervensi

19.5 19.1
19 18.86
18.5
18
17.5 17.86 Sebelum
17 17.36
16.5 Setelah
16

Kelompok Kelompok
Kasus Kontrol

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan grafik 4.3 menggambarkan perbedaan sebelum dan setelah

pemberian biskuit tepung kulit pisang raja dan biskuit tepung terigu pada

kelompok kontrol dan kelompok kasus. Hal tersebut ditunjukkan pada uji paired
92

t-test diperoleh hasil sebelum intervensi rata-rata berat badan responden kasus

yaitu 17.36 kg menjadi 19.10 kg setelah intervensi. Sedangkan pada kelompok

kontrol sebelum intervensi yaitu 17.86 kg menjadi 18.86 setelah intervensi. Hasil

uji paired t-test didapatkan nilai (ρ=0.000) pada kelompok kasus dan (ρ=0.066)

pada kelompok kontrol. Pada kelompok kasus didapatkan nilai p<0.05 maka

dianggap terdapat perbedaan pada nilai rata-rata berat badan sebelum dan setelah

intervensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa “ada pengaruh pemberian biskuit

tepung kulit pisang raja terhadap berat badan siswa gizi kurang pada kelompok

kasus”. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat angka p>0.05 maka dianggap

tidak terdapat perbedaan rata-rata berat badan sebelum dan setelah intervensi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa “tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung

terigu terhadap berat badan siswa gizi kurang pada kelompok kontrol”.

Dari hasil uji statistika antara kedua kelompok, terdapat perbedaan antara

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada kelompok kasus terdapat

pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap kenaikan berat

badan pada siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok kontrol, di mana tidak

terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap kenaikan berat badan

siswa gizi kurang. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan asupan energi

dan asupan protein yang lebih pada kelompok kasus serta pada biskuit tepung

kulit pisang raja terdapat kandungan zat gizi mikro yaitu zat besi dan vitamin A

yang lebih tinggi daripada biskuit tepung terigu di mana zat besi dan vitamin A

tersebut dapat membantu proses penyerapan energi dan protein pada produk

kelompok kasus.
93

Peranan zat besi di dalam tubuh tidak bisa diabaikan karena pentingnya

pengaruh zat besi terhadap sintesis zat lain dalam tubuh. Zat besi berperan

penting dalam reaksi yang melibatkan pelepasan energi tubuh atau lebih dikenal

dengan istilah reaksi oksidasi dan reduksi. Selain itu, zat besi juga merupakan

komponen pembawa oksigen yaitu komponen hemoglobin dan myoglobin

(Ekweagwu, Agwu, & Madukwe, 2008).

Walaupun pada kedua kelompok sama-sama terjadi peningkatan berat badan,

namun pada kelompok kasus terjadi peningkatan lebih signifikan dibandingkan

dengan kelompok kontrol. Di mana selisih kenaikan berat badan pada kelompok

kasus sebelum dan setelah dilakukan pemberian biskuit tepung kulit pisang raja

didapatkan nilai selisih berat badan sebesar 1.73 kg sedangkan pada kelompok

kontrol didapatkan nilai selisih berat badan sebesar 1 kg.

Zat besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al-

Qur’an. Zat besi disebut 9 kali dalam Al-Qur’an dalam ayat yang berbeda-beda

salah satunya adalah Q.S Al-Hadiid/57:25 yang berbunyi:

                   ,,,
    
 

     


Terjemahan:   


dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya Padahal Allah tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa (Departemen Agama RI,
2010).
94

Asupan vitamin A dapat dikaitkan dengan terhambatnya pertumbuhan,

dikarenakan kurangnya vitamin A dapat mengurangi sekresi terhadap serum IGF-

1 yang bertanggung jawab untuk sekresi hormon pertumbuhan (Mikhail et al,

2013).

Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, yaitu terhadap pertumbuhan

sel vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel epitel yang

membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan vitamin A,

pertumbuhan tulang terhambat dan pertumbuhan tulang tidak normal. Pada anak-

anak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam pertumbuhan. Vitamin

A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat (Azrimaidaliza, 2007). Meskipun

hanya mengalami peningkatan berat badan yang sedikit, selama intervensi

berlangsung orang tua sampel dalam penelitian ini begitu antusias memberikan

komentar yang baik, senang dan bersyukur dengan dilaksanakannya intervensi

pada anak mereka.

Hasil penelitian yang dilakukan di India menunjukkan bahwa anak yang

asupan vitamin A nya tidak memenuhi AKG memiliki prevalensi stunting,

underweight dan wasting yang lebih tinggi dibanding anak yang memperoleh

vitamin A yang memenuhi AKG. Defisiensi vitamin A dapat meningkatkan risiko

mortalitas, morbiditas dan penyakit infeksi yang lebih tinggi pada anak (Semba et

al, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Murage, et al tahun 2012 di Kenya

menunjukkan anak yang tidak diberi vitamin A 75% lebih beresiko menderita

underwight dibanding yang diberikan vitamin A (Murage et al., 2012).


95

4. Status Gizi

Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak

yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Oleh karena itu,

makanan bagi tubuh mempunyai peran yang sangat penting untuk pembentukan

sel-sel yang rusak. Status gizi adalah suatu tanda-tanda atau penampilan fisik

yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara gizi seseorang yang

dipengaruhi oleh tingkat konsumsi atau asupan makanan dan status kesehatan.

Adapun akibat dari tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhan zat gizi yang

diperoleh dari makanan akan mengakibatkan gangguan kesehatan seseorang atau

masyarakat.

Pengukuran status gizi yang paling sering dan umum digunakan adalah

penilaian status gizi secara antropometri, yaitu menggunakan ukuran tubuh

manusia. Parameter yang digunakan antara lain berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB). Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi.

Indeks antropometri yang digunakan antara lain BB/U, TB/U dan IMT/U.

Berikut adalah grafik perubahan status gizi kelompok kasus dan kelompok

kontrol sebelum dan setelah intervensi.


96

Grafik 4.4

Grafik Perubahan Status Gizi Sebelum dan Setelah Intervensi

1.5

0.5
-2.95-2.35 -2.55 -2.42

-0.5
Sebelum
-1.5 Setelah

-2.5

Kelompok
-3.5 Kelompok Kasus
Kontrol

Sumber: Data Primer, 2020

Dari grafik 4.4 terlihat adanya perubahan status gizi anak sekolah yang

mengalami gizi kurang sebelum dan setelah intervensi. Hasil uji paired t-test pada

variabel status gizi kelompok kasus sebelum dan setelah intervensi terdapat angka

(ρ=0.008) karena nilai ρ<0.05 maka dianggap terdapat perbedaan pada nilai rata-

rata status gizi sebelum dan setelah intervensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

“ada pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi

siswa gizi kurang pada kelompok kasus”. Sedangkan pada kelompok kontrol

setelah dilakukan uji paired t-test pada variabel status gizi sebelum dan setelah

intervensi terdapat angka (ρ=0.546) karena nilai p>0.05 maka dianggap tidak

terdapat perbedaan nilai rata-rata status gizi sebelum dan setelah intervensi. Maka

dapat disimpulkan bahwa “tidak ada pengaruh pemberian biskuit tepung terigu

terhadap status gizi siswa gizi kurang pada kelompok kontrol”.


97

Dari hasil uji statistika antara kedua kelompok, terdapat perbedaan antara

kelompok kasus dan kelompok kontrol. Di mana, pada kelompok kasus terdapat

pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap status gizi pada

siswa gizi kurang. Berbeda dengan kelompok kontrol, di mana tidak terdapat

pengaruh pemberian biskuit tepung terigu terhadap status gizi siswa gizi kurang.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan rata-rata berat badan pada kelompok kontrol

yang lebih kecil sehingga kurang berpengaruh terhadap peningkatan status gizi

siswa gizi kurang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Tanziha, 2013) yang

menyatakan bahwa “ada perbedaan signifikan pada rata-rata status gizi siswa

antara sebelum dan sesudah intervensi pemberian kudapan”.

Berdasarkan perhitungan nilai z-score pada tiap responden, masih terdapat 1

responden anak sekolah gizi kurang yang mengalami penurunan status gizi antara

sebelum dan setelah pemberian. Hal ini disebabkan karena responden yang pernah

mengalami sakit demam selama 3 hari, 2 hari diantaranya disertai dengan muntah-

muntah diakhir penelitian sehingga asupan energi dan proteinnya pun semakin

menurun selama sakit.

Hal ini sejalan dengan teori dari Widjanarka dan Suharjo (2006) dalam (N,

2017) yang mengatakan bahwa gangguan defisiensi gizi dan rawan infeksi

merupakan suatu pasangan yang erat, maka perlu ditinjau kaitannya satu sama

lain. Infeksi bisa berhubungan dengan gangguan gizi dengan beberapa cara, yaitu

memengaruhi nafsu makan, menyebabkan kehilangan bahan makanan karena

muntah serta diare atau memengaruhi metabolisme makanan. Selain itu infeksi
98

menghambat reaksi imunologis yang normal dengan menghabiskan sumber energi

pada tubuh.

Pada kedua kelompok perlakuan, walaupun terjadi peningkatan status gizi ke

arah status gizi yang baik, namun kedua kelompok tersebut masih terdapat dalam

kategori gizi kurang hal ini terlihat dari nilai rata-rata status gizi pada kelompok

kasus setelah intervensi yaitu -2.35 dan pada kelompok kontrol setelah intervensi

yaitu -2.42. Nilai rata-rata status gizi tersebut menunjukkan bahwa kedua

kelompok masih berada pada kisaran angka <-2 SD yang menunjukkan bahwa

kedua kelompok masihlah dalam kategori gizi kurang.

Hal ini disebabkan karena status gizi adalah variabel terikat yang konstan,

sehingga amatlah penting mempertimbangkan durasi atau lama pemberian

makanan tambahan pada anak. Efek perubahan status gizi kemungkinan dapat

terlihat secara signifikan jika durasi pemberian makanan tambahan lebih lama.

Sejalan dengan pernyataan tersebut (Widodo, Riyadi, Tanziha, & Astawan, 2016)

menyatakan bahwa intervensi selama 90 hari dapat meningkatkan status gizi

BB/U, IMT/U dan Kadar Albumin anak gizi kurang. Namun dalam penelitian ini,

intervensi diberikan pada anak sekolah usia 7-9 tahun hanya selama 30 hari.

Di antara semua kenikmatan yang Allah Swt., limpahkan kepada umat

manusia baik itu kenikmatan kesempatan, kekuatan, keimanan, kesehatan serta

kebutuhan sehari hari terutama makanan sebagai sumber penyusun tubuh

manusia, manusia sebagai makhluk sempurna diperintahkan untuk senantiasa

beriman kepada zat penciptanya. Sebagaimana firmannya dalam QS ali-

Imran/3:193.
99

                        
      
 

             


Terjemahnya :      

“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru


kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kami
pun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan
hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami
beserta orang-orang yang banyak berbakti”. (al-Qur’an dan Terjemahan,
Departemen Agama RI, Edisi 2007).

Menurut Tafsir Al-Azhar, Penyeru yang menyeru kepada iman itu ialah

Rasulullah Saw, beliau telah diutus oleh Allah Swt. untuk hamba-Nya. Rasulullah

adalah penyeru kepada manusia agar berbuat amal yang baik di dunia ini, agar

hidup manusia berarti karena berbakti kepada Pencipta yang memberikan karunia

kehidupan di dunia. Allah yang menciptakan manusia, memberikan perlindungan

dan kepadanya manusia kembali (Hamka, Juzu’IV, 1984:223).

Arti lebih dalam memohon kepada Allah adalah agar kita di pelihara-Nya,

sehingga manusia terhindar dari fitnah dosa yang akan menyerang dan

menghancurkan. “Dan hapuskanlah kejahatan-kejahatan kami.” Yaitu

permohonan untuk menghapuskanlah kiranya kejahatan-kejahatan yang telah

manusia perbuat, agar manusia terhindar dari “denda” karena melanggar aturan

pencipta. Misalnya Kaffarah seorang yang terlanjur membunuh seorang melalui

makanan yang tidak sengaja terkontaminasi dengan bahan berbahaya, maka

kaffarahnya yaitu memerdekakan seorang budak. Permohonan tersebut ialah agar

Allah Swt. menghapuskan kejahatan itu, baik dengan mengampuninya atau


100

menghapuskan sifat buruk dalam diri manusia sehingga enggan untuk

mengerjakannya lagi (Nisak, 2014: 24).

“Dan terimalah kiranya kami bersama-sama orang-orang yang berbuat

bakti.” Manusia kembali memohon untuk diberikan tempat untuk disejajarkan

dengan orang-orang yang baik-baik, orang yang berbakti, yang disebut Al-Abraar,

yaitu orang yang di dalam hidupnya selalu telah mendirikan kebajikan.

Semua aturan mengenai makanan dan minuman telah tercantum rapi dalam

al-Qur’an, baik halal dan haram, makanan yang baik, cara memperoleh, proses

pengolahan, anjuran tidak berlebih-lebihan hingga manfaat yang ditimbulkan dari

makna tersebut. Allah Swt. telah mengatur semua yang ada dibumi dalam al-

Quran, tinggal bagaimana manusia mempercayai, menyikapi, memahami,

mempelajari dan mengaplikasikannya. Maka manusia hendaknya mengimani

ayat-ayat al-Qur’an dan tidak menyombongkan diri akan ilmu pengetahuan dunia

yang mereka peroleh. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS al-A’raf/7:36 .

                


          
   


   


Terjemahnya:

“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan


diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya”. (al-Qur’an dan Terjemahan, Departemen Agama RI, Edisi
2007).

Mendustakan ayat-ayat Allah bukan saja dengan mulut, tetapi juga dengan

perbuatan. Kita telah mengetahui bahwa ayat Allah Swt. berarti tanda dari

kebesaran Allah, tanda dari adanya Allah yang dapat kita lihat dan perhatikan di
101

sekeliling. Sedangkan menyombongkan diri yaitu membesarkan diri terhadap-

Nya, merasa diri lebih pintar, tidak mau menuruti nasehat yang berharga karena

merasa lebih mulia karena ilmu dunia yang mereka miliki lebih canggih.

Sebagaimana sikap ketua-ketua orang Quraisy kepada Nabi Muhammad Saw:

“Mereka itu adalah ahli mereka, mereka kekal di dalamnya” (Shihab, 2002).

Bila sikap ingkar, kufur dan menyombongkan diri ada dalam suatu

bangsa maka bangsa itu akan runtuh, sebelum waktunya, sebab itu sebelum Islam

dibangun karena Nabi Muhammad Saw diutus, keruntuhan Quraisy tidak dapat

ditahan-tahan lagi. Sebab kedustaan, kesombongan dan dengki adalah penyakit

“Kanker” dalam jiwa manusia yang akan membunuhnya sendiri. Apalagi setelah

di akhirat kelak, neraka adalah tempat mereka (Sufatun, 2014).

Maka dari itu, sebagai makhluk yang sempurna yang memiliki akal

alangkah lebih baik jikalau manusia mampu menyeimbangkan ilmu yang ia

dapatkan dari bangku kuliah dengan al-Qur’an, menyinkronkan dan

menyelaraskan bukti-bukti yang ada di bumi dengan al-Qur’an. Jangan hanya

melihat satu titik dengan mengesampingkan al-Qur’an sebagai landasan hidup.

Sebagaimana Firman Allah Swt. QS ali-Imran/3: 190-191

                   



         

         g       
        
 

         


      
Terjemahnya:
  

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
102
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
103

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami
dari siksa neraka (al-Quran dan Terjemahan, Departemen Agama RI,
2007:75).”

Dalam Tafsir Ibnu Kastir, makna dari “sesungguhnya dalam penciptaan

langit dan bumi.” Yaitu terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya berupa ciptaannya

yang ada di langit, dan di bumi dengan segala isinya yang dapat dijangkau oleh

indra manusia. Ciptaan-Nya baik itu berupa binatang-binatang, komet, daratan

dan lautan, pegunungan, pepohonan, tumbuh-tumbuhan tanaman, buah-buahan,

binatang, barang tambang serta berbagai macam wahana dan aneka ragam

makanan. “Dan silih bergantinya malam dan siang” yaitu terjadi perputaran

antara keadaan malam yang lebih panjang dan siang yang pendek, kemudian

masing-masing menjadi imbang. Semua itu merupakan ketetapan Allah yang

Maha perkasa lagi Maha mengetahui, “Terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berakal (Ulul Albab)” yaitu mereka yang mempunyai akal yang dapat

berpikir positif dan memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya tanpa merusak

alam. “Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi” yaitu

mereka berusaha untuk memikirkan dan memahami tentang proses penciptaan

langit dan bumi dan mendatangkan hikmah dan manfaat, karena di antara

penciptaannya tidak ada yang sia-sia (Ishaq Al-Sheikh, Jilid 2, 2003:209).

Diriwayatkan oleh (HR Ibnu Hibban), bahwa Nabi Saw menangis lantaran

membaca surah ali-Imran ayat 190-191 dan beliau berkata: “Celakalah orang

yang membaca ayat ini, tetapi tidak merenungkannya,”. Kemudian Nabi Saw

bersabda “Pikirkanlah Ciptaan Allah Swt.,” (HR Ibnu Hibban). Untuk mengenali

Allah Swt., mari memikirkan ciptaan-Nya. Jangan sampai sudah berumur tapi kita
104

belum sama sekali bermunajat kepada keagungan makhluk-Nya. Manusia harus

berpikir mengapa sehingga ada lautan, bumi dan gunung, apa fungsi dari ciptaan-

Nya. Lalu mengapa Allah Swt. menciptakan akal untuk manusia? Apa fungsi

akal? Jawabannya adalah agar akal mampu mengenal Allah Swt. Akal tidak

mempunyai nilai sama sekali bila ia tidak berpikir untuk apa diciptakan (Thalbah,

Terj. Masyah, 2009:202).

Al-Qur’an memperkenalkan kegiatan yang paling tinggi kualitasnya dari

seorang manusia adalah berpikir yaitu ulul albab. Ulul albab adalah orang-orang

yang memiliki akal yang murni sehingga tidak akan mengalami kerancuan dalam

berpikir, yaitu orang yang merenungkan tentang fenomena alam raya dan tentang

keesaan dan kekuasaan Allah Swt. Dengan kegiatan berpikir manusia akan

melahirkan temuan-temuannya yang merupakan bagian dari mengungkap rahasia

keagungan ilmu Allah Swt., melalui fenomena alam dan keberagaman hayati yang

tercipta serta terdapat di bumi. Dalam ayat tersebut mendahulukan dzikir yakni

degam selalu mengingat Allah Swt., karena dengan dzikir dan menyebut nama-

nama dan keagunan-Nya, hati menjadi tenang maka dengan ketenangan, pikiran

akan menjadi lebih cerah bahkan siap untuk memperoleh limpahan ilham dan

bimbingan ilahi (Arrosyid, 2015: 44).

Sebagai sumber dan informasi dari pendidikan Islam, al-Qur’an

mendorong dan mengajak manusia untuk senantiasa berpikir dalam bidang

pengetahuan dan memiliki semangat tinggi dan motivasi yang kuat dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan. Mengembangkan sumber daya alam yang

sangat berlimpah di bumi, memanfaatkan keberadaan keberagaman hayati yang


105

ada, berpikir untuk bagaimana cara mengolah sumber tersebut agar dapat berdaya

guna tinggi dan memakmurkan kualitas hidup manusia. Pengolahan tersebut tidak

serta merta tanpa adanya perencanaan yang matang yaitu memikirkan dari awal

hingga ke dampak yang akan ditimbulkan (Mustofa, 2016: 81).

Orang yang berpengetahuan terbaik adalah yang mengakui kelemahannya

sendiri dalam menggapai pemahaman dan pengenalan terhadap esensi makrifat

kepada-Nya. Namun, kesempurnaan seseorang dalam memikirkan Allah Swt.

tampak dalam perbuatan orang yang sempurna akalnya. Orang yang mempunyai

tiga ciri berikut ini dapat dikategorikan sebagai orang yang memikirkan Allah

Swt. dengan sempurna yaitu pertama, mempunyai rasa takut kepada-Nya. Kedua

memiliki keyakinan yang kuat kepada-Nya, firman-Nya, Janji-Nya dan ancaman-

Nya. Ketiga, mempunyai pemahaman yang baik terhadap agama-Nya berikut

segala yang dicintai dan dibenci Allah Swt. (Thalba et. al, 2009: 183).

Ayat ini memberikan hikmah dan pelajaran bahwa sekecil apa pun

makhluk ciptaan Allah Swt., semuanya memiliki fungsi dan tidak ada yang sia-

sia. Tugas manusia adalah memaksimalkan potensi akalnya untuk menguai dan

mempelajarinya sehingga menjadi dasar berkembangnya ilmu pengetahuan dan

teknologi. Serta potensi akal manusia tidak boleh melanggar ketentuan al-Qur’an

dan tidak sepatutnya terjadi kesombongan intelektual, tetapi justru harus

menunjukkan sikap rendah hati dalam berilmu dan senantiasa memohon kepada

Allah Swt. agar dihindarkan dari siksa neraka (Qomariah dan Rosyidah, 2016:5).

Maka kedua ayat ini menganjurkan kepada umat Islam untuk berpikir dan

berzikir, hal yang harus dipikirkan adalah fenomena alam yang ada dengan
106

memaksimalkan akal untuk bekerja. Zikir sendiri lebih difokuskan kepada Allah

Swt. dengan hati yang bersih. Zikir dapat dilakukan dengan lisan dan hati maupun

anggota badan (al jawarih). Semakin memikirkan alam raya dengan segala

ciptaan-Nya sehingga semakin tinggi pengetahuan dan keimanan maka semakin

dalam rasa takut kepada-Nya karena semua yang diciptakannya tidak ada yang

sia-sia (Sabry, 2015:125).

Pemanfaatan limbah kulit pisang merupakan langkah yang tepat untuk

mengimplementasikan ayat ini, karena pada hakikatnya segala yang Allah Swt.

ciptakan memiliki manfaat dan tidak ada yang sia-sia. Sehingga dengan

memanfaatkan kulit pisang sebagai sebuah inovasi baru dapat memunculkan

generasi ulul albab yang produktif.

C. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan penelitian ini yaitu:

1. Adanya keterbatasan peneliti untuk mengontrol faktor lain yang memengaruhi

status gizi kurang pada anak sekolah usia 7-9 tahun.

2. Tidak dilakukannya pengukuran aktivitas pada responden.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Inpres Galangan Kapal Kota

Makassar tentang pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja

terhadap status gizi kurang pada anak sekolah usia 7-9 tahun, maka dapat di

tarik kesimpulan:

1. Tidak terdapat perbedaan rata-rata asupan energi, berat badan, dan

status gizi pada siswa gizi kurang sebelum pemberian biskuit tepung

kulit pisang raja pada kelompok 1 (intervensi) dan pemberian biskuit

tepung terigu pada kelompok II (kontrol) selama 30 hari.

2. Terdapat perbedaan rata-rata asupan energi pada siswa gizi kurang

setelah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada kelompok 1

(intervensi) dan pemberian biskuit tepung terigu pada kelompok II

(kontrol) selama 30 hari.

3. Terdapat perbedaan rata-rata asupan protein pada siswa gizi kurang

sebelum dan setelah pemberian biskuit tepung kulit pisang raja pada

kelompok 1 (intervensi) dan pemberian biskuit tepung terigu pada

kelompok 2 (kontrol) selama 30 hari.

4. Terdapat pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terhadap

perubahan status gizi pada anak sekolah usia 7-9 tahun yang

mengalami gizi kurang.

106
107

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SD Inpres Galangan Kapal

Kota Makassar tentang pengaruh pemberian biskuit tepung kulit pisang

raja terhadap status gizi kurang pada anak sekolah usia 7-9 tahun di SD

Inpres galangan kapal, maka ada beberapa saran yang penting untuk

dilakukan, yaitu:

1. Diharapkan kepada pihak sekolah agar mengaktifkan kegiatan Unit

Kesehatan Sekolah (UKS) dengan adanya pengawasan dari institusi

kesehatan setempat sehingga dapat dilakukan penilaian status gizi

serta penyuluhan gizi secara berkala guna dilaksanakannya upaya-

upaya preventif kejadian malnutrisi pada siswa.

2. Pemberian biskuit tepung kulit pisang raja terbukti mampu

memperbaiki status gizi anak sekolah dasar, maka perlu

disosialisasikan kepada orang tua tentang produk olahan berbahan

dasar kulit pisang raja tersebut sebagai upaya menurunkan kasus gizi

kurang di tingkat keluarga.

3. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai durasi dan frekuensi yang

efisien untuk pemberian intervensi biskuit tepung kulit pisang raja

guna mendapat hasil yang lebih optimal


DAFTAR PUSTAKA

Arnisa, A. (2017). Pembuatan Serat Makanan dari Limbah Kulit Pisang (Musa
paradisiaca Var. Raja) dengan Menggunakan Berbagai Variasi Konsentrasi
Asam Asetat. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Arsyad, N. N. (2017). PENGARUH PEMBERIAN OTAK-OTAK IKAN
KEMBUNG (Rastrelliger brachysoma) SUBTITUSI BUAH LAMUN
(Enhallus acoroides) TERHADAP STATUS GIZI PADA SISWA GIZI
KURANG DI SDN CAMBAYA KECAMATAN UJUNG TANAH
KOTA
MAKASSAR 2016. UIN Alauddin Makassar.
Ayubi, D. (2014). Bahan Kuliah Dasar PKIP. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI.
Azrimaidaliza. (2007). Vitamin A, imunitas dan kaitannya dengan penyakit
infeksi. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 1(2), 90–96.
Departemen Agama RI. (2010). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung.
Ekweagwu, E., Agwu, A. E., & Madukwe, E. (2008). The role of micronutrients
in child health: A review of the literature. African Journal of Biotechnology,
7(21), 3804–3810. https://doi.org/10.4314/ajb.v7i21.59444
Faridah, A., Pada, K. S., Yulastri, A., & Yusuf, L. (2008). Patiseri Jilid 1 Untuk
Smk.
Faunita. (2015). Perbandingan Zat Gizi dari 4 Varietas Pisang: Perencanaan
Pabrik Wafer Roll dari Pisang dan Rosela. 4.
Hardinsyah, & Supariasa, I. D. N. (2016). Ilmu Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta:
EGC.
Hasyim, A. W., Solihin, Y., & Darajat, J. (2014). Pengaruh Pendekatan Bermain
Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang. UPI
Bandung.
Indonesia, S. N. (2011). Syarat Mutu Biskuit. Jakarta.
Kemenkes. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010.
Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017. Jakarta.
Kishor, K., David, J., Tiwari, S., & Wilson, I. (2017). Development of nutritive
biscuits fortified with different level of chick pea milk cottage cheese.
Development of nutritive biscuits fortified with different level of chick pea
milk cottage cheese, 6(7), 890–892.
Kusumawati, H. (2015). Perbedaan Asupan Zat Gizi Makro Sebelum dan Setelah
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Bubur Instan Berbasis Ikan
Gabus dan Labu Kuning Pada Balita Gizi Kurang. GIZI FK Universitas
Diponegoro.
Mabrukatulhaya, T. (2018a). ANALISIS KANDUNGAN ZAT GIZI BISKUIT
TEPUNG KULIT PISANG RAJA ( Musa sapientum) SEBAGAI
ALTERNATIF PERBAIKAN GIZI DI MASYARAKAT. UIN Aluddin
Makassar.
Mabrukatulhaya, T. (2018b). ANALISIS KANDUNGAN ZAT GIZI BISKUIT
TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa sapientum) SEBAGAI ALTERNATIF
PERBAIKAN GIZI DI MASYARAKAT. UIN Alauddin Makassar.
Mariyam, M., Arfiana, A., & Sukini, T. (2017). Efektivitas Konsumsi Nugget
Tempe Kedelai Terhadap Kenaikan Berat Badan Balita Gizi Kurang. Jurnal
Kebidanan, 6(12), 63. https://doi.org/10.31983/jkb.v6i12.1914
Marsaoly, M., Bahar, B., & Sirajuddin, S. (2011). Pengaruh Pemberian Makanan
Tambahan (Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau) Terhadap Status Gizi
Anak Usia Sekolah. Media Gizi Masyarakat Indonesia, 1(1), 14–20.
MD, A. (2008). Mempelajari Pengaruh Penambahan Tepung Rumput Laut
(Kappaphycus alvezii) Terhadap Karakterstik Fisik Surimi Ikan Nila. Institut
Pertanian Bogor.
Mikhail W. Z. A., Sobbhy H. M., El-sayed H H., Khairy S, A., Salem H. Y. A., S.
M. A. (2013). Effect Of Nutritional Status On Growth Pattern Of Student
Preschool Children In Egypt. Journal Of Nutrition.
Musdalipa. (2018). PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT UBI JALAR UNGU
(Ipomoea Batatas L. Poiret) TERHADAP STATUS GIZI KURANG PADA
ANAK SEKOLAH USIA 7-9 TAHUN DI SD INPRES BORONG JAMBU III
KEC. MANGGALA KOTA MAKASSAR TAHUN 2017. UIN alauddin
Makassar.
N, N. M. (2017). Pengaruh Pemberian Biskuit Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas
L.Poiret) Terhadap Status GIzi Kurang Pada Anak Balita Usia 12-36 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu (Vol. 4). Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurdiyanti, H., & Wahyuningtyas, W. (2019). Hubungan Pengetahuan Gizi Dan
Pekerjaan Orang Tua Dengan Perilaku Kebiasaan Jajan Siswa Mi Nurul
Islamiyah Tahun 2017. Medika Respati : Jurnal Ilmiah Kesehatan, 14(4),
321. https://doi.org/10.35842/mr.v14i4.168
Permenkes RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 75 Tahun 2013
tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan bagi Bangsa Indonesia.
Jakarta.
Phebean, I. O., Akinyele, O., Toyin, A., & Folasade, O. (2017). Development and
Quality Evaluation of Carrot Powder and Cowpea Flour Enriched Biscuits
Development and Quality Evaluation of Carrot Powder and Cowpea Flour
Enriched Biscuits. Development and Quality Evaluation of Carrot Powder
and Cowpea Flour Enriched Biscuits, 2(3), 67–72.
https://doi.org/10.11648/j.ijfsb.20170203.15
Putra, S. R. (2013). Pengantar Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: D-Medika.
Qomariyah, N., & Rosyidah, I. (2016). Implementasi Q.S. Ali Imran Ayat 191 dan
Q.S Fusshilat Ayat 44 dalam Pembuatan B’More (Banana’s Pell Cookies
For Dismenore) Sebagai Solusi dalam Mengatasi Masalah Dismenore pada
Remaja.
Saputra, A. (2014). Pengaruh Pemberian Jus Tempe Terhadap status Gizi Anak
Batita kekurangan Energi Protein Di WIlayah Kerja Puskesmas Bajeng
Kecamatan Bajeng kabupaten Gowa Tahun 2014. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Semba R D,. Pee S. (2010). Low Intake Of Vitamin A-rich Foods Among
Children, Aged 12-35 Months, In India: Association With Malnutrition,
Anemia and Missed Child Survival Intervensions. Nutrition.
Sugiyono. (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B.
Bandung: Alfabeta.
Supariasa, I. D. N. (2001). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Syahruddin, A., Ibrahim, I. A., & Nurdiyanah, S. (2015). Identifikasi Zat Gizi Dan
Kualitas Tepung Kulit Pisang Raja (Musa sapientum) Dengan Metode
Pengeringan Sinar Matahari Dan Oven. Media Gizi Pangan, XIX(1), 116–
121. Diambil dari https://docplayer.info/30173736-Identifikasi-zat-gizi-dan-
kualitas-tepung-kulit-pisang-raja-musa-sapientum-dengan-metode-
pengeringan-sinar-matahari-dan-oven.html
Syarfaini. (2013). Seputar Masalah Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Samata:
Alauddin University Perss.
Symond, D., Oenzil, F., Darwin, E., & Lipoeto, N. I. (2016). Efikasi Suplementasi
Formula Tempe Bengkuang Terhadap Kadar Albumin Dan Z-Skor Berat
Badan Menurut Umur (Bb/U) Pada Anak Gizi Kurang. Jurnal Gizi dan
Pangan, 11(1), 51–58. https://doi.org/10.25182/jgp.2016.11.1.%p
W, M. E., N., C., R., K., & M., P. (2012). Vitamin A Supplementation and
Stunting Level Among Two Year Olds in Kenya. Academic Journal of
Nutrition, 1, 135–147.
Widodo, S., Riyadi, H., Tanziha, I., & Astawan, M. (2016). PERBAIKAN
STATUS GIZI ANAK BALITA DENGAN INTERVENSI BISKUIT
BERBASIS BLONDO, IKAN GABUS (Channa striata), DAN BERAS
MERAH (Oryza nivara). Jurnal Gizi dan Pangan, 10(2), 85–92.
https://doi.org/10.25182/jgp.2015.10.2.%p
Winata, V. Y. (2015). Kualitas Biskuit dengan Kombinasi Tepung Kacang Mete
(Annacardium Occidentale L.) dan Tepung Singkong (Manihot Esculenta).
Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Yenita. (2012). Gizi Anak Sekolah dan Gizi Remaja. Jakarta.
LAMPIRAN 1
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah Ini :


Nama :
Tanggal Lahir :
Alamat :
Pekerjaan :
Bersedia dan mau berpartisipasi menjadi responden yang akan dilakukan
oleh Mohamad Ramadan Isa dari Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Goronalo.
Demikian pernyataan ini kami buat untuk dapat digunakan seperlunya dan
apabila dalam penelitian ini ada perubahan/keberata, responden dapat mengajukan
pengunduran diri.

Gorontalo, Maret 2023

Responden Peneliti

Saksi/Orang tua
LAMPIRAN 2

KUESIONER IDENTITAS RESPONDEN

PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT NIKE TERHADAP KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA DI KECAMATAN BATUDAA PANTAI
KABUPATEN GORONTALO

Tanggal Wawancara
I. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama Orang Tua : Ayah…................................,

Ibu……………………….

2. Pekerjaan Orang Tua : Ayah…................................,

Ibu……………………….

3. Nama Balita :

4. Tanggal Lahir : / /20

5. Jenis Kelamin :

6. Umur :

7. Alamat :
8. No. Telp. :

II. DATA RESPONDEN

1. Riwayat penyakit :

2. Berat badan : kg

3. Tinggi Badan : cm
LAMPIRAN 3

LEMBAR FOOD RECALL 24 JAM


PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT NIKE TERHADAP KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA DI KECAMATAN BATUDAA PANTAI
KABUPATEN GORONTALO
Nama Siswa : …………………………….
Umur.....................................................(Tahun)

Pengukuran hari/minggu ke : …../…...

Tanggal : …../....../2023
Nama Masakan/
Berat
Waktu Makan Metode Nama Bahan Makanan Berat (URT) Ket
(g)
Pemasakan

Pagi

Selingan

Siang

Selingan

Malam
LAMPIRAN 4

FORM DATA PENGUKURAN ANTROPOMETRI

PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT NIKE TERHADAP KEJADIAN


STUNTING PADA BALITA DI KECAMATAN BATUDAA PANTAI
KABUPATEN GORONTALO

Nama Siswa : …………………………….

Jenis Pengukuran
Pengukuran Ke : Hari/Tanggal Pengukuran
BB (kg)/TB (cm)
LAMPIRAN 5

FORM PEMANTAUAN KONSUMSI BISKUIT NIKE

No Hari/tanggal Total yang dikonsumsi (gram) Keterangan (masalah)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
LAMPIRAN 6
FORM PEMANTAUAN KONSUMSI BISKUIT NIKE

No Hari/tanggal Total yang dikonsumsi (gram) Keterangan (masalah)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20 p
21
22
23
24
LAMPIRAN 7
KANDUNGAN GIZI BISKUIT TEPUNG KULIT PISANG RAJA DAN BISKUIT TEPUNG
TERIGU DALAM 100 GRAM
Karbohidrat Protein Lemak Vitamin C Zat Besi
(g) (mg)
(g) (g) (mg)

Biskuit Tepung 52.89 5.18 21.48 - 78.53


Kulit Pisang Raja
(1:3)
Biskuit Tepung 55.58 6.31 18.90 - 56.87
Terigu
(1:0)

Catatan:

 Pada biskuit tepung kulit pisang raja memberikan tambahan energi sebesar
425.6 kkal dan protein sebesar 5.18 gram dalam 100 gram.
 Pada biskuit tepung terigu memberikan tambahan energi sebesar 418.54
kkal dan protein sebesar 6.31 gram dalam 100 gram.
LAMPIRAN 8
DOKUMENTASI PENELITIAN
LAMPIRAN 9
MASTER TABEL
LAMPIRAN 10

HASIL PEMANTAUAN KONSUMSI PRODUK


BISKUIT TEPUNG KULIT PISANG RAJA (Musa sapientum)

BISKUIT TEPUNG TERIGU


LAMPIRAN 11
HASIL ANALISIS SPSS
Kelompok Kasus
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Valid Laki-laki 6 50,0 50,0 50,0


Perempuan 6 50,0 50,0 100,0
Total 12 100,0 100,0
Tingkatan Kelas

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Kelas 2 4 33,3 33,3 33,3
Kelas 3 8 66,7 66,7 100,0
Total 12 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid 8 thn 5 41,7 41,7 41,7
9 thn 7 58,3 58,3 100,0
Total 12 100,0 100,0

Pekerjaan
Frequency Ayah
Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Buruh 6 50,0 50,0 50,0
Pedagang Kecil 2 16,7 16,7 66,7
Wiraswasta 1 8,3 8,3 75,0
Karyawan Swasta 3 25,0 25,0 100,0
Total 12 100,0 100,0

Pekerjaan Percent
Frequency Ibu Valid Cumulative
Percent Percent

Valid IRT 11 91,7 91,7 91,7


Karyawan Swasta 1 8,3 8,3 100,0
Total 12 100,0 100,0
Kelompok Kontrol

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Valid Laki-Laki 7 58,3 58,3 58,3


Perempuan 5 41,7 41,7 100,0
Total 12 100,0 100,0
Tingkatan Kelas
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Kelas 2 8 66,7 66,7 66,7
Kelas 3 4 33,3 33,3 100,0
Total 12 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Valid 7 thn 2 16,7 16,7 16,7


8 thn 7 58,3 58,3 75,0
9 thn 3 25,0 25,0 100,0
Total 12 100,0 100,0

Pekerjaan Ayah
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid Buruh 7 58,3 58,3 58,3
Pedagang Kecil 1 8,3 8,3 66,7
Wiraswasta 2 16,7 16,7 83,3
Karyawan Swasta 2 16,7 16,7 100,0
Total 12 100,0 100,0

Pekerjaan Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent

Valid Buruh 11 91,7 91,7 91,7


Karyawan Swasta 1 8,3 8,3 100,0
Total 12 100,0 100,0
UJI NORMALITAS
Sebelum Intervensi

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan Energi Sebelum .145 24 .200* .960 24 .445
Asupan Protein Sebelum .105 24 .200* .949 24 .263
Berat Badan Sebelum .088 24 .200* .985 24 .966
Status Gizi Sebelu .156 24 .137 .946 24 .222
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Setelah Intervensi

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan Energi Sesudah .198 24 .016 .884 24 .010
Asupan Protein Sesudah .149 24 .177 .952 24 .302
Berat Badan Sesudah .096 24 .200* .956 24 .361
Status Gizi Sesudah .127 24 .200* .958 24 .402

*. This is a lower bound of the true significance.


a. Lilliefors Significance Correction
UJI INDEPENDENT
Sebelum Intervensi

Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Asupan Energi Case 12 783,8833 150,72120 43,50946
Control 12 761,5750 162,06344 46,78368
Asupan Protein Case 12 34,5917 9,72013 2,80596
Control 12 25,5417 8,34750 2,40972
Berat Badan Case 12 17,3667 1,25939 ,36355
Control 12 17,8667 ,98658 ,28480
Status Gizi Case 12 -2,9450 ,65986 ,19048
Control 12 -2,5592 ,91732 ,26481

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df
tailed) Difference Difference Lower Upper
Equal variances
,299 ,590 ,349 22 ,730 22,30833 63,88886 -110,18905 154,80572
Asupan assumed
Energi Equal variances
,349 21,885 ,730 22,30833 63,88886 -110,22936 154,84603
not assumed
Equal variances
,762 ,392 2,447 22 ,023 9,05000 3,69867 1,37943 16,72057
Asupan assumed
Protein Equal variances
2,447 21,509 ,023 9,05000 3,69867 1,36927 16,73073
not assumed
Equal variances
2,157 ,156 -1,083 22 ,291 -,50000 ,46183 -1,45777 ,45777
Berat assumed
Badan Equal variances
not assumed -1,083 20,807 ,291 -,50000 ,46183 -1,46096 ,46096
Equal
variances 1,103 ,305 -1,183 22 ,250 -,38583 ,32620 -1,06233 ,29067
Status assumed
Gizi Equal
variances not -1,183 19,979 ,251 -,38583 ,32620 -1,06632 ,29466
assumed
Setelah Intervensi

Group Statistics
Std. Error
Kelompok N Mean Std. Deviation Mean
Asupan Energi Case 12 1187,4875 278,00365 80,25274
Control 12 1014,9417 164,04276 47,35507
Asupan Protein Case 12 42,1667 9,69558 2,79887
Control 12 32,6083 6,59207 1,90297
Berat Badan Case 12 19,1000 1,22252 ,35291
Control 12 18,8667 1,49626 ,43193
Status Gizi Case 12 -2,3500 ,71099 ,20525
Control 12 -2,4283 ,75534 ,21805

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of t-test for Equality of Means
Variances
95% Confidence Interval
Sig. (2- Mean Std. Error of the Difference
F Sig. t df
tailed) Difference Difference Lower Upper
Equal variances
2,163 ,156 1,852 22 ,078 172,54583 93,18264 -20,70314 365,79480
Asupan assumed
Energi Equal variances
not assumed 1,852 21,885 ,081 172,54583 93,18264 -23,35603 368,44770
Equal variances
2,128 ,159 2,824 22 ,010 9,55833 3,38452 2,53927 16,57740
Asupan assumed
Protein Equal variances
2,824 19,379 ,011 9,55833 3,38452 2,48383 16,63284
not assumed
Equal variances
,059 ,810 ,418 22 ,680 ,23333 ,55777 -,92342 1,39008
Berat assumed
Badan Equal variances
,418 21,159 ,680 ,23333 ,55777 -,92609 1,39276
not assumed
Equal
variances ,002 ,965 ,262 22 ,796 ,07833 ,29945 -,54269 ,69936
Status assumed
Gizi Equal
variances not ,262 21,920 ,796 ,07833 ,29945 -,54282 ,69949
assumed
UJI PAIRED
Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Asupan Energi Kasus Sebelum .163 12 .200* .966 12 .866
Asupan Energi Kasus Sesudah .270 12 .016 .840 12 .028
Asupan Energi Kontrol Sebelum .230 12 .081 .896 12 .142
Asupan Energi kontrol Sesudah .121 12 .200* .962 12 .818
Asupan Protein Kasus Sebelum .142 12 .200* .939 12 .489
Asupan Protein Kasus Sesudah .180 12 .200* .917 12 .265
Asupan Protein Kontrol Sebelum .129 12 .200* .944 12 .553
Asupan Protein Kontrol Sesudah .203 12 .184 .919 12 .279
Berat Badan Kasus Sebelum .149 12 .200* .930 12 .377
Berat Badan Kasus Sesudah .149 12 .200* .937 12 .463
Berat Badan Kontrol Sebelum .164 12 .200* .954 12 .693
Berat Badan Kontrol Sesudah .206 12 .172 .915 12 .246
Status Gizi Kasus Sebelum .180 12 .200* .922 12 .301
Status Gizi Kasus Sesudah .189 12 .200* .944 12 .552
Status Gizi Kontrol Sebelum .256 12 .029 .915 12 .248
Status Gizi Kontrol Sesudah .161 12 .200* .947 12 .593
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Asupan Energi
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Asupan Energi Kasus Sebelum 783.8833 12 150.72120 43.50946
Pair 1
Asupan Energi Kasus Sesudah 1187.4875 12 278.00365 80.25274
Asupan Energi Kontrol Sebelum 761.5750 12 162.06344 46.78368
Pair 2
Asupan Energi kontrol Sesudah 1014.9417 12 164.04276 47.35507

Paired Samples Test


Paired Differences Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of
Std. Std. Error t df
Mean the Difference
Deviation Mean
Lower Upper
Asupan Energi
Kasus Sebelum –
Pair 1 -403.60417 331.45738 95.68350 -614.20214 -193.00619 -4.218 11 .001
Asupan Energi
Kasus Sesudah
Asupan Energi - 331.45738 95.68350 -614.20214 -193.00619 -4.218 11 .001
Kasus Sebelum - 403.60417
Pair 2
Asupan Energi
Kasus Sesudah
Asupan Protein
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Asupan Protein Kasus Sebelum 34.5917 12 9.72013 2.80596
Pair 1
Asupan Protein Kasus Sebelum 42.1667 12 9.69558 2.79887
Asupan Protein Kontrol Sebelum 25.5417 12 8.34750 2.40972
Pair 2
Asupan Protein Kontrol Sesudah 32.6083 12 6.59207 1.90297

Paired Samples Test


Paired Differences Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of
Std. Std. Error t df
Mean the Difference
Deviation Mean
Lower Upper
Asupan Protein -7.57500 7.54612 2.17838 -12.36957 -2.78043 -3.477 11 .005
Kasus Sebelum -
Pair 1
Asupan Protein
Kasus Sesudah
Asupan Protein -7.06667 9.23908 2.66709 -12.93690 -1.19644 -2.650 11 .023
Kontrol Sebelum-
Pair 2
Asupan Protein
Kontrol Sesudah

Berat Badan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Berat Badan Kasus Sebelum 17.3667 12 1.25939 .36355
Pair 1
Berat Badan Kasus Sesudah 19.1000 12 1.22252 .35291
Berat Badan Kontrol Sebelum 17.8667 12 .98658 .28480
Pair 2
Berat Badan Kontrol Sesudah 18.8667 12 1.49626 .43193
Paired Samples Test
Paired Differences Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of
Std. Std. Error t df
Mean the Difference
Deviation Mean
Lower Upper
Berat Badan Kasus -1.73333 1.12196 .32388 -2.44619 -1.02048 -5.352 11 .000
Sebelum –
Pair 1
Berat Badan Kasus
Sesudah
Berat Badan -1.00000 1.69491 .48928 -2.07690 .07690 -2.044 11 .066
Kontrol Sebelum-
Pair 2
Berat Badan
Kontrol Sesudah

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Status Gizi Sebelum -2.9508 12 .65586 .18933
Pair 1
Status Gizi Sesudah -2.3500 12 .71099 .20525
Status Gizi Sebelum -2.5592 12 .91732 .26481
Pair 2
Status GIzi Sesudah -2.4283 12 .75534 .21805

Paired Samples Test


Paired Differences Sig. (2-tailed)
95% Confidence Interval of
Std. Std. Error t df
Mean the Difference
Deviation Mean
Lower Upper
Status Gizi -.60083 .64706 .18679 -1.01195 -.18971 -3.217 11 .008
Pair 1 Sebelum - Status
Gizi Sesudah
Status Gizi -.13083 .72729 .20995 -.59293 .33127 -.623 11 .546
Pair 2 Sebelum - Status
GIzi Sesudah
Status Gizi
LAMPIRAN 12

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR


DINAS PENDIDIKAN
Alamat: Jl. Letjen Hertasning No. 8 Telp/Hp: 0411 868073 Faks.
869256 Website: http:/www.dikbud_makassar.info e-
mail:dikbud.makassar@yahoo.com

SURAT KETERANGAN
NOMOR: 421.3 /114/SDIGALKAP/2020

Kepala Sekolah SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar menerangkan bahwa:


Nama : Angrilah Indah Lestari
NIM :70200115077

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan


Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Telah menyelesaikan penelitian di SD Inpres Galangan Kapal Kota Makassar dari tanggal
21 Februari 2020-21 Maret 2020, dengan judul skripsi:

“PENGARUH PEMBERIAN BISKUIT TEPUNG KULIT PISANG RAJA (MUSA


SAPIENTUM) TERHADAP STATUS GIZI KURANG PADA ANAK SEKOLAH DI
SD INPRES GALANGAN KAPAL KOTA MAKASSAR”

Demikian surat keterangan ini dibuat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk
dipergunakan sebagaimana mestinya
Makassar, Februari 2020
BIOGRAFI PENULIS

Angrilah Indah Lestari lahir di Maumeta pada tanggal 28

Juli 1997, anak ke tiga dari empat bersaudara. Memulai

pendidikan di SD 089 Masamba pada tahun 2003,

kemudian melanjutkan pendidikan ketingkat menengah

pertama di SMP 01 Masamba pada tahun 2009 , kemudian

melanjutkan lagi pendidikan tingkat menengah akhir di SMAN 8 Luwu Utara

pada tahun 2012. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke tingkat perguruan

tinggi dan terdaftar sebagai Mahasiswa di Jurusan Kesehatan Masyarakat

Peminatan Gizi pada tahun 2015 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai