Anda di halaman 1dari 22

ETIKA DAN ETIKA

AKADEMIK
ETIKA DAN ETIKA AKADEMIK

A. Pengertian Etika
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa yunani
yaitu dati kata Eitos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. Kata yang maknanya identik dengan etika
adalah kata moral yang berasal dari bahasa latin yaitu
Mos atau Mores yang berarti adat atau cara hidup.
Oleh karenanya etika dan moral sering diartikan sama
dalam pemaknaan tetapi berbeda dalam pemakaiannya
Etika sering dipakai dan digayutkan dengan pengkajian
sistem nilai-nilai yang ada, sedangkan moral dipakai
untuk menilai perbuatan
Etika sering memiliki istilah lain yang
pemaknaannya berhimpitan dengan arti
etika yaitu susila dan tata krama yang
lebih menunjukan dasar-dasar, prinsip-
prinsip, tata aturan hidup yang lebih baik
Istilah yang memiliki kesepadanan dengan
etika berasal dari bahasa arab yaitu
Akhlak, sehingga etika disamakan dengan
ilmu Akhlak
Dari pengertian dasar kata etika tersebut, maka
etika memuat nilai-nilai kebenaran dan kebaikan.
Dengan demikian maka etika merupakan cabang ilmu
filsafat yang melalui perenungan mendalam,
berulang dan sistematis mencari hakekat suatu
kebenaran nilai yang menjadi ukuran baik buruknya
tingkah laku manusia yang pada muaranya dapat
diambil kesimpulan yang mantap akan kebenaran
nilai-nilai tersebut sehingga akan menjadi suatu
kesepakatan untuk dijadikan panduan tatalaku
kehidupan manusia dalam komunitasnya dalam suatu
dimansi ruang dan waktu tertentu
Menurut Ki Hajar Dewantara (1962) dalam Zubair
(1992) etika adalah ilmu yang mempelajari soal
kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia,
teristimewa yang mengenai gerak gerik fikiran dan
rasa yang dapat merupakan pertimbangan dan
perasaan, sampai mengenai tujuan yang dapat
merupakan perbuatan
Dari uraian diatas maka etika menurut Zubair dapat
dijabarkan menjadi tiga aspek yaitu
aspek historis, menekankan pada kedudukan etika
sebagai cabag filsafat yang membicarakan tentang
nilai baik dan buruknya dari perilaku manusia
Aspek deskriptif, menempatkan etika sebagai
cabang ilmu pengetahuan yang juga
membicarakan baik buruknya perilaku manusia
dalam kehidupan bersama. Pada aspek ini
mendasarkan pada kenyataan dalam hidup ada
keragaman norma karena adanya ketidaksamaan
tempat dan waktu, sehingga deskripsinya
bersifat sosiologik
Aspek normatif, menempatkan etika sebagai
cabang ilmu pengetahuan yang hanya
memberikan nilai baik buruknya perilaku
manusia, sehingga dalam tataran normatif dan
evaluatif cukup memberikan informasi dan
menganjurkan serta merefleksikan tentang
mana yang baik dan mana yang masuk kategori
buruk (tidak benar)
B. Etika Dalam Masyarakat Kampus
Perguruan tinggi adalah suatu lembaga yang
didalamnya terdiri atas sivitas akademika yaitu
dosen dan mahasiswa serta staf administrasi.
Begitu calon mahasiswa mulai untuk memasuki
lembaga perguruan tinggi maka banyak hal yang
harus dikenalnya sehingga mereka akan dapat
menjadi bagian dari lembaga tersebut
Mereka yang memiliki wawasan keilmuan dan kearifan yang
luas cenderung menerapkan etika akademik dalam
kehidupannya, sehingga penerapan ilmu dalam memecahkan
masalah kehidupannya didasari oleh motivasi humaniora
Sebagai suatu sistem perguruan tinggi membentuk
masyarakat yang dikenal dengan sebutan masyarakat
kampus
Etika dalam masyarakat kampus atau dapat disebut
dengan etika akademik bersifat universal karena etika
berdasarkan kepada ilmu dan kearifan, sedangkan tata
krama pergaulan kampus akan berbeda dari suatu tempat
ke tempat lain
Karena tata krama didasarkan pada adat dan kebiasaan
lokal dimana kampus tersebut berada akan mempengaruhi
tata krama pergaulan dalam kampus tersebut
Pengetahuan tata krama yang bersifat lokal ini
bagaimanapun akan mempengaruhi tabiat dan perilaku
anggota sivitas akademik yang tercermin dalam sikapnya
Namun demikian perilaku serta tatanan pergaulan yang
harus dijalankan dan merupakan ciri dalam kehidupan
masyarakat kampus adalah sikap dan etika akademik
C. Landasan Etika Akademik
Kecendekiaan yang tersirat dalam etika akademik
ini adalah bentuk kesadaran terhadap pentingnya
kemanusiaan (humaniora) dalam pergaulan sosial
yang didasarkan pada penguasaan ilmu dan
penerapannya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan
Ada lima landasan etika akademik yaitu :
1. Metode Ilmiah
Rendahnya penguasaan ilmu dan sempitnya
wawasan, akan mendorong perilaku seseorang
sekedar mengikuti nalurinya, sehingga perilakunya
cenderung didorong oleh motifasi naluriah atau
nafsu hewani, bukan dilandasi motivasi
kemanusiaan dengan dasar ilmu yang dikuasainya
Ilmu pada hakekatnya mencari jawaban yang benar
atas berbagai pertanyaan
Metode ilmiah mencurahkan perhatiannya terhadap
fakta-fakta yang obyektif, menggunakan
observasi/eksperimen untuk mengumpulkan data,
yang kemudian di analisis untuk menghasilkan
kesimpulan yang mungkin dapat diterima sebagai
teori baru
2. Logika
Proses penarikan kesimpulan dalam metode ilmiah
menggunakan
Logika dedukatif. Penarikan kesimpulan dari hal yang
bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual
(EX: Setiap Energy Drink punya efek samping, Semua Extra
Joss adalah Energy Drink, Jadi Produk Extra Joss punya
Efek Samping)
Logika indukatif. Penarikan kesimpulan dari kasus
individual menjadi kesimpulan yang bersifat umum
(Ex: Extra Joss Tab punya efek samping, Extra Joss Active
B7 punya efek samping, Jadi setiap Extra Joss punya
efek samping)
Kesimpulan yang valid dilakukan dengan kedua logika
tersebut
3. Otoritas (ahli)
Selain mengandalkan logika, manusia dapat menggandalkan
pada otoritas
Otoritas dapat berupa penjelasan orang lain yang kredibilitas
keilmuannya dapat dipertanggung jawabkan
4. Intuisi (bisikan kalbu)
Dalam mencari kebenaran (ilmu), manusia selain
menggunakan logika dan otoritas juga menggunakan intuisi
Namun hanya intuisi orang-orang yang sudah lama
berpengalaman dan mendalami bidangnya
5. Ilmu
Manusia mengembangkan ilmu dengan tujuan
untuk menjawab permasalahan yang dihadapi
dalam kehidupannya
Dalam memecahkan permasalahan hidup
manusia pasti berinteraksi dengan sesama
manusia sehingga dituntut etika
Ilmu yang dikuasai oleh manusia akan
mempengaruhi etika yang terwujud dalam
perilaku sehari-hari
Perguruan tinggi merupakan masyarakat
kampus yang dikenal sebagai masyarakat
ilmiah, juga ada etika yang disebut etika
akademik
D. Sikap Dan Etika Akademik
Sikap akademik
Sikap adalah perbuatan, perilaku, gerak gerik yang
berdasarkan pada pendirian (pendapat atau keyakinan)
Seseorang memiliki sikap akan melakukan perbuatan yang
dilandasi oleh pendirian yang jelas, pendapat dan
keyakinan yang jelas pula
Akademik berarti mengandung kearifan dan dilandasi dengan
ilmu
Tidak saja ilmu tetapi juga kearifan atau kecendekiaan, yaitu
pemahaman dan penerapan ilmu dalam konteks humaniora
Sikap akademik adalah perbuatan, perilaku, gerak gerik yang
berdasarkan pada pendirian yang mengandung kearifan dan
dilandasi dengan ilmu
Perilaku yang demikian ini adalah ciri yang membedakan
anggota masyarakat kampus, orang yang berpendidikan
perguruan tinggi dari anggota masyarakat yang tidak
mengecam pendidikan tinggi
Kampus sebagai masyarakat yang berlandaskan ilmu
pengetahuan (knowledge based society) menuntut perilaku
anggota masyarakatnya dijiwai dan didasarkan kepada ilmu
pengetahuan yang diikuti dengan kearifan
Didalam kampus kita mengenal adanya kebebasan akademik.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 Bab VI Pasal 17
ayat 1 menyebutkan bahwa kebebasan akademik merupakan
kebebasan yang dimiliki anggota sivitas akademik, untuk
secara bertanggung jawab dan mandiri melaksanakaan
kegiatan akademik yang terkait dengan pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Secara universal kebebasan akademik berarti :
Keleluasaan untuk mengajar dan membahas masalah tanpa
campur tangan pihak lain misalnya pemerintah dll
Tidak adanya larangan atau hambatan dan campur tangan
penguasa untuk menulis dan mempublikasikannya dalam
jurnal, buku dan sebagainya
Tidak adanya tekanan atau ancaman untuk berbicara
secara terbuka
Pelaksanaan kebebasan akademik ini sejalan dengan
kebebasan mimbar akademik.
Kebebasan mimbar akademik berlaku sebagai bagian dari
kebebasan akademik yang memungkinkan menyampaikan
pikiran dan pendapat di perguruan tinggi yang bersangkutan
sesuai dengan norma dan kaidah keilmuan
Kebebasan mimbar akademik adalah hak yang harus
diperjuangkan dan tentunya menuntut tanggung jawab
Tidak semua warga kampus memiliki hak ini, tetapi hanya
mereka yang memiliki kualifikasi tertentu yang merupakan
ukuran dari kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai anggota
masyarakat kampus
Keleluasaan berpendapat dalam suatu forum yang
dilandasi ilmu dan kearifan ini hanya dimiliki oleh
pakar yang memiliki kualifikasi, track record,
dedikasi dan kinerja yang mengindikasikan tingkat
kredibilitas dan kompentensi kepakaran di bidang
ilmunya, semestinya ini dimiliki oleh para guru
besar
Dalam masyarakat kampus juga dikenal otonomi
keilmuan. Dalam UU Nomor 2 Tahun 1989 Pasal 29
disebutkan bahwa otonomi keilmuan merupakan
kegiatan keilmuan yang berpedoman pada norma
dan kaidah keilmuan yang harus ditaati oleh para
anggota sivitas akademik
Otonomi keilmuan berarti adanya kebebasan mempelajari
dan mengembangkan bidang ilmu yang ditekuninya
Warga sivitas akademika yaitu dosen dan mahasiswa
dituntut mengerti dan melaksanakan sikap akademik,
mengerti kebebasan akademik, mengerti kebebasan
mimbar akademik dan otonomi keilmuan. Hal-hal inilah
yang membedakan dunia kampus daru masyarakat lain
Seorang anggota sivitas akademik memiliki sifat akademik
yang diantaranya meliputi :
Keingintahuan
Kritis
Terbuka
Obyaktif
Tekun dan konsistenn
Berani mempertahankan kebenaran
Berpandangan kedepan
Independent
kreatif
Etika Akademik
Didalam masyarakat kampus terdiri atas manusia-manusia
yang membentuk sistem sosial yang tentu memiliki
kaidah-kaidah baik-buruk, salah benar, hak dan
kewajiban, tuntutan dan tanggung jawab dan sebagainya
Oleh karena itu dalam tata pergaulannya dikembangkan
suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak) yang dilandasi
kearifan, inilah yang dimaksud dengan etika akademik
Seseorang yang beretika akademik diantaranya dapat
digambarkan sebagai berikut
Apresiatif
Wujud keadilan yang paling mudah adalah dengan
menunjukan apresiasi terhadap pemikiran dan
karya orang lain dengan alasan yang masuk akal
Menunjukan perhatian merupakan bagian dari apresiasi,
sesederhana apapun sebuah karya pasti mengandung
pelajaran yang hanya bisa kita dapatkan jika kita
memperhatikan dengan seksama, dengan demikian
wawasan pengetahuan akan senantiasa diperkaya oleh
apresiasi yang tulus
Perbuatan apresiatif mudah dilaksanakan jika seseorang
beranggapan dirinya tidak tahu segalanya tentang sesuatu
sehingga ia bersedia untuk belajar, orang yang demikian
ini merendahkan dirinya dalam pengetahuan (agnostik atau
Tawadhu
Agnostik
Dalam bahasa arab adalah tawadhu atau menganggap
dirinya rendah dalam pengetahuan dihadapan alam yang
komplek dan misterius ini dan ini merupakan hasil
pengalaman ilmiah yang luas
Mengakui otoritas
Artinya bahwa setiap kali menggunakan hasil karya ilmiah
orang lain baik dalam penyampaian lisan maupun tulisan
harus dinyatak authornya
Jika kita mengutip tulisan orang lain dicantumkan
sumbernya secara jelas dan akurat, acuan dalam
penulisan dicantumkan dalam daftar pustaka, kutipan
langsung harus dibedaka dengan kutipan tak langsung
untuk membedakan mana yang original tulisan kita mana
yang tulisan karya orang lain

Anda mungkin juga menyukai