Anda di halaman 1dari 14

ISSN 2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 4, No. 2, Agustus 2018

Studi Fenomenologi: Kehidupan Masyarakat Paska Erupsi Gunung Kelud Tahun


2014

Hubungan Mekanisme Cedera dan Trauma Organ Lain dengan Prognosis Pasien
Cedera Kepala Berat

Kandungan Fitokimia dan Zat Gizi Pada Formulasi Es Krim Jamu Kunyit Asam

Peran Manajer Keperawatan Dalam Menciptakan Motivasi Kerja Perawat

Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah di Posyandu Balita Mawar dan


Kenanga

Kompres Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam Efektif Menurunkan Nyeri Pasien
Reumatoid Artritis

Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan

Adaptasi Psikologis Ibu Postpartum (Fase Taking- In)

Motivasi Penatalaksanaan Empat Pilar Diabetes Mellituspada Pasien dengan Diabetes


Mellitus

Pelatihan Penangganan Korban Tersedak Terhadap Pemahaman Tujuan, Prosedur,


Kewaspadaan, dan Evaluasi Tindakan

Diterbitkan oleh
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI

Jurnal Penelitian Hal Kediri


Vol.4 No.2 2407-7232
Keperawatan 88-187 Agustus 2018
2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 4, No. 2, Agustus 2018
Penanggung Jawab
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes

Ketua Penyunting
Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns., M.Kep

Sekretaris
Desi Natalia Trijayanti Idris, S.Kep., Ns., M.Kep

Bedahara
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes

Penyunting Ahli:
Dr. Titih Huriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kom

Penyunting Pelaksana
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Erlin Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kes
Dian Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep
Maria Anita Yusiana, S.Kep., Ns., M.Kes

Sirkulasi
Heru Suwardianto, S.Kep., Ns M.Kep

Diterbitkan Oleh:
STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend Panjaitan No. 3B Kediri
Email: uuptppmstikesbaptis@gmail.com
Link: http://jurnalbaptis.hezekiahteam.com/jurnal
2407-7232

JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 4, No. 2, Agustus 2018
DAFTAR ISI
Studi Fenomenologi: Kehidupan Masyarakat Paska Erupsi Gunung Kelud 88-100
Tahun 2014
Lilik Setiawan

Hubungan Mekanisme Cedera dan Trauma Organ Lain dengan Prognosis Pasien 101-109
Cedera Kepala Berat
Nurul Fatwati Fitriana

Kandungan Fitokimia dan Zat Gizi Pada Formulasi Es Krim Jamu Kunyit Asam 110-116
Nurul Hidayah

Peran Manajer Keperawatan Dalam Menciptakan Motivasi Kerja Perawat 117-125


Paramita Pasthikarini | Aries Wahyuningsih | Selvia David Richard

Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah di Posyandu Balita Mawar dan 125-136
Kenanga
Yul Siskawati | Dewi Ika Sari Hari Poernomo | Srinalesti Mahanani

Kompres Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam Efektif Menurunkan Nyeri Pasien 137-146
Reumatoid Artritis
Dimas Alfana Bouries Doliarn’do | Sandy Kurniajati | Erva Elli Kristanti

Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan 147-157


Andika Kurniawan | Erlin Kurnia | Akde Triyoga

Adaptasi Psikologis Ibu Postpartum (Fase Taking- In) 158-167


Ni Komang Gita Rasmi | Maria Anita Yusiana | Dian Taviyanda

Motivasi Penatalaksanaan Empat Pilar Diabetes Mellituspada Pasien dengan 168-177


Diabetes Mellitus
Nataliel Dwi Prayoga | Tri Sulistyarini | Erva Elli Kristanti

Pelatihan Penangganan Korban Tersedak Terhadap Pemahaman Tujuan, 178-187


Prosedur, Kewaspadaan, dan Evaluasi Tindakan
Heru Suwardianto | Erawati
147 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232

PENGETAHUAN PASIEN PRE OPERASI DALAM PERSIAPAN


PEMBEDAHAN

PATIENT’S UNDERSTANDING OF PRE-OPERATIVE PREPARATION

Andika Kurniawan, Erlin Kurnia, Akde Triyoga


STIKES RS. Baptis Kediri Jl. Mayjend. Panjaitan No. 3B Kediri
Email: stikes_rsbaptis@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tindakan operasi atau pembedahan merupakan peristiwa komplek yang


menegangkan, sehingga selain mengalami gangguan fisik akan memunculkan pula
masalah psikologis yang dapat berakibat pada perubahan fisiologis pasien sebelum
menjalani operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka
diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi. Penelitian ini bertujuan untuk
Mempelajari Gambaran Pengetahuan Pasien Pre Operasi Dalam Persiapan Pembedahan
di Ruang Rawat Inap Hosana dan Agape Rumah Sakit Baptis Kediri. Desain penelitian
ini adalah Deskriptif. Populasi penelitian adalah Semua pasien yang akan menjalani
operasi di Ruang Rawat Inap Hosana dan Agape Rumah Sakit Baptis Kediri. Sampel
yang diambil 44 responden menggunakan teknik Purposive sampling. Variabel penelitian
ini adalah pengetahuan pasien pre operasi. pengumpulan data menggunakan kuesioner.
Analisis penelitian menggunakan distribusi frekuensi. Dari penelitian ini didapatkan
bahwa pasien pre operasi memiliki yang pengetahuan pengetahuan baik 2 responden
(4,9%), pengetahuan cukup 8 responden (19,5%), dan pengetahuan kurang yaitu 31
responden (75,6%) tentang penjelasan biaya operasi, pemberian obat-obatan pre
medikasi, melepaskan perhiasan prostheses dll, menjalin rambut lipstik kutek dihapus,
pemasangan kateter/NGT/kencing spontan, penyertaan hasil laboratorium, dan penyertaan
hasil radiologi. Kesimpulan dari penelian ini didapatkan sebagian besar pasien pre operasi
memiliki pengetahuan kurang tentang persiapan pembedahan yaitu 31 responden
(75,6%).

Kata Kunci: Pengetahuan, Pre Operasi, Psikologis, Fisiologis

ABSTRACT

Surgery is a complex stressful event, in addition, not only having a physical


disorder, but also causing psychological problems that can result in physiological
changes of patients before undergoing surgery. Understanding kind of information
during operation, the patient is expected to have better preparation to face the operation.
The research objective is to describe patient’s understanding of pre-operative
preparation in Inpatient Installation of Hosana and Agape, Kediri Baptist Hospital. The
research design was descriptive. The population was all patients who will undergo
surgery in Inpatient Installation of Hosana and Agape, Kediri Baptist Hospital. The
samples were 44 respondents using purposive sampling technique. The variable was
patient’s understanding of pre-operative. Data were collected using questionnaires and
Hal: 147-157 Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan
148

then analyzed using frequency distribution. The research results showed that 2
respondents (4.9%) had good understanding of pre-operative preparation; 8 respondents
(19,5%) had sufficient understanding of pre-operative preparation, and 31 respondents
(75,6%) had low understanding of pre-operative preparation about explanation of
operational cost, administration of pre-medication, putting off jewelry prostheses, hair
netting, lipstic or nail-paint erasing, applying catheter/NGT/spontaneous urine, inserting
laboratory and radiology results. In conclusion, the research result was obtained that
most patient’s understanding of pre-operative preparation was 31 respondents (75.6%).

Keyword: Understanding, Pre-Operative, Psychology, Physiology

Pendahuluan 2009). Setiap pasien yang akan menjalani


operasi di Rumah Sakit Baptis Kediri
telah diberikan informasi oleh perawat
Setiap orang mempunyai dan dokter tentang persiapan
pandangan yang berbeda dalam pembedahan sesuai dengan SOP, pasien
menghadapi pengalaman operasi pre operasi mengeluh takut untuk
sehingga akan memberikan respon yang menjalani operasi.
berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya Menurut WHO dalam Sartika
perasaan takut dan cemas selalu dialami (2013), tindakan operasi di Indonesia
setiap orang dalam menghadapi pada tahun 2012 mencapai 1,2 juta jiwa.
pembedahan (Majid dkk, 2011). Berdasarkan data tabulasi Nasional
Akibatnya adalah terjadinya kelelahan Departemen Kesehatan Republik
fisik maupun mental yang pada akhirnya Indonesia tahun 2009, tindakan bedah
akan melahirkan berbagai keluhan atau menempati urutan ke-11 dari 50 pertama
gangguan. Persiapan operasi dilakukan penanganan pola penyakit di Rumah
terhadap pasien dimulai sejak pasien Sakit se-Indonesia yang diperkirakan
masuk ke ruang perawatan sampai saat sebesar 32% diantaranya merupakan
pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah Laparatomi (Nuraeni,
tindakan pembedahan dilakukan. 2015). Menurut Dinkes tahun 2014
Persiapan mental dapat dilakukan oleh dalam Widyaningrum (2015), di Jawa
keluarga dan perawat dengan cara Timur terdapat 10.503 kasus bedah
membantu pasien mengetahui tentang elektif yang dilakukan selama periode
tindakan-tindakan yang dialami pasien 2014. Tindakan operasi di Rumah Sakit
sebelum operasi, memberikan informasi Baptis Kediri pada bulan Januari 2017
pada pasien tentang waktu operasi, hal- sampai dengan November 2017 terdapat
hal yang akan dialami oleh pasien selama 2117 pasien. Pada bulan Oktober sampai
proses operasi, menunjukkan tempat dengan Desember 2017 terdapat 280
kamar operasi, dan sebagainya (Majid pasien yang menjalani operasi di ruang
dkk, 2011). Tahap-tahap yang dilakukan rawat inap Hosana dan Agape Rumah
sebelum pembedahan adalah persiapan Sakit Baptis Kediri dengan klasifikasi
fisik, persiapan mental atau psikis, 170 pasien dengan bedah Mayor, 50
latihan sebelum operasi (Preoperatif pasien dengan bedah Minor dan sisanya
exercise), informed consent, dan 60 pasien hanya menjalani rawat inap
pemberian obat-obatan pre-medikasi. tanpa operasi. Dari hasil pra penelitian
Setiap pasien merasa takut untuk datang yang dilakukan pada tanggal 16
ke tempat pembedahan. Beberapa Desember 2017 sampai dengan 19
diantaranya disebabkan karena Desember 2017 dengan menggunakan
pengalaman di rumah sakit sebelumnya, kuesioner kepada pasien yang akan
peringatan dari teman dan keluarga, atau menjalani operasi di Ruang rawat inap
karena kurang pengetahuan (Muttaqin, Hosana dan Agape Rumah Sakit Baptis
149 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232

Kediri, dari 15 responden didapatkan Komunikasi dan bina hubungan


hasil 9 (60%) responden mengalami takut saling percaya antara pasien dan perawat
saat akan menjalani operasi. sangat penting. Dengan mengetahui
Keperawatan pre operasi berbagai informasi selama operasi maka
merupakan tahap awal dari keperawatan diharapkan pasien menjadi lebih siap
perioperatif, dimana kesuksesan tindakan menghadapi operasi. Dengan demikian,
pembedahan secara keseluruhan dengan adanya pemberian informasi
bergantung pada fase ini (Majid dkk, yang lengkap, kecemasan yang dialami
2011). Persiapan operasi dilakukan oleh pasien akan dapat diturunkan dan
terhadap pasien dimulai sejak pasien mempersiapkan mental pasien dengan
masuk ke ruang perawatan sampai saat baik (Majid dkk, 2011). Tujuan
pasien berada di kamar operasi sebelum penelitian ini untuk mempelajari
tindakan pembedahan dilakukan. Pasien gambaran pengetahuan pasien pre
yang akan menjalani operasi sangat perlu operasi dalam persiapan pembedahan di
diperhatikan dalam mengatasi kecemasan ruang rawat inap Hosana dan Agape
yang dialami. Berbagai dampak Rumah Sakit Baptis Kediri.
psikologis yang dapat muncul pada
pengkajian psikospiritual adalah adanya
ketidaktahuan akan pengalaman Metodologi Penelitian
pembedahan yang dapat mengakibatkan
kecemasan yang terekspresikan dalam
berbagai bentuk, dan rasa takut yang Desain penelitian yang digunakan
disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas pada penelitian ini adalah Deskriptif.
temasuk didalamnya wpasien yang akan Populasi pada penelitian ini adalah
menjalani operasi (Majid dkk, 2011). semua pasien yang akan menjalani
Akibat stres yang berkepanjangan adalah operasi di ruang rawat inap Hosana dan
terjadinya kelelahan baik fisik maupun Agape Rumah Sakit Baptis Kediri.
mental, yang pada akhirnya melahirkan Subyek dalam penelitian ini adalah
berbagai macam keluhan atau gangguan. pasien yang akan menjalani operasi di
Individu menjadi sakit. Namun seringkali ruang rawat inap Hosana dan Agape
penyebab sakitnya tidak diketahui secara Rumah Sakit Baptis Kediri yang
jelas karena individu yang bersangkutan memenuhi kriteria inklusi sebanyak 41
tidak menyadari lagi tekanan atau stres responden dengan menggunakan teknik
yang dialaminya. Tanpa disadari, purposive sampling. Pengambilan data
individu menggunakan jenis penyesuaian menggunakan kuesioner. Analisis data
diri yang kurang tepat dalam menghadapi menggunakan distribusi frekuensi.
stresnya (Siswanto, 2007). Dukungan
mental atau psikis pasien dapat dilakukan
dengan cara membantu pasien
mengetahui tentang tindakan-tindakan
yang dialami pasien sebelum operasi,
memberikan informasi pada pasien
tentang waktu operasi, hal-hal yang akan
dialami oleh pasien selama proses
operasi, menunjukkan tempat kamar
operasi, dan sebagainya. Persiapan
mental yang kurang memadai dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan
pasien dan keluarganya. Sehingga tidak
jarang pasien menolak operasi yang
sebelumnya telah disetujui (Majid dkk,
2011).
Hal: 147-157 Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan
150

Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Pengetahuan Pasien Pre Operasi Dalam


Persiapan Pembedahan di Ruang Rawat Inap Hosana dan Agage Rumah Sakit
Baptis Kediri yang dilakukan pada tanggal 11 april 2018 s.d 29 april 2018.
(n=41)
Pengetahuan Pasien Pre Operasi Dalam Jumlah Persentase (%)
Persiapan Pembedahan
Baik 2 4,9
Cukup 12 29,2
Kurang 27 65,9
Jumlah 41 100

Berdasarkan tabel 1 dapat 2011). Persiapan operasi dilakukan


diketahui bahwa lebih dari 50% pasien terhadap pasien dimulai sejak pasien
pre operasi memiliki pengetahuan kurang masuk ke ruang perawatan sampai saat
tentang persiapan pembedahan yaitu pasien berada di kamar operasi sebelum
sebanyak 27 responden (65,9%). tindakan pembedahan dilakukan. Tahap-
pengetahuan cukup tentang persiapan tahap yang dilakukan sebelum
pembedahan yaitu sebanyak 12 pembedahan adalah persiapan fisik,
responden (29,2%), dan pengetahuan persiapan mental/psikis, latihan sebelum
baik tentang persiapan pembedahan yaitu operasi (Preoperatif exercise), informed
sebanyak 2 responden (4,9%). consent, dan pemberian obat-obatan pre-
medikasi. Dukungan mental/psikis pasien
dapat dilakukan dengan cara membantu
Pembahasan pasien mengetahui tentang tindakan-
tindakan yang dialami pasien sebelum
operasi, memberikan informasi pada
Pengetahuan Pasien Pre Operasi pasien tentang waktu operasi, hal-hal
Dalam Persiapan Pembedahan yang akan dialami oleh pasien selama
proses operasi, menunjukkan tempat
kamar operasi, dan sebagainya;
Berdasarkan hasil penelitian memberikan penjelasan terlebih dahulu
tentang gambaran pengetahuan pasien sebelum setiap tindakan persiapan
pre operasi dalam persiapan pembedahan operasi sesuai dengan tingkat
di ruang rawat inap Hosana dan Agape perkembangan, gunakan bahasa yang
Rumah Sakit Baptis Kediri di dapatkan sederhana. Dengan demikian, dengan
dari 41 pasien pre operasi yang sudah adanya pemberian informasi yang
diberikan penjelasan tentang lengkap, kecemasan yang dialami oleh
pembedahan, lebih dari 50% pasien pre pasien akan diturunkan dan
operasi memiliki pengetahuan kurang mempersiapkan mental pasien dengan
yaitu sebanyak 27 responden (65,9%), baik; memberi kesempatan pada pasien
pengetahuan cukup tentang persiapan dan keluarganya untuk menanyakan
pembedahan yaitu sebanyak 12 tentang segala prosedur yang ada. Juga
responden (29,2%), dan pengetahuan memberi kesempatan pada pasien dan
baik tentang persiapan pembedahan yaitu keluarga untuk berdoa bersama-sama
sebanyak 2 responden (4,9%). sebelum pasien diantar ke kamar operasi;
Keperawatan pre operasi mengoreksi pengertian yang salah
merupakan tahap awal dari keperawatan tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
perioperatif, dimana kesuksesan tindakan lain karena pengertian yang salah akan
pembedahan secara keseluruhan menimbulkan kecemasan pada pasien;
bergantung pada fase ini (Majid dkk, kolaborasi dengan dokter, terkait dengan
151 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232

pemberian terapi pre medikasi, seperti mempengaruhi cara pandang seseorang


valium dan diazepam sebelum pasien terhadap informasi baru yang
tidur untuk menurunkan kecemasan dan diterimanya. Dengan pendidikan rendah
pasien dapat tidur sehingga kebutuhan akan mempengaruhi kemampuan dalam
istirahatnya terpenuhi. Persiapan mental menerima informasi. Menurut Lestari
yang kurang memadai dapat (2015), semakin tinggi pendidikan maka
mempengaruhi pengambilan keputusan akan mudah menerima hal baru dan akan
pasien dan keluarganya (Majid dkk, mudah menyesuaikan dengan hal baru
2011). Setiap pasien merasa takut untuk tersebut. Pengetahuan sangat erat
datang ke tempat pembedahan. Beberapa hubungannya dengan pendidikan, dimana
diantaranya disebabkan karena diharapkan bahwa dengan pendidikan
pengalaman di rumah sakit sebelumnya, yang tinggi maka orang tersebut akan
peringatan dari teman dan keluarga, atau semakin luas pula pengetahuannya. Akan
karena kurang pengetahuan (Muttaqin, tetapi perlu ditekankan, bukan berarti
2009). Pengetahuan pada dasarnya terdiri seseorang yang berpendidikan rendah
dari sejumlah fakta dan teori yang mutlak berpengetahuan rendah pula.
memungkinkan seseorang untuk dapat Peningkatan pengetahuan tidak mutlak
memecahkan masalah yang dihadapinya. diperoleh di pendidikan formal, akan
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari tetapi juga dapat diperoleh pada
pengalaman langsung maupun melalui pendidikan non formal. Selain faktor
pengalaman orang lain (Notoatmodjo, pendidikan, faktor pengalaman juga
2012). Pengetahuan juga dapat dinilai berpengaruh terhadap pengetahuan.
dari tingkat pengetahuan yang terdiri dari Berdasarkan hasil penelitian
enam tingkatan antara lain: Tahu (Know), didapatkan bahwa pengetahuan pasien
Memahami (Comprehension), Aplikasi pre operasi dalam persiapan pembedahan
(Application), Analisis (Analysis), di ruang rawat inap Hosana dan Agape
Sintesis (Synthesis), dan Evaluasi. Rumah Sakit Baptis Kediri adalah kurang
Terdapat beberapa faktor yang dapat sebanyak 27 responden (65,9%). Hal ini
mempengaruhi pengetahuan antara lain: dibuktikan bahwa sebagian besar
Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk pengetahuan yang kurang adalah pada
memberikan pengetahuan sehingga responden yang belum pernah menjalani
terjadi perubahan perilaku positif yang operasi sebelumnya yaitu sebanyak 21
meningkat. Informasi, seseorang yang responden (70,0%), dan pengetahuan
mendapatkan informasi lebih banyak cukup sebanyak 9 responden (30,0%).
akan menambah pengetahuan yang lebih Hasil ini sejalan dengan pendapat Lestari
luas. Pengalaman, yakni sesuatu yang (2015), faktor-faktor yang
pernah dilakukan seseorang akan mempengaruhi pengetahuan antara lain:
menambah pengetahuan tentang sesuatu tingkat pendidikan, informasi,
yang bersifat informal. Budaya, tingkah pengalaman, budaya, dan sosial ekonomi.
laku manusia dalam memenuhi Pengetahuan yang kurang
kebutuhan yang meliputi sikap dan dikarenakan responden yang belum
kepercayaan. Sosial ekonomi, yakni memiliki pengalaman dalam menjalani
kemampuan seseorang memenuhi operasi sehingga dimungkinkan belum
kebutuhan hidupnya. Sumber memperoleh pengetahuan yang baik
pengetahuan dapat diperoleh melalui tentang persiapan pembedahan.
orang yang memiliki otoritas, indra, akal, Hasil penelitian didiapatkan lebih
dan intuisi (Lestari, 2015). Hal ini dapat dari 50% pasien pre operasi di ruang
di lihat dari faktor yang melatar rawat inap Hosana memiliki pengetahuan
belakangi responden seperti pekerjaan, kurang tentang persiapan pembedahan
pendidikan, usia, pernah operasi, dan yaitu 17 responden (63,0%). Menurut
jenis operasi yang akan di jalani. Majid dkk (2011), persiapan fisik pra
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh operasi yang dilakukan pada pasien
tingkat pendidikan. Pendidikan dapat sebelum operasi antara lain status
Hal: 147-157 Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan
152

kesehatan fisik secara umum, status pengetahuan kurang tentang persiapan


nutrisi, keseimbangan cairan dan pembedahan yaitu 10 responden (71,4%).
elektrolit, kebersihan lambung dan kolon, Menurut Baradero dkk (2008),
pencukuran daerah operasi, personal pengkajian ansietas perioperasi antara
hygine, dan pengosongan kandung lain pengetahuan dan pengertian tentang
kemih. Persiapan mental merupakan hal pembedahan yang dilakukan meliputi:
yang tidak kalah pentingnya dalam area yang akan dibedah, jenis
proses persiapan operasi, karena mental pembedahan, informasi dokter bedah
pasien yang tidak siap atau labil dapat tentang kamar bedahnya, lamanya
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. perawatan dirumah sakit, dan
Adapun faktor-faktor yang dapat pembatasan pascaoperasi, rutinitas pre
mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi dan rutinitas pascaoperasi,
operasi adalah pengalaman operasi pemeriksaan laboratorium, pengalaman
sebelumnya, pengertian pasien tentang mengenai pembedahan yang dahulu,
tujuan atau alasan tindakan operasi, keprihatinan atau perasaan yang spesifik
pengetahuan pasien tentang persiapan mengenai pembedahan yang sekarang.
operasi baik fisik maupun penunjang, Dalam pelaksanaan persiapan
pengetahuan pasien tentang situasi atau pembedahan peranan perawat sangat
kondisi kamar operasi dan petugas kamar penting dalam hal tersebut. Peranan
operasi, pengetahuan pasien tentang perawat yang dapat dilakukan dengan
prosedur (pra, intra, pasca operasi). cara: membantu pasien mengetahui
Pengetahuan tentang latian-latian yang tentang tindakan-tindakan yang dialami
harus dilakukan sebelum operasi dan pasien sebelum operasi, memberikan
harus dijalankan setelah operasi, seperti informasi pada pasien tentang waktu
latihan nafas dalam, batuk efektif, ROM, operasi, hal-hal yang akan dialami pasien
dan lain-lain. selama proses operasi dan sebagainya;
Persiapan fisik dan persiapan memberikan penjelasan terlebih dahulu
mental harus dilakukan pada pasien yang sebelum setiap tindakan persiapan
akan menjalani operasi. Persiapan fisik operasi sesuai dengan tingkat
pre operasi dilakukan sepenuhnya oleh perkembangan, gunakan bahasa yang
perawat, sedangkan persiapan mental sederhana. Dengan demikian, dengan
atau psikis dilakukan oleh perawat dan adanya pemberian informasi yang
keluarga. Persiapan mental yang kurang lengkap, kecemasan yang dialami oleh
memadai dapat mempengaruhi pasien akan diturunkan dan
pengambilan keputusan serta tingkat mempersiapkan mental pasien dengan
kecemasan atau ketakutan pasien dan baik; memberi kesempatan pada pasien
keluarganya. Oleh karena itu persiapan dan keluarganya untuk menanyakan
mental pasien menjadi hal yang penting tentang segala prosedur yang ada. Juga
untuk diperhatikan dan didukung oleh memberi kesempatan pada pasien dan
keluarga atau orang terdekat pasien. keluarga untuk berdoa bersama-sama
Persiapan mental dapat dilakukan dengan sebelum pasien diantar ke kamar operasi;
bantuan keluarga dan perawat. Kehadiran mengoreksi pengertian yang salah
dan keterlibatan keluarga sangat tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
mendukung persiapan mental pasien. lain karena pengertian yang salah akan
Keluarga hanya perlu mendampingi menimbulkan kecemasan pada pasien;
pasien sebelum operasi, memberikan doa berkolaborasi dengan dokter terkait
dan dukungan pasien dengan kata-kata dengan pemberian terapi pre medikasi.
yang menenangkan hati pasien dan Hasil penelitian menunjukkan
mempersiapkan diri pasien untuk bahwa pasien pre operasi memiliki
menjalani operasi. pengetahuan kurang pada indikator 1
Hasil penelitian didapatkan tentang penjelasan biaya operasi yaitu
sebagian besar pasien pre operasi di penjelasan perawat tentang apa saja yang
ruang rawat inap Agape memiliki perlu dibayarkan sebelum dan sesudah
153 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232

menjalani operasi (37%) dan tentang gangguan, meminimalkan perasaan tidak


perkiraan biaya operasi yang akan nyaman, menghilangkan nyeri pada saat
dijalani (36%). Menurut Muttaqin pembedahan, serta memberikan
(2009), terdapat pengkajian kesempatan kepada sistem penunjang
psikososiospiritual dalam fase pra sistem organ dan layanan asuhan
operasi yang salah satunya adalah keperawatan lainnya. Sebelum
kecemasan perioperatif. Pasien yang pembedahan dilakukan pada esok
cemas sering mengalami ketakutan atau harinya, pasien akan diberikan obat-
perasaan tidak tenang. Berbagai bentuk obatan pre-medikasi untuk memberikan
ketakutan muncul seperti ketakutan akan kesempatan pasien mendapatkan waktu
hal yang tidak diketahui, misalnya istrahat yang cukup. Obat-obatan pre-
terhadap pembedahan, anastesi, masa medikasi yang diberikan biasanya adalah
depan, keuangan, dan tanggungjawab diazepam maupun antibiotik profilaksis.
keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian, Antibiotik profilaksis yang diberikan
atau ketakutan akan perubahan citra diri, dengan tujuan untuk mencegah
dan konsep diri. terjadinya infeksi selama tindakan
Untuk mengurangi kecemasan operasi.
tersebut perawat harus memberikan Tidak semua pasien pre operasi
kesempatan pada pasien maupun mendapatkan obat-obatan pre medikasi
keluarga untuk menanyakan segala (profilaksis) di ruang rawat inap.
prosedur yang ada terutama pada Terdapat beberapa pasien yang
pembiayaan atau keuangan. Tidak semua mendapatkan obat-obatan pre medikasi
pasien yang akan menjalani operasi di ruang penerimaan awal pasien operasi
menggunakan biaya sendiri atau umum, Instalasi Bedah Sentral karena pemberian
mayoritas pasien yang akan menjalani profilaksis dilakukan 1-2 jam sebelum
operasi menggunakan asuransi atau operasi dimulai.
BPJS. Maka dari itu pasien tidak jelas Hasil penelitian ditemukan bahwa
rincian biaya apa saja yang perlu pasien pre operasi memiliki pengetahuan
dibayarkan saat sebelum menjalani kurang pada indikator 5 tentang
operasi karena pasien hanya tahu bahwa melepaskan perhiasan, prostheses,
pembayaran atau pembiayaan operasi pastikan pasien hanya pakai baju OR
yang dijalani ditanggung oleh BPJS atau yaitu penjelasan perawat untuk tidak
asuransi. Selain itu penjelasan tentang menggunakan perhiasan dalam operasi
pembiayaan operasi atau administrasi (14%), penjelasan tentang melepaskan
dijelaskan oleh bagian administrasi prostheses (2%), dan penjelaskan tentang
rumah sakit atau pada bagian resiko jika tidak melepas perhiasan dan
pendaftaran. Perawat tidak memberikan prostheses (2%). Menurut Majid dkk
penjelasan secara rinci tentang (2011), dalam menerima pasien yang
pembayaran operasi, perawat hanya akan menjalani tindakan anestesia,
memastikan pasien tersebut perawat wajib memeriksa kembali data
menggunakan biaya umum atau dan persiapan anetesia, yang salah
menggunakan BPJS. satunya adalah melepaskan gigi palsu,
Berdasarkan hasil penelitian lensa kontak, perhiasan, cat kuku, lipstik,
didapatkan bahwa pasien pre operasi mengganti baju pasien dengan baju
memiliki pengetahuan kurang pada operasi.
indikator 3 tentang pemberian obat- Perawat dalam melakukan
obatan pre operasi yaitu penjelasan persiapan pembedahan sudah melakukan
perawat tentang manfaat pemberian obat penjelasan tentang pelepasan persiasan
sebelum operasi (35%) dan penjelasan ataupun prostheses. Hal tersebut sangat
perawat tentang jenis obat yang diberikan penting dilakukan karena tidak
sebelum operasi (37%). Menurut Majid dilepasnya perhiasan ataupun prostheses
dkk (2011), tujuan pemberian sedasi beresiko dalam jalannya operasi terutama
adalah membuat tidur tanpa mengalami adalah prostheses. Resiko yang dapat
Hal: 147-157 Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan
154

terjadi adalah lepasnya prostheses pada yaitu pada pertanyaan penjelasan perawat
saat operasi berlangsung. Selain resiko tentang resiko yang dapat terjadi jika
tersebut, tidak semua pasien yang tidak dilakukan pengosongan kandung
dirawat di rumah sakit memakai kemih (16%). Menurut Majid dkk
perhiasan karena alasan takut jika (2011), pengosongan kandung kemih
perhiasan tersebut beresiko hilang. Dan (bladder) dilakukan dengan melakukan
tidak semua pasien menggunakan pemasangan kateter. Selain itu
prostheses/gigi palsu. pengosongan isi kandung kemih dengan
Hasil penelitian menunjukkan tindakan kateterisasi juga diperlukan
bahwa pasien pre operasi memiliki untuk mengobservasi keseimbangan
pengetahuan kurang pada indikator 6 cairan.
tentang rambut dijalin, lipstik kutek Terdapat beberapa cara
dihapus, dan pencukuran area operasi pengosongan kandung kemih, jika pasien
yaitu penjelasan perawat tentang sadar penuh dan tidak dibawah reaksi
larangan menggunakan lipstik dan kutek obat bius pasien dapat megosongkan
(5%) dan penjelasan perawat untuk kandung kemih dengan kencing spontan.
membersihkan rambut atau bulu pada Namun jika pasien tidak sadar, dibawah
area yang akan di operasi (7%). Menurut reaksi obat bius atau ada kelainan pada
Majid dkk (2011), pencukuran pada sistem perkemihannya tindakan
daerah operasi ditujukan untuk pengosongan kandung kemih dilakukan
menghindari terjadinya infeksi pada dengan pemasangan kateter. Pada pasien
daerah yang dilakukan pembedahan dengan operasi dengan menggunakan
karena rambut yang tidak dicukur dapat anestesi umum atau total memerlukan
menjadi tempat bersembunyi kuman dan pemasangan kateter dikarenakan pada
juga menganggu atau menghambat anestesi ini pasien hampir tidak sadar
proses penyembuhan dan perawatan luka. atau tidak sadar. Biasanya hal tersebut
Tindakan pencukuran harus dilakukan dilakukan pada pembedahan mayor yang
dengan hati-hati dan jangan sampai memerlukan ketenangan pada pasien
menimbulkan luka pada daerah yang sehingga pasien ditidurkan dengan
dicukur. anestesi tersebut. Namun pada kasus
Terdapat beberapa kondisi tertentu pembedahan minor tidak memerlukan
yang tidak memerlukan pencukuran anestesi umum atau total. Pada kasus
sebelum operasi. Daerah yang dilakukan bedah minor anestesi yang digunakan
pencukuran tergantung pada jenis operasi adalah anestesi lokal dimana anestesi
dan daerah yang akan dioperasi. tersebut hanya membuat mati rasa pada
Biasanya daerah sekitar alat kelamin area yang akan dilakukan tindakan
(pubis) dilakukan pencukuran, dan jika pembedahan. Hasil penelitian didapatkan
yang dilakukan operasi pada daerah pasien yang menjalani operasi minor
sekitar perut atau paha, misalnya sejumlah 37 responden (90,2%). Pasien
apendiktomi, herniotomi, fraktur femur, yang menjalani jenis pembedahan minor
hemoroidektomi tidak perlu dilakukan tidak diperlu dilakukan pemasangan
pencukuran. Pada soal nomor 17 dan 18 kateter. Pengosongan kandung kemih
tentang indikator penjalaninan rambut dapat dilakukan dengan kencing spontan.
dan pemberisan lipstik dan kutek tidak Rata-rata pasien yang menjalani
dilakukan oleh perawat pada pasien pembedahan minor adalah dengan
dengan jenis kelamin laki-laki. Namun pembedahan minor apendiktomy ataupun
penjelasan ini hanya dilakukan pada hernia reposisi.
responden dengan jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian
perempuan. ditemukan bahwa pasien pre operasi
Pada indikator 8 tentang penjelasan memiliki pengetahuan kurang pada
pemasangan kateter/NGT/kencing indikator 9 yaitu penjelasan perawat
spontan didapatkan hasil pasien pre tentang pemeriksaan laboratorium apa
operasi memiliki pengetahuan kurang saja yang dilakukan sebelum operasi
155 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232

(54%). Menurut Majid dkk (2011), yaitu penjelasan perawat tentang lembar
balance cairan atau keseimbangan cairan persetujuan sebelum menjalani operasi
perlu diperhatikan dalam kaitannya (67%), informasi yang diberikan dokter
dengan input dan output caian. Demikian tentang operasi yang dijalani (68%), dan
juga kadar elektrolit serum harus berada penjelasan perawat tentang persiapan
dalam rentang normal. Kadar elektrolit pembedahan (67%). Menurut Majid dkk
yang biasanya dilakukan pemeriksaan (2011), informed consent merupakan
diantaranya adalah kadar natrium serum suatu izin atau pernyataan setuju dari
(normal : 135-145 mmol/l), kadar kalium pasien yang diberikan secara bebas,
serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar sadar, dan rasional setelah memperoleh
kreatinin serum (0.70-1,50 mg/dl). informasi yang lengkap, valid, dan akurat
Hasil laboratorium yang digunakan yang dipahami dari dokter tentang
untuk memantau kondisi pasien adalah keadaan penyakitnya serta tindakan
hasil elektrolit darah. Keseimbangan medis yang akan diperolehnya. Sangat
cairan dan elektrolit terakit erat dengan penting bagi semua perawat untuk
fungsi ginjal dimana ginjal berfungsi memberikan penjelasan tentang
mengatur mekanisme asam basa dan persiapan pembedahan kepada semua
ekskresi metabolik obat-obatan anestesi. pasien. Informed consent merupakan
Kesiapan pasien dalam menjalani operasi bukti tertulis yang didalamnya
dapat dilihat dari hal tersebut. Perawat mengandung pernyataan bahwa
sudah melampirkan dan menjelaskan pasien/responden setuju untuk dilakukan
terkait dengan hasil laboratorium karena tindakan operasi. Apabila pemberian
pada saat perawat ruangan datang ke informasi dan penjelasan tidak lengkap
ruang penerimaan Bedah Sentral akan di maka akan timbul permasalahan yang
cek kembali terkait salah satunya adalah mengandung resiko tanggung gugat pada
hasil laboratorium. perawat serta tindakan keperawatan yang
Hasil penelitian menunjukkan dilakukan terutama persiapan
bahwa pasien pre operasi memiliki pembedahan. Oleh karena itu perlu
pengetahuan kurang pada indikator 10 diberikan penjelasan dengan baik dan
yaitu penjelasan perawat tentang benar oleh perawat kepada semua pasien
pemeriksaan radiologi yang dilakukan yang akan menjalani tindakan, khususnya
sebelum operasi (43%). Menurut Majid tindakan operasi.
dkk (2011), dalam menerima pasien yang Hasil penelitian menunjukkan
akan menjalani tindakan anestesia, bahwa pasien pre operasi memiliki
perawat wajib memeriksa kembali data pengetahuan cukup pada indikator 11
dan persiapan anestesia yang salah yaitu penjelasan perawat tentang
satunya adalah memeriksa data penggunaan gelang pasien (71%),
laboratorium, rontgent, EKG, dll. penjelasan mengapa perawat selalu
Pemeriksaan radiologi dalam hal meminta pasien menyebutkan nama dan
ini adalah rontgent dan USG diperlukan tanggal lahir sebelum dilakukan tindakan
sebagai pemeriksaan penunjang untuk (72%), dan penjelasan perawat tentang
dokter dalam mendiagnosa penyakit dan resiko bila tidak diberi gelang pasien
untuk perawat dalam mamantau (70%) Menurut Majid dkk (2011), dalam
perkembangan kondisi pasien. Hasil menerima pasien yang akan menjalani
radiologi biasanya jarang dijelaskan oleh anestesia, perawat wajib memeriksa
perawat bila pasien tidak kembali data dan persiapan anestesi yang
menanyakannya. Dokter yang berperan salah satunya adalah identitas pasien dan
dalam penjelasan tentang hasil-hasil keadaan umum pasien.
pemeriksaan penunjang dalam hal ini Identifikasi pasien sangat penting
hasil rontgent. dilakukan sebelum melakukan tindakan
Hasil penelitian menunjukkan keperawatan. Hal ini terkait dengan
bahwa pasien pre operasi memiliki Standar Keselamatan Pasien yang salah
pengetahuan cukup pada indikator 2 satunya adalah ketepatan identifikasi
Hal: 147-157 Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan
156

pasien. Prosedur identifikasi pasien di puasa sebelum operasi (79%), penjelasan


Rumah Sakit Baptis Kediri, pada perawat tentang yujuan dilakukan puasa
pertemuan pertama antara pasien dengan sebelum operasi (80%), penjelasan
perawat, perawat mengucapkan salam perawat tentang rentang waktu puasa
dan meminta pasien menyebutkan nama makan dan minum sebelum operasi
dan tanggal lahir serta menjelaskan (80%). Menurut Majid dkk (2011), puasa
tujuan tindakan atau prosedur yang akan makan dan minum bertujuan untuk
dilakukan. Pada pertemuan kedua dan menghindari aspirasi yaitu masuknya
seterusnya, perawat hanya perlu cairan lambung dalam paru-paru dan
mengucapkan salam dan tujuan menghindari kontaminasi feses ke area
melakukan prosedur atau tindakan serta pembedahan sehingga menghindarkan
mencocokkan infus atau obat dengan terjadinya infeksi pasca pembedahan.
gelang identitas. Hal tersebut dapat Pasien yang akan menjalani
meminimalisir resiko kesalahan pasien. operasi/dijadwalkan operasi sudah
Hasil penelitian menunjukkan dijelaskan oleh perawat mengenai
bahwa pasien pre operasi memiliki instruksi puasa baik secara lisan maupun
pengetahuan baik pada indikator 7 yaitu tertulis tentang penjadwalan puasa
penjelasan perawat tentang perlunya sebelum operasi dan dengan pemberian
diukur suhu, nadi, nafas, dan tekanan tanda/label puasa pada bed pasien. Pada
darah sebelum operasi (80%), penjelasan pasien dengan pembedahan mayor
perawat bahwa suhu, nadi, nafas, dan dilakukan pembiusan total, pembiusan
tekanan darah dapat mempengaruhi hasil tersebut berpengaruh pada fungsi organ
operasi (78%), dan penjelasan perawat dari pasien. Jika tidak dilakukan tindakan
tentang suhu, nadi, nafas, dan tekanan puasa akan beresiko aspirasi atau hal-hal
darah yang normal (82%). Menurut beresiko lain yang dapat terjadi pada
Majid dkk (2011), perawat anestesia juga pasien.
bertugas memberikan pre medikasi
berdasarkan instruksi tertulis dari dokter
Spesialis Anestesiologi atau dokter yang Simpulan
berwenang. Salah satu hal yang harus
diperhatikan adalah memeriksa fungsi
vital (tensi, nadi, suhu, pernafasan) Pengetahuan pasien pre operasi
sebelum memberikan pre medikasi dan dalam persiapan pembedahan di ruang
sesudahnya. rawat inap Hosana dan Agape Rumah
Tanda-tanda vital merupakan hal Sakit Baptis Kediri adalah kategori
tidak bisa terlewatkan dalam berbagai pengetahuan kurang.
kasus baik dalam kasus operasi maupun
non operasi. Perawat dan dokter dapat
memantau tanda-tanda vital pasien yang Saran
akan menjalani operasi, apakah pasien
siap atau tidak untuk dilakukan operasi
dan memberikan tindakan serta Dari hasil penelitian ini diharapkan
intervensi untuk kelancaran operasi yang pasien pre operasi dapat meningkatkan
akan dijalani. Selain itu tanda-tanda vital pengetahuan terkait dengan persiapan
dapat digunakan untuk memantau terkait pembedahan serta dapat dijadikan
pemberian obat-obatan pre medikasi masukan untuk mengevaluasi kembali
apakah ada perubahan yang signifikan penerapan SOP yang dilakukan oleh
antara sebelum dan sesudah pemberian perawat tentang persiapan pembedahan
pre medikasi. pada pasien.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pasien pre operasi memiliki
pengetahuan yang baik pada indikator 4
yaitu penjelasan perawat tentang jadwal
157 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232

Daftar Pustaka

Baradero, Mary, dkk. (2008).


Keperawatan Perioperatif:
Prinsip dan Praktik. Jakarta:
EGC
Girsang, Bina Melvia, Hasrul. (2011).
Gambaran Persiapan Perawatan
Fisik dan Mental Pada Pasien
Pre Operasi Kanker Payudara.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya
Volume 2 Nomor 1, Januari
2015
Lestari, Titik. (2015). Kumpulan Teori
Untuk Kajian Pustaka Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Majid, Abdul, dkk. (2011). Keperawatan
Perioperatif. Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Muttaqin, Arif, Kumala Sari. (2009).
Asuhan Keperawatan
Perioperatif Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Promosi
Kesehatan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sartika, Dewi, dkk. (2013). Pengaruh
Komunikasi Terapeutik
Terhadap Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi di
Ruang Perawatan Bedah RSUD
Kota Makasar. Jurnal:
Universitas Hasanuddin Makasar
Siswanto. (2007). Kesehatan Mental,
Konsep, Cakupan dan
Perkembangannya. Yogyakarta:
ANDI
Widyaningrum, Dian Anisia. (2015).
Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Terhadap Perubahan
Kecemasan Pasien Pre Operasi
Elektif di Kelas III RSUD Kota
Madiun. STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun

Anda mungkin juga menyukai