E-ISSN
JPPP P-ISSN
Volume Nomor Hal.
08 02 59-104 2337-4845 2620-7486
Diterbitkan Oleh
Fakultas Pendidikan Psikologi
Universitas Negeri Jakarta
SUSUNAN DEWAN REDAKSI PERIODE 2018-2019
JURNAL PENELITIAN PENGUKURAN PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
P-ISSN. 2337-4845
E-ISSN. 2620-7486
Penanggung Jawab
Dr. Gantina Komalasari M.Psi
Ketua
Dr. Gumgum Gumelar, M.Si
Editor
Dr. phil. Zarina Akbar, M.Psi
Vinna Ramadhany Sy, M.Psi
Rahmadianty Gazadinda, M.Sc.
Gita Irianda, M.Psi
Sekretariat
Fakultas Pendidikan Psikologi
Jalan Rawamangun Muka
Kampus A Universitas Negeri Jakarta
Gedung Dewi Sartika Lt. 7
Jakarta Timur 13220
Email: jppp@unj.ac.id
cc: zarina_akbar@unj.ac.id
Volume 08, Nomor 02, Oktober 2019 P-ISSN. 2337-4845 E-ISSN. 2620-7486
JPPP
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Jurnal yang terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan April dan Oktober, berisi tentang kajian dan
hasil penelitian dan pengukuran di bidang psikologi.
Ketua Penyunting
Gumgum Gumelar
Penyunting Pelaksana
Zarina Akbar
Erik
Vinna Ramadhany Sy
Rahmadianty Gazadinda
Gita Irianda
Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Jakarta, Jl. Halimun No.2 Kecamatan Setia Budi, Jakarta Selatan. Telp. (021) 4755115/
29266297 Fax (021) 4897535. Email: jppp@unj.ac.id atau psikologi@unj.ac.id
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi diterbitkan oleh Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Terbit pertama kali pada bulan Oktober 2012.
Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media cetak lain. Naskah diketik
dengan spasi 1 cm pada kertas ukuran A4 dengan panjang tulisan berkisar antara 10 -20 Halaman.
(Informasi detil dapat dilihat pada halaman akhir jurnal)
Volume 08, Nomor 02, Oktober 2019
JPPP
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi
Daftar Isi
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dan Burnout pada Guru SD di 69
& Aulia Hanifah Jakarta
Dwi Kencana Wulan Rancangan Program Pelatihan Karakter Kreatif pada Mahasiswa 76
Universitas Negeri Jakarta
Gianti Gunawan, Yus Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life Balance di Indonesia 88
Nugraha, Marina
Sulastiana, & Diana
Harding
Mauna & Savira Hubungan Keterlibatan Ibu dan Self-Compassion pada Orang Tua 95
Prameswari Anak Berkebutuhan Khusus
Ernita Zakiah Behavioral Activation (BA) untuk Menurunkan Gangguan Depresi 100
pada Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.082.01
Alamat Korespondensi:
annisasucirahmadani@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the psychometric characteristics of Standard Progressive Matrices
(SPM), that is analysis of item difficulty index, item discrimination index, distractor effectiveness, construct
reliability, and construct validity. The approach used in the study is quantitative approach. The population
of the study was junior and senior high school students and the sample of the study was 1.547 junior high
school students and 1.528 senior high school students. The results of the item difficulty index analysis on SPM
are not in accordance with the order of difficulty level items. The results of the discrimination index analysis on
SPM shows that there are 39 to 41 items with excellent categories. The results of the analysis of the
effectiveness of the distractors on SPM shows that there are 42 to 45 items that had effective distracters. The
overall results of the analysis of the construct reliability on the SPM are reliable and can be trusted as a test
tool. The results of the analysis of the construct validity of each item show that there are 47 to 48 valid items on
SPM. The overall analysis shows that SPM is able to perform the measuring function properly.
Keywords
characteristic psychometric, test, standard progressive matrices
59
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
gambar kecil sebagai pilihan, sedangkan untuk set siswa SMP dalam konteks seleksi, pemetaan
C, D, dan E, disediakan delapan pilihan. potensi, dan penjurusan ketika melanjutkan ke
Penyusunan soal bertingkat dari soal yang mudah jenjang SMA dan jenjang berikutnya.
ke soal yang sukar. Suwartono, Amiseso, dan Handoyo (2017)
Data yang diperoleh menyatakan bahwa tes mengemukakan bahwa penelitian mengenai
SPM masih digunakan di kota Makassar oleh biro reliabilitas dan validitas SPM telah dilakukan di
psikologi, layanan psikologi, dan laboratorium beberapa negara, seperti Islandia, Afrika Selatan,
psikologi, seperti Pusat Layanan Psikologi UNM, dan Italia dalam dua dekade terakhir. Penelitian
Lembaga Psikologi Tiara Cipta Utama, tersebut menunjukkan bahwa SPM memiliki
Laboratorium Fakultas Psikologi UNM, reliabilitas dengan rentang antara 0,69 – 0,93 dan
Laboratorium Pendidikan Psikologi dan validitas dengan rentang koefisien antara 0,28 –
Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan UNM, dan 0,64. Publikasi mengenai uji validitas dan
Biro Psikologi Psikomorfosa. reliabilitas SPM di Indonesia belum banyak
Azwar (2017) mengemukakan bahwa SPM dilakukan dan hanya dilakukan di beberapa kota,
yang digunakan di Indonesia terakhir kali di revisi yaitu Yogyakarta, Malang, dan Jakarta (Masrun,
pada tahun 1960, namun masih tetap digunakan. dkk, 1976; Masrun, 1977; Wulan, 1996;
Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas Mangestuti & Aziz, 2007; Kumolohadi & Suseno,
aitem yang mencerminkan karakteristik 2012; Suwartono, Amiseso, & Handoyo, 2017).
pengukuran yang tergolong cukup tua dan juga Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa alat
mempengaruhi validitas, reliabilitas, serta norma tes SPM memiliki reliabilitas 0.84 dan validitas
dari tes SPM. Penggunaan dan pemberian tes dengan koefisien 0.64. Berdasarkan hasil
yang dilakukan berulang kali juga dapat penelitian tersebut, tes SPM masih di anggap
menimbulkan efek pembelajaran dan memiliki relevan digunakan di Indonesia karena memiliki
kemungkinan untuk mendapatkan bocoran soal koefisien reliabilitas dan validitas yang cukup.
dan kunci jawaban. Peneliti menemukan indikasi Hasil penelitian sebelumnya berbanding
kebocoran soal, kunci jawaban dan penjualan alat terbalik dengan permasalahan yang ditemukan
tes SPM melalui situs internet, antara lain: oleh peneliti. Peneliti menemukan bocoran soal
1. http://jualalattespsikologi.blogspot.co.id/2015 dan kunci jawaban SPM yang beredar di internet,
/01/jual-alat-tes-psikologi.html serta tes SPM yang digunakan di Indonesia belum
2. https://www.academia.edu/17492541/KUNCI pernah dilakukan revisi sejak tahun 1960, sehingga
_JAWABAN_PSIKOTEST tes SPM diragukan validitasnya dan dianggap tidak
3. https://youtu.be/2mPzuRjvmMI relevan untuk digunakan. Tes psikologi perlu
Permasalahan ini dapat berpengaruh pada diperbaharui dan ditinjau kembali setiap lima
kualitas tes termasuk perhitungan karakteristik tahun sekali untuk menjamin keakuratan sebuah
psikometri seperti indeks kesukaran aitem, indeks alat tes, namun tes SPM sudah lama tidak
diskriminasi aitem, reliabilitas, dan validitas, mengalami pembaharuan ataupun revisi aitem,
sehingga diperlukan upaya agar tes mampu sehingga perlu ditinjau karakteristik psikometri tes
menunjukkan kualitas tes yang baik. SPM terlebih dahulu sebelum melakukan revisi
Masrun, Prawitasari, Sugiyanto, Suwarsiyah, aitem. Hal tersebut menjadi dasar peneliti untuk
dan Kuwato (1976) mengemukakan bahwa tes meninjau kembali karakteristik psikometri pada tes
SPM dapat digunakan untuk mengungkap SPM.
kecerdasan remaja. Tes SPM mempunyai Berdasarkan uraian di atas, peneliti
validitas yang cukup tinggi ketika digunakan menganggap perlu untuk menganalisis
untuk mengungkap kecerdasan remaja dan orang karakteristik psikometri pada tes SPM, khususnya
dewasa. Tes SPM mempunyai validitas yang di kota Makassar. Hasil analisis karakteristik
cukup meyakinkan ketika digunakan untuk psikometri yang akurat pada SPM dapat dijadikan
mengungkap kecerdasan pelajar SMP dan SMA sebagai acuan untuk menentukan apakah SPM
(Masrun, dkk, 1976; Masrun, 1977). Suwartono, memiliki properti psikometri yang memadai dan
Amiseso, dan Handoyo (2017) mengemukakan menjadi pertimbangan mengenai relevansi
bahwa validitas yang cukup tinggi diperoleh dari penggunaan SPM di Indonesia, khususnya di kota
sampel usia tingkat masa sekolah. Tes SPM Makassar.
digunakan oleh lembaga layanan psikologi untuk
60
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
Tabel 3. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set A untuk Siswa SMP
No. p d Distraktor SLF (>0.03) p-value (>0.05) Ket
3 0,99 0,18 Tidak Efektif 0,123 0,012 Gugur
4 0,99 0,23 Tidak Efektif 0,212 0,020 Gugur
5 0,99 0,25 Efektif 0,264 0,027 Gugur
6 0,99 0,18 Tidak Efektif 0,186 0,016 Gugur
7 0,90 0,56 Efektif 0,480 0,150 Diterima
8 0,90 0,47 Efektif 0,339 0,100 Diterima
9 0,96 0,46 Efektif 0,421 0,092 Diterima
61
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
Tabel 4. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set B untuk Siswa SMP
No. p d Distraktor SLF (>0.03) p-value (>0.05) Ket
1 1,00 0,08 Tidak Efektif 0,056 0,004 Gugur
2 0,97 0,26 Tidak Efektif 0,213 0,034 Gugur
3 0,97 0,27 Efektif 0,236 0,035 Gugur
4 0,93 0,38 Efektif 0,294 0,070 Diterima
5 0,94 0,42 Tidak Efektif 0,345 0,085 Diterima
6 0,88 0,47 Efektif 0,361 0,120 Diterima
7 0,78 0,43 Efektif 0,282 0,110 Diterima
8 0,73 0,61 Efektif 0,535 0,240 Diterima
9 0,78 0,63 Efektif 0,581 0,250 Diterima
10 0,89 0,59 Efektif 0,563 0,180 Diterima
11 0,76 0,60 Efektif 0,535 0,230 Diterima
12 0,52 0,55 Efektif 0,420 0,190 Diterima
Tabel 5. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set C untuk Siswa SMP
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,91 0,39 Tidak Efektif 0,346 0,110 Diterima
2 0,91 0,40 Efektif 0,330 0,110 Diterima
3 0,92 0,38 Efektif 0,307 0,099 Diterima
4 0,85 0,37 Efektif 0,270 0,084 Diterima
5 0,92 0,32 Efektif 0,270 0,064 Diterima
6 0,75 0,53 Efektif 0,430 0,200 Diterima
7 0,84 0,52 Efektif 0,490 0,180 Diterima
8 0,58 0,50 Efektif 0,355 0,160 Diterima
9 0,76 0,44 Efektif 0,345 0,130 Diterima
10 0,37 0,45 Efektif 0,315 0,130 Diterima
11 0,40 0,52 Efektif 0,397 0,170 Diterima
12 0,10 0,23 Tidak Efektif 0,108 0,025 Gugur
Tabel 6. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set D untuk Siswa SMP
No. p d Distraktor SLF (>0.03) p-value (>0.05) Ket
1 0,97 0,40 Efektif 0,412 0,078 Diterima
2 0,89 0,53 Efektif 0,530 0,170 Diterima
3 0,87 0,55 Efektif 0,546 0,190 Diterima
4 0,86 0,56 Efektif 0,532 0,180 Diterima
5 0,93 0,49 Efektif 0,490 0,130 Diterima
6 0,81 0,62 Efektif 0,559 0,230 Diterima
7 0,69 0,61 Efektif 0,543 0,240 Diterima
8 0,78 0,56 Efektif 0,442 0,180 Diterima
9 0,67 0,58 Efektif 0,455 0,210 Diterima
10 0,59 0,61 Efektif 0,530 0,240 Diterima
11 0,28 0,33 Tidak Efektif 0,150 0,064 Diterima
12 0,06 0,12 Tidak Efektif 0,011 0,003 Gugur
62
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
Tabel 7. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set E untuk Siswa SMP
No. p d Distraktor SLF (>0.03) p-value (>0.05) Ket
1 0,63 0,46 Efektif 0,370 0,160 Diterima
2 0,53 0,53 Efektif 0,429 0,200 Diterima
3 0,60 0,55 Efektif 0,476 0,220 Diterima
4 0,34 0,62 Efektif 0,591 0,280 Diterima
5 0,40 0,68 Efektif 0,677 0,340 Diterima
6 0,35 0,58 Efektif 0,539 0,260 Diterima
7 0,30 0,42 Efektif 0,298 0,140 Diterima
8 0,22 0,51 Efektif 0,406 0,170 Diterima
9 0,22 0,50 Tidak Efektif 0,416 0,170 Diterima
10 0,08 0,33 Tidak Efektif 0,252 0,073 Diterima
11 0,07 0,10 Tidak Efektif -0,029 -0,002 Gugur
12 0,05 0,21 Tidak Efektif 0,127 0,030 Gugur
Tabel 8. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set A untuk Siswa SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
3 0,99 0,21 Tidak Efektif 0,234 0,023 Gugur
4 1,00 0,23 Tidak Efektif 0,257 0,019 Gugur
5 0,99 0,19 Tidak Efektif 0,196 0,017 Gugur
6 0,99 0,19 Tidak Efektif 0,153 0,013 Gugur
7 0,92 0,52 Tidak Efektif 0,422 0,110 Diterima
8 0,93 0,42 Efektif 0,269 0,071 Diterima
9 0,96 0,46 Efektif 0,445 0,092 Diterima
10 0,91 0,55 Efektif 0,473 0,140 Diterima
11 0,85 0,61 Efektif 0,478 0,160 Diterima
12 0,53 0,66 Efektif 0,380 0,170 Diterima
Tabel 9. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set B untuk Siswa SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 1,00 0,12 Tidak Efektif 0,092 0,007 Gugur
2 0,97 0,27 Tidak Efektif 0,223 0,035 Gugur
3 0,98 0,23 Tidak Efektif 0,197 0,029 Gugur
4 0,94 0,41 Efektif 0,349 0,080 Diterima
5 0,96 0,29 Tidak Efektif 0,220 0,041 Gugur
6 0,91 0,44 Efektif 0,351 0,100 Diterima
7 0,79 0,45 Efektif 0,285 0,110 Diterima
8 0,79 0,58 Efektif 0,507 0,210 Diterima
9 0,83 0,59 Efektif 0,518 0,210 Diterima
10 0,92 0,49 Efektif 0,437 0,120 Diterima
11 0,80 0,60 Efektif 0,500 0,210 Diterima
12 0,54 0,56 Efektif 0,425 0,180 Diterima
Tabel 10. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set C untuk Siswa SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,92 0,37 Tidak Efektif 0,359 0,100 Diterima
2 0,89 0,45 Efektif 0,409 0,140 Diterima
3 0,92 0,41 Efektif 0,354 0,110 Diterima
4 0,85 0,42 Efektif 0,323 0,120 Diterima
5 0,93 0,37 Efektif 0,289 0,086 Gugur
6 0,76 0,52 Efektif 0,441 0,190 Diterima
63
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
Tabel 11. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set D untuk Siswa SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,96 0,38 Efektif 0,397 0,081 Gugur
2 0,92 0,52 Efektif 0,538 0,160 Diterima
3 0,90 0,57 Efektif 0,582 0,190 Diterima
4 0,89 0,50 Efektif 0,478 0,150 Diterima
5 0,93 0,54 Efektif 0,533 0,150 Diterima
6 0,86 0,56 Efektif 0,532 0,190 Diterima
7 0,73 0,57 Efektif 0,468 0,190 Diterima
8 0,81 0,54 Efektif 0,422 0,160 Diterima
9 0,69 0,57 Efektif 0,426 0,170 Diterima
10 0,66 0,58 Efektif 0,498 0,200 Diterima
11 0,28 0,38 Tidak Efektif 0,196 0,074 Diterima
12 0,09 0,17 Tidak Efektif 0,036 0,001 Gugur
Tabel 12. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set E untuk Siswa SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,71 0,44 Efektif 0,353 0,140 Diterima
2 0,63 0,51 Efektif 0,409 0,190 Diterima
3 0,66 0,51 Efektif 0,448 0,190 Diterima
4 0,47 0,67 Efektif 0,643 0,330 Diterima
5 0,53 0,68 Efektif 0,670 0,350 Diterima
6 0,43 0,61 Efektif 0,565 0,290 Diterima
7 0,38 0,50 Efektif 0,396 0,190 Diterima
8 0,30 0,58 Efektif 0,514 0,230 Diterima
9 0,32 0,52 Tidak Efektif 0,450 0,210 Diterima
10 0,11 0,33 Tidak Efektif 0,239 0,077 Diterima
11 0,06 0,16 Tidak Efektif 0,069 0,019 Gugur
12 0,10 0,30 Tidak Efektif 0,201 0,062 Diterima
Tabel 13. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set A untuk Siswa SMP dan SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
3 0,99 0,20 Tidak Efektif 0,166 0,017 Gugur
4 0,99 0,23 Tidak Efektif 0,224 0,019 Gugur
5 0,99 0,23 Efektif 0,233 0,022 Gugur
6 0,99 0,19 Tidak Efektif 0,172 0,016 Gugur
7 0,91 0,54 Efektif 0,456 0,130 Diterima
8 0,92 0,45 Efektif 0,310 0,088 Diterima
9 0,96 0,46 Efektif 0,424 0,090 Diterima
10 0,89 0,53 Efektif 0,435 0,130 Diterima
11 0,80 0,63 Efektif 0,493 0,190 Diterima
12 0,50 0,65 Efektif 0,406 0,190 Diterima
64
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
Tabel 14. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set B untuk Siswa SMP dan SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 1,00 0,10 Tidak Efektif 0,072 0,049 Gugur
2 0,97 0,26 Tidak Efektif 0,214 0,033 Gugur
3 0,98 0,25 Efektif 0,218 0,031 Gugur
4 0,94 0,39 Efektif 0,319 0,073 Diterima
5 0,95 0,37 Efektif 0,295 0,064 Diterima
6 0,89 0,46 Efektif 0,359 0,110 Diterima
7 0,79 0,44 Efektif 0,285 0,110 Diterima
8 0,76 0,60 Efektif 0,527 0,220 Diterima
9 0,80 0,61 Efektif 0,556 0,230 Diterima
10 0,91 0,54 Efektif 0,510 0,160 Diterima
11 0,78 0,60 Efektif 0,520 0,220 Diterima
12 0,53 0,55 Efektif 0,421 0,190 Diterima
Tabel 15. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set C untuk Siswa SMP dan SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,92 0,38 Tidak Efektif 0,352 0,100 Diterima
2 0,90 0,42 Efektif 0,364 0,120 Diterima
3 0,92 0,40 Efektif 0,327 0,100 Diterima
4 0,85 0,39 Efektif 0,294 0,100 Diterima
5 0,93 0,35 Efektif 0,278 0,074 Diterima
6 0,76 0,52 Efektif 0,436 0,190 Diterima
7 0,85 0,53 Efektif 0,518 0,190 Diterima
8 0,60 0,48 Efektif 0,326 0,150 Diterima
9 0,76 0,45 Efektif 0,352 0,140 Diterima
10 0,39 0,48 Efektif 0,348 0,150 Diterima
11 0,45 0,53 Efektif 0,411 0,180 Diterima
12 0,12 0,28 Tidak Efektif 0,161 0,044 Gugur
Tabel 16. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set D untuk Siswa SMP dan SMA
No. P d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,96 0,38 Efektif 0,400 0,078 Diterima
2 0,91 0,53 Efektif 0,535 0,170 Diterima
3 0,89 0,56 Efektif 0,564 0,190 Diterima
4 0,87 0,53 Efektif 0,506 0,170 Diterima
5 0,93 0,51 Efektif 0,506 0,140 Diterima
6 0,83 0,60 Efektif 0,548 0,210 Diterima
7 0,71 0,59 Efektif 0,510 0,220 Diterima
8 0,79 0,55 Efektif 0,434 0,170 Diterima
9 0,68 0,57 Efektif 0,442 0,190 Diterima
10 0,63 0,60 Efektif 0,520 0,230 Diterima
11 0,28 0,35 Tidak Efektif 0,171 0,070 Diterima
12 0,08 0,15 Tidak Efektif 0,032 0,005 Gugur
Tabel 17. Hasil Analisis Karakteristik Psikometri pada SPM Set E untuk Siswa SMP dan SMA
No. p d Distraktor SLF (>0,03) p-value (>0,05) Ket
1 0,67 0,45 Efektif 0,368 0,150 Diterima
2 0,58 0,52 Efektif 0,428 0,200 Diterima
3 0,63 0,53 Efektif 0,463 0,210 Diterima
4 0,40 0,65 Efektif 0,627 0,310 Diterima
5 0,46 0,69 Efektif 0,681 0,350 Diterima
65
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
Gregory (2013) membagi kriteria indeks dilakukan analisis terhadap hasil komputasi
kesukaran aitem berdasarkan tingkat kesukarannya korelasi point biserial atau korelasi biserial antara
bahwa aitem yang sukar dengan p < 0.3, p berada skor tes dengan skor pada distraktor yang
pada rentang 0,3 - 0,7 termasuk kategori sedang, bersangkutan. Efektivitas distraktor dianalisis
dan p > 0,7. Hasil analisis indeks kesukaran aitem untuk melihat distraktor telah berfungsi dengan
pada SPM secara keseluruhan menunjukkan bahwa baik. Aitem yang memiliki distraktor dengan
tingkat kesukaran aitem pada SPM memiliki koefisien yang besar dan bertanda negatif pada
variasi tingkat kesukaran yang tidak tersusun SPM untuk SMP sebanyak 42 dari 58 aitem, SPM
sesuai dengan pola kesukaran dari mudah, sedang, untuk SMA sebanyak 43 aitem, dan SPM untuk
dan sulit. Anastasi dan Urbina (2016) SMP dan SMA sebanyak 45 aitem.
mengemukakan bahwa penyusunan tingkat Azwar (2016) mengemukakan bahwa analisis
kesulitan aitem yang baik dimulai dari aitem yang faktor dipengaruhi oleh faktor tertentu yang
mudah hingga yang sulit. Pola kesukaran aitem disebut sebagai tes yang memiliki muatan faktor
SPM secara keseluruhan tidak tersusun dengan (factor loading) yang tinggi. Hair, Black, Babin,
baik dari aitem yang paling mudah hingga sulit, dan Anderson (2014) mengemukakan bahwa factor
sehingga tidak sesuai dengan penyusunan tingkat loading > 0,3 dengan ukuran sampel > 350
kesukaran suatu tes yang baik. menunjukkan bahwa aitem dapat menjelaskan
Ebel (Azwar, 2016) membagi kriteria konstruk dengan baik dan dinyatakan signifikan.
penggunaan evaluasi terhadap indeks diskriminasi Aitem juga dapat dikatakan signifikan dengan
aitem dalam empat kategori, d > 0,4 bagus sekali, melihat nilai p-value > 0,05.
d berada pada kisaran 0,30–0,39 lumayan bagus, d Hasil analisis muatan faktor menunjukkan
berada pada rentang 0,20–0,29 belum memuaskan, bahwa aitem yang valid pada SPM untuk SMP
dan d < 0.20 termasuk dalam ketgori jelek dan sebanyak 47 aitem dan 11 aitem yang tidak valid.
harus dibuang. Hasil analisis indeks diskriminasi Set A terdiri atas 6 aitem yang valid, yaitu aitem
aitem pada SPM untuk SMP menunjukkan bahwa nomor 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. Set B terdiri atas 9
dari 58 aitem SPM terdapat 40 aitem dengan aitem yang valid, yaitu aitem nomor 4, 5, 6, 7, 8, 9,
kategori bagus sekali, 7 aitem lumayan bagus, 6 10, 11 dan 12. Set C terdiri atas 11 aitem yang
aitem belum memuaskan, dan 5 aitem jelek dan valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
harus dibuang. Hasil analisis indeks diskriminasi dan 11. Set D terdiri atas 11 aitem yang valid,
aitem pada SPM untuk SMA menunjukkan bahwa yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan
aitem yang termasuk dalam kategori bagus sekali 11. Set E terdiri atas 10 aitem yang valid, yaitu
sebanyak 41 aitem, kategori lumayan bagus 6 aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.
aitem, kategori belum memuaskan 6 aitem, dan Hasil analisis muatan faktor menunjukkan
kategori jelek dan harus dibuang 5 aitem dari 58 bahwa aitem yang valid pada SPM untuk SMA
aitem SPM. Hasil analisis indeks diskriminasi sebanyak 48 aitem dan 10 aitem yang tidak valid.
aitem pada SPM untuk SMP dan SMA Set A terdiri atas 6 aitem yang valid, yaitu aitem
menunjukkan bahwa aitem yang termasuk dalam nomor 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. Set B terdiri atas 8
kategori bagus sekali sebanyak 39 aitem, kategori aitem yang valid, yaitu aitem nomor 4, 6, 7, 8, 9,
lumayan bagus 8 aitem, kategori belum 10, 11 dan 12. Set C semua aitem valid. Set D
memuaskan 7 aitem, dan kategori jelek dan harus terdiri atas 11 aitem yang valid, yaitu aitem nomor
dibuang 4 aitem dari 58 aitem SPM. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Set E terdiri atas
Azwar (2016) mengemukakan bahwa 11 aitem yang valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4,
distraktor yang efektif akan menunjukkan 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 12.
koefisien yang besar dan bertanda negatif ketika Hasil analisis muatan faktor menunjukkan
Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, Vol. 8 , 2 , Oktober 2019
66
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
bahwa aitem yang valid pada SPM untuk SMP dan kategori lumayan bagus dan belum memuaskan,
SMA sebanyak 47 aitem dan 11 aitem yang tidak sehingga validitas masing-masing aitem
valid. Set A terdiri atas 6 aitem yang valid, yaitu mengalami peningkatan. Hasil analisis reliabilitas
aitem nomor 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. Set B terdiri pada SPM secara keseluruhan diatas 0,7, sehingga
atas 9 aitem yang valid, yaitu aitem nomor 4, 5, 6, dapat dikatakan SPM memiliki reliabilitas yang
7, 8, 9, 10, 11 dan 12. Set C terdiri atas 11 aitem baik dan dipercaya sebagai alat tes.
yang valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10, dan 11. Set D terdiri atas 11 aitem yang 4. Kesimpulan
valid, yaitu aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
dan 11. Set E terdiri atas 10 aitem yang valid, yaitu Hasil analisis karakteristik psikometri pada
aitem nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10. Standard Progressive Matrices dapat
Hasil analisis muatan faktor masing-masing set disimpulkan sebagai berikut:
pada SPM untuk SMP menunjukkan nilai muatan 1. Hasil analisis indeks kesukaran aitem pada
faktor set A 0,646, set B 0,751, set C 0,914, set D SPM secara keseluruhan memiliki variasi
0,727, dan set E 0,684. Hasil analisis muatan tingkat kesukaran yang tidak tersusun sesuai
faktor masing-masing set pada SPM untuk SMA dengan pola kesukaran dari mudah, sedang,
menunjukkan nilai muatan faktor set A 0,575, set dan sulit.
B 0,732, set C 0,916, set D 0,723, dan set E 0,694. 2. Hasil analisis indeks diskriminasi aitem pada
Hasil analisis muatan faktor masing-masing set SPM untuk SMP terdapat 40 dari 58 aitem
pada SPM untuk SMP dan SMA menunjukkan dengan kategori bagus sekali, 41 aitem pada
nilai muatan faktor set A 0,628, set B 0,746, set C SPM untuk SMA, dan 39 aitem pada SPM
0,907, set D 0,731, dan set E 0,692. Hasil analisis untuk SMP dan SMA.
muatan faktor masing-masing set pada SPM 3. Hasil analisis efektivitas distraktor pada SPM
menunjukkan angka diatas 0,3, sehingga dapat untuk SMP sebanyak 42 aitem yang memiliki
dikatakan valid. distraktor efektif, 43 aitem pada SPM untuk
Hair, Black, Babin, dan Anderson (2014) SMA, dan 45 aitem pada SPM untuk SMP dan
mengemukakan bahwa koefisien reliabilitas SMA.
konstrak 0,7 atau lebih menunjukkan reliabilitas 4. Hasil analisis validitas konstrak masing-
yang baik dan koefisien reliabilitas 0,6-0,7 masih masing aitem pada SPM untuk SMP
dapat diterima. Hasil analisis reliabilitas konstrak menunjukkan bahwa aitem yang valid
pada SPM untuk SMP sebesar 0,859. SPM untuk sebanyak 47 aitem, SPM untuk SMA sebanyak
SMA sebesar 0,852, dan SPM untuk SMP dan 48 aitem, dan SPM untuk SMP dan SMA
SMA sebesar 0,859. Koefisien reliabilitas pada sebanyak 47 aitem.
SPM menunjukkan reliabilitas yang baik karena 5. Hasil analisis validitas konstrak masing-
lebih besar dari 0,7, sehingga proses pengukuran masing set pada SPM menunjukkan bahwa set
dapat dipercaya. A, B, C, D dan E mampu menjalankan fungsi
Berdasarkan hasil analisis karakteristik ukur dengan baik tetapi masih perlu dilakukan
psikometri pada aitem SPM secara keseluruhan peningkatan dan perbaikan pada aitem dengan
berdasarkan indeks kesukaran aitem, indeks kategori lumayan bagus dan belum
diskriminasi aitem, dan validitas konstrak memuaskan.
menunjukkan bahwa kualitas aitem cukup 6. Hasil analisis reliabilitas konstrak pada SPM
memuaskan karena terdapat 47 sampai 48 aitem secara keseluruhan menunjukkan bahwa SPM
yang dapat diterima. Hasil analisis validitas memiliki reliabiltas yang baik dan dapat
konstrak masing-masing set pada SPM dipercaya sebagai alat tes.
menunjukkan bahwa semua set pada SPM Hasil penelitian ini diharapkan dapat
termasuk dalam kategori valid karena nilai muatan ditindaklanjuti dengan melakukan revisi aitem
faktor diatas 0,3. Hasil analisis validitas konstrak pada SPM yang memiliki kualitas aitem yang
pada SPM set A, B, C, D, dan E berada pada buruk dan menyusun aitem berdasarkan tingkat
kategori valid dan dapat menjalankan fungsi ukur kesukaran dari mudah, sedang, dan sulit.
dengan baik, tetapi masih perlu dilakukan Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan
peningkatan dan perbaikan pada aitem dengan jumlah sampel yang lebih besar dari penelitian ini
67
Annisa Suci Rahmadani Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
Widyastuti
Asmulyani Asri
agar hasilnya lebih akurat dan dapat dipercaya menggambarkan karakteristik psikometri pada
dan menggunakan sampel dengan usia dan SPM dengan kelompok subjek yang lebih luas.
wilayah yang lebih luas, sehingga dapat
Anastasi, A., & Urbina, S. (2016). Tes psikologi Mangestuti, R., & Azis, R. (2007). Validasi tes
(edisi 7). Terjemahan oleh R. H. S. inteligensi SPM dan IST pada mahasiswa
Imam. Jakarta: Indeks. Fakultas Psikologi UIN Malang.
Ringkasan Laporan Penelitian. Malang:
Azwar, S. (2016). Konstruksi tes kemampuan Universitas Islam Negeri Maulana Malik
kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibrahim Malang.
68
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
DOI:https://doi.org/10.21009/JPPP.082.02
Alamat Korespondensi:
Auliaahnfh@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to determine the relationship between sense of humor with burnout on elementary school teachers
in Jakarta. This research uses quantitative methods. The measuring instrument used to measure burnout is the
Maslach Burnout Inventory Educators Survey (MBI-ES). Sense of humor is measured by the Multidimensional
Sense of Humor Scale (MSHS) by Thorson and Powell. The statistical method used to analyze the data of this
study is the Spearman rank correlation. The results showed a significance value (p) of 0.010 (p <0.05). These
results indicate that the hypothesis in this study is accepted that there is a significant relationship between sense
of humor with burnout on elementary school teachers in East Jakarta. A negative sign on r count indicates the
two variables have a non-directional relationship.
Keywords
burnout, sense of humor, elementary school teacher.
69
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dengan Burnout
Aulia Hanifah pada Guru SD di Jakarta Timur
ayat (1) huruf a, tertera jelas jika guru berhak pekerjaan jasa. kelelahan dapat menyebabkan
mendapat penghasilan di atas kebutuhan hidup penurunan kualitas pelayanan atau layanan yang
minimum dan kesejahteraan sosial. disediakan (menjadi faktor pergantian pekerjaan,
Peneliti melakukan wawancara terhadap guru absensi, dan semangat kerja yang rendah), hal
SD di Jakarta Timur. Peneliti mengajukan tersebut memiliki kemungkinan berkorelasi
beberapa pertanyaan terbuka terkait burnout. dengan berbagai indeks disfungsi pribadi,
Hasilnya, guru-guru tersebut mengaku burnout termasuk kelelahan fisik, insomnia, peningkatan
pada pekerjaannya. Mereka sempat merasa ingin penggunaan alkohol dan obat-obatan, dan masalah
mengundurkan diri dan malas bekerja dan guru perkawinan dan keluarga (dalam Maslach dkk,
lainnya merasakan kelelahan fisik. 2017).
Hasil dari studi pendahuluan dapat dikatakan Menurut Freudenberger (dalam Tumkaya,
guru SD memiliki tugas mengajar yang monoton 2006) burnout merupakan kegagalan pribadi,
dibandingkan guru Sekolah Menegah Pertama kelelahan, dan tuntutan berlebihan pada energi,
(SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA). daya, dan sumber daya. Demikian pula, Maslach
Guru sekolah dasar yang mengajar kelas 1 dan 2 dan Jackson (dalam Tumkaya, 2006) mengartikan
pada umumnya menjadi guru kelas yang setiap burnout sebagai kelelahan fisik, emosional, dan
hari nya bertemu dengan siswa yang sama dan intelektual, kelelahan kronis, ketidakberdayaan,
mengajar dari pagi hingga sore semua mata keputusasaan, perkembangan ego negatif, dan
pelajaran yang di jadwalkan (Ayuningtyas, Akbar sikap negatif terhadap pekerjaan, kehidupan dan
& Pratasiwi, 2017). Selain menjelaskan mata orang lain. Subdimensi burnout termasuk
pelajaran dan memberikan tugas kepada siswa, depersonalisasi orang terhadap kolega mereka,
guru juga bertanggung jawab atas perkembangan perasaan kelelahan emosional, dan penurunan
hasil yang dicapai oleh siswa. Guru SD dapat tingkat pencapaian pribadi dan suffciency
dikatakan bekerja sehari penuh untuk emosional. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh
memberikan pelajaran kepada anak didiknya Sihotang (dalam Ekawanti & Mulyana, 2016) jika
terlebih ketika menjadi guru kelas, keadaan- burnout adalah keadaan dimana individu
keadaan tersebut yang menyebabkan terjadinya merasakan stres dalam jangka waktu yang lama
kecenderungan mengalami stres kerja. Penelitian dan dengan intensitas yang cukup tinggi, ditandai
yang dilakukan Dewi (Akbar & Pratasiwi, 2017) dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional,
yang dilakukan di kecamatan Pakis Magelang, kurangnya perhatian kepada orang lain maupun
menunjukkan bahwa tingkat stres kerja guru SD pekerjaan akibat dari tekanan berkepanjangan
lebih tinggi dibandingkan dengan guru SMP. yang dialami dalam situasi kerja, terutama pada
Stres kerja yang dialami terus menerus, akan pekerjaan pelayanan sosial, serta rendahnya
mengakibatkan terjadinya burnout. penghargaan terhadap diri sendiri yang
Cherniss (dalam Widiastuti & Astuti, 2008), mengakibatkan individu merasa terpisah dari
memberikan gambaran burnout sebagai lingkungannya.
penarikan diri secara psikologis dari pekerjaan Dari pengertian para ahli tentang burnout di
yang dilakukan atas reaksi dari stres dan atas, dapat disimpulkan bahwa burnout adalah
ketidakpuasan terhadap situasi kerja yang dampak dari stres yang berkepanjangan, yang
berlebihan atau berkepanjangan. Pines dan menyebabkan hilangnya emosi terhadap pekerjaan,
Aronson (dalam Widiastuti & Astuti, 2008) juga tidak terdapat gairah akan mengerjakan pekerjaan,
berpendapat bahwa burnout adalah bentuk apatis, dan dapat berujung kepada depresi. Burnout
ketegangan atau tekanan psikis yang disebabkan karena melakukan pekerjaan yang
berhubungan dengan stress yang kronik, dialami terlalu intens.
seseorang dari hari ke hari, serta ditandai dengan Risiko burnout dapat muncul ketika tuntutan
kelelahan fisik, mental, dan emosional. pekerjaan lebih besar dari kondisi dan sumber
Definisi burnout oleh Maslach dan Jackson daya yang ada. Namun, turunnya kinerja dan
(dalam Maslach dkk, 2017) merupakan sindrom antusiasme oleh pekerja juga terjadi ketika sumber
kelelahan emosional, depersonalisasi dan daya pekerjaan terbatas dan kondisinya buruk
berkurangnya pencapaian pribadi, hal ini dapat (Demerouti dkk, dalam Tumkaya, 2006). Sejumlah
terjadi di antara individu yang melakukan besar peneliti yang berurusan dengan efek burnout
pekerjaan yang bertemu dengan orang lain atau telah menekankan bahwa burnout fisik, emosional,
70
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dengan Burnout
Aulia Hanifah pada Guru SD di Jakarta Timur
dan intelektual saling terkait (Pines dkk, dalam yang dapat digunakan para guru yaitu humor yang
Tumkaya, 2006). dibagikan kepada rekan kerjanya. Berkman (dalam
Aspek penentu dari sindrom burnout yaitu Miller, 2008) dan Cohen dan Wills (dalam Miller,
meningkatnya perasaan kelelahan emosional. 2008) mengemukakan bahwa jejaring sosial
Ketika sumber daya emosional mereka menipis, seseorang dapat memediasi dampak tuntutan
pekerja merasa tidak lagi dapat memberikan diri kehidupan pada kesehatan dan kesejahteraan.
mereka sendiri pada tingkat psikologis. Aspek Singkatnya, stresor baik di dalam maupun di luar
lain yaitu pengembangan sikap dan perasaan kelas berkontribusi terhadap tempat kerja yang
negatif dan sinis kepada klien. Reaksi negatif kompleks dan sering tidak menguntungkan bagi
kepada klien tersebut dapat dikaitkan dengan para guru. Oleh karena itu, humor dapat membantu
pengalaman kelelahan emosional, yaitu dua mengurangi tekanan ini dan juga berfungsi untuk
aspek kelelahan ini tampaknya agak terkait. meningkatkan persepsi dan sikap individu
Persepsi tidak berperasaan atau bahkan tidak sehubungan dengan pekerjaan mereka. Humor
manusiawi dari orang lain ini dapat membuat staf yang digunakan oleh orang dewasa yang bekerja
memandang klien mereka pantas mendapatkan bersama di lingkungan sekolah dapat menciptakan
masalah mereka (Ryan, dalam Maslach & dan mempertahankan lingkungan kerja dan belajar
Jackson, 1981), dan prevalensi di antara para yang positif.
profesional layanan manusia dari sikap negatif Studi yang melibatkan hubungan antara humor
terhadap klien ini telah didokumentasikan dengan dan burnout yang dilakukan pada dosen
baik (Wills, dalam Maslach & Jackson, 1981). universitas (Tumkaya 2007) telah menunjukkan
Aspek ketiga dari sindrom burnout yaitu hasil yang berhubungan secara signifikan. Satu
kecenderungan untuk mengevaluasi diri sendiri studi yang dilakukan oleh Kelly (2002)
secara negatif, khususnya yang berkaitan dengan menunjukkan bahwa individu yang memiliki sense
pekerjaan seseorang dengan klien. Pekerja of humor cenderung tidak khawatir. Demikian
merasa tidak bahagia tentang diri mereka sendiri pula, Cann dkk. (dalam Malinowski, 2013)
dan tidak puas dengan prestasi mereka di menemukan bahwa sense of humor tidak hanya
pekerjaan. dapat mengurangi jumlah kekhawatiran dan
Proses burnout dipengaruhi tidak hanya oleh kecemasan yang dialami seseorang, namun juga
variabel eksternal, seperti beban kerja (Sarros dan dapat menghasilkan emosi positif. Yang paling
Sarros 1987, dalam Tumkaya, 2007), kurangnya menonjol adalah penelitian yang dilakukan oleh
dukungan sosial (Cheuk dan Wong 1995, dalam Szabo (dalam Malinowski, 2013), yang
Tumkaya, 2007), kurangnya dukungan menunjukkan bahwa penggunaan humor dapat
manajerial (Brissie et al. 1988, dalam Tumkaya, menghasilkan perubahan psikologis positif yang
2007), dan usia dan pengalaman mengajar lebih besar dibandingkan dengan olahraga. Selain
bertahun-tahun (Tumkaya, 1996, dalam itu, Szabo dkk. (dalam Malinowski, 2013)
Tumkaya, 2007), tetapi juga oleh atribut pribadi, melaporkan bahwa humor memiliki dampak yang
seperti cara mengatasi stres (Chan dan Hui 1995, lebih besar pada kesejahteraan psikologis individu
dalam Tumkaya, 2007), dan locus of control dibandingkan dengan latihan aerobik dan musik.
(Lunenburg dan Cadavid 1992; Tumkaya 2001, Individu dengan sense of humor yang lebih
dalam Tumkaya, 2007). besar dianggap lebih mampu mengatasi stres,
Burnout dapat mengakibatkan penurunan bergaul dengan orang lain, dan menikmati
prestasi kerja yang menyebabkan kurangnya kesehatan mental dan bahkan fisik yang lebih baik
minat dalam pekerjaan, gangguan kehidupan (Lefcourt, 2001, dalam Tumkaya, 2007). Salah
keluarga dan hubungan pribadi, ketidakhadiran, satu cara untuk mengatasi tekanan dan stres yaitu
dan keinginan untuk mengubah pekerjaan dengan humor. Menurut Hodgkinson (dalam
(Cherniss 1980; Gaines dan Jermier 1983; Sukoco, 2014) humor dapat menimbulkan refleks
Maslach dan Jackson 1985; Perlman dan tertawa, dan tertawa merupakan obat terbaik untuk
Hartman 1982; Pines dkk, 198; dalam Tumkaya, melawan stres. Untuk dapat mengamati,
2007). merasakan atau mengungkapkan humor, individu
Dengan intensi mengalami burnout yang memerlukan kepekaan terhadap humor (sense of
mengancam guru SD tersebut, dapat diatasi humor). Menurut Irwin dkk (dalam Sukoco, 2014),
dengan salah satu mekanisme penghilang stres sense of humor adalah sebuah kemampuan
71
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dengan Burnout
Aulia Hanifah pada Guru SD di Jakarta Timur
seseorang atau individu untuk melihat suatu sisi kognitif mereka dari situasi penuh tekanan menjadi
yang lebih ringan dan lebih lucu dalam situasi yang dapat ditertawakan secara cepat.
kehidupannya. Mereka pun dapat lebih mudah bergaul di
Martin (dalam Kelly, 2002) mendefinisikan lingkungan sosial karena dianggap menyenangkan,
sense of humor sebagai pemburu, memahami, juga dapat membantu orang lain dalam mereduksi
menghargai, dan menciptakan humor. Konsisten masalahnya.
dengan definisi umum ini, Thorson dan Powell Dari penelitian- penelitian sebelumnya, tidak
(dalam Kelly, 2002) mengemukakan bahwa rasa ada yang mengangkat sense of humor dan burnout,
humor terdiri dari beberapa elemen, termasuk penelitian sebelumnya banyak membahas sense of
pengakuan diri sendiri sebagai humor, pengakuan humor dengan stres salah satunya yaitu penelitian
humor orang lain, penghargaan humor, hubungan sense of humor dengan stres pada
kecenderungan untuk tertawa, sebuah perspektif mahasiswa baru fakultas psikologi yang dilakukan
yang memungkinkan suatu penghargaan atas oleh Sukoco (2014) dengan hasil yang di dapat
absurditas hidup, dan penggunaan humor untuk berupa terdapat hubungan negatif antara sense of
menghadapi masalah. Menurut McGhee (dalam humor dengan stres pada mahasiswa baru Fakultas
Kelly, 2002) humor adalah gabungan dari sikap Psikologi Universitas Surabaya angkatan 2013,
main-main dan kemampuan untuk bermain pada burnout sendiri memiliki keterkaitan dengan stres,
ide-ide. Kemampuan kognitif untuk yaitu burnout merupakan tahap selanjutnya dari
memanipulasi dan membingkai ulang ide-ide stres yang terus menerus. Stres kronis dapat
yang memungkinkan orang-orang dengan selera melemahkan secara emosional terutama ketika
humor yang baik untuk melihat peristiwa- individu mengalami ketidakmampuan untuk
peristiwa yang tidak menyenangkan sebagai hal mengendalikan atau mengurangi stres ke tingkat
yang lucu dan bukannya menakutkan ataupun yang dapat dikelola (Talbot & Lumden,2000).
menyebalkan. Oleh karena itu, tidak Di Indonesia, istilah burnout tidak sepopuler
mengherankan, jika individu dengan selera stres terutama di kalangan para guru yang masih
humor yang lebih besar tidak mendukung menganggap asing istilah burnout (Firdaus, 2006,
depresi, kesepian, suasana hati yang negatif, dan dalam Widiastuti & Astuti, 2008). Dengan adanya
ketidakmampuan sosial (Kelly, 2002) dan alasan tersebut, peneliti ingin mengenalkan istilah
mendukung motivasi tugas, keceriaan, harga diri, burnout kepada para pekerja terutama guru. Oleh
kepercayaan, dan dominasi sosial (Kelly, 2002). karena masih sangat jarang penelitian yang
Eysenck (dalam Martin & Lefcourt, 1984) mengangkat tema sense of humor dengan burnout,
menunjukkan bahwa istilah sense of humor dapat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan sense of
digunakan setidaknya dalam tiga cara: (a) rasa humor dengan burnout pada guru SD di Jakarta
konformis, menekankan tingkat kesamaan antara Timur.
apresiasi orang terhadap materi lucu; (b) arti Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
kuantitatif, mengacu pada seberapa sering mengetahui hubungan sense of humor dengan
seseorang tertawa dan tersenyum dan betapa burnout pada guru SD di Jakarta Timur.
mudahnya dia geli; dan (c) pengertian produktif,
dengan fokus pada sejauh mana orang tersebut 2. Metode Penelitian
menceritakan kisah lucu dan menghibur orang Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
lain. kuantitatif. Penelitian ini termasuk ke dalam
Dimensi sense of humor menurut Thorson penelitian korelasional, korelasional adalah metode
dan Powell (1993) yaitu humor production, yang menggambarkan secara kuantitatif asosiasi
humor appreciation, coping humor, dan attitudes ataupun relasi satu variable interval dengan
toward humor and humorous people. interval lainnya.
Dari pengertian sense of humor oleh para ahli Populasi yang akan digunakan dalam
tadi, dapat disimpulkan bahwa sense of humor penelitian ini adalah guru SD di Jakarta Timur.
adalah sifat yang dimiliki oleh individu yang Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
dapat merasakan, menciptakan, menghargai dengan cara Simple random sampling merupakan
sesuatu yang lucu. Orang yang memiki sense of teknik penentuan sampel dari populasi secara acak
humor yang baik ini dapat mereduksi situasi tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
penuh stres, karena mereka dapat merubah populasi itu. Cara demikian dilakukan bila anggota
72
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dengan Burnout
Aulia Hanifah pada Guru SD di Jakarta Timur
populasi dianggap homogen (Sudaryono, 2018). Sedangkan reliabilitas per aspek yaitu; aspek
Dengan cara mengacak sekolah SD yang berada kelelahan emosi 0,706; depersonalisasi 0,678, dan
di Jakarta Timur. untuk aspek penurunan pencapaian pribadi yaitu
Teknik pengumpulan data yang digunakan 0,657; setiap aspek dalam burnout ini
dalam penelitian ini adalah teknik angket atau dikategorikan reliabel. Kemudian, nilai reliabilitas
kuisioner. Terdapat dua buah instrumen instrumen sense of humor setelah dilakukan uji
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, coba sebesar 0,826 yang dikategorikan reliabel.
diantaranya Educators Survey-Maslach Burnout Setelah melakukan uji coba validitas dan
Inventory (MBI-ES) untuk mengukur burnout reliabilitas, peneliti kemudian melakukan
pada guru. penelitian dengan mendatangi 15 SD yang berada
Instrumen MBI ES ini terdiri dari 22 item, di Jakarta Timur pada tanggal 22 Juli 2019 sampai
dengan 14 item favorable dan 8 item dengan 1 Agustus 2019. Total subjek penelitian
unfavorable, instrumen MBI ES ini memiliki 7 yang diperoleh sebanyak 136 orang.
pilihan jawaban yaitu mulai dari tidak pernah (0 Berdasarkan pengujian dengan menggunakan
poin) hingga setiap hari (6 poin). uji korelasi product moment oleh rank Spearman,
Multidimensional Sense of Humor Scale diketahui jika r hitung sebesar -0,221 dan r tabel
(MSHS) untuk mengukur sense of humor. 0,168, r hitung > r tabel. Sedangkan pada nilai p =
MHSH terdiri dari 29 item, dengan 7 item 0,010. Dengan demikian nilai p lebih kecil
unfavorable dan 22 item favorable, MHSH daripada nilai α = 0,05. Jadi, dapat disimpulkan
memiliki empat pilihan jawaban yang bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan
menunjukkan frekuensi sense of humor individu, dari uji analisis korelasi product moment oleh rank
diantaranya Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Spearman ini adalah terdapat hubungan yang
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju signifikan antara sense of humor dengan burnout
(STS). pada guru SD di Jakarta Timur. Hubungan negatif
tersebut memiliki arti jika sense of humor memiliki
Tabel 1. Kategorisasi Skor Burnout hubungan yang terbalik dengan burnout.
Kategorisasi Skor Frekuensi Presentase
Tinggi X > 48,00 5 3,7%
Rendah X ≤ 48,00 131 96,3%
Total 136 100%
Uji coba instrumen diberikan kepada individu Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa subjek
yang bekerja sebagai guru SMP dan SMA di yang memiliki tingkat burnout tinggi sebanyak 3
sekolah yang berada di Jakarta Timur yaitu orang (2,2%) dan yang memiliki tingkat burnout
sebanyak 51 orang guru. Perhitungan uji rendah sebanyak 133 orang (97,8%). Dapat
reliabilitas dan validitas dalam penelitian ini disimpulkan bahwa hampir keseluruhan responden
dilakukan dengan menggunakan SPSS 25. memiliki tingkat burnout rendah.
73
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dengan Burnout
Aulia Hanifah pada Guru SD di Jakarta Timur
humor tinggi. Hampir seluruh subjek penelitian memiliki sense of
Seperti halnya yang dikatakan oleh Wooten humor yang tinggi, dan sebaliknya. Hampir seluruh
jika humor menyediakan cara untuk berbagi subjek penelitian memiliki tingkat burnout yang
frustrasi umum yang pada gilirannya dapat rendah dan sense of humor yang tinggi. Hal itu
meningkatkan kekompakan di antara rekan kerja. memburktikan bahwa humor terbukti dapat
Humor juga telah diidentifikasi sebagai alat menjadi salah satu mekanisme koping untuk
komunikasi yang, jika digunakan secara efektif, mencegah terjadinya burnout di kalangan guru.
dapat mencegah kelelahan dan menciptakan
ketahanan terhadap stres (Talbot & Lumden, 5. Daftar Pustaka
2000) sehingga mengurangi dampaknya (Talbot
& Lumden, 2000). Humor dapat bertindak secara Akbar, Z., Pratasiwi, R. (2017). Resiliensi Diri dan
langsung pada depresi atau dapat bertindak Stres Kerja pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal
sebagai penyangga terhadap efek negatif dari Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 6(2).
tekanan psikologis (Overholser, 1992). http://doi.org/10. 21009/jppp.
Humor terbukti dapat menjadi salah satu
mekanisme koping untuk mencegah terjadinya Kelly, W. E.(2002). An Investigation of Worry and
burnout di kalangan guru. Humor, menurut Sense of Humor. The Journal uf
McGhee (dalam Kelly, 2002) menggabungkan Psychology,136(6), 657-666.
sikap main-main dan kemampuan bertepatan
untuk bermain pada ide-ide. Suatu kemampuan Malinowski, A. J. (2013). Characteristics of Job
kognitif untuk memanipulasi dan membingkai Burnout and Humor among Psychotherapists.
kembali ide-ide yang memungkinkan orang- Humor, 26(1), 117 – 133. DOI 10.1515/humor-
orang dengan selera humor untuk melihat 2013-0007.
peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan
menjadi hal yang lucu dan bukannya menakutkan Martin, R. A., Lefcourt, H. M. (1984). Situational
ataupun menyebalkan. Humor Response Questionnaire: Quantitative
Oleh karena itu, tidak mengherankan, jika Measure of Sense of Humor. Journal of
individu dengan selera humor yang lebih besar Personality and Social Psychology, 47(I), 145-
tidak mengalami depresi, kesepian, suasana hati 155.
yang negatif, dan ketidakmampuan sosial (Kelly,
2002) dan baik dalam motivasi tugas, keceriaan, Maslach, C., Jackson, S. E. (1981). The
harga diri, kepercayaan, dan dominasi sosial measurement of experienced burnout. Journal
(Kelly, 2002). Juga humor telah diidentifikasi Of Occupational Behaviour, 2, 99-113.
sebagai manajer stres di tempat kerja (Morreall
1991, dalam Talbot & Lumden, 2000). Maslach, C., Schaufeli, W. B. (2017). Historical
Humor menyediakan cara untuk berbagi and Conceptual Developmet of Burnout, In C.
frustrasi umum yang pada gilirannya dapat Maslach, W. B. Schaufeli, & T. Marek (Eds),
meningkatkan kekompakan di antara rekan kerja. Professional Burnout: Recent Developments in
Humor juga telah diidentifikasi sebagai alat Theory and Research (pp, 1-16). New York.
komunikasi yang jika digunakan secara efektif,
dapat mencegah kelelahan dan menciptakan Miller, B. (2008). The Use and Effect of Humor in
ketahanan terhadap stres (Wooten 1996, dalam the School Work Place. Dissertation.
Talbot & Lumden, 2000) sehingga mengurangi University of Oregon.
dampaknya (Nezu dkk, 1988, dalam Talbot &
Lumden, 2000). Overholser, J.C. (1992). Sense of Humor When
Coping with Life Stress. Person Indiuidu,
13(7), 799-804.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara Riana, A. (2012). 4 Masalah Guru yang Tak
statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat Pernah Selesai. Retrieve from
hubungan yang signifikan antara sense of humor https://edukasi.kompas.com/read/2012/11/26/1
dengan burnout pada Guru SD di Jakarta Timur. 337430/4. Di akses pada tanggal 11 April
74
Lupi Yudhaningrum Hubungan antara Sense of Humor dengan Burnout
Aulia Hanifah pada Guru SD di Jakarta Timur
2019. Sukoco, A.S.P. (2014). Jurnal Tugas Akhir
Hubungan Sense of Humor Dengan Stres Pada
Sudaryono. (2018). Metodologi Penelitian. Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi. Jurnal
Depok: Rajawali Pers. Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, 3(1).
Suprianto, E. (2013). Tuntutan Kompetensi Baru Strategy. Educational Sciences: Theory &
Bagi Guru Dalam Mewujudkan Pembelajaran Practice. 6(3). 911-921.
Yang Efektif. Retrieve from
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/ Tumkaya, S. (2007). Burnout And Humor
bitstream/handle/11617/3516/2_Tuntutan_Ko Relationship Among University Lecturers.
mpetensi_Baru_Bagi_Guru_Dalam_Mewujud Humor, 20(1), 73–92. DOI 10.1515.
kan.pdf?sequence=1&isAllowed=y.
Wahab Firmansyah (2019). Ikut Pelatihan di Luar
Talbot, L. A., Lumden, D. B. (2000). On The Negeri, Kompetensi 1.200 Guru Digembleng.
Association Between Humor and Burnout. Retrieve from
Humor, 13(4), pp. 419-428. https://nasional.sindonews.com/read/1382785/
144/ ikut-pelatihan-di-luar-negeri-kompetensi-
Thorson, J. A., Powell, F. C.(1993). Development 1200-guru-digembleng 1551338250. Di akses
and Validation of a Multidimensional Sense of pada tanggal 12 April 2019.
Humor Scale. Journal of Clinical Psychology,
49(I). Widiastuti, D.Z., Astuti, K. (2008). Hubungan
Antara Kepribadian Hardiness dengan
Tumkaya, S. (2006). Faculty Burnout in Relation Burnout pada Guru Sekolah Dasar. Jurnal
to Work Environment and Humor as a Coping Insight, 6(2).
75
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
Alamat Korespondensi:
kencana.wulan@gmail.com
ABSTRACT
Creative ideas are not only generated from creative thinking, but also need to be supported by individual creative
character (nonaptitude creativity). This study aims to obtain data about problems in developing creative characters
in students. The results showed aspects of creative characters that still need to be developed are high curiosity, like
challenges and dare to take risks. Based on this we design a training program to develope creative character. This
training program focuses on providing learning through direct experienced, in order to develop aspects high
curiosity, like challenges and dare to take risks of students
76
Dwi Kencana Wulan Rancangan Program Pelatihan Karakter Kreatif pada
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
diharapkan akan mampu mengaplikasikan ilmu dan berpikir dengan lancar, fleksibel, orisinal dan
pengetahuan yang diperoleh di pendidikan tinggi mampu untuk mengelaborasi dalam menghasilkan
guna memenangkan perasaingan di dunia kerja. ide-ide dengan cepat, banyak, bervariasi, baru, kaya
Berdasarkan pemaparan pengusaha Chairul dan rinci dalam menghadapi setiap persoalan yang
Tanjung dan Menteri Perindustrian Indonesia datang (Guilford, 1970).
sebelumnya, inovasi dan k reativitas menjadi kunci Produk kreatif akan dapat dihasilkan dari proses
keberhasilan memenangkan pertarungan di dunia berpikir kreatif pada individu, yang ditunjang oleh
kerja, khususnya di era Industri 4.0. Untuk itu sifat kreatif atau ciri-ciri afektif dari individu
mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan tersebut yang berkaitan erat dengan keinginan dan
aspek kreativitas dan kemampuan inovasi yang dorongan seorang untuk terus menghasilkan ide-ide
dimiliki selain memperdalam pengetahuan dan pemikiran yang kreatif. Ciri-ciri afektif atau
ilmu sesuai bidang kajian yang dijalani. karakter kreatif yang dimaksud yaitu: memiliki rasa
Pada penelitian sebelumnya, mengenai ingin tahu yang besar, imajinatif, suka tantangan,
kreativitas pada mahasiswa Universitas Negeri berani mengambil resiko dan memiliki sifat
Jakarta, peneliti mendapatkan gambaran bahwa menghargai (Guilford, 1970). Rasa ingin tahu yang
kreativitas sangat dibutuhkan oleh mahasiswa baik besar diwujudkan dalam perilaku-perilaku yang
saat mereka menjalani pendidikan di perguruan selalu mempertanyakan sesuatu, senang mengetahui
tinggi maupun untuk menjalani persaingan di dunia sebab atau alasan dari setiap kejadian, seringkali
kerja di masa mendatang. Pada penelitian tersebut mengamati dan memperhatikan orang, objek dan
juga diperoleh gambaran bahwa kegiatan belajar situasi disekitarnya. Sifat imajinatif dapat terlihat
yang diterapkan di tingkat pendidikan tinggi seperti dari perilaku individu yang senang mengandai-
di Universitas atau perguruan tinggi menuntut andai tentang sesuatu yang belum pernah terjadi
mahasiswa untuk lebih mandiri dalam berpikir sebelumnya, namun tetap dapat membedakan antara
guna menyelesaikan persoalan-persoalan dan tugas khayalan dan kenyataan. Individu yang menyukai
yang diberikan. Tujuan belajar di tingkat tantangan dapat terlihat dari perilaku-perilakunya
pendidikan tinggi pada umumnya mengutamakan yang selalu ingin menyelesaikan persoalan-
pengaplikasian konsep dasar yang sudah dipahami persoalan sulit yang akan membuatnya merasa
dan dipelajari mahasiswa dalam menganalisa tertantang, sehingga mendorong individu tersebut
persoalan yang berkaitan dengan materi yang untuk megembangkan sikap tidak mudah menyerah
dipelajari, sehingga tidak lagi menekankan pada dan gigih.
pemahaman dan mengingat serta mengulang materi Sifat kreatif selanjutnya adalah berani
saja. Oleh karena itu mahasiswa diharapkan mengambil resiko, hal ini dapat terwujud dari
mampu memecahkan permasalahan dengan cermat perilaku-perilaku individu yang selalu ingin
dan menghasilkan solusi yang tepat serta mencoba hal-hal baru, tidak takut mengalami
bervariasi. Proses berpikir ini membutuhkan kegagalan serta berani menghadapi situasi yang
produktivitas ide yang banyak dan kelancaran tidak pasti atau belum memiliki kejelasan
dalam berpikir. Gambaran tersebut menjelaskan (unconventional). Sifat seperti ini akan mendorong
bahwa mahasiswa membutuhkan proses berpikir individu untuk selalu mencari ide-ide baru dan
kreatif yang dapat menunjang kegiatan belajarnya, melihat permasalahan dari sudut pandang yang
sehingga mahasiswa mampu beradaptasi dengan berbeda-beda, sehingga dapat menemukan
baik terhadap tuntutan-tuntutan yang dihadapi. penyelesaian masalah yang tepat untuk persoalan
Guilford menjelaskan terdapat empat aspek yang dihadapi. Cara atau pola yang digunakan
berpikir kreatif, yaitu: kelancaran berpikir, berbeda-beda, sehingga individu tersebut akan terus
fleksibelitas berpikir, orisinal dan elaborasi. menggali dan mendapatkan pola berpikir yang baru.
Keempat aspek ini sangat dibutuhkan oleh individu Sifat menghargai juga perlu dikembangkan dengan
untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang alasan bahwa seorang yang kreatif dan mampu
dihadapi, baik dalam bidang akademik maupun di menghasilkan karya kreatif harus tetap menghargai
kehidupan sehari-hari. Selain itu, dapat membantu diri sendiri dan orang lain. Individu kreatif yang
individu untuk menciptakan karya-karya kreatif mampu menghargai akan tetap berusaha
yang orisinal dan baru. Dengan demikian menghasilkan ide-ide kreatif yang berguna dan
kreativitas merupakan kemampuan untuk dapat
77
Dwi Kencana Wulan Rancangan Program Pelatihan Karakter Kreatif pada
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
memiliki manfaat positif bagi diri sendiri, orang produksi tahap awal, uji coba awal, revisi produk
lain dan lingkungan. utama, uji coba lapangan utama, revisi produk
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya operasional, uji lapangan operasional dan revisi
diperoleh gambaran karakter kreatif mahasiswa produk final. Populasi dalam penelitian ini adalah
Universitas Negeri Jakarta, diperoleh data bahwa mahasiswa aktif Universitas Negeri Jakarta.
terdapat 67% responden mahasiswa UNJ yang Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan
telah mengembangkan sifat kreatifnya dengan sampel berupa purposive sampling. Purposive
cukup optimal. Selanjutnya 18% responden sampling adalah penentuan sampel yang sesuai
mahasiswa UNJ memiliki sifat kreatif pada dengan karakteristik yang ingin diteliti. Jumlah
kategori tinggi, yang menunjukkan pengembangan sampel pada penelitian ini berjumlah 638 orang.
sifat kreatif yang sudah optimal. Sedangkan 15% Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data
lainnya memiliki sifat kreatif yang tergolong dilakukan dengan menggunakan kusioner karakter
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa mereka belum kreatif, yang disusun sendiri oleh peneliti
mengembangkan sifat kreatifnya dengan optimal. berdasarkan konsep kreativitas dari Guilford.
selain itu diperoleh data yang menunjukan bahwa Instrumen ini terdiri dari 77 butir item. Berdasarkan
562 responden berada dalam kategorisasi skor hasil uji coba diperoleh nilai validitas yang berada
sedang untuk masing-masing dimensi, dimensi pada rentang 0,3 sampai 0,7 dengan reliabilitas
yang memiliki kategorisasi skor tinggi paling masing-masing dimensi secara berutan rasa ingin
banyak adalah dimensi 2 yaitu aspek imajinatif tahu yang tinggi, imajinatif, suka tantangan, berani
sedangkan dimensi yang memiliki kategorisasi skor mengambil resiko, sifat menghargai adalah 0,756;
rendah yang paling sedikit adalah dimensi 1 yaitu 0,618; 0,782; 0,699; 0,940.
rasa ingin tahu yang tinggi. (Dwi, 2018).
3. Hasil Penelitian dan Diskusi
2. Metode Penelitian Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh,
Penelitian ini menggunakan research and diketahui bahwa subjek penelitian yang dilakukan
development yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu terdiri dari 638 responden dengan jenis kelamin
pendahuluan, pengembangan, dan implementasi. laki-laki 298 responden dan jenis kelamin
Tahap Pendahuluan terdiri dari analisis kebutuhan. perempuan 340 responden. Responden yang
Tahap pengembangan terdiri dari perencanaan, berpartisipasi pada penelitian ini memiliki usia 17-
26 tahun.
Berdasarkan Fakultas terdapat 48 orang yang Pendidikan Psikologi, 79 orang dari Fakultas Ilmu
berasal dari Fakultas Ilmu Pendidikan, 61 orang Olahraga, 47 orang dari Fakultas Ilmu Sosial, 77
dari Fakultas Ekonomi, 107 orang dari Fakultas orang dari Fakultas Teknik dan 55 orang dari
Bahasa dan Seni, 164 orang dari Fakultas Fakultas Matematika dan IPA.
78
Dwi Kencana Wulan Rancangan Program Pelatihan Karakter Kreatif pada
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Berdasarkan semester yang sedang ditempuh 137 orang berada di semester 4, 18 orang berada di
terdapat 232 orang yang sedang berada di semester semester 5, 144 orang yang berada di semester 6,
2, 90 orang sedang berada di semester 3, 10 orang berada di semester 8, 2 orang berada di
semester 10 dan 1 orang berada di semester 12.
Gambar 3 menunjukkan hasil data bahwa 638 adalah dimensi 2 yaitu aspek imajinatif sedangkan
responden berada dalam kategorisasi skor sedang dimensi yang memiliki kategorisasi skor rendah
untuk masing-masing dimensi, dimensi yang yang paling sedikit adalah dimensi 1 yaitu rasa
memiliki kategorisasi skor tinggi paling banyak ingin tahu yang tinggi.
79
Dwi Kencana Wulan Rancangan Program Pelatihan Karakter Kreatif pada
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa diperoleh 19% responden dengan kategori tinggi
untuk menghasilkan karya yang kreatif tidak hanya adalah dimensi berani mengambil resiko. Dimensi
diperoleh dari hasil berpikir kreatif, namun juga berikutnya dengan 17% responden mahasiswa UNJ
ditunjang dengan sifat kreatif yang baik. Sifat yang tergolong pada kategori tinggi yaitu,
kreatif yang ditelusuri pada penelitan ini, terdiri menyukai tantangan.
dari lima sifat yaitu, rasa ingin tahu yang tinggi, Untuk dimensi kelima terdapat 16% dari
imaginatif, menyukai tantangan, berani mengambil responden mahasiswa UNJ yang memiliki sifat rasa
resiko dan memiliki sifat menghargai. Kelima sifat ingin tahu pada kategori tinggi, hal ini
ini menjadi tolak ukur pembentukan sifat kreatif menunjukkan sifat rasa ingin tahu yang tinggi
pada diri individu. Hasil penelitian menunjukkan masih belum menjadi prioritas responden untuk
638 responden yang merupakan mahasiswa menunjang proses pemikiran kreatifnya dalam
Universitas Negeri Jakarta, yang terdiri dari 298 menciptakan suatu karya.
laki-laki dan 340 perempuan pada umumnya Pada responden penelitian ini, yang terdiri dari
memiliki sifat kreatif yang tergolong dalam mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dari 8
kategori sedang. Hal ini menunjukkan terdapat fakultas sifat rasa ingin tahu yang tinggi menjadi
67% responden mahasiswa UNJ yang telah sifat yang masih perlu dikembangkan dengan
mengembangkan sifat kreatifnya dengan cukup optimal, guna menunjang perkembangan sifat
optimal. Selanjutnya 17% responden mahasiswa kreatif mahasiswa secara keseluruhan.
UNJ memiliki sifat kreatif pada kategori tinggi,
yang menunjukkan pengembangan sifat kreatif
yang sudah optimal. Sedangkan 16% lainnya 4. Kesimpulan
memiliki sifat kreatif yang tergolong rendah. Hal Responden penelitian yang merupakan
ini menggambarkan bahwa mereka belum mahasiswa Universitas Negeri Jakarta masih perlu
mengembangkan sifat kreatifnya dengan optimal. mengembangkan karakter kreatif yang dimiliki
Selain menggambarkan mengenai kategori sifat guna menunjang proses berpikir kreatifnya.
kreatif yang dimiliki responden, pada penelitian ini Karakter kreatif yang perlu dikembangkan terutama
juga diperoleh data mengenai dimensi sifat kreatif adalah rasa ingin tahu yang tinggi, sehingga
yang banyak dimiliki oleh responden. Hasil mahasiswa akan dapat memiliki keinginan untuk
penelitian menunjukkan 31% responden menelusuri informasi yang berkaitan dengan hal-hal
mahasiswa UNJ mempeoleh nilai yang tinggi yang ia pelajari atau temui dengan rinci, luas dan
untuk dimensi imajinatif. mendalam. Oleh karena itu program pelatihan
Dimensi kedua yang menunjukkan nilai karakter kreatif ini disusun secara bertahap yang
responden pada kategori tinggi (22%) adalah didahului dengan pemberian materi yang bertujuan
dimensi sifat menghargai. Namun pada dimensi untuk melepaskan kecemasan yang menghambat
menghargai, responden yang terdiri dari mahasiswa ekspresi peserta. Kemudian terdapat sesi diskusi
UNJ juga memperoleh nilai terendah yang paling yang dapat membantu peserta untuk melakukan
banyak, yaitu sebanyak 20%. Dimensi berikutnya eksplorasi seluas-luasnya untuk dapat
80
Dwi Kencana Wulan Rancangan Program Pelatihan Karakter Kreatif pada
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
mempermudah peserta menemukan gagasan baru. resiko dan menyukai tantangan dengan
Pada tahap selanjutnya peserta distimulasi untuk mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki.
dapat mengembangkan sikap berani mengambil
Tahapan ini akan diakhiri dengan penulisan karya Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan
kreatif yang orisinal dari peserta. Berdasarkan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta :
gambaran tersebut, fokus utama program pelatihan Grasindo.
ini adalah meningkatkan karakter kreatif
mahasiswa terutama pada aspek rasa ingin tahu Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas
yang tinggi, menyukai tantangan dan berani Anak Berbakat. Jakarta : Rineka Cipta.
mengambil resiko.
Perindustrian, K. (2019, April).
www.kemenperin.go.id. Dipetik April 2,
5. Daftar Pustaka 2019
Dwi Kencana Wulan, Fitri Lestari Issom. (2018).
Pratitis, N. T. (2018). Hubungan Antara
Creative Character of Jakarta University
Kemampuan Visual-Spasial dengan
Stundent. International Conference On
Kreativitas pada Mahasiswa Prodi
University and Intellectuan Culture (hal.
Arsitektur. Persona: Jurnal Psikologi
203). Jakarta: Laboratorium Sosial Politik
Indonesia, 7, 215-223.
Press UNJ.
Ritonga, R. (2019, Maret 01). Industri Kreatif di
Fajriah, S. Q. (2014). Hubungan Antara
Era Industri 4.0. Dipetik April 04, 2019,
Metakognisi dan Kreativitas pada
dari Media Indonesia:
Mahasiswa yang sedang Mengerjakan
http://www.mediaindonesia.com
Tugas Akhir di Jurusan Arsitektur
Universitas Diponegoro. Empati, 3, 610-
Shodik, J. (2019, Januari 18). www.indopos.co.id.
618.
Dipetik April 4, 2019
Guilford, J.P. Creativity : Retrospect and Prospect.
Stenberg, R. J. (2007). Wisdom, Intelligence, and
Journal of Creativity Behavior. . 1970. 4,3.
Creativity Synthesized. New York:
149-168
Cambridge University Press.
Marsudi, I. (2007). Pembelajaran Berbasis
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Pendidikan.
Kreativitas untuk Meningkatkan Pencapaian
Kompetensi Mahasiswa Bidang Aplikasi Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Komputer. Pendidikan Teknologi dan Bandung: Penerbit Alfabeta.
Kejuruan, 16, 19-40.
Vernon, P.E. 1973. Creativity. Victoria: Penguin
Education
81
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
DOI:https://doi.org/10.21009/JPPP.082.04
Alamat Korespondensi:
walimsitorus667@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of game methods with group guidance services on student self-acceptance.
The research method used was a Quasi experimental design nonequivalent control group design. The experimental
group received treatment in the form of 11 group counseling sessions held twice a day. The control group did not
receive treatment.
The population in this study was the students of class X SMAN I Babelan in the year of 2018. The sampling
technique used was purposive sampling. The students who became the sample in this study were 20 people with
self-acceptance scores in the low category. The instrument used in determining the sample of this study was a self-
acceptance instrument with four choices in the Likert scale model consisting of 36 valid items with reliability using
Cronbach's alpha of 0.735.
Hypothesis testing results indicate that the Asymp value. Sig of 0.005, through the calculation results, the
conclusion was obtained on the self-acceptance of students sig <0.05, meaning that the increase in self-acceptance
of students of class X SMAN I Babelan treatment group was higher than the control group. Based on the results of
the study it is expected that the teacher's guidance and counseling at the school to conduct group guidance service
activities with the game method of student self-acceptance.
Keywords
game method, group guidance, self-acceptance
82
Muhammad Walimsyah Sitorus Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Metode Permainan Terhadap Penerimaan Diri
Bersumber pada studi pendahuluan yang persefektif perkembangan, seringkali cara yang
dilakukan pada siswa/siswi di SMAN 1 Babelan terbaik bagi siswa dalam belajar adalah dengan
tahun ajaran 2018/2019 menggunakan angket belajar dari satu sama lain atau sesama siswa
dengan 53 butir pernyataan yang mencakup (Nandang, 2009).
beberapa indikator gambaran yang positif tentang Layanan bimbingan kelompok tersebut senada
diri, bertoleransi dengan rasa frustasi dan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan,
kemarahan, berinteraksi dengan orang lain tanpa diantaranya sebagai berikut :
memusuhin mereka apabila orang lain Penelitian Nurzakiah.,Justitia.,Hidayat (2015)
menyampaikan kritik, mengatur keadaan emosi yang berjudul “ Pengaruh bimbingan kelompok
menunjukkan bahwa tingkat penerimaan diri dengan metode problem solving dalam
siswa/siswi tahun ajaran 2017/2018 kurang baik. mengembangkan berpikir siswa kelas X di Negeri
Hal ini senada dengan pendapat Husniyati 30 Jakarta. Hasil penelitian yang didapat nilai
(2009) “ Individu yang mempunyai penerimaan Asymp. Sig = 0.005 < nilai signifikasi α = 0.05
diri rendah akan mudah putus asa, selalu disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H1 diterima,
menyalahkan dirinya, malu, rendah diri, akan artinya bahwa bimbingan kelompok dengan
keadaannya, merasa tidak berarti, merasa iri metode problem solving berpengaruh untuk
terhadap keadaan orang lain, akan sulit mengembangkan berpikir kritis siswa kelas X
membangun hubungan positif dengan orang lain, SMA Negeri 30 jakarta.
dan tidak bahagia”. Penelitian Fitria.,Intan.,Fitri (2015) yang
Berdasarkan penelitian Heriyadi Akbar 2013, berjudul “ Pengaruh layanan bimbingan kelompok
pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Bantarbolang dengan metode role play terhadap peningkatan
tahun Ajaran 2012/2013, menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi antarpribadi peserta
siswa memiliki penerimaan diri yang tidak baik didik untuk menghadapi konflik orangtua-remaja.
yaitu kriteria rendah dengan persentase 48%. Hasil penelitian diperoleh Asymp,Sig = 0.000 dan
Penerimaan diri merupakan ciri utama diuji pada signifikansi alpha 0.05. berdasarkan
kesehatan mental dan juga sebgai karakteristik nilai ini mengartikan bahwa terjadi peningkatan
utama dalam aktualisasi diri. Penerimaan diri keterampilan komunikasi antarpribadi peserta
yang baik ditandai dengan kemampuan menerima didik setelah diberikan bimbingan kelompok.
diri apa adanya. Kemampuan tersebut Penelitian Ningrum.,Hanim.,Herdi (2014) yang
memungkinkan seseorang untuk bersikap positif berjudul “pengaruh bimbingan kelompok dengan
terhadap diri sendiri dan kehidupan yang dijalani. metode bermain terhadap perilaku rendah hati
Individu yang memiliki penerimaan diri yang kelas II di SD Negeri Pulogebang 25 pagi Jakarta.
baik ditandai dengan bersikap positif terhadap Hasil uji hipotesis dilakukan dengan bantuan
diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai program SPSS 17.0 for windows yang menunjukan
aspek yang ada dalam diri sendiri baik positif bahwa nilai Asymp. sig sebesar 0,001, yang berarti
maupun negatif, dan memiliki pandangan positif lebih kecil dari nilai signifikansi α 0,05, sehingga
terhadap masa lalu. dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1
Demikian pula sebaliknya, seseorang yang diterima. berdasarkan hasil penelitian ini,
memiliki tingkat penerimaan diri yang kurang bimbingan kelompok dengan metode bermain ular
baik yang memunculkan perasaan tidak puas tangga dapat meningkatkan rendah hati siswa kelas
terhadap diri sendiri, merasa kecewa dengan II SDN Pulogebang 25 Pagi.
pengalaman masa lalu, dan mempunyai Berdasarkan hasil penelitian yang telah
pengharapan untuk tidak menjadi dirinya saat ini. dilakukan di atas, diartikan bahwa bimbingan
Layanan bimbingan kelompok menjadi salah kelompok berpengaruh terhadap penyelesaian
satu cara penanganan yang dapat dilakukan untuk problem yang dihadapi peserta didik.
membantu siswa/siswi dalam meningkatkan Permainan dapat dijadikan sebagai salah satu
penerimaan diri. Bimbingan kelompok teknik dalam layanan bimbingan kelompok baik
merupakan bentuk intervensi yang lebih efesien, sebagai pelengkap teknik-teknik yang lain maupun
karena konselor dapat bertemu dengan banyak sebagai suatu teknik tersendiri yang merupakan
siswa sekaligus. Serta bila ditinjau dari wahana pemuat materi pembinaan atau materi
83
Muhammad Walimsyah Sitorus Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Metode Permainan Terhadap Penerimaan Diri
84
Muhammad Walimsyah Sitorus Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Metode Permainan Terhadap Penerimaan Diri
3. Hasil Penelitian dan Diskusi hasil pretest, seluruh siswa berada pada kategori
Hasil penelitian berupa gambaran skor rendah, kemudian pada hasil posttest, pada
penerimaan diri rendah disetiap kelompok kelompok eksperimen berada pada kategori
dibandingkan antara skor pretest-postest. Pada tinggi.
Eksperimen Kontrol
No Nama Pre Post No Nama Pre Post
85
Muhammad Walimsyah Sitorus Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Metode Permainan Terhadap Penerimaan Diri
Gambar 1.
86
Muhammad Walimsyah Sitorus Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok dengan
Metode Permainan Terhadap Penerimaan Diri
tersebut masih terbatas pada teman dekat on Education for Global Issue, Batusangkar :
menerima kritik dan saran secara objektif akan September 05-06 2017
tetapi masih terbatas pada teman dekat saja,
memaknai diri secara objektif tetapi masih Anggraeni, F. D. (2013). Bimbingan pribadi untuk
terbatas dan belum dilakukan secara mendalam, meningkatkan penerimaan diri siswa. Skripsi
menerima segala kekurangan dan kelebihan yang pada PPB FIP UPI Bandung :Tidak
dimiliki hal ini dilakukan masih terbatas diterbitkan.
dikarenakan belum dilakukan secara mendalam.
Menerima perbedaan secara objektif tetapi hal Asrori.,& ali. 2012. “ Psikologi remaja”
ini masih terbatas pada teman disekeliling saja, perkembangan peserta didik, Jakarta : Bumi
mampu menerima bahwa setiap pihak sama-sama aksara.
bernilai dan berharga, hal ini masih terbatas
dikarenakan tindakan tersebut belum mampu Bernard, M.E. (2013), The Strength of Self-
dilakukan pada semua kalangan masyarakat luas, Acceptance Theory, Practice and Research,
serta melakukan kegiatan tanpa mengutamakan London: Springer.
pendapat dari orang lain, hal ini masih terbatas
karena kondisi tersebut belum dilakukan secara Drummond, R.J., & Jones, K.D. (2010).
mendalam. Asessment Procedures for Counselor and
Metode permainan memiliki signifikansi Helping Professionals (7th ed.). New Jersey :
terhadap kemampuan penerimaan diri siswa, Pearson Education, Inc.
artinya metode permainan dapat meningkatkan
penerimaan diri siswa/siswi. Peningkatan rata-rata Elizabeth, T., Sheerer, The Relationship of Self-
penerimaan diri kepada sasaran intervensi secara Acceptance and Self Respect to Acceptance of
keseluruhan pada setiap aspek. Respect for other ( Amerika: Journal of
Guru bimbingan dan konseling yaitu dapat Counsulting Psichology, 1949). P. 36-37.
memanfaatkan atau menerapkan program
intervensi dengan menggunakan metode Endang, (2017). “ 77 Games Berkarakter dalam
permainan yang telah divalidasi dan teruji untuk Bimbingan Konseling” Bandung: Penerbit
meningkatkan penerimaan diri sebagai salah satu Yrama Widya.
alternatif bantuan yang dapat digunakan untuk
membantu siswa agar memiliki penerimaan diri Gladding, S.T. (1995). Group Work : A
yang baik. Counseling Specialty. (Second Edition). New
Bagi penelitian selanjutnya yaitu hasil Jersey: Prentice Hall.
penelitian dapat bermanfaat sebagai data
penelitian selanjutnya berhubungan dengan Handayani, M.M., Ratnawati, S. dan Helmi, A.F.
manfaat metode permainan dan peningkatan (1998). “Efektivitas pelatihan pengenalan diri
penerimaan diri dengan berbagi atau beragam terhadap peningkatan penerimaan diri dan
teknik bimbingan dan konseling. harga dirii ”. Jurnal Psikologi. 2, 47-55.
87
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
*Universitas Padjadjaran
** Universitas Padjadjaran
*** Universitas Padjadjaran
**** Universitas Padjadjaran
DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.082.05
Alamat Korespondensi:
Gianti17001@mail.unpad.ac.id
ABSTRACT
Research on the reliability and validity of the work life balance construct is important considering that in
Indonesia there is currently no instrument specifically used to measure or assess work life balance and because of
the development of an understanding of the work life balance construct which always develops as a
multidimensional construct. The subjects in this study were 460 employees of State-Owned Company in Bandung.
The work life balance scale used in this study is an adaptation of the work life balance questionnaire developed by
Gwenith G. Fisher, Carrie A. Bulger and Carlla S. Smith (in Journal of Occupational Health Psychology 2009,
Vol. 14, No. 4, 441–456). In this study, the method of analysis is the confirmatory factor. The results showed that
the items for the work life balance scale had SLF values ranging from 0.75 to 0.912 so that all items could be said
to be valid. CR value is 0.976 and VE is 0.707, which means a reliable work life balance scale. Work life balance
scale is devided into two aspects, namely demands and resources. The demands aspect consists of 2 (two) sub
aspects, namely work interference with personal life (PLIW) and personal life interference with work (PLIW) and.
The second aspect, namely resources has 2 (two) sub aspects, namely work enhancement of personal life (WEPL)
and personal life enhancement ofwork (PLEW).
Keywords
Reliability, construct validity, work life balance scale
88
Gianti Gunawan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life
Yus Nugraha Balance di Indonesia
Marina Sulastiana
Diana Harding
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana Indonesia sampai saat ini belum ada instrumen
pekerjaan mengganggu kehidupan pribadi yang secara khusus dipergunakan untuk
seseorang. Hal ini juga berkaitan dengan stres mengukur atau menilai work life balance
kerja pada individu. Misalnya, bekerja dapat karyawan. Ke depan, skala work life balance ini
membuat seseorang sulit mengatur waktu akan berguna sebagai instrumen dalam
untuk kehidupan pribadinya. perencanaan regulasi dan intervensi bagi
b. PLIW (Personal Life with Interference Work) perusahaan. Penelitian tentang validitas
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana konstruk skala work life balance juga penting
kehidupan pribadi individu mengganggu dilakukan mengingat perkembangan
kehidupan pekerjaannya. Misalnya, apabila pemahaman tentang konstruk ini yang selalu
individu memiliki masalah didalam berkembang sebagai sebuah konstruk yang
kehidupan pribadinya, hal ini dapat bersifat multidimensi. Alasan penelitian ini
mengganggu kinerja individu pada saat adalah: 1) Validitas konstruk skala work life
bekerja. balance yang dipergunakan dalam penelitian ini
2. Resources belum teruji, dan 2) Reliabilitas konstruk skala
a. WEPL (Work Enhancement of Personal Life) work life balance yang dipergunakan dalam
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana penelitian ini belum teruji.
kehidupan pribadi seseorang meningkatkan
performa individu pada kehidupan 2. Metode Penelitian
pekerjaannya. Dimensi ini harus berkontribusi Subjek Penelitian dalam penelitian ini adalah
pada pembaruan sumber daya, sehingga 460 karyawan BUMN di Bandung. Dalam
diharapkan hal ini berhubungan secara negatif penelitian ini digunakan Stratified Cluster
dengan keseluruhan tekanan kerja. Dimensi ini Sampling. Cluster dalam penelitian ini adalah
berhubungan secara positif dengan life Direktorat. Adapun Strata dalam penelitian ini
satisfaction. Misalnya keterampilan yang adalah Jabatan. Dari enam direktorat yang ada
diperoleh individu pada saat bekerja, akan diambil semua direktorat. Adapun Strata
memungkinkan individu untuk memanfaatkan dibagi pada Strata Level Struktural (yang terdiri
keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari- dari 5 strata karena strata ahli utama tidak
hari, yaitu mengimplementasikan pengetahuan digunakan karena banyak yang kosong) dan Strata
dan pelatihan dalam kehidupan pribadi. Level Operasional (yang terdiri dari 3 strata
b. PLEW (Personal Life Enhancement of Work) karena strata yang lainnya tidak digunakan karena
Dimensi ini mengacu pada sejauh mana banyak yang kosong).
kehidupan pekerjaan seseorang dapat Oleh karenanya penghitungan ukuran sampel
meningkatkan kualitas kehidupan individu minimal akan dilakukan pada Strata Struktural dan
dalam kehidupan pribadinya. Dimensi ini Strata Operasional dengan cara sebagai berikut:
berhubungan secara positif dengan life
satisfaction. Misalnya, apabila individu merasa a. Strata Struktural
senang dikarenakan kehidupan pribadinya Rumus yang digunakan adalah rumus
menyenangkan maka hal ini dapat membuat ukuran sampel minimal untuk sampling
suasana hati individu pada saat bekerja Stratifikasi dengan estimasi proporsi:
menjadi menyenangkan.
Instrumen untuk mengukur atribut psikologis ∑Ni2Pi(1-Pi)/wi
haruslah reliabel dan valid, sehingga penelitian n = ______________
tentang kualitas psikometris yaitu reliabilitas dan N2D + ∑NiPi(1-Pi)
validitas skala psikologi menjadi penting
dilaksanakan, termasuk skala work life balance D = B2/4
yang diperuntukkan bagi karyawan. Penelitian Wi = alokasi
tentang reliabilitas dan validitas konstruk skala B = bound of error
work life balance juga penting mengingat di
89
Gianti Gunawan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life
Yus Nugraha Balance di Indonesia
Marina sulastiana
Diana Harding
Penghitungan ukuran sampel minimal dilakukan Dihitung dua alternatif sebagai berikut:
dengan software UNPAD SAS.
B= 0.05 15 39 18 74 38 184
Tambahkan cadangan sekitar 10% dari ukuran sampel minimal, sehingga komposisi
sampel adalah:
B= 0.05 16 42 20 81 42 201
90
Gianti Gunawan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life
Yus Nugraha Balance di Indonesia
Marina Sulastiana
Diana Harding
Tambahkan cadangan sekitar 10% dari ukuran sampel minimal, sehingga komposisi sampel
adalah:
Metode Pengumpulan Data Skala work life Metode Analisis Data Dalam penelitian ini,
balance yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
adalah adaptasi dari kuesioner Gwenith G. Fisher,
Carrie A. Bulger and Carlla S. Smith (dalam Journal 3. Hasil Penelitian dan Diskusi
of Occupational Health Psychology 2009, Vol. 14, Kuesioner work life balance terdiri dari 17 item.
No. 4, 441–456). Kuesioner ini terdiri dari 17 item Aspek demands terdiri dari 2 sub aspek dan diwakili
dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh masing-masing 3 item. Aspek resources terdiri
oleh lembaga bahasa bersertifikasi dan telah dari 2 sub aspek, diwakili oleh 5 dan 6 item. Untuk
dilakukan expert validity terhadap 3 orang ahli. lebih jelasnya digambarkan dalam tabel berikut ini:
Pada kuesioner ini, responden diminta untuk Pada penelitian ini, perhitungan validitas item
menjawab setiap item dengan cara menyatakan pada seluruh kuesioner menggunakan CFA, dimana
sejauh mana kesesuaian pernyataan item yang item yang valid ditunjukan dengan nilai SLF > 0,5.
disajikan dalam alat ukur. Pilihan jawaban yang Sebelum dihitung dengan menggunakan CFA,
diberikan, yaitu : Tidak Pernah, Jarang, Kadang- dilakukan readability test pada kuesioner yang
Kadang, Sering, Sangat Sering telah dibuat untuk mengetahui apakah pertanyaan
penelitian dalam kuesioner mudah dibaca atau
Uji Validitas tidak oleh responden. Sehubungan dengan hal
Validitas secara umum adalah kebenaran dari alat tersebut, maka akan dilakukan readability test pada
ukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika empat orang dengan background pendidikan yang
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk berbeda yaitu SMA, D3, S1, dan S2.
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh Berikut ini adalah hasil uji validitas skala work
kuesioner tersebut (Saughnessy, Zechmeister, & life balance:
Zechmeister, 2012).
91
Gianti Gunawan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life
Yus Nugraha Balance di Indonesia
Marina Sulastiana
Diana Harding
Berdasarkan hasil uji validitas di atas, item-item yang sama. Keandalan yang rendah mencerminkan
pertanyaan untuk variabel work life balance ketidakkonsistenan responden dalam jawaban
memiliki nilai SLF > 0,5, sehingga seluruh item (Kadiyono,2011).
pertanyaan dapat dikatakan valid. Tinggi rendahnya reliabilitas secara empirik
ditunjukan oleh angka yang disebut nilai koefisien
Uji Reliabilitas reliabilitas. Reliabilitas yang timggi ditunjukan
Reliabilitas alat ukur mengindikasi konsistensi. dengan nilai CR > 0,7 dan nilai VE > 0,5. Pengujian
Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika reliabilitas alat ukur pada penelitian ini
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Nilai reliabilitas skala work life balance
(Saughnessy, Zechmeister, & Zechmesiter, 2012). ditunjukan dengan nilai CR 0,976 dan VE 0,707,
Uji reliabilitas dilakukan terhadap item yang artinya skala work life balance tergolong
pertanyaan yang sudah valid untuk mengetahui reliabel.
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten atau Di bawah ini adalah skala work life balance
memiliki hasil yang relatif sama bila dilakukan yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya:
pengukuran kembali terhadap objek atau fenomena
NO PERNYATAAN
1 Saya pulang ke rumah dari tempat kerja dalam kedaan terlalu lelah untuk melakukan berbagai hal-
hal yang ingin saya lakukan
92
Gianti Gunawan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life
Yus Nugraha Balance di Indonesia
Marina Sulastiana
Diana Harding
2 Pekerjaan saya membuat saya sulit mempertahankan jenis kehidupan pribadi yang saya inginkan
3 Saya sering mengabaikan kebutuhan pribadi saya karena tuntutan pekerjaan saya
4 Kehidupan pribadi saya memburuk karena pekerjaan saya
5 Saya harus melewatkan aktivitas pribadi yang penting karena waktu yang saya habiskan untuk di
tempat kerja
6 Kehidupan pribadi saya menguras energi yang saya butuhkan, untuk melakukan pekerjaan saya
7 Pekerjaan saya memburuk karena semua hal yang terjadi dalam kehidupan pribadi saya
8 Saya akan mendedikasikan lebih banyak waktu untuk bekerja jika tidak banyak hal yang terjadi
dalam kehidupan pribadi saya
9 Saya terlalu lelah untuk bisa efektif di pekerjaan saya karena hal-hal yang terjadi di dalam
kehidupan pribadi saya
10 Saat sedang bekerja, saya mengkhawatirkan hal-hal yang harus saya lakukan di luar pekerjaan
11 Saya sulit menyelesaikan pekerjaan kantor saya karena saya terlalu kewalahan dengan urusan-
urusan pribadi di tempat kerja
12 Pekerjaan saya memberi saya tenaga untuk melakukan aktivitas di luar pekerjaan yang penting
bagi saya
13 Karena pekerjaan saya, saya memiliki suasana hati yang lebih baik di rumah
14 Hal yang saya lakukan di tempat kerja membantu saya mengatasi masalah-masalah pribadi dan
masalah di rumah
15 Kegiatan yang saya lakukan dalam kehidupan pribadi saya membuat suasana hati saya menjadi
lebih baik di tempat kerja
16 Kehidupan pribadi saya memberi saya energi untuk melakukan pekerjaan saya
17 Kehidupan pribadi saya membantu saya menjadi santai dan memberi saya kesiapan untuk
melakukan pekerjaan keesokan harinya
perusahaan yang berbeda sehingga pembahasan
4. Kesimpulan tentang multidimensionalitas work life balance
Berdasarkan hasil pengujian validitas dan dapat lebih komprehensif.
reliabilitas menggunakan CFA terhadap skala work
life balance, didapatkan kesimpulan sebagai berikut: 5. Daftar Pustaka
1. Berdasarkan hasil uji validitas di atas, item-
item pertanyaan untuk variabel work life Fisher, G. G. (2002). Work/personal life balance: A
balance memiliki nilai SLF > 0,5, sehingga construct development study. Dissertation
seluruh item pertanyaan dapat dikatakan Abstracts International: Section B. The
valid. Sciences and Engineering, 63(1), 575.
2. Berdasarkan hasil uji reliabilitas di atas,
skala work life balance memiliki nilai CR > Fisher, G. G., Bulger, C. A., & Smith, C. S. (2009).
0,7 dan nilai VE > 0,5 sehingga seluruh Beyond Work and Family: A Measure of
item pertanyaan dapat dikatakan reliabel. Work/Nonwork Interference and
Skala work life balance versi Indonesia Enhancement. Journal of Occupational
menunjukkan koefisien validitas dan reliabilitas Health Psychology, 14(4), 441–456.
yang tinggi. Sehingga, skala work life balance versi https://doi.org/10.1037/a0016737
Indonesia ini bisa dimanfaatkan secara maksimal
sebagai alat diagnostic dan intervensi dalam dunia Kadiyono, A. L. (2011). Pengaruh Human Capital
industri di Indonesia. Terhadap Positive Organizational Behavior
Arah untuk Penelitian Masa Depan berdasarkan Melalui Motivasi Kerja dan Komitmen
keterbatasan yang ada, peneliti selanjutnya agar Organisasional Sebagai Mediator (Studi
mengambil subjek penelitian dari beberapa Empirik Pada Pegawai Divisi Marketing di
93
Gianti Gunawan Reliabilitas dan Validitas Konstruk Work Life
Yus Nugraha Balance di Indonesia
Marina Sulastiana
Diana Harding
BUMN Bidang Jasa Wilayah Jawa Barat).
Doctoral Dissertation : Universitas
Padjadjaran
94
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
Alamat Korespondensi:
saviraprameswari08@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to look at the relationship between maternal involvement and self-compassion in parents of
children with special needs. Maternal involvement is defined as maternal involvement in aspects of all child's
life seen from two different domains, namely affective and behavior. Self-compassion is the ability of someone
who can give attention and kindness to themselves when facing difficulties in life. Researchers use quantitative
methods with a psychological scale. Mother Involvement was measured using’s the Nurturance Mothering
Scales & Mother Involvement Scale developed by Finley & Schwartz, and the self-compassion was measured by
Self-compassion Scale developed by Neff. The sample used was 165 people. Sampling uses non probability
sampling. Method of data analysis in testing multiple hypotheses using correlation techniques. The results
showed a significant relationship between maternal involvement with self-compassion with a value of r = 0.041
<p = 0.05, and a significant relationship between maternal involvement reported with self-compassion with a
value of r = 0.022 <p = 0 .5. The results of the study of the involvement of the desired mother with self-
compassion showed no significant relationship, with a value of p> 0.05.
Keywords
Mother involvement, self-compassion, parents of special needs
95
Mauna Hubungan Ketelibatan Ibu dan Self-Compassion
Savira Prameswari pada Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus
tahun.berjumlah 317.016 anak (Rudiana, 2018). Self-compassion menurut Neff (2003) memiliki
Dikutip dari health.detik.com, pada tahun 2013, 3 aspek, yaitu self-kindness, common humanity,
jumlah anak berkebutuhan khusus mencapai 1,5 mindfulness. Self-kindness adalah berbuat baik
juta anak. Dikutip dari Kementrian Pendidikan kepada diri sendiri dengan cara memberikan
dan Budaya (kemendikbud.go.id), jumlah ini perhatian serta dukungan untuk diri sendiri.
kembali meningkat pada tahun 2017 yaitu Common humanity adalah sikap dimana
sebanyak 1,6 juta anak. seseorang dapat berfikir bahwa kesalahan yang
Mengasuh anak berkebutuhan khusus berbeda dilakukannya merupakan hal yang wajar,
dengan mengasuh anak normal lainnya. Hal ini sehingga tidak terlalu larut dalam rasa bersalah.
dikarenakan untuk mengurus anak berkebutuhan Mindfulness adalah kemampuan untuk
khusus membutuhkan waktu serta biaya yang menyeimbangi diri disaat berada pada kondisi
tinggi, sehingga orang tua merasa bahwa mereka yang tertekan atau sulit. Setiap aspek memiliki
memiliki beban yang cukup berat. Beban yang sifat atau sikap yang bertolak belakang, yaitu
berat ini menimbulkan reaksi-reaksi yang self-judgement atau kritik terhadap diri sendiri,
cenderung negatif. isolation atau isolasi, dan over identification.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggreini Kemampuan self-compassion pada seseorang
(2013), terdapat beberapa hasil terkait dengan tidak terlepas dari bagaimana orang tua terlibat,
reaksi-reaksi negatif orang tua terhadap anak salah satunya ialah ibu. Self-compassion akan
berkebutuhan khusus. Sebanyak 34,48% orang tua berkembang jika ibu terlibat langsung dalam
merasa kecewa karena kondisi anaknya tidak pengasuhan dan memberikan rasa afeksi seperti
sesuai dengan harapannya, kemudian sebesar kehangatan dan kepedulian. Hubungan
44,82% orang tua merasa bersalah dan kurang keterlibatan ibu-anak secara signifikan berkaitan
berhati-hati saat mengandung anaknya sehingga dengan tingkat emosi pada anak. Terlepas dari
anaknya mengalami kondisi berkebutuhan khusus, perbedaan jenis kelamin anak, hubungan ibu-
dan sebanyak 58,62% orang tua merasa malu anak yang berkualitas baik atau tinggi akan
dengan kehadiran anak berkebutuhan khusus. menghasilkan tingkat stres yang rendah di masa
Beberapa reaksi-reaksi negatif yang dialami oleh dewasa, sehingga keterlibatan ibu sangatlah
orang tua anak berkebutuhan khusus cenderung penting bagi tumbuh kembang anak (Mallers,
dipengaruhi oleh pola asuh ayah dan ibu et.al, 2010).
sebelumnya. Penelitian menemukan bahwa pola Keterlibatan ibu adalah sejauh mana ibu
asuh orang tua yang buruk di masa lampau terlibat dalam berbagai aspek kehidupan anak
berkaitan dengan tingginya emosi-emosi negatif seperti bermain atau berbagi kegiatan bersama,
seperti kemarahan, depresi, dan kecemasan. memberi perhatian, membangun rasa
Beberapa orang melaporkan bahwa mereka yang persahabatan atau pertemanan dengan anak,
memiliki hubungan buruk dengan keluarganya, mengajarkan anak belajar untuk mengembangkan
cenderung memiliki kepercayaan diri dan intelektual anak, dan lain-lain Finley (2008)
kesejahteraan emosi yang rendah (Mallers, et.al, mengemukakan bahwa dalam hal pengasuhan,
2010). ibu dan ayah memiliki fungsi struktural
Orang tua anak berkebutuhan khusus perlu untuk pengasuhan yang sama, meskipun peran yang
mengurangi emosi-emosi negatif dengan memiliki dilakukan oleh ayah dan ibu berbeda.
kemampuan self-compassion. Self- compassion Menurut Day & Padila Walker (dalam Profe
adalah sikap yang dapat memberikan perhatian dan & Wild, 2015), keterlibatan ibu dalam
kebaikan terhadap diri sendiri saat menghadapi pengasuhan memberikan hasil atau dampak yang
kesulitan dalam hidup maupun terhadap terkait dengan harapan dan perilaku prososial
kekurangan dalam dirinya serta memiliki pada anak. Selain itu, keterlibatan ibu juga
pengertian bahwa penderitaan, kegagalan, dan cenderung memfokuskan pada keterampilan
kekurangan merupakan bagian dari seseorang membangun hubungan, rasa hangat serta
(Neff, 2003b). Self-compassion sebagai upaya dukungan, dan perilaku empatik sehingga
untuk “merangkul” emosi negatif dan dapat memicu anak untuk meniru dan
mengubah emosi negatif menjadi emosi positif. mengaplikasikannya ke dalam hubungan mereka
sendiri (Domitrovich & Bierman dalam Profe &
96
Mauna Hubungan Ketelibatan Ibu dan Self-Compassion
Savira Prameswari pada Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus
97
Mauna Hubungan Ketelibatan Ibu dan Self-Compassion
Savira Prameswari pada Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus
sedang, dan sebanyak 118 orang atau 71,5% emosi pada anak secara umum, terlepas
memiliki kategori tinggi. perbedaan dari jenis kelamin anak.
Instrumen terakhir yaitu desired mothering Responden pada penelitian ini sebagian besar
scale atau keterlibatan ibu yang diinginkan memiliki self-compassion yang tinggi. Hasil data
memiliki nilai minumun sebesar 40 dan nilai penelitian diatas menemukan bahwa responden
maksimum sebesar 100. Nilai tengah atau mean yang mengikuti penelitian ini memiliki self-
pada instrument ini ialah 75,77 dan standar compassion yang tinggi sebesar 88,5%.
deviasi sebesar 73. Pada instrument ini dibagi Responden yang memiliki self-compassion yang
menjadi tiga ketegorisasi sesuai dengan tinggi memiliki keterlibatan ibu yang juga tinggi.
kategorisasi yang dibuat oleh Finley, yaitu kurang Hal ini dibuktikan dengan responden yang
terlibat, cukup terlibat, ingin lebih terlibat. Pada sebagian besar memiliki keterlibatan ibu yang
instrument ini, 165 responden berada pada tinggi, baik secara keterlibatan ibu yang afektif,
kategori cukup terlibat. keterlibatan ibu yang dilaporkan, dan keterlibatan
Kemudian,dilakukannya uji korelasi untuk ibu yang diinginkan
melihat apkah terdapat hubungan antar variabel
dan diperoleh bahwa terdapat hubungan yang 4. Kesimpulan
signifikan antara self- compassion dengan Berdasarkan hasil yang sudah diuraikan,
keteribatan ibu segi afektif dan keterlibatan ibu terdapat hubungan yang signifikan antara self-
yang dilaporkan. Self-compassion dan compassion dengan keterlibatan ibu afektif dan
keterlibatan ibu yang afektif memiliki nilai p = keterlibtan ibu yang dilaporkan. Kemudian, tidak
0,041 < 0,05, dan self-compassion dan terdapat hubungan yang signifikan antara self-
keterlibatan ibu yang dilaporkan memiliki nilai p compassion dengan keterlibatan ibu yang
= 0.022 <0.05. Hal ini berarti semakin tinggi diinginkan.
keterlibatan ibu, maka semakin tinggi juga self-
compassion pada orang tua anak berkebutuhan 5. Daftar Pustaka
khusus, sebaliknya semakin rendah keterlibatan
ibu maka self-compassion pada orang tua anak Anggreni, Ni Made Diah Ayu, Tience Debora
berkebutuhan khusus juga akan rendah. Valentina. (2015). Penyesuaian orang tua
Untuk self-compassion dan keterlibatan ibu dengan anak down syndrome. Jurnal
yang diinginkan tidak terdapat hubungan yang Psikologi Udayana.
signifikan. Hal ini dikarenakan nilai p yang
dihasilkan yaitu 0,375 lebih besar dari nilai α Anggraini, Rizma Rizki. (2013). Persepsi orang
yaitu 0,05. tua terhadap anak berkebutuhan khusus
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan (deskriptif kuantitatif di sdlb.n 20 nan
bahwa ibu berperan penting dalam perkembangan balimo kota solok). Jurnal Ilmiah
self-compassion pada anak diasumsikan karena Pendidikan Khusus.
ibu cenderung terlibat dalam hal afeksi seperti
memberikan rasa kepedulian, perhatian, rasa Finley, Gordon E, et.al. (2008). Perceived
pertaman, dan kehangatan, dimana hal tersebut paternal and maternal involvement:
dapat mempengaruhi perkembangan self- factor structure, mean differences, and
compassion pada seseorang. Hal ini sesuai dengan parental roles. Fathering. Vol 6. No 1.
hasil penelitian yang dilakukan oleh Han & Jun
pada tahun 2013 terkait keterlibatan ibu dan ayah Han, Yeoh Si, Woo Pei Jun. (2013). Parental
pada perkembangan anak. Penelitian tersebut involvement in child’s developoment
menyatakan bahwa ibu cenderung terlibat dalam
hal afektif dibandingkan dengan ayah Jumlah anak berkebutuhan khusus. Retrived
Hubungan keterlibatan ibu-anak secara From: https://health.detik.com/anak-dan-
signifikan berkaitan dengan tingkat emosi pada remaja/d- 2306161/jumlah-anak-
anak. Hubungan antara ibu dengan anaknya berkebutuhan-khusus-di- indonesia-
berfungsi sebagai fondasi yang menonjol dalam diperkirakan-42-juta
mengembangkan rasa aman dan kesejahteraan
98
Mauna Hubungan Ketelibatan Ibu dan Self-Compassion
Savira Prameswari pada Orang tua Anak Berkebutuhan Khusus
Mallers, et.al. (2010). Perceptions of childhood Rusdiana. (2018). Hubungan antara dukungan
relationships wih mother and father: keluarga dengan penerimaan diri pada
daily emotional and stress experiences in orang tua yang memiliki anak
adulthood. Dev Psychol berkebutuhan khusus (ABK) di
samarinda. Psikoborneo.
Neff, Krstin D. (2003). Self-compassion: an
alternative conceptualization of a Siswa penyandang disabilitis berdasarkan provinsi.
healthy attitude toward oneself. Retrivied from
Psychology Press. https://lokadata.beritagar.id/chart/previe
w/siswa-penyandang-disabilitas-
Neff, Kristin D, Pittman McGehee. (2009). Self- berdasarkan-provinsi-1520847488
compassion and psychological
resillience among adolescents and young
adults. Self and Identity. Vol. 9: 3.
99
Volume 8, Nomor 2, Oktober 2019 http://doi.org/10.21009/JPPP
Ernita Zakiah*
DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.082.07
Alamat Korespondensi:
ernitazakiah@unj.ac.id
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of Behavioral Activation (BA) to reduce student's depression disorders of
Universitas Negeri Jakarta. Methods of data collection using observations, semi-structured interviews, and BDI
measurement tools. The measuring instrument used is the Beck Depression Inventory (BDI) made by Beck in
(1976) translated by Zarina (2007). Interference disorders need to be given an intervention, because subjects with
depressive disorders tend to avoid social environment, easily feel tired, avoid or do nothing activities, almost all
the time experiencing feelings of depression, easily distracted concentration, etc.
Keywords
Behavioral activation (BA), depression.
100
Ernita Zakiah Behavioral Activation (BA) untuk Menurunkan Gangguan
Depresi Pada Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
oleh oleh Manos et al., (2010) bahwa behavioral efeknya adalah merasa senang karena ada
activation (BA) efektif untuk menurunkan perbaikan dalam hidup.
gangguan depresi. Selain untuk menangani Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti
gangguan depresi, behavioral activation (BA) tertarik untuk melihat keefektifan behavioral
juga efektif untuk menurunkan gangguan PTSD activation (BA) untuk menurunkan gangguan
hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang depresi pada mahasiswa Universitas Negeri Jakarta.
dilakukan oleh Wagner et al., (2007) yang
melakukan penelitian dengan penyintas gangguan 2. Metode Penelitian
stres pasca trauma dan depresi yang mengalami Penelitian ini menggunakan desain eksperimen
cedera fisik. (one group pre and posttest design) metode ini
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mulick & merupakan desain eksperimen yang hanya
Naugle (2009) tentang efektifitas behavioral menggunakan satu kelompok subjek (kasus
activation (BA) untuk menangani gangguan stres tunggal) serta melakukan pengukuran sebelum dan
pasca trauma comorbid dengan depresi. sesudah pemberian perlakuan kepada subjek.
Keefektifan behavioral activation (BA) juga di Perbedaan kedua hasil pengukuran tersebut
temukan pada hasil penelitian yang dilakukan dianggap sebagai efek perlakuan (Latipun, 2006).
oleh Turner & Jakupcak (2010) yang digunakan Penelitian ini memberikan satu perlakuan
untuk menangani gangguan stres pasca trauma, kepada satu kelompok subjek dengan melakukan
depresi dan gangguan nyeri. Jayati & Hadjam dua kali pengukuran yaitu pre-test yaitu
(2015) menemukan bahwa behavioral activation pengukuran yang dilakukan sebelum memberikan
(BA) efektif untuk menurunkan tingkat depresi perlakuan, post-test yaitu pengukuran yang
pada pasien stroke. dilakukan setelah perlakuan diberikan.
Martell et al., (2010) menjelaskan bahwa Populasi subjek penelitian ini adalah semua
teknik behavioral activation (BA) dilakukan mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang
dengan memiliki tujuan pokok yaitu mengalami gangguan depresi. Subjek penelitian ini
meningkatkan kegiatan dan keterlibatan individu adalah sebagian mahasiswa Universitas Negeri
dalam kehidupan, behavioral activation (BA) juga Jakarta yang mengalami gangguan depresi yang
berfokus pada proses yang mencegah aktivitas sesui dengan kriteria sampel penelitian.
negatif, seperti perilaku melarikan diri dan Metode pengumpulan data dengan
penghindaran. Kanter, Manos, Busch & Rusch menggunakan observasi, wawancara dan
(2008) menjelaskan bahwa behavioral activation pengukuran dengan menggunakan instrument
(BA) menekankan pada aktivitas dan strategi untuk mengungkap depresi dalam penelitian ini
pelatihan keterampilan untuk meningkatkan adalah angket depresi yang diadapatasi dari Beck
kontak dengan penguatan positif. Depression Inventory (BDI). Alat ukur yang
Martell et al., (2010) menjelaskan bahwa digunakan yaitu Beck Depression Inventory (BDI)
penjadwalan peristiwa menyenangkan atau dibuat oleh Beck pada (1976). Alat ukur ini sudah
memuaskan (seperti pada tahap pertama terapi diterjemahkan oleh Zarina pada tahun 2007. Teknik
kognitif) pada teknik behavioral activation (BA) analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
fokusnya adalah pada seluruh peristiwa dan adalah dengan melihat perbedaan skor pre-test dan
variabel yang dapat memengaruhi terjadinya post-test. Selain itu juga dilakukan analisis secara
tanggapan tidak baik dari perilaku dan proses kualitatif.
kognitif, secara kontekstualisasi menghindari dan
menarik diri dari aktivitas dan interaksi sosial. 3. Hasil Penelitian dan Diskusi
Intervensi dengan behavioral activation (BA) Pertemuan pertama dilakukan konseling
juga menggiatkan subjek untuk melakukan dengan beberapa mahasiswa untuk melakukan
kegiatan, sehingga waktu luang yang sebelumnya screening subjek penelitian. Metode yang dilakukan
diisi dengan memikirkan pengalamannya adalah dengan konseling terkait hambatan atau
digunakan untuk melakukan kegiatan. Dengan simtom yang dialami oleh subjek. Pertemuan
behavioral activation (BA) subjek bereksperimen pertama selain melakukan konseling juga meminta
melakukan kegiatan yang sudah tidak dilakukan secara verbal kesediaan mahasiswa untuk menjadi
atau melakukan aktivitas baru, sehingga subjek subjek penelitian. Selain itu, peneliti juga
merasa lebih percaya diri karena mampu mengajukan ketersediaan subjek untuk mengikuti
melakukan aktivitas yang selama ini dihindari dan sesi terapi yang akan dilakukan oleh psikolog lain,
101
Ernita Zakiah Behavioral Activation (BA) untuk Menurunkan Gangguan
Depresi Pada Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
bukan peneliti yang akan melaksanakan terapi lingkaran permasalahan dan lingkaran aktivasi. Saat
dalam penelitian. materi disampaikan, subjek tampak antusias yang
Dari hasil konseling ditemukan beberapa gejala ditunjukkan dengan aktif bertanya tentang materi
atau simtom yang dialami subjek: subjek SC yang diberikan dan menceritakan pengalaman yang
merasa pesimis terhadap masa depan karena dialaminya. Subjek SC yang menilai negatif pada
merasa tidak yakin dengan kemampuan diri untuk dirinya, dengan sering membandingnya dirinya
mencapai tujuan atau harapannya di masa depan. dengan orang, ia menilai hidupnya lebih menderita
Selain itu, subjek juga merasa tidak berharga dan dibandingkan orang lain, sehingga membuatnya
orang yang gagal, karena belum mampu minder diantara teman-temannya. Subjek juga
menyelesaikan kuliahnya dan belum mampu memiliki pandangan negatif tentang lingkungan, ia
membahagiakan orangtuanya. Subjek juga sering menilai teman-temannya adalah orang yang banyak
merasa sedih tanpa sebab dan ini muncul hampir menghabiskan waktu untuk bersenang-senang,
di sepanjang waktu, karena sering sehingga ia merasa tidak layak, hal inilah yang
membandingkan dirinya dengan orang lain, subjek membuatnya menarik diri dari lingkungan sosial.
menilai hidupnya tidak bahagia dan menilai hidup Pertemuan keempat dimulai dengan salam dan
orang lain lebih bahagia. Hal ini, yang membangun hubungan yang baik dengan subjek
membuatnya menarik diri dari lingkungan sosial penelitian. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan
dan banyak menghabiskan waktu termenung, identifikasi penyebab munculnya permasalahan, SC
sehingga banyak mengabaikan pekerjaan lain sering merasa sedih, marah dan pesimis terhadap
karena merasa mudah lelah saat mengerjakan satu masa depan, karena merasa tidak memiliki
pekerjaan. kemampuan yang layak untuk digunakan di masa
Pertemuan kedua diawali dengan perkenalan depan. SC merasa tidak nyaman dengan kondisi
kembali antara subjek dengan fasilitator dan yang alami, karena berpengaruh terhadap
membangun rapport kembali. Setelah itu co- kesehatannya misalnya sering mengalami keluhan
fasilitator memberikan lembar informed consent fisik seperti pusing, migren, dan punggung sering
untuk ditandatangani subjek sebagai bukti terasa sakit. Gejala lain yang diasakan subjek
persetujuan untuk mengikuti sesi terapi dari awal adalah kurangnya minat melakukan aktivitas,
sampai akhir. Sesi selanjutnya adalah pre-test karena kurang mampu menikmati aktivitas yang
dengan meminta subjek untuk mengisi lembar dilakukan, ia lebih banyak menghabiskan banyak
BDI sesuai dengan kondisi yang dialami subjek. waktu termenung atau memikirkan
SC mengalami beberapa simtom seperti permasalahannya.
memiliki pandangan negatif tentang diri dan Sesi selanjutnya adalah pelaksanaan relaksasi,
hidunya, hal ini ditunjukkan dengan sering subjek SC tidak mengalami kesulitan untuk
membandingkan dirinya dengan orang lain, hal ini mengkuti instruksi. SC juga merasa nyaman saat
tampak saat subjek menilai hidupnya tidak melakukan relaksasi, namun subjek menyampaikan
bahagia dan penuh permasalahan dibandingkan ada pengalaman yang tidak menyenangkan di masa
dengan teman-temannya yang dinilai lebih lalu yang selama ini diabaikan muncul saat sesi
bahagia. Kondisi ini juga yang membuatnya relaksasi.
menghindari lingkungan sosial, karena merasa Pertemuan kelima dimulai dengan
tidak memiliki hal yang dibanggakan dari dirinya. mendiskusikan efek yang dirasakan setelah
Subjek SC juga sering merasa sedih, seperti mengikuti relaksasi di pertemuan sebelumnya. SC
sering menangis tanpa sebab apapun, sering menyampaikan ia merasa nyaman di bagian
merasa sedih saat memikirkan kondisinya saat pundaknya, seperti ada beban yang selama ini
sekarang, sehingga ini yang membuatnya merasa terasa berat kini berkurang. Selain itu ia juga
tidak nyaman. Subjek juga menyampaikan sulit merasa tidurnya lebih nyenyak dan lebih tenang.
untuk merasa bahagia, sehingga banyak aktivitas Meskipun, saat di rumah subjek menyampaikan ada
yang tidak lakukan yang sebelumnya dilakukan, masalah dengan suami, namun ia mampu
subjek merasa dia mudah merasa lelah saat mengontrol rasa marahnya untuk tidak
melakukan aktivitas dan sering termenung karena dilampiaskan kepada anaknya. Saat ditanyakan
memikirkan permasalahan yang dialaminya. emosi atau perasaan yang dirasakan SC tidak
Pertemuan ketiga, subjek diberikan kesulitan untuk menyampaikan emosi yang
psikoedukasi tentang hubungan antara pikiran dirasakan.
terhadap perasaan dan perilaku, serta menjelaskan Kegiatan selanjutnya fasilitator mengajak subjek
102
Ernita Zakiah Behavioral Activation (BA) untuk Menurunkan Gangguan
Depresi Pada Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
untuk mengidentifikasi makna hidup subjek Sesi selanjutnya adalah latihan relaksasi, subjek
terkait beberapa aspek dan cara untuk tidak mengalami hambatan untuk mengikuti
mencapainya. Kemudian fasilitator mengajak instruksi yang dibacakan. SC mampu mengikuti
subjek untuk mendiskusikan kegiatan yang akan instruksi dan merasa lebih tenang dan lega,
dilakukan pada beberapa hari kedepan untuk meskipun subjek menjelaskan bahwa
mewujudkan makna hidup yang telah dituliskan, pengalamannya yang tidak menyenangkan yang
dengan memberikan contoh cara pengisian lembar pernah dialaminya yang tidak muncul saat sesi
aktivasi terlebih dahulu. Selanjutnya diminta konseling maupun pertemuan sebelumnya muncul
untuk mengisi kolom kapan akan dilakukan dan dalam pertemuan ini. Pengalaman yang muncul
kemungkinan kendala yang akan ditemukan dalam pada pertemuan ini yaitu hubungan yang kurang
melakukan rencana kegiatan. Saat pengisian harmonis dengan adik perempuannya.
lembar aktivasi yang digunakan sebagai contoh Pertemuan ketujuh diawali dengan menanyakan
SC tampak ragu-ragu menuliskan kegiatan yang kondisi subjek, kemudian melakukan monitoring
akan dilakukan, karena tidak yakin akan mampu kegiatan atau aktivitas yang sudah dikerjakan oleh
melakukannya. subjek. SC menyampaikan ada beberapa tugas yang
Sesi selanjutnya adalah latihan relaksasi, SC tidak berhasil dilakukan, karena ada hambatan
tidak mengalami kesulitan untuk mengikuti harus menemani suami dan sibuk mempersiapkan
instruksi. Ia juga menyampaikan bahwa masalah perayaan ulang tahun anaknya, namun ia lebih
lain yang berbeda dari latihan relaksasi banyak berhasil melakukan aktivitas yang sudah
sebelumnya juga muncul, hal ini berkaitan konflik direncanakan. Subjek menyampaikan bahwa target
dengan teman, masalah yang tidak ia sadari kegiatan yang sudah direncanakan benar-benar
selama ini juga muncul di sesi relaksasi pertemuan diusahan untuk dikerjakan sesuai yang sudah
ini. Namun subjek menyampaikan bahwa ia ditargetkan, meskipun ada kendala saat
merasa bahwa pengalaman-pengalaman yang mengerjakan kegiatan atau aktivitas. Subjek
selama ini tanpa disadari memberikan dampak merasakan perubahan perasaan setelah behasil
pada dirinya saat ini, Ia menyadari bahwa ia harus melakukan kegiatan diantaranya merasa puas,
menyelesaikan konflik dengan temannya, agar ia bangga pada diri, senang dan lebih percaya diri.
merasa lebih nyaman. Subjek SC juga merasakan perubahan, bahwa
Pertemuan keenam telebih dahulu fasilitator keluhan fisiknya sekarang sudah tidak pernah
mengajak subjek membahas tugas rumah yang muncul lagi dan tidurnya sudah lebih nyenyak.
telah dikerjakan, seperti mengidentifikasi efek Subjek juga merasa jauh lebih sering merasakan
yang rasakan selama mengikuti kegiatan. Efek emosi positif, dibandingkan sebelum mendapatkan
yang dirasakan oleh SC adalah kegiatan lebih intervensi. Selain itu, SC merasa lebih disiplin
tertata, sehingga kegiatan yang selama ini sudah dalam menjalankan kegiatan, sehingga lebih tertata
tidak dilakukan, sekarang kembali dilakukan dan dibandingkan sebelumnya.
berhasil. Hal ini yang membuatnya ingin Pertemuan kedelapan yaitu pelaksanaan
melanjutkan kembali aktivas tersebut di waktu terminasi dan melakukan pengukuran setelah
selanjutnya, meskipun ada aktivitas yang tidak melakukan intervensi. Adapun hasil pengukuran
terlaksana subjek tetap ingin melaksanakannya pre-test dan post-test BDI subjek yang ditunjukkan
setelah pertemuan selesai. SC juga merasa lebih pada grafik dibawah ini.
mampu mengontrol emosi, sehingga hubungan
dengan suami dan anak menjadi lebih baik, hal ini
membuat subjek merasa bahagia.
Subjek SC
40
20
0 Subjek 2
Pre- Post-
test test
103
Ernita Zakiah Behavioral Activation (BA) untuk Menurunkan Gangguan
Depresi Pada Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta
104
Volume XX, Nomor XX, Bulan Tahun http://doi.org/10.21009/JPPP
*Instansi Penulis 1
**Instansi Penlusi II
DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.XXX.XX
Alamat Korespondensi:
Alamat e-mail
ABSTRACT
Abstract disajikan dalam bahasa Inggris dengan jumlah kata maksimal 200 kata. Abstract disajikan dengan
menggunakan Font Times New Roman 11pts, spasi 1,0. Abstract harus memuat tujuan penelitian, metode
penelitian, populasi dan sampel, instrumen penelitian, dan temuan hasil penelitian.
Keywords
Keywords disajikan dengan menggunakan bahasa Inggris, dengan jumlah keywords sebanyak 3 – 5 keywords.
Seluruh keywords disajikan dalam huruf kecil.
1
Penulis 1 Judul Artikel
Penulis 2
Penyajian Tabel dan Gambar urutan tabel. Judul tabel dan nomor tabel diketik
Berikut ini disajikan format penyajian Tabel menggunakan font Times New Roman 11pts dan
dan Gambar di dalam artikel untuk Jurnal cetak tebal. Judul kolom pada tabel menggunakan
Penelitian dan Pengukuran Psikologi. font Times New Roman 11pts dan cetak tebal.
Selebihnye menggunakan font Times New Roman
Tabel 11pts. Tabel disajikan tanpa menggunakan garis
Tabel disajikan dalam format 1 kolom. Judul vertikal (horizontal saja) seperti contoh berikut:
tabel diletakkan di atas tabel disertai nomor sesuai
P
Program Studi Psikologi
Universitas Negeri Jakarta