Kelompok 1-4
Tn. Z seorang Laki-Laki berumur 50 tahun dengan tinggi badan 162 cm dan berat
badan 42 kg. Masuk rumah sakit sejak 3 hari lalu, dan di diagnosis menderita
penyakit TB Paru dan Anorexia.
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan batuk-batuk lebih dari 2 bulan dengan
riwayat batuk darah. Dulunya pasien adalah perokok aktif yang bisa menghabiskan 3-
4 bungkus rokok dalam sehari. Dalam 1 bulan terakhir nafsu makan menurun dan
sering tidak mau makan.
Sehari-hari ia bekerja sebagai buruh harian lepas dengan penghasilan 50.000 sehari
yang digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga kecilnya. Ia tinggal bersama
istri dan anak bungsunya yang berusia 13 tahun, sedangkan anak pertama dan
keduanya telah menikah dan tinggal terpisah dari Tn. Z.
Hasil Pemeriksaan Biokimia : GDS (Gula Darah Sewaktu) : 142 mg/dl, Ureum ; 30
mg/dl, SGOT : 21 U/L, SGPT : 19 U/L, Laju Endapan Darah (LED) : 68 mm, 13,6
g/dl, Leukosit : 5.220/mm3, Eritrosit : 4.940.000/mm3, Trombosit : 284/mm3.
Terapai : Infus D5% : NaCl = 1:1 20 TPMInjeksi Cefriaxone 2x1 gr, Injeksi
Ranitidine 2x1, Salbutamol : 3x1, OBH Syrup 3x1 cth, Vit B6 1x1.
Hasil Recall 24 Jam selama sakit nafsu makan menurun, mual, nyeri pada perut, saat
awal masuk RS didapatkan energi 1000 kkal, Protein 25 gr, Lemak 22 gr, KH 175 gr.
Tn S umur 30 th,TB 160 cm dan LLA 28 cm, tukang batu dirawat di RS dan
ditempatkan di ruang isolasi bangsal infeksi. Ruangannya gelap karena memang
seluruh jendela sengaja ditutup dengan tirai berwarna hitam.
Perawatan luka dilakukan dengan membuat luka baru dengan tujuan ada udara
masuk, sehingga kuman mati karena mendapat oksigen. Setelah itu luka dibersihkan
dgn antiseptik atau H2O2 3 persen. Antitoksin yang biasa digunakan adalah ATS,
Anti kejang yg diberikan diazepam dengan dosis 0,5-1,0 mg/kg berat badan/4 jam
intramuskular. Untuk antibiotik diberikan penisilin prokain 1,2 juta unit/hari atau
tetrasiklin 1 g/hari, untuk memusnahkan kuman Clostridium tetani.