JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 4, No. 2, Agustus 2018
Hubungan Mekanisme Cedera dan Trauma Organ Lain dengan Prognosis Pasien
Cedera Kepala Berat
Kandungan Fitokimia dan Zat Gizi Pada Formulasi Es Krim Jamu Kunyit Asam
Kompres Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam Efektif Menurunkan Nyeri Pasien
Reumatoid Artritis
Diterbitkan oleh
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI
JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 4, No. 2, Agustus 2018
Penanggung Jawab
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Ketua Penyunting
Srinalesti Mahanani, S.Kep., Ns., M.Kep
Sekretaris
Desi Natalia Trijayanti Idris, S.Kep., Ns., M.Kep
Bedahara
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Penyunting Ahli:
Dr. Titih Huriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kom
Penyunting Pelaksana
Aries Wahyuningsih, S.Kep., Ns., M.Kes
Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes
Dewi Ika Sari H.P., SST., M.Kes
Erlin Kurnia, S.Kep., Ns., M.Kes
Dian Prawesti, S.Kep., Ns., M.Kep
Maria Anita Yusiana, S.Kep., Ns., M.Kes
Sirkulasi
Heru Suwardianto, S.Kep., Ns M.Kep
Diterbitkan Oleh:
STIKES RS. Baptis Kediri
Jl. Mayjend Panjaitan No. 3B Kediri
Email: uuptppmstikesbaptis@gmail.com
Link: http://jurnalbaptis.hezekiahteam.com/jurnal
2407-7232
JURNAL PENELITIAN
KEPERAWATAN
Volume 4, No. 2, Agustus 2018
DAFTAR ISI
Studi Fenomenologi: Kehidupan Masyarakat Paska Erupsi Gunung Kelud 88-100
Tahun 2014
Lilik Setiawan
Hubungan Mekanisme Cedera dan Trauma Organ Lain dengan Prognosis Pasien 101-109
Cedera Kepala Berat
Nurul Fatwati Fitriana
Kandungan Fitokimia dan Zat Gizi Pada Formulasi Es Krim Jamu Kunyit Asam 110-116
Nurul Hidayah
Perkembangan Motorik Anak Usia Prasekolah di Posyandu Balita Mawar dan 125-136
Kenanga
Yul Siskawati | Dewi Ika Sari Hari Poernomo | Srinalesti Mahanani
Kompres Hangat Dan Relaksasi Nafas Dalam Efektif Menurunkan Nyeri Pasien 137-146
Reumatoid Artritis
Dimas Alfana Bouries Doliarn’do | Sandy Kurniajati | Erva Elli Kristanti
ABSTRAK
ABSTRACT
then analyzed using frequency distribution. The research results showed that 2
respondents (4.9%) had good understanding of pre-operative preparation; 8 respondents
(19,5%) had sufficient understanding of pre-operative preparation, and 31 respondents
(75,6%) had low understanding of pre-operative preparation about explanation of
operational cost, administration of pre-medication, putting off jewelry prostheses, hair
netting, lipstic or nail-paint erasing, applying catheter/NGT/spontaneous urine, inserting
laboratory and radiology results. In conclusion, the research result was obtained that
most patient’s understanding of pre-operative preparation was 31 respondents (75.6%).
Hasil Penelitian
terjadi adalah lepasnya prostheses pada yaitu pada pertanyaan penjelasan perawat
saat operasi berlangsung. Selain resiko tentang resiko yang dapat terjadi jika
tersebut, tidak semua pasien yang tidak dilakukan pengosongan kandung
dirawat di rumah sakit memakai kemih (16%). Menurut Majid dkk
perhiasan karena alasan takut jika (2011), pengosongan kandung kemih
perhiasan tersebut beresiko hilang. Dan (bladder) dilakukan dengan melakukan
tidak semua pasien menggunakan pemasangan kateter. Selain itu
prostheses/gigi palsu. pengosongan isi kandung kemih dengan
Hasil penelitian menunjukkan tindakan kateterisasi juga diperlukan
bahwa pasien pre operasi memiliki untuk mengobservasi keseimbangan
pengetahuan kurang pada indikator 6 cairan.
tentang rambut dijalin, lipstik kutek Terdapat beberapa cara
dihapus, dan pencukuran area operasi pengosongan kandung kemih, jika pasien
yaitu penjelasan perawat tentang sadar penuh dan tidak dibawah reaksi
larangan menggunakan lipstik dan kutek obat bius pasien dapat megosongkan
(5%) dan penjelasan perawat untuk kandung kemih dengan kencing spontan.
membersihkan rambut atau bulu pada Namun jika pasien tidak sadar, dibawah
area yang akan di operasi (7%). Menurut reaksi obat bius atau ada kelainan pada
Majid dkk (2011), pencukuran pada sistem perkemihannya tindakan
daerah operasi ditujukan untuk pengosongan kandung kemih dilakukan
menghindari terjadinya infeksi pada dengan pemasangan kateter. Pada pasien
daerah yang dilakukan pembedahan dengan operasi dengan menggunakan
karena rambut yang tidak dicukur dapat anestesi umum atau total memerlukan
menjadi tempat bersembunyi kuman dan pemasangan kateter dikarenakan pada
juga menganggu atau menghambat anestesi ini pasien hampir tidak sadar
proses penyembuhan dan perawatan luka. atau tidak sadar. Biasanya hal tersebut
Tindakan pencukuran harus dilakukan dilakukan pada pembedahan mayor yang
dengan hati-hati dan jangan sampai memerlukan ketenangan pada pasien
menimbulkan luka pada daerah yang sehingga pasien ditidurkan dengan
dicukur. anestesi tersebut. Namun pada kasus
Terdapat beberapa kondisi tertentu pembedahan minor tidak memerlukan
yang tidak memerlukan pencukuran anestesi umum atau total. Pada kasus
sebelum operasi. Daerah yang dilakukan bedah minor anestesi yang digunakan
pencukuran tergantung pada jenis operasi adalah anestesi lokal dimana anestesi
dan daerah yang akan dioperasi. tersebut hanya membuat mati rasa pada
Biasanya daerah sekitar alat kelamin area yang akan dilakukan tindakan
(pubis) dilakukan pencukuran, dan jika pembedahan. Hasil penelitian didapatkan
yang dilakukan operasi pada daerah pasien yang menjalani operasi minor
sekitar perut atau paha, misalnya sejumlah 37 responden (90,2%). Pasien
apendiktomi, herniotomi, fraktur femur, yang menjalani jenis pembedahan minor
hemoroidektomi tidak perlu dilakukan tidak diperlu dilakukan pemasangan
pencukuran. Pada soal nomor 17 dan 18 kateter. Pengosongan kandung kemih
tentang indikator penjalaninan rambut dapat dilakukan dengan kencing spontan.
dan pemberisan lipstik dan kutek tidak Rata-rata pasien yang menjalani
dilakukan oleh perawat pada pasien pembedahan minor adalah dengan
dengan jenis kelamin laki-laki. Namun pembedahan minor apendiktomy ataupun
penjelasan ini hanya dilakukan pada hernia reposisi.
responden dengan jenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian
perempuan. ditemukan bahwa pasien pre operasi
Pada indikator 8 tentang penjelasan memiliki pengetahuan kurang pada
pemasangan kateter/NGT/kencing indikator 9 yaitu penjelasan perawat
spontan didapatkan hasil pasien pre tentang pemeriksaan laboratorium apa
operasi memiliki pengetahuan kurang saja yang dilakukan sebelum operasi
155 Jurnal Penelitian Keperawatan Vol 4. (2) Agustus 2018 ISSN. 2407-7232
(54%). Menurut Majid dkk (2011), yaitu penjelasan perawat tentang lembar
balance cairan atau keseimbangan cairan persetujuan sebelum menjalani operasi
perlu diperhatikan dalam kaitannya (67%), informasi yang diberikan dokter
dengan input dan output caian. Demikian tentang operasi yang dijalani (68%), dan
juga kadar elektrolit serum harus berada penjelasan perawat tentang persiapan
dalam rentang normal. Kadar elektrolit pembedahan (67%). Menurut Majid dkk
yang biasanya dilakukan pemeriksaan (2011), informed consent merupakan
diantaranya adalah kadar natrium serum suatu izin atau pernyataan setuju dari
(normal : 135-145 mmol/l), kadar kalium pasien yang diberikan secara bebas,
serum (normal : 3,5-5 mmol/l) dan kadar sadar, dan rasional setelah memperoleh
kreatinin serum (0.70-1,50 mg/dl). informasi yang lengkap, valid, dan akurat
Hasil laboratorium yang digunakan yang dipahami dari dokter tentang
untuk memantau kondisi pasien adalah keadaan penyakitnya serta tindakan
hasil elektrolit darah. Keseimbangan medis yang akan diperolehnya. Sangat
cairan dan elektrolit terakit erat dengan penting bagi semua perawat untuk
fungsi ginjal dimana ginjal berfungsi memberikan penjelasan tentang
mengatur mekanisme asam basa dan persiapan pembedahan kepada semua
ekskresi metabolik obat-obatan anestesi. pasien. Informed consent merupakan
Kesiapan pasien dalam menjalani operasi bukti tertulis yang didalamnya
dapat dilihat dari hal tersebut. Perawat mengandung pernyataan bahwa
sudah melampirkan dan menjelaskan pasien/responden setuju untuk dilakukan
terkait dengan hasil laboratorium karena tindakan operasi. Apabila pemberian
pada saat perawat ruangan datang ke informasi dan penjelasan tidak lengkap
ruang penerimaan Bedah Sentral akan di maka akan timbul permasalahan yang
cek kembali terkait salah satunya adalah mengandung resiko tanggung gugat pada
hasil laboratorium. perawat serta tindakan keperawatan yang
Hasil penelitian menunjukkan dilakukan terutama persiapan
bahwa pasien pre operasi memiliki pembedahan. Oleh karena itu perlu
pengetahuan kurang pada indikator 10 diberikan penjelasan dengan baik dan
yaitu penjelasan perawat tentang benar oleh perawat kepada semua pasien
pemeriksaan radiologi yang dilakukan yang akan menjalani tindakan, khususnya
sebelum operasi (43%). Menurut Majid tindakan operasi.
dkk (2011), dalam menerima pasien yang Hasil penelitian menunjukkan
akan menjalani tindakan anestesia, bahwa pasien pre operasi memiliki
perawat wajib memeriksa kembali data pengetahuan cukup pada indikator 11
dan persiapan anestesia yang salah yaitu penjelasan perawat tentang
satunya adalah memeriksa data penggunaan gelang pasien (71%),
laboratorium, rontgent, EKG, dll. penjelasan mengapa perawat selalu
Pemeriksaan radiologi dalam hal meminta pasien menyebutkan nama dan
ini adalah rontgent dan USG diperlukan tanggal lahir sebelum dilakukan tindakan
sebagai pemeriksaan penunjang untuk (72%), dan penjelasan perawat tentang
dokter dalam mendiagnosa penyakit dan resiko bila tidak diberi gelang pasien
untuk perawat dalam mamantau (70%) Menurut Majid dkk (2011), dalam
perkembangan kondisi pasien. Hasil menerima pasien yang akan menjalani
radiologi biasanya jarang dijelaskan oleh anestesia, perawat wajib memeriksa
perawat bila pasien tidak kembali data dan persiapan anestesi yang
menanyakannya. Dokter yang berperan salah satunya adalah identitas pasien dan
dalam penjelasan tentang hasil-hasil keadaan umum pasien.
pemeriksaan penunjang dalam hal ini Identifikasi pasien sangat penting
hasil rontgent. dilakukan sebelum melakukan tindakan
Hasil penelitian menunjukkan keperawatan. Hal ini terkait dengan
bahwa pasien pre operasi memiliki Standar Keselamatan Pasien yang salah
pengetahuan cukup pada indikator 2 satunya adalah ketepatan identifikasi
Hal: 147-157 Pengetahuan Pasien Pre Operasi dalam Persiapan Pembedahan
156
Daftar Pustaka