Anda di halaman 1dari 8

54 |Fahrur Etika

ETIKA SEBAGAI FILSAFAT ILMU (PENGETAHUAN)

ETHICS AS A PHILOSOPHY OF SCIENCE (KNOWLEDGE)

Fahrul Siregar1

ABSTRAK

Etika itu adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk . selain etika
mempelajari nilai-nilai, juga merupakan pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.2 Ada
juga yang menyebutkan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keseluruhan
budi (baik dan buruk). Konsep etika sebagai bidang kajian filsafat, khususnya filsafat moral,
etika sudah sangat lama menjadi wacana intelektual para filsuf. Etika telah menjadi pusat
perhatian sejak jaman yunani kuno. Sampai saat ini pun etika masih tetap menjadi bidang
kajian menarik dan actual. Bahkan dianggap semakin penting untuk tidak sekedar dibicarakan
di kalangan akademik melainkan juga dipraktekkan dalam interaksi kehidupan sehari-hari
setiap manusia beradab.
Kata Kunci : Etika, Filsafat Ilmu

ABSTRACT

It is a philosophy of ethical values, morality, about good and bad. In addition to studying the
ethical values, as well as a knowledge of the values themselves. Some say that ethics is part of
a philosophy that teaches the whole mind (good and bad). The concept of ethics as a field of
study of philosophy, especially moral philosophy, ethics has very long been the intellectual
discourse of the philosophers. Ethics has become the center of attention since the days of ancient
Greece. Until now, even ethics still be interesting and actual field of study. Even considered
semankin important to not just talk in academic circles but also practiced in daily life
interactions every civilized ma.
Keywors : Ethics, Philosophy of Science

1
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Jl. Tol Ciawi Kotak Pos 35 Bogor 16720
* Penulis adalah staf Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Ciawi Bogor
2
Suhrawadi K. Lubis. Etika Profesi Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1994, Hlm. 2.
* Penulis adalah staf Pengajar pada Fakultas Hukum Universitas Djuanda, Ciawi Bogor
55 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 55

manusia secara mendalam.6 Salah satunya


I. PENDAHULUAN adalah mempelajari etika dalam
kehidupan manusia secara individual
Etika itu adalah filsafat tentang nilai, maupun bermasyarakat dan bernegara.
kesusilaan, tentang baik dan buruk. Selain Konsep etika sebagai bidang kajian
etika mempelajari nilai-nilai, juga filsafat, khususnya filsafat moral, etika
merupakan pengetahuan tentang nilai- sudah sangat lama menjadi wacana
nilai itu sendiri.3 Ada juga yang intelektual para filsuf. Etika telah menjadi
menyebutkan bahwa etika adalah bagian pusat perhatian sejak jaman yunani kuno.
dari filsafat yang mengajarkan Sampai saat ini pun etika masih tetap
keseluruhan budi (baik dan buruk).4 Etika menjadi bidang kajian menarik dan
ialah tentang filsafat moral, tidak actual. Bahkan dianggap semakin penting
mengenai fakta, tetapi tentang nilai-nilai, untuk tidak sekedar dibicarakan di
tidak mengenai tindakan manusia, tetapi kalangan akademik melainkan juga
tentang idenya. Etika ialah studi tentang dipraktekkan dalam interaksi kehidupan
tingkah laku manusia, tidak hanya sehari-hari setiap manusia beradab7
menentukan kebenarannya sebagaimana Berangkat dari prilaku manusia
adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat dalam kehidupannya baik secara
atau kebaikan dari seluruh tingkah laku individual maupun bermasyarakat bahkan
manusia.5 bernegara, maka perlu nilai moral (etiket)
Dari beberapa pendapat tentang etika di dalam kehidupan tersebut. Dengan
yang disebutkan di atas, jelas bahwa etika demikian etika dilihat dari ilmu
itu merupakan sebagaian ilmu pengetahuan merupakan nilai-nilai
pengetahuan. Ragam ilmu pengetahuan (values) sebagai norma-norma moralitas
salah satunya adalah filsafat ilmu manusia dalam penelaahan filafat ilmu,8
pengetahuan yang merupakan cabang yang dirumuskan dengan mempelajari
filsafat yang secara khusus diminati secara pendekatan ilmiah tentang tingkah
semenjak abad ke-17, namun semenjak laku moral. Etika sebagai filsafat ilmu
pertengahan abad-20 ini telah mengalami adalah seni untuk membentuk,
perkembangan menemukan dan membuat serta
Sedemikian sehingga tidak seorang menciptakan konsep dalam kehidipan
sanggup mengikuti langkah-langkah manusia.9 penulisan ini, dengan
perkembangannya yang begitu beragam mengambil judul: “ETIKA SEBAGAI
kearah berbagai jurusan. Hal ini FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN”.
disebabkan oleh jumlah ilmu pengetahuan Dengan sistematika pembahasan sebagai
yang masing-masing cabangnya selalu berikut: Pendahuluan, merupakan latar
tumbuh terus. Perkembangan itu sendiri belakang penulisan sebagai tema yang
meningkatkan ipmlikasi-implikasi ilmu akan dibahas oleh penulis, dilanjuti
pengetahuan yang sangat beragam dan
meresapi segala bidang kehidupan 6
C. Verhaak & R, Haryono Imam, Filsafat Ilmu Pengetahuan
(Telaah Atas Cara Kerja Ilmu-Ilmu), Penerbit PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 1997, Hlm. Xi.
7
Abdul Wahid & Moh. Muhibbin, Etika Profesi Hukum
(Rekonstruksi Citra Peradilan di Indonesia), Penerbit Bayumedia
Publishing, Malang, 2009, Hlm 18.
3 8
Suhrawadi K Lubis. Etika Profesi Hukum. Penerbit Sinar Grafika. K. Bartens, Etika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
Jakarta, 1994, Hlm. 2. 2011, Hlm. 17.
4
Ibid 9
E. Sumaryono, Etika & Hukum (Relevansi Teori Hukum Kodrat
5
Ibid Thomas Aquinas), Penerbit Kanisius, Jakarta, 2002, Hlm. 9.
56 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 56

dengan pembahasan tentang pengertian terakhir inilah menjadi latar belakang


dari etika itu sendiri, hubungan etika bagi terbentuknya istilah “etika”.10
dengan filsafat ilmu (pengetahuan), dan Dalam istilah latin Ethos atau Ethikos
konsep etika sebagai nilai moral manusia selalu disebut dengan mos sehingga
baik dilihat dari segi ilmu pengetahuan dari perkataan tersebut lahirlah
maupun agama (Islam). Akhirnya, penulis moralitas atau yang sering
menutup tulisan ini dengan memberi diistilahkan dengan perkataan moral.
kesimpulan atas pembahasan yang telah Perkataan etika dalam pemakaian
diuraikan dalam penulisan ini. (Paten) dipandang yang lebih luas dari
untuk pembanding, produk dimaksud perkataan moral, karena terkadang
harus dituliskan dalam nama kimia yang istilah moral sering dipergunakan
baku atau dituliskan merk dagangnya di hanya untuk menerapkan sikap
dalam tanda kurung jika dianggap lahiriah seseorang yang biasa dinilai
membantu memperjelas pembaca, namun dari wujud tingkah laku atau
syaratnya harus mendapat izin tertulis perbuatannya saja. Sedangkan etika
dari pemilik produk dimaksud sebelum dipandang selain menunjukkan sikap
dipublikasikan. Model tipe, merk, dan lahiriah seseorang juga meliputi
produsen peralatan yang digunakan dalam kaidah-kaidah dan motif-motif
penelitian harus dijelaskan. Metode dan perbuatan seseorang itu.11
model analisis statistic harus jelas Dalam ensiklopedia
sehingga memungkinkan bagi peneliti Pendidikan dijelaskan bahwa etika
lain untuk melakukan pengulangan. adalah filsafat tentang nilai,
Sistematika penulisannya diurutkan kesusilaan, tentang baik dan buruk,
sebagai berikut: materi, rancangan kecuali etika mempelajari nilai-nilai
percobaan dan perlakuan, prosedur itu sendiri. Sedangkan di dalam
pelaksanaan penelitian, analisis kamus istilah Pendidikan Umum
laboratorium, dan analisis statistic. diungkapkan bahwa etika adalah
Sistematika ini tidak kaku, dapat bagian dari filsafat yang
disesuaikan dengan ciri bidang keilmuan. mengajarkan keseluruhan budi (baik
Misalnya, untuk penelitian agribisnis dan buruk).12 K Pengertian ini
yang tidak ada analisis laboratoriumnya, memberikan pandangan terhadap
tidak perlu ada analisis laboratorium. etika yang menunjukkan sikap nilai-
nilai pengetahuan di dalam perilaku
II. HASIL DAN PEMBAHASAN baik dan buruk yaitu akal budi.
Dalam bahasa Indonesia
A. Istilah dan Pengertian Etika perkataan etika ini kurang begitu
Istilah etika (Ethict, dalam populer dan lazimnya istilah ini
bahasa Inggris, atau ethica, dalam sering dipergunakan dalam kalangan
bahasa latin) secara etimologi berasal terpelajar. Kata yang sepadan dengan
dari bahasa Yunani kuno, yaitu Ethos itu serta lazim dipergunakan
dalam bentuk tunggal mempunyai ditengah-tengah masyarakat adalah
banyak arti : tempat tinggal yang perkataan “susila” atau “kesusilaan”.
biasa; padang rumput; kandang Kesusilaan berasal dari bahasa
habitat; kebiasaan, adat; akhlak,
watak; perasaan, sikap, cara berfikir .
10
dalam bentuk jamak (ta etha) artinya Ibid. Hlm 4.
11
adalah: adat kebiasaan. Dan arti Suhrawadi K. Lubis. Op cit. Hlm 1.
12
Ibid. Hlm. 2.
57 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 57

Sansakerta, yaitu terdiri dari kata su dalam suatu masyarakat. Dalam


dan sila. Su berarti bagus, indah, perkembangannya etika menjadi
cantik. Sedangkan sila berarti adab, bahan refleksi bagi suatu penelitian
kelakuan, perbuatan adab (sopan sistematis dan metodis.
santun dan sebagainya), ahlak, moral. Skema di atas menyajikan
Dengan demikian perkataan “Susila” hubungan antara etika dan ilmu, di
atau Kesusilaan dapat berarti: Adab mana berawal dari perilaku manusia
yang baik, kelakuan yang bagus, yang pada hakekatnya etika dan
yaitu sepadan dengan kaidah-kaidah , moral itu memiliki pengertian atau
norma-norma atau peraturan- pemahaman yang sama. Kedua
13 istilah ini mengandung arti perilaku
peraturan hidup yang ada.
Menurut K. Bertens, etika itu yang baik dari seseorang atau
berarti ilmu tentang apa yang biasa sekelompok orang sebagai pedoman
dilakukan atau ilmu tentang adat dari tuntutan hati nurani orang yang
kebiasaan.14 Dalam Kamus Umum bersangkutan dan masyarakat demi
bahasa Indonesia yang lama oleh untuk terciptanya rasa kemanusiaan,
Poerwadarminta, etika dijelaskan kejujuran dan keadilan dalam
sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan antar individu dan
asas-asa akhlak (moral).15 Sedangkan masyarakat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Para ilmuwan menggali nilai-
Indonesia yang baru terbitan nilai etika dalam kehidupan praktis
Departemen Pendidikan & baik antar individu maupun
Kebudayaan Republik Indonesia, masyarakat, dari nilai-nilai itulah
etika dijelaskan dengan membedakan etika menjadi pedoman perilaku
tiga arti: 1. Ilmu tentang apa yang manusia (etiket), kemudian di dalami
baik dan apa yang buruk dan tentang sebagai ilmu (pengetahuan), namun
hak dan kewajiban moral (Akhlak); juga etika dapat menjadi aturan bagi
2. Kumpulan asas atau nilai yang sekelompok dalam suatu pekerjaan
berkenaan dengan akhlak; 3. Nilai (profesi) atau di kenal dengan Kode
mengenai benar dan salah yang Etik (ethic of Conduct).
dianut suatu golongan atau
masyarakat. 16 B. Etika Dalam Pandangan Ilmu
Dari pengertian di atas, jelas Etika yang menjunjung tinggi
memberikan arti etika itu adalah tegaknya nilai-nilai kemanusiaan,
merupakan ilmu. Etika dimengerti kejujuran dan keadilan, sehingga
sebagai ilmu tentang filsafat moral, menjadi sumber pijakan berperilaku
tidak mengenai fakta, tetapi tentang yang benar. Etika (akhlak) berujung
nilai-nilai, tidak mengenai tindakan pada masalah perilaku tersebut, maka
manusia, tetapi tentang idenya. ketika ia melakukan sesuatu aktivitas
Adanya asas-asas dan nilai-nilai dalam kehidupannya akan
tentang yang dianggap baik dan menunjukkan sikap sebagai cermin
buruk yang begitu saja diterima etika yang diberlakukannya.
Menurut Imam Ghazali,
akhlak (etika) adalah keadaan yang
13
Ibid. Hlm. 2-3. bersifat batin di mana dari sana lahir
14
K. Bertens. Loc. Cit.
15
perbuatan dengan tanpa berfikir dan
Ibid. Hlm. 15.
16
Ibid
tanpa dihitung resikonya (al khuluqu
58 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 58

haitun rasikhotun tashduru’antha al dianut masyarakat. Karakter


afal bi suhulatin wa yusrin min seseorang terbentuk melalui
ghoiri hajatin fikrin wa perjalanan hidupnya, oleh karena itu
17 ia bisa berubah.
ruwaiyyatin). Sedangkan ilmu
akhlak adalah ilmu yang berbicara Moral dan etika berbeda
tentang baik dan buruk dari suatu dengan akhlak. Dalam Kamus Besar
perbuatan. Ketika berbicara tentang Bahasa Indonesia, kata akhlak
nilai baik buruk maka munculah diartikan budi pekerti atau kelakuan.
persoalan tentang konsep baik buruk. Kata akhlak walaupun terambil dari
Etika juga berbicara tentang bahasa Arab yang biasa diartikan
baik buruk, tetapi konsep baik buruk tabiat, perangai, kebiasaan, namun
dalam etika bersumber kepada kata seperti itu tidak diketemukan
kebudayaan, sementara konsep baik dalam Alquran.19 Akhlak adalah hal
buruk dalam ilmu akhlak bertumpu ihwal yang melekat dalam jiwa, dari
pada konsep wahyu, meskipun akal timbulnya perbuatan yang mudah
juga mempunyai kontribusi dalam tanpa dipikirkan dan diteliti oleh
menentukannya.18 Dari segi ini maka manusia. Jika hal ihwal atau tingkah
dalam etika dikenal ada etika barat, laku itu menimbulkan perbuatan
etika timur dan sebagainya, yang baik lagi terpuji oleh akal dan
sementara al akhlaq al kaqimah tidak syarak, dinamakan akhlak yang baik.
mengenai konsep regional, meskipun Sebaiknya, bila perbuatan yang buruk
hal ini menimbulkan perbedaan maka tingkah laku itu dinamakan
pendapat, karena etika pun diartikan akhlak yang buruk. Akhlak yang baik
sebagai norma-norma kepantasan atau akhlakul karimah, yaitu sitem
(etiket), yakni apa dalam bahasa nilai yang menjadi asas-asas perilaku
Arab disebut atau karma. yang bersumber dari Alquran, As-
Sedangkan kata moral meski Sunnah dan nilai-nilai alamiah
sering digunakan juga untuk (sunatullah) dan juga dapat berarti
menyebut akhlak, atau etika tetapi sistem nilai yang bersumber dari
tekanannya pada sikap seseorang kesepakatan manusia pada waktu dan
terhadap nilai, sehingga moral sering ruang tertentu sehingga dapat
dihubungkan dengan kesusilaan atau berubah-ubah. Lain halnya etika yang
perilaku susila. Jika etika itu masih merupakan persetujuan sementara
ada dalam tataran konsep maka moral dari kelompok yang menggunakan
sudah ada pada tataran terapan. pranata perilaku. Oleh karena itu,
Melihat akhlak, etika atau moral nilai moral yang merupakan nilai
seseorang harus dibedakan antara etika dapat berubah-ubah sesuai
perbuatan yang bersifat dengan persetujuan dan perumusan
temperamental dengan perbuatan deskripsi dari nilai-nilai dasar yang
yang bersumber dari karakter dipandang sebagai nilai alamiah
kepribadiannya. Karakter berkaitan (universal).20 Hal ini menunjukkan
erat dengan penilaian baik buruknya bahwa masyarakat yang
tingkah laku seseorang didasari oleh menggunakan sistem etika, pada
bermacam-macam tolok ukur yang

19
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta,
17
Abdul Wahid & Moh. Muhibbind, Op.cit., Hlm. 31. 2006, Hlm. 79-80.
18 20
Ibid. Hlm 32. Ibid
59 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 59

suatu waktu tertentu akan menyangkut etos, etis, moral dan


membenarkan pelaksanaan suatu estetika, karena:21
nilai tata cara hidup tertentu, 1. Etos, yang mengatur hubungan
sementara pada waktu dan tempat seseorang dengan Khaliknya,
lain nilai-nilai tersebut tidak alma’bud bi haq serta
dibenarkan oleh masyarakat. kelengkapan ulihiyah dan
Lain halnya dengan ajaran rubbubiyah, seperti terhadap
moral yang bersumber dari ajaran Rosul-rosul Allah, Kitab-Nya, dan
agama, baik dari Alquran, Alhadist sebagainya.
maupun dari pemikiran tokoh agama 2. Etis, yang mengatur sikap
dan tokoh adat, kumpulan peraturan seseorang terhadap dirinya dan
dan ketetapan baik yang tertulis terhadap sesamanya dalam
maupun yang tidak tertulis (lisan), kegiatan kehidupannya sehari-
tentang bagaimana manusia harus hari.
hidup dan bertindak agar menjadi 3. Moral, mengatur hubungan
manusia yang baik. Baik buruknya dengan sesamanya, tetapi
berlainan jenis dan atau yang
tindakan manusia ditentukan oleh
menyangkut kehormatan tiap
tolok ukur penilaian moral sebagai
pribadi.
manusia. Hal ini, biasa diungkapkan
4. Estetika, rasa keindahan yang
bahwa kalau binatang yang dipegang
mendorong seseorang untuk
adalah talinya dan kalau manusia
meningkatkan keadaan dirinya
yang dipegang adalah kata-katanya.
serta lingkungannya, agar lebih
Ungkapan ini bermakna kalau
indah dan menuju kesempurnaan.
manusia tidak mampu lagi dipegang Dari uraian di atas, maka
kata-katanya, maka ia hilang dapatlah dirumuskan bahwa akhlak
identitasnya sebagai manusia yang adalah ilmu yang membahas
dapat dipercaya oleh manusia lain. perbuatan manusia dan mengajarkan
Oleh karena itu, sistem etika dalam perbuatan baik yang harus dikerjakan
hal ini sama sekali tidak ada dan perbuatan jahat yang harus
hubungannya dengan dihindari dalam hubungan dengan
hamblumminallah. Ukuran baik dan Allah SWT, manusia dan alam
buruk dalam sistem etika ini, subjektif, sekitar dalam kehidupan sehari-hari
yaitu bergantung pada pengaruh yang sesuai dengan nilai-nilai etika dan
kuat dari pemikir sistem nilai dan moral.
etika.
Dalam bahasa agama Islam C. Hubungan Etika Dengan Ilmu
istilah etika ini adalah merupakan Paham yang menyatakan
bagian dari akhlak. Dikatakan bahwa ilmu itu bebas nilai,
merupakan bagian dari akhlak, menggunakan pertimbangan yang
karena akhlak bukanlah sekedar didasarkan atas nilai dari yang
menyangkut prilaku manusia yang diwakili oleh ilmu yang
bersifat perbuatan lahiriah saja, akan bersangkutan. Begitu pula etika
tetapi mencakup hal-hal yang lebih sebagai bagian dari filsafat
luas, yaitu meliputi bidang akidah, merupakan ilmu pengetahuan tentang
ibadah dan syari'ah, karena akhlak

Islami cakupannya sangat luas, yaitu


21
Suhrawadi K. Lubis. Loc. Cit.
60 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 60

nilai-nilai moral manusia. Ilmu Namun ada pembatasan yang tidak


sebagai daya tarik bagi hasrat ingin dapat dilakukan oleh manusia dalam
tahu manusia yang tanpa henti dan pencarian nilai-nilai hakiki yang
kebenaran, sehingga perlu tersebut, seperti pencarian alkhalik,
diperhatikan etika sebagai efek pencipta manusia itu sendiri.
tambahan dari ilmu setelah Kebenaran intelektual yang
diterapkan dalam masyarakat. ada pada ilmu bukanlah suatu efek
Manusia pada dasarnya dari keterlibatan ilmu dengan bidang-
ditbiati oleh akal, maka manusia bidang kehidupan. Kebenaran
memiliki ilmu (logos). dengan memang ciri asli dari ilmu itu sendiri.
ilmunya itu segala aktivitas Dengan demikian pengabdian ilmu
kehidupannya dilandasi dengan ilmu secara netral, tidak bewarna, dapat
yang didasari oleh akal. Kemudian meluncurkan pengertian kebenaran,
diuaskan menjadi memperhatikan, sehingga ilmu terpaksa menjadi
menyimak, mengumpulkan makna, bebas nilai. Uraian keilmuan tentang
menyimpan dalam batin, berhenti manusia sudah semestinya harus
untuk menyadari.22 Disini bertemu diperkuat oleh kesadaran terhadap
antara logos dengan ethos (etika), berakarnya kebenaran.
berarti adanya penghentian, rumah, Ilmu bukanlah tujuan tetapi
tempat, tanggal, endapan sikap. sarana untuk mencapai hasrat akan
Maksudnya adalah sikap hidup yang kebenaran itu berimpit dengan etika
menyadari sesuatu, sikap yang bagi sesame manusia dan tanggung
mengutamakan tutup mulut untuk jawab secara agama. Sebenarnya
berusaha mendengar, dengan ilmuwan dalam gerak kerjanya tidak
mengorbankan berbicara lebih. perlu memperhitungkan adanya dua
Sehubungan dengan ini Karl Jespers faktor, yaitu ilmu dan tanggung
menulis bahwa ilmu adalah usaha jawab. Karena yang kedua itu
manusia untuk mendengarkan melekat dengan yang pertama.
jawaban-jawaban yang keluar dari Dengan tanggung jawab itu berarti
dunia yang dihuninya. Di sinilah ilmuwan mempunyai etika dalam
lengketnya etika dengan ilmu.23 keilmuannya itu. Ilmu yang melekat
Apa hubungan maksud dengan keberadaban manusia yang
tersebut di atas? Manusia dengan terbatas, maka dengan ilmu hasrat
ilmu tidak akan terpuaskan baik keingin tahuan manusia yang
dalam mendengarkan maupun terdapat di dalam dirinya merupakan
mencari jawabanya. Perspektif baru petunjuk mengenai kebenaran yang
akan selalu ditemukannya dalam transeden di luar jangkauan manusia.
pencapaian mencari ilmu. Dalam
pencariannya itu, tidak ada III. KESIMPULAN
pertentangan antara masalah dan
rahasia, antara pengertian dan Berdasarkan uraian-uraian di atas,
keajaiban, antara ilmu dan agama. dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa
etika adalah ilmu pengetahuan, karena
22
etika yang merupakan nilai-nilai
Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam perspektif,
(values) dari moralitas kemanusiaan
Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 1994,
Hlm. 235.
sehingga dalam pendalaman mencari
23
Ibid
61 |Fahrur DE’RECHTSSTAAT ISSN 2442-5303 Volume 1 Nomor 1, Maret 2015 Etika
| 61

nilai-nilai tersebut maka etika DAFTAR PUSTAKA


merupakan filsafat ilmu.
Etika selain dari pada bagian dari Abdul Wahid & Moh. Muhibbin, Etika
ilmu pengetahuan atau bagian dari filsafat Profesi Hukum (Rekonstruksi Citra
ilmu, juga merupakan panduan dari nilai- Peradilan di Indonesia), Penerbit
nilai terhadap tata cara individu, Bayumedia Publishing, Malang, 2009.
masyarakat maupun bernegara. setiap C. Verhaak & R. Haryono Imam, Filsafat Ilmu
kehidupan itu perlu suatu etika (etiket) Pengetahuan (Telaah Atas Cara Kerja
agar nilai-nilai moralitas dapat terjaga di Ilmu-Ilmu), Penerbit PT. Gramedia
dalam kehidupan itu sendiri. Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
Selain itu, etika dalam pandangan E. Sumaryono, Etika & Hukum ( Relevansi
agama Islam merupakan akhlak. Akhlak Teori Hukum Kodrat Thomas Aquinas),
yang harus dijaga oleh setiap individu Penerbit Kanisius, Jakarta. 2002.
agar hubungan baik antar individu Isman Toro Dwi Yuwono, Memahami
maupun dengan Penciptanya (Al-khalik) Berbagai Etika Profesi & Pekerjaan,
terjalin dalam keharmonisan Penerbit Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
(hamblumminanas hamblumminallah). 2011.
Hubungan etika dengan ilmu adalah Jujun S. Suriasumanteri, Ilmu Dalam
merupakan pembatasan agar pemikiran Perspektif, Penerbit Yayasan Obor
manusia yang haus akan kebenaran Indonesia, Jakarta, 1994.
dapat terjaga tidak keluar dari norma- K. Bertens, Etika, Penerbit PT. Gramedia
norma yang seharusnya tetap Pustaka Utama, Jakarta, 2011.
dipertahankan karena itulah akal yang Suhrawadi K. Lubis, Etika Profesi Hukum,
dibebaskan akan mengarah kepada Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1994.
kesesatan. Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Penerbit
Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Anda mungkin juga menyukai