Anda di halaman 1dari 23

The Control of Movement

Muscles and Their Movements

Tujuan otak adalah mengendalikan perilaku, dan perilaku adalah gerak. Otak
membantu memahami apa yang dilihat dan didengar, seperti memahami ucapan.
Bila diibaratkan semua fungsi otak adalah sebagai “input”, otot merupakan
“output” yang melengkapi kerja otak.

Gerakan bergantung pada kontraksi otot yang pada makhluk vertebrata dibagi
menjadi 3 kategori :
1. Smooth Muscles (otot halus) : mengendalikan sistem pencernaan dan
organ-organ lain.
2. Skeletal / Striated Muscles (otot rangka atau lurik) : mengendalikan
gerakan tubuh dalam kaitannya dengan lingkungan, dan
3. Cardiac Muscles (otot jantung) : mengendalikan jantung.

Setiap otot memiliki banyak serat. Masing-masing serat otot menerima informasi
hanya dari 1 akson. Namun 1 akson bisa mensarafi / menjadi supply informasi
untuk banyak serat otot. Jika dibandingkan, gerakan mata lebih akurat
dibandingkan gerakan bisep. Hal ini dikarenakan perbedaan rasio. Pada otot mata 1
akson hanya terhubung pada 3 serat otot, sedangkan pada otot bisep 1 akson
terhubung pada ratusan serat otot.

Sinapsis antara akson dan serat otot dinamakan


sambungan neuromuskular (Neuromuscular
Junction). Pada otot rangka, akson melepaskan
asetilkolin (acetylcholine) pada sambungan neuromuskular yang menyebabkan otot
berkontraksi. Setiap otot hanya memiliki 1 gerakan (tidak ada gerakan
berlawanan). Apabila otot tidak menerima pesan maka otot akan berelaksasi.

Menggerakkan kaki atau lengan bolak-balik membutuhkan set otot yang


berlawanan, yang disebut otot antagonis. Misalnya, di siku ada otot fleksor Anda
membawa tangan ke arah bahu dan otot ekstensor meluruskan lengan.

Fast and Slow Muscles


Otot manusia dan mamalia lainnya memiliki berbagai jenis otot serat yang
bercampur / tidak saling terpisah. Kisaran tipe otot ada yang berkedut cepat (fast-
twitch fibers) yang berkontraksi cepat namun juga cepat kelelahan, hingga tipe otot
yang berkedut lambat (slow-twitch fibers) yang kekuatan kontraksinya lebih lemah
namun tidak pernah lelah.

Gerakan dengan serat otot berkedut lambat (slow-twitch fibers) bersifat aerobik,
yakni menggunakan oksigen selama kegiatan berlangsung. Misalnya, ketika
berbicara selama berjam-jam tanpa merasa lelah pada otot bibir atau berjalan untuk
waktu yang lama.

Gerakan dengan serat otot berkedut cepat (fast-twitch fibers) bersifat anaerobik,
yang tidak menggunakan oksigen selama kegiatan berlangsung, namun oksigen
dibutuhkan untuk pemulihan paska kegiatan. Misalnya, ketika berlari menaiki
bukit yang curam dan aktivitas berat lainnya.
Jumlah atau persentase slow-twitch dan fast-twitch fibers bisa berbeda-beda
tergantung pada genetik atau adaptasi melalui pelatihan. Contohnya, pelari ultra
marathon memiliki lebih banyak slow-twitch fibers karena mengorbankan fast-
twitch fibers yang menyebabkan daya tahan pelari ultra marathon yang bagus,
namun tidak mengesankan apabila berlari dalam kecepatan maksimum. Pelari
kompetitif yang memiliki rasio slow-twitch dan fast-twitch fibers yang berbanding
terbalik dengan pelari ultra marathon untuk lebih beradaptasi perihal kecepatan
(speed) dibandingkan ketahanan (endurance).

Muscle Control by Proprioceptors

Proprioception (dari bahasa Latin proprius, yang berarti "milik sendiri") adalah
reseptor yang mendeteksi posisi atau pergerakan bagian tubuh. Proprioceptors otot
mendeteksi peregangan dan ketegangan otot dan mengirim pesan yang
memungkinkan sumsum tulang belakang untuk menyesuaikan sinyal. Ketika otot
diregangkan, sumsum tulang belakang mengirimkan sinyal untuk berkontraksi
secara refleks. Refleks peregangan (bukan dihasilkan, namun) disebabkan oleh
peregangan.

Salah satu jenis proprioception adalah muscle spindle, sebuah reseptor yang sejajar
dengan otot yang merespons peregangan. Organ Tendon Golgi (GTO, Golgi
Tendon Organs), juga proprioseptor, merespons peningkatan ketegangan otot.
Terletak di tendon di ujung otot yang berlawanan, mereka bertindak sebagai rem
terhadap kontraksi yang sangat kuat. Proprioceptors tidak hanya mengendalikan
refleks penting tetapi juga memberi otak informasi.
Units Of Movements

A. Voluntary & Involuntary Movements

Refleks adalah respons otomatis yang konsisten terhadap rangsangan.


Refleks dianggap sebagai gerakan tidak disengaja (involuntary) karena
mereka tidak peka terhadap bala bantuan, hukuman, dan motivasi.
Contohnya seperti refleks peregangan dan penyempitan pupil dalam
menanggapi cahaya terang.

Beberapa perilaku adalah murni sukarela atau tidak sukarela, refleksif atau
tidak refleksif. Berjalan, sebuah gerakan sebagai sukarela, termasuk dalam
komponen yang geraj involunter. Ketika berjalan, kita secara otomatis
mengkompensasi gundukan dan penyimpangan di jalan, mengangkat kaki
bagian atas secara refleks menggerakkan kaki bagian bawah ke depan dalam
kesiapan untuk langkah selanjutnya, dan mengayunkan lengan secara
otomatis sebagai konsekuensi dari berjalan.

B. Movements Varying in Sensitivity to Feedback

Beberapa gerakan bersifat balistik (Ballistic Movement), sebuah gerakan


seperti refleks yang bergerak secara keseluruhan. Apabila sudah mulai
dieksekusi maka tidak dapat diubah. Sebagian besar perilaku juga
dipengaruhi oleh koreksi umpan balik (feedback correction). Misalnya, saat
Anda menusuk jarum, Anda membuat sedikit gerakan, memeriksa tujuan
Anda, dan kemudian menyesuaikan kembali. Demikian pula, seorang
penyanyi yang memegang not tunggal mendengar nada goyah dan
mengoreksinya.

C. Sequence Behaviors

Banyak perilaku kita terdiri dari urutan singkat, seperti berbicara, menulis,
menari, atau memainkan alat musik. Beberapa dari sekuens ini bergantung
pada generator pola sentral, mekanisme saraf pada sumsum tulang belakang
yang menghasilkan pola ritmik dari keluaran motor.

Menguap adalah salah satu contoh urutan gerakan dari built-in motor
program manusia. Menguap meliputi inhalasi mulut terbuka yang
berkepanjangan, sering disertai dengan peregangan, dan pernafasan yang
lebih pendek. Menguap konsisten dalam durasi, dengan rata-rata hanya di
bawah 6 detik. Ekspresi wajah tertentu juga diprogram, seperti senyum,
cemberut, dan ucapan alis yang terangkat. Pelukan bukanlah program motor
bawaan, tetapi menarik untuk dicatat bahwa rata-rata durasi pelukan non-
romantis adalah 3 detik untuk orang di seluruh dunia. Artinya, bahkan
perilaku sukarela kita memiliki tingkat keteraturan dan tingkat kemampuan
untuk ditebak yang mengejutkan.
Brain Mechanisms of Movement

Cerebral Cortex

Korteks serebral sangat penting untuk tindakan kompleks seperti berbicara atau
menulis dan kurang berperan untuk kegiatan seperti batuk, bersin, tersedak,
tertawa, atau menangis. Kurangnya kontrol otak menjelaskan mengapa sulit untuk
melakukan tindakan volunter atau sukarela.

Korteks motorik primer (Primary Motor Cortex) adalah salah satu area otak
utama yang terlibat dalam fungsi motorik. Letaknya di lobus frontal otak, di girus
precentral (precentral gyrus) dari korteks frontal, tepat di depan sulkus sentral.
Peran korteks motorik primer adalah untuk menghasilkan impuls saraf yang
mengontrol otot dan memunculkan gerakan.

Korteks motorik mewakili kontrol otot pada area tubuh yang selaras dengan cara
korteks somatosensorik (somatosensory cortex) mewakili sensasi dari area
tersebut. Korteks somatosensorik terletak tepat di belakang korteks motorik.

Gambar menunjukan bagian tubuh yang


dirasakan oleh korteks somatosensorik dan
bagian otot tubuh mana yang dikendalikan
oleh korteks motorik primer. Korteks motorik
berada tepat di depan korteks sensorik dan
keduanya selaras dalam arti area otak yang
mengontrol tangan kiri berada di dekat area yang
merasakan tangan kiri, area yang mengontrol kaki
kiri berada di dekat area yang merasakan kaki kiri,
dan sebagainya. Kita perlu merasakan bagian tubuh
untuk mengontrol gerakannya secara akurat.

Planning A Movement

Korteks motorik primer berperan penting dalam membuat gerakan. Namun, bagian
yang memainkan peran penting dalam perencanaan gerak, memahami lokasi
objek dan pengendalian tujuan adalah Korteks parietal posterior (posterior
parietal cortex).
Orang dengan kerusakan parietal posterior kesulitan menemukan objek walaupun
mampu menggambarkan objek secara akurat atau sering menabrak saat berjalan.

Korteks premotor (premotor cortex) bekerja paling aktif tepat sebelum gerakan
dieksekusi. Korteks premotor menerima informasi target arah pergerakan
tubuh dan informasi posisi dan postur tubuh saat ini.

Korteks prefrontal dan korteks motorik pelengkap juga berperan penting dalam
merencanakan gerak dan mengorganisasi urutan gerakan yang cepat. Korteks
motorik tambahan (supplementary motor cortex) bekerja penting untuk
menghambat kebiasaan (habit) apabila ada gerakan lain yang perlu dilakukan
sesaat sebelum gerakan terjadi. Korteks prefrontal (prefrontal cortex) aktif
selama penundaan sebelum gerakan, menyimpan informasi sensorik yang relevan
dengan suatu gerakan dan mempertimbangkan kemungkinan hasil dari gerakan
yang memungkinkan. Apabila ada kerusakan pada korteks prefrontal maka gerakan
menjadi tidak teratur, seperti mandi dengan masih menggunakan pakaian atau
membuang baju ke tempat sampah bukannya ke keranjang baju kotor. Pergerakan
yang linglung di pagi hari dapat disebabkan karena korteks prefrontal belum
sepenuhnya terjaga.

Inhibiting a Movement (Menghambat Pergerakan)


Kemampuan untuk menghambat perilaku yang tidak diinginkan berkembang
secara bertahap pada anak-anak dan remaja, tergantung pada maturasi korteks
prefrontal dan ganglia basal.

Kegiatan menghambat perilaku adalah ketika kita perlu menahan diri untuk tidak
mengikuti beberapa dorongan kuat. Misalnya ketika lampu lalu lintas berubah dari
merah menjadi hijau, tetapi saat Anda akan melaju, Anda mendengar sirine
ambulans yang menyuruh Anda keluar dari jalan. Atau ketika seseorang mulai
mengayunkan bola tenis dalam pertandingan ganda ketika rekan berteriak,
"lepaskan saja," karena bola hasil pukulan lawan akan keluar dari batas (out).

Kegiatan menghambat perilaku juga dapat dilakukan dengan penerapan


antisaccade task. Saccade adalah gerakan mata sukarela dari satu target ke target
lain, misalnya menatap lurus ke depan ketika sesuatu di satu sisi atau yang lain
bergerak. Namun, kita kecenderungan kuat untuk melihat ke arah objek yang
bergerak. Pada antisaccade task kita diminta untuk melihat ke arah berlawanan,
yakni pada objek yang tidak bergerak. Mayoritas yang telah menjalani tes tersebut
mengatakan tetap lebih mudah melihat objek yang bergerak.
Kemampuan untuk melakukan antisaccade task matang perlahan seiring dengan
proses korteks prefrontal mencapai kematangan. Sering adanya aktivitas yang
berkelanjutan di bagian korteks prefrontal dan ganglia basal, otak menjadi lebih
siap untuk menghambat tindakan yang tidak diinginkan dan menggantikan yang
berbeda.

Anak-anak dengan attention deficit / hyperactivity disorder (ADHD), yang


cenderung impulsif, mengalami kesulitan dengan tugas antisaccade. Begitu juga
dengan orang dewasa yang mengalami gangguan neurologis atau kejiwaan yang
mempengaruhi korteks prefrontal atau ganglia basal.

Mirror Neurons

Neuron cermin yang aktif baik selama persiapan untuk suatu gerakan dan saat
menonton orang lain melakukan gerakan yang sama atau serupa. Fungsi neuron
cermin masih merupakan gagasan bahwa mereka mungkin penting untuk
memahami orang lain, mengidentifikasi diri dengan mereka, dan meniru mereka.
Sebagai contoh, neuron cermin di bagian korteks frontal menjadi aktif ketika orang
tersenyum atau melihat orang lain tersenyum.Neuron cermin diaktifkan tidak
hanya dengan melihat suatu tindakan, tetapi juga oleh setiap pengingat tindakan.

Spekulasi muncul bahwa neuron cermin penting untuk pembelajaran sosial, yakni
dengan imitasi gerakan dan perilaku sosial yang dilihat. Kemungkinan lain, neuron
cermin hanya menjadi pengingat atas tindakan sendiri dengan melihat tindakan
orang lain. Namun, Neuron cermin tidak menjadi hal dasar dalam proses belajar
melalui meniru apabila gerakan harus dilatih terlebih dahulu sebelum neuron
mengembangkan sifat cermin nya, seperti pada contoh kasus bayi yang
mengimitasi mimik orang dewasa.

Neuron cermin memodifikasi sifat-sifat mereka dengan belajar, dan karena itu
mungkin mereka mengembangkan sifat-sifat asli mereka dengan belajar juga.
Modifikasi yang dimaksud adalah sifat neuron “kontra-cermin” dimana gerakan
yang dihasilkan seseorang kontra dengan gerakan yang dilihat. Modifikasi ini bisa
dikembangkan melalui pelatihan.
Video : https://www.youtube.com/watch?v=pGYKcqzG_7M

Connections from the Brain to the spinal Cord

Pesan dari otak akhirnya harus mencapai medula dan sumsum tulang belakang,
yang mengendalikan otot. Jalur dari korteks serebral ke sumsum tulang belakang
disebut saluran kortikospinalis. Kami memiliki dua saluran tersebut, saluran
kortikospinalis lateral dan medial. Keduanya berkontribusi dalam beberapa cara
untuk hampir semua gerakan, tetapi suatu gerakan mungkin lebih bergantung pada
salah satu saluran.

di sisi kiri gambar adalah traktus


kortikospinalis lateral (The lateral
corticospinal tracts) yang mengontrol
gerakan ekstremitas (anggota gerak /
perpanjangan tubuh) seperti tangan, jari,
dan kaki.
di sisi kanan gambar adalah traktus kortikospinalis medial (The medial
corticospinal tracts) yang mengontrol terutama otot-otot leher, bahu, dan tubuh
untuk penyesuaian postur dan gerakan bilateral seperti berjalan, berputar,
membungkuk, berdiri, dan duduk. Anda dapat menggerakkan jari-jari Anda hanya
pada satu sisi tubuh, tetapi gerakan seperti berdiri atau duduk harus mencakup
kedua sisi (gerakan bilateral).

Penyakit sumsum tulang belakang merusak kontrol gerakan dengan berbagai cara.
Berikut adalah beberapa gangguan pada sumsum tulang belakang :
1. Paralysis
Kelumpuhan yang disebabkan oleh kerusakan pada sumsum tulang
belakang, neuron motorik, dan aksonnya.
2. Paraplegia
Kehilangan sensasi dan kontrol otot sukarela di kedua kaki. Refleks tetap
ada.
Meskipun tidak ada pesan yang lewat antara otak dan alat kelamin, alat
kelamin masih merespon sentuhan. Orang lumpuh tidak memiliki sensasi
genital, tetapi mereka masih bisa mengalami orgasme.
3. Quadriplegia
Hilangnya sensasi dan kontrol otot pada alat gerak.
4. Hemiplegia
Hilangnya sensasi dan kontrol otot pada lengan dan tungkai di satu sisi.
Selebihnya ada Tabes dorsalis, Polio, Lateral Amyotrophic, dan Sklerosis.
The Cerebellum

Cerebellum adalah bahasa Latin untuk "otak kecil."


Otak kecil mengandung lebih banyak neuron daripada gabungan otak lainnya dan
sejumlah besar sinapsis dan proses informasi yang jauh lebih banyak daripada yang
disarankan ukurannya yang kecil

Digambarkan bahwa fungsi otak kecil adalah untuk "keseimbangan dan


koordinasi." Salah satu efek dari kerusakan serebelar adalah masalah dengan
gerakan cepat yang membutuhkan arah, waktu, dan pergantian gerakan. Misalnya,
orang dengan kerusakan otak kecil mengalami kesulitan mengetuk ritme, bertepuk
tangan, menunjuk benda bergerak, berbicara, menulis, mengetik, atau memainkan
alat musik.

Seseorang dengan kerusakan pada korteks serebelar memiliki masalah dengan


gerakan cepat awal. Gejala-gejala kerusakan serebelar menyerupai gejala
keracunan alkohol: kecanggungan, bicara tidak jelas, dan gerakan mata yang tidak
akurat. Itu karena otak kecil adalah salah satu area otak pertama yang dipengaruhi
oleh alkohol.

Functions Other than Movement

Masao Ito (1984) mengusulkan bahwa peran utama otak kecil adalah untuk
membuat program motorik baru yang memungkinkan seseorang untuk melakukan
serangkaian tindakan secara keseluruhan.

Secara singkat, hasil dari banyak penemuan lainnya mengatakan bahwa otak kecil
itu penting terutama untuk tugas-tugas yang membutuhkan perhitungan waktu.
Otak kecil juga tampak penting untuk beberapa aspek perhatian. Contohnya,
orang dengan kerusakan otak kecil perlu lebih lama untuk mengalihkan perhatian
mereka.

Cellular Organization
Otak kecil menerima input dari sumsum tulang belakang, dari masing-masing
sistem sensorik melalui inti saraf kranial, dan dari korteks serebral. Informasi itu
akhirnya mencapai korteks serebelar (permukaan otak kecil). Sel-sel otak kecil
diatur dalam pola teratur yang memungkinkan mereka untuk menghasilkan output
dengan durasi yang terkontrol secara tepat.

Sel Purkinje Cerebellum bagian dari otak kecil (bersama dengan basal Ganglia)
bekerja menghaluskan gerakan pada alur gerak jaringan saraf yang terdapat pada
otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan dengan
tujuan untuk lebih menghaluskan gerakan yang terstruktur. Setiap sel Purkinje
mentransmisikan pesan penghambatan ke sel-sel di nukleus serebelum (kelompok-
kelompok sel tubuh di bagian dalam otak kecil) dan nuklei vestibular di batang
otak.

Serat paralel (kuning) mengaktifkan sel


Purkinje satu demi satu. Sel Purkinje
(merah) menghambat sel target di salah satu
inti otak kecil (tidak diperlihatkan).
Semakin banyak sel Purkinje yang
merespons, semakin lama sel target
dihambat. Dengan cara ini, otak kecil
mengontrol durasi suatu gerakan. Output sel
Purkinje mengontrol waktu gerakan, termasuk onset (menyerang) dan offset
(menyeimbangkan).

The Basal Ganglia


Ganglia basal adalah sekelompok struktur subkortikal besar yang penting untuk
perilaku yang dimulai sendiri (self-initiated behavior). Ganglia basal memproses
informasi tentang kemungkinan imbalan dan dengan demikian mengatur kekuatan
tanggapan. Ganglia basal berperan penting untuk memulai suatu tindakan, tetapi
tidak ketika ada stimulus memandu tindakan. Alhasil self-initiated movement lebih
lambat, misalnya ketika berkendara dan memutuskan untuk berbelok,
dibandingkan dengan stimulus-triggered movements seperti saat seketika melihat
hewan melintas saat berkendara.
Brain Areas and Motor Learning

Semua area otak bertanggung jawab untuk mengendalikan gerakan dan penting
untuk mempelajari keterampilan baru.

Neuron di korteks motorik menyesuaikan respons mereka ketika mempelajari


keterampilan motorik. Pada awalnya, gerakan lambat dan tidak konsisten. Setelah
pelatihan yang berkepanjangan, pola gerakan menjadi lebih konsisten dari
percobaan ke percobaan, dan begitu juga pola aktivitas di korteks motorik. Dalam
istilah teknik, korteks motor meningkatkan rasio signal-to-noise.

Ganglia basal sangat penting untuk mempelajari kebiasaan baru, mempelajari


keterampilan motorik dan mengubah gerakan baru menjadi respons yang halus dan
otomatis. Misalnya, ketika Anda pertama kali belajar mengendarai mobil, Anda
harus memikirkan semua yang Anda lakukan. Akhirnya, Anda belajar memberi
sinyal untuk belokan kiri, ganti gigi, putar roda, dan ubah kecepatan sekaligus.
Conscious Decisions and Movement

Ide bahwa keputusan yang kita ambil secara sadar itu menentukan aksi kita
selanjutnya diragukan oleh laporan yang menyatakan bahwa otak mulai
mempersiapkan gerakan sebelum individu memutuskan secara sadar untuk
bergerak. Rata-rata, keputusan dibentuk 200 ms sebelum gerakan. Korteks motorik
kita menghasilkan semacam aktivitas yang disebut potensi kesiapan (readiness
potential) sebelum gerakan sukarela (voluntary movement), dan rata-rata, potensi
kesiapan dimulai setidaknya 500 ms sebelum gerakan. Artinya, potensi kesiapan
otak dimulai setidaknya 300 ms sebelum keputusan dibuat.

Intinya, aktivitas otak yang bertanggung jawab atas gerakan tampaknya dimulai
sebelum seseorang sadar akan keputusannya. Keputusan yang dibentuk secara
sadar tidak menyebabkan tindakan. Sebaliknya, orang menjadi sadar akan
keputusan setelah proses yang mengarah ke tindakan telah berlangsung sekitar 300
ms.

Movement Disorders
gangguan otak yang mengganggu gerakan juga merusak suasana hati, ingatan, dan
kognisi. Pembahasan ini akan terfokus pada dua contoh penyakit, yakni Penyakit
Parkinson dan penyakit Huntington.

Parkinson’s Disease (PD)

Penyakit Parkinson ditandai dengan gangguan inisiasi aktivitas, gerakan lambat


dan tidak akurat, tremor, kekakuan, depresi, dan defisit kognitif yang mungkin
termasuk masalah dengan perhatian, bahasa, atau memori. Penyakit Parkinson
dikaitkan dengan degenerasi akson yang mengandung dopamin dari substantia
nigra menjadi nukleus kaudatus dan putamen, alhasil otak tidak memiliki dopamin
yang cukup. Orang dengan penyakit Parkinson masih mampu bergerak, dan
kadang-kadang mereka bergerak secara normal sebagai respons terhadap sinyal
atau instruksi. Namun, gerakan spontan mereka lambat dan lemah.

Cause

Penyebab penyakit Parkinson diyakini melibatkan faktor genetik dan lingkungan.


Orang yang memiliki anggota keluarga yang terkena lebih cenderung terkena
penyakit itu sendiri.

Gen berkontribusi lebih kuat pada serangan parkinson dini (early-onset)


dibandingkan pada serangan parkinson yang timbul lebih lambat (late-
onset).Serangan penyakit Parkinson menjadi lebih umum dengan bertambahnya
usia orang, menyerang 1 persen hingga 2 persen orang di atas usia 65 (late-onset).
Namun, apabila penyakit Parkinson ditemukan sebelum seseorang berumur 50
tahun, maka disebut sebagai early-onset PD.

Peningkatan risiko serangan Parkinson’s Disease ada pada orang yang terpapar
kimia dari obat-obatan terlarang atau bahkan bahan kimia lingkungan berbahaya
seperti insektisida, herbisida, dan fungisida, termasuk paraquat, rotenone, maneb,
dan ziram. Paparan bahan kimia ini meningkatkan risiko, terutama di antara orang-
orang dengan gen yang menjadi predisposisi (kecenderungan untuk terjangkit)
Parkinson. Jika seseorang juga mengalami cedera kepala traumatis, resikonya
semakin meningkat. Singkatnya, sebagian besar kasus dihasilkan dari beberapa
pengaruh atau kasus yang digabungkan, bukan hanya satu.
Sementara itu hasil riset yang membandingkan gaya hidup antara yang terjangkit
PD dan tidak, menemukan adanya pengurangan risiko serangan PD pada perokok
tembakau dan mereka yang minum kopi atau teh, tidak melupakan bahwa faktor-
faktor tersebut dapat mengarahkan tubuh pada penyakit lainnya.

L-Dopa Treatment

Tujuan logis pengobatan dengan L-DOPA (obat parkinson levodopa) yang


berbentuk obat pil adalah mengembalikan dopamin yang hilang karena penyakit
Parkinson. Levodopa sendiri adalah prekursor untuk dopamin yang digunakan
sebagai agen pengganti dopamin untuk pengobatan penyakit Parkinson.

Pengobatan L-DOPA cukup untuk menggantikan dopamin yang hilang, namun


tidak menggantikan pemancar lain yang juga habis dan memperlambat hilangnya
neuron yang berkelanjutan. Pengobatan L-DOPA juga menghasilkan efek samping
yang tidak menyenangkan seperti mual, gelisah, masalah tidur, tekanan darah
rendah, gerakan berulang, dan kadang-kadang halusinasi dan delusi.

Other Treatment

Banyak upaya, obat-obatan untuk mencegah hilangnya neuron lebih lanjut sejauh
ini tidak berhasil. Dokter kadang-kadang menanamkan elektroda untuk
merangsang daerah yang jauh di dalam otak.

Perawatan lain yang mungkin adalah transplantasi jaringan otak dari janin yang
diaborsi. Neuron janin yang ditransplantasikan ke otak pasien dengan Parkinson
kadang-kadang bertahan selama bertahun-tahun dan membuat sinapsis dengan sel
pasien sendiri. Namun pada saat orang mencapai titik ketika L-dopa dan obat-
obatan lain tidak lagi membantu, mungkin sudah terlambat bagi jaringan yang
ditransplantasikan untuk membantu.

Pendekatan yang terkait adalah dengan mengambil sel punca (stem cells) — sel
yang tidak matang yang mampu berdiferensiasi menjadi tipe sel lain — memandu
perkembangannya sehingga menghasilkan L-dopa dalam jumlah besar, dan
kemudian mentransplantasikannya ke otak. Idenya terdengar menjanjikan, tetapi
para peneliti perlu mengatasi beberapa kesulitan sebelum ini menjadi pengobatan
yang efektif.

Dalam beberapa percobaan transplantasi otak, jaringan yang ditransplantasi gagal


untuk bertahan, tetapi penerima tetap menunjukkan pemulihan perilaku. Rupanya
jaringan yang ditransplantasikan melepaskan neurotropik yang merangsang
pertumbuhan akson dan dendrit dalam otak penerima itu sendiri. Menerapkan
prosedur itu pada manusia masih membutuhkan pembedahan untuk menghasilkan
neurotropik, karena neurotropik tidak melewati sawar darah-otak.

Huntington’s Disease (HD)


Penyakit Huntington (juga dikenal sebagai penyakit Huntington atau chorea
Huntington) adalah gangguan neurologis parah. Penyakit Huntington dapat terjadi
pada usia berapa pun, tetapi paling sering antara usia 30 dan 50 tahun. Begitu
gejala muncul, baik gejala psikologis dan motorik tumbuh semakin buruk dan
berujung pada kematian.
Gejala motorik biasanya dimulai dengan sentakan tidak sengaja pada lengan dan
wajah. Kemudian tremor menyebar ke bagian lain dari tubuh dan berkembang
menimbulkan gejala gerakan tubuh menggeliat. Lambat laun, tremor mengganggu
jalan, ucapan, dan gerakan sukarela lainnya. Orang kehilangan kemampuan untuk
belajar atau meningkatkan keterampilan motorik. Gangguan ini terkait dengan
kerusakan otak yang bertahap dan luas, terutama di ganglia basal tetapi juga di
korteks serebral.

Orang-orang dengan penyakit Huntington juga menderita gangguan psikologis


termasuk depresi, sulit tidur, gangguan daya ingat, kecemasan, halusinasi dan
delusi, penilaian buruk, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, dan gangguan
seksual mulai dari sikap tidak responsif sepenuhnya hingga pergaulan bebas tanpa
pandang bulu. Kadang-kadang, individu dalam tahap awal penyakit Huntington
salah didiagnosis sebagai penderita skizofrenia.
Video : https://www.youtube.com/watch?v=nJoS5MOqmH4

Heredity and Presymptomatic Testing

Penyakit Huntington disebabkan oleh gen dominan autosomal (mis., Gen yang
tidak ada pada kromosom X atau Y). Sebagai aturan, gen mutan yang
menyebabkan hilangnya fungsi adalah resesif. Fakta bahwa gen Huntington
dominan menunjukkan bahwa gen tersebut menghasilkan keuntungan dari
beberapa fungsi yang tidak diinginkan. Pemeriksaan kromosom Anda dapat
mengungkapkan dengan akurasi yang hampir sempurna apakah Anda akan
mendapatkan penyakit Huntington atau tidak. Pemeriksaan kromosom
memprediksi tidak hanya apakah seseorang akan mendapatkan penyakit
Huntington tetapi juga kapan.

Area kritis gen mencakup urutan basa C-A-G (sitosin, adenin, guanin), yang
diulangi 11 hingga 24 kali pada kebanyakan orang. Pengulangan itu menghasilkan
11 hingga 24 rantai glutamin dalam protein yang dihasilkan. Orang dengan hingga
35 pengulangan C-A-G dianggap aman dari penyakit Huntington. Mereka yang
berusia 36 hingga 38 tahun mungkin atau mungkin tidak mendapatkannya, tetapi
mungkin tidak sebelum usia tua. Orang dengan 39 pengulangan atau lebih
cenderung terkena penyakit ini, kecuali mereka meninggal karena sebab lain
sebelumnya. Semakin banyak pengulangan C-A-G yang dimiliki seseorang,
semakin dini kemungkinan timbulnya penyakit.

Orang dengan jumlah pengulangan terbanyak memiliki serangan penyakit paling


awal. Orang dengan jumlah pengulangan yang lebih kecil kemungkinan
mendapatkan penyakit ketika lebih tua.
References

Ahablogweb. (2017, May 17). Otak Kecil (Cerebellum) : Pengertian, Struktur,


Fungsi. Retrieved March 20, 2020, from
https://www.ilmudasar.com/2017/05/Pengertian-Struktur-dan-Fungsi-Cerebellum-
adalah.html

Kalat, J. W. (2015). Biological psychology. Nelson Education.


King, L. A. (2010). Psikologi umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika.

Fungsi Basal Ganglia. (2017, February 10). Retrieved March 20, 2020, from
https://budisma.net/2015/02/fungsi-basal-ganglia.html

Mirror neuron. (2020, March 5). Retrieved March 20, 2020, from
https://en.wikipedia.org/wiki/Mirror_neuron

Parkinson's disease. (2020, March 12). Retrieved March 21, 2020, from
https://en.wikipedia.org/wiki/Parkinson's_disease

Saichudin, S. (2016, December). Mengoptimalkan Stimulasi dan Meminimalkan


Cedera Sel Purkinje Cerebellum Dalam Menjaga dan Meningkatkan Kualitas
Gerak Keolahragaan. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN
JASMANI PASCASARJANA UM (pp. 88-104).
Villaneda, A. (2019, May 6). Brain Hierarchy: When Your Child's Lower Brain
Levels Are Weak, they Can't Learn. Retrieved March 22, 2020, from
https://ilslearningcorner.com/2016-03-brain-hierarchy-when-your-childs-lower-
brain-levels-are-weak-they-cant-learn/

Anda mungkin juga menyukai