PENDAHULUAN
Praktikum dilakukan dengan maksud untuk mengasah kemampuan (skill) dan logika
(logic) mahasiswa. Praktikum juga berisi penjabaran mengenai konsep-konsep dasar
yang diajarkan di perkuliahan dan membuka cakrawala baru tentang ilmu yang dipelajari.
Penjabaran dari ilmu-ilmu yang diajarkan selama kuliah (teoretis) dapat dilakukan dengan
cara pembuktian langsung. Nilai penting praktikum tersebut harus ditunjang dengan
sarana dan prasarana yang cukup memadai. Prasarana yang dimaksud adalah
tersedianya tempat praktikum dalam hal ini adalah laboratorium beserta peranti
pendukunganya, sedangkan sarana yang diperlukan untuk keperluan praktikum adalah
bahan dan alat kimia. Penjelasan yang memadai diperlukan mahasiswa untuk mengerti
tentang arti penting untuk penanganan sarana dan prasarana tersebut.
Di dalam laboratorium kimia, akan didapati berbagai macam alat-alat laboratorium
yang terbuat dari berbagai macam bahan dari kaca, plastik, kuarsa sampai berbagai
macam logam. Fungsi alat-alat yang tersedia dalam laboratorium juga bemacam-macam,
ada yang berfungsi sebagai wadah, alat pengukur volume, atau juga sebagai alat bantu
untuk pengukuran lainnya. Berbagai macam bahan kimia juga akan didapati di dalam
laboratorium. Bahan-bahan tersebut mempunyai berbagai macam fungsi dan cara
penanganan yang berbeda. Hal ini diakibatkan karena berbagai macam bahan harus
digunakan dalam laboratorium dan bahan-bahan tersebut mempunyai berbagai macam
sifat yang berbeda satu dengan lainnya. Sifat-sifat bahan yang berbeda akan dijelaskan
pada penjelasan dibawah ini.
Simbol Bahaya
Pemberian simbol pada jenis bahan kimia diperlukan untuk dapat mengenal dengan
cepat dan mudah sifat bahaya suatu bahan kimia. Pengenalan dengan simbol ini sangat
penting untuk penanganan, transportasi, serta penyimpanan bahan kimia. Cara
penyimpanan bahan kimia memerlukan pengetahuan dasar akan sifat bahaya serta
kemungkinan interaksi antar bahan dan kondisi yang mempengaruhinya. Simbol bahaya
bahan kimia serta cara penanganan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Explosive/Meledak
E
Bahaya : Meledak pada kondisi tertentu.
Contoh : Amonium dikromat, Nitroselulosa.
Pencegahan : Hindari dari benturan, tabrakan, guncangan,
gesekan, percikan, api dan panas.
Oxidizing/Fire-promoting/ Oksidator
O
Bahaya : Dapat membakar bahan lain, penyebab
timbulnya api, atau penyebab kesulitan dalam
pemadaman api.
Contoh : Natrium peroksida, Kalium perklorat.
Pencegahan : Hindari panas dan kontak dengan bahan mudah
terbakar atau yang bersifat reduktor, resiko
percikan.
Flammable/Highly Flammable/Mudah Terbakar
12
F
Bahaya : Mudah terbakar
Pembagian : 1. Zat terbakar langsung
Contoh : Aluminium alkil fosfor.
Pencegahan : Hindari campuran dengan
udara.
2. Gas amat mudah terbakar
Contoh : Butana, propana.
Pencegahan : Hindari campuran dengan
udara dan percikan api.
3. Zat yang sensitif terhadap air, yakni zat
yang membentuk gas mudah terbakar bila
terkena uap air atau air.
Contoh : Litium aluminium hidrida.
Pencegahan : Hindari campuran dengan air
atau kondisi kelembaban
tinggi.
4. Cairan mudah terbakar : titik nyala (flash
point) di bawah 21oC.
Contoh : Aseton, benzena, dietil eter.
Pencegahan : Jauhkan dari api, sumber api
& loncatan api.
Toxic/Beracun
T
Bahaya : Bahan beracun berbahaya bagi kesehatan bila
terisap, tertelan, atau kontak dengan kulit.
Bahan ini juga dapat mematikan pada
konsentrasi tertentu.
Contoh : Arsen triklorida, dimetil sulfat.
Pencegahan : Kontak dengan tubuh harus dihindari. Perhatian
khusus perlu jika bekerja dengan bahan kimia
yang bersifat karsinogenik, teratogenik, atau
mutagenik.
Corrosive/korosif
C
Bahaya : Merusak jaringan tubuh.
Contoh : Asam sulfat, brom.
Pencegahan : Hindari kontak dengan mata, kulit atau pakaian,
dan jangan menghirup uapnya pada saat bernapas.
Harmful/Berbahaya/Membahayakan
Xn
Bahaya : Menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh.
Contoh : Piridin, trikloetilena.
Pencegahan : Hindari kontak dengan tubuh atau hindari
menghirup uapnya.
U
Bahaya : Perusakan lingkungan.
Contoh : Karbon tetraklorida.
Pencegahan : Tidak boleh dibuang ke tanah maupun perairan.
Dibuang pada tempat tertentu (pengolahan limbah
beracun).
Irritant/Iritasi
Xi
Bahaya : Terjadinya iritasi pada kulit, mata, dan saluran
pernapasan.
Contoh : Amonia, benzil klorida.
Pencegahan : Hindari kontak dengan mata, kulit, dan jangan
menghirup uapnya.
2. Gas-gas racun
Untuk menghindari kemungkinan termakannya bahan-bahan kimia, maka janganlah
makan/minum dengan alat-alat laboratorium dan tidak merokok, karena merokok
bukan hanya menimbulkan bahaya kebakaran, tetapi juga dapat menyebabkan
terisapnya zat-zat racun.
CO (Karbon monoksida)
Di laboratorium gas ini terbentuk bila asam formiat atau asam oksalat dipanaskan
dengan asam sulfat pekat. Gas ini juga sering terdapat pada gas lampu. Keracunan
gas CO menyebabkan sakit kepala, kepala pusing dan lelah.
Pelarut-pelarut
Karbon disulfida (CS2), benzena (C6H6), kloroform (CHCl3), karbontetraklorida (CCl4)
menghasilkan uap yang beracun.
1. Asam anorganik : Asam klorida, asam sulfat, asam fluorida, asam nitrat
dan asam fosfat.
Penanganan : Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan
NaHCO3, atau campurkan NaOH dan Ca(OH)2 (1:1).
Campur dan bila perlu tambah air agar membentuk
slurry. Buang slurry tersebut ke dalam bak pembuangan
air.
5. Asam Organik : Asam asetat, asam benzoat, asam sitrat, asam formiat,
asam oksalat, asam stearat.
Penanganan : Tutup permukaan yang terkontaminasi dengan NaOH
atau NaHCO3. Campur dan tambahkan air bila perlu.
Pindahkan slurry untuk menetralkan dan dibuang dalam
bak pembuangan air.
11. Halida organik dan : Aldrin, klordan, dieldrin, lindan, tetraetil timbal (TEL),
senyawanya vinilklorida.
Penanganan : Hindarkan sumber api. Absorpsi ke dalam kertas tisu.
Masukkan ke dalam wadah gelas atau besi. Uapkan
dalam lemari asam dan bakar. Cuci wadahnya dengan
sabun.
Umum
Sebelum digunakan alat harus diperiksa kebersihannya dan alat siap pakai atau
dalam kondisi baik.
Kebersihan:
1. Alat gelas:
- bersih, jika air tidak meninggalkan tetes-tetes pada dindingnya, tetapi mengalir
merata lewat seluruh permukaan dinding dalam alat
- membersihkan dengan sabun dan pembilasan dengan air kran kemudian dengan
menggunakan akuadestilata
- pipet dan buret kemungkinan perlu dibersihkan dengan campuran K2Cr2O7-H2SO4
pekat (hati-hati) atau larutan KOH-Alkohol, kemudian dibilas dengan air kran dan
kemudian dengan menggunakan akuadestilata.
2. Alat-alat lain: bersihkan dengan lap, tisu, atau dengan kuas kering sesuai dengan
jenis permukaan alat. Jangan membiarkan debu menempel pada permukaan alat.
Neraca Kasar
Neraca kasar terdapat dalam berbagai model dan bentuk, sehingga jangan hanya
terpaku pada satau jenis. Salah satu neraca kasar yang ada di laboratorium adalah
neraca kasar dengan satu piringan.
Untuk mengoperasikan ada beberapa tahap yang harus dilakukan seperti berikut ini:
1. Piringan neraca dipastikan bersih dan tiada pengotor yang menempel.
2. Pada saat piringan kosong (tanpa beban), tanda tera yang berada di atas piringan
harus seimbang pada posisi satu garis.
3. Bila tidak satu garis, pada bagian ujung kiri atas neraca terdapat penyeimbang yang
bisa di putar, bagian ini terdapat jalur ulir yang bisa digunakan untuk
menyeimbangkan tera.
4. Bagian ini diputar agar tanda tera diujung kanan tepat satu garis.
5. Bahan yang akan ditimbang bisa langsung diletakkan diatas piringan atau dengan
dengan menggunakan wadah lain.
19
6. Bila bahan yang akan ditimbang berpotensi mengotori piringan, jangan langsung
menimbang diatas piringan tetapi dengan menggunakan wadah lain.
7. Bila menggunakan wadah, wadah ditempatkan diatas piringan dan berat wadah
kosong dicari dengan menggeser anak timbangan ke kanan; terdapat tiga anak
timbangan dengan berat berbeda; yang paling kecil berada di depan digunakan untuk
berat sepersepuluh gram, yang kedua, ditengah, untuk berat gram, dan dibelakang
digunakan untuk berat puluhan gram. Ketiga anak timbangan ini digunakan secara
kombinasi sehingga akan didapat dengan ketelitian dua angka dibelakang koma.
8. Setelah didapatkan bobot dari wadah kosong, kemudian bahan yang akan ditimbang
dimasukkan ke dalam wadah tersebut; massa yang didapatkan merupakan massa
wadah ditambah massa bahan.
9. Untuk mendapatkan bobot bahan; tinggal mengurangi bobot wadah dan bahan
dengan bobot wadah kosong.
10. Setelah digunakan neraca dipastikan kembali bersih dan garis tanda tera tetap berada
pada posisi segaris.
Gelas Ukur
Berbeda dengan labu takar, gelas ukur bukan alat ukur yang teliti. Maka ‘tidak
masuk akal’ menambahkan tetes demi tetes dengan sebuah pipet agar ‘tepat’. Perhatikan
pula setelah cairan dituangkan keluar gelas ukur, cukup banyak cairan terkumpul lagi
didasarnya setelah ditunggu sekian waktu dengan volume yang tidak dapat ditentukan. Ini
menunjukkan ketidaktelitiannya.
Mengisi gelas ukur dengan memegangnya dalam tangan dan sambil menandai garis
tera yang bersangkutan dengan ibu jari, mengangkat gelas ukur kira-kira ’setinggi mata’
lalu mengisisnya dengan lambat-lambat. Di dalam pekerjaan sering diperlukan ‘5 ml’
larutan. Umumnya diperlukan ‘sekitar’ 5 ml larutan, mungkin ±0,1-0,2 ml tidak merupakan
masalah. Jadi jangan terlalu teliti, tetapi jangan juga serampangan dalam menggunakan
gelas ukur. Untuk pengambilan tepat 5,00 ml digunakan pipet atau buret.
Sentrifuga
1. Ceceran cairan harus segera dibersihkan disusul pembasuhan dengan sedikit air/lap
basah, supaya tidak ada cairan sisa ceceran itu
2. Periksalah tabung sentrifuga: jangan retak, sebab akan dapat pecah, terutama kalau
diputar dengan kecepatan tinggi
3. Tabung jangan diisi terlalu banyak: perhatikan bahwa dalam sentrifuga, tabung akan
miring sewaktu dipusing
4. Sentrifuga harus selalu diisi simetris, baik letak maupun bebannya
kalau hanya 1 tabung, maka disiapkan tabung lain yang diisi dengan air dan
ditaruh berseberangan.
biasanya sentrifuga mempunyai tempat untuk 6 tabung; maka bila ada 3 tabung
maka ditaruh berselang 1 tempat kosong, 5 tabung diberi satu tabung yang berisi
air.
semakin cepat sentrifuga di pusing, harus semakin tepat kesamaan berat tabung
dan isinya: pada sentrifuga dengan kecepatan sangat tinggi bahkan perlu
ditimbang dengan neraca yang teliti.
ketidakseimbangan muatan yang terlalu besar dapat membuat porors aus; juga
menyebabakan sentrifuga melompat-lompat dan tidak berpusing halus/tenang.
5. Tutuplah ruang pemusingan dan jangan memasukkan sesuatu sebelum listrik
dimatikan dan pusingan reda.
6. Pada waktu menjalankan sentrifuga, harus dengan kecepatan kecil yang berangsur-
angsur ditingkatkan sampai kecepatan yang diperlukan.
Oven
1. Sebelum menggunakannya, harus diyakini suhu oven konstan dan cocok.
2. Oven jangan terlalu sering dibuka, jika banyak yang harus dikeringkan maka
dikumpulkan terlebih dahulu, atur diatas alas pengeringan, dan masukkan serempak.
20
Eksikator
1. Periksalah apakah bahan pengeringnya masih cukup dan masih aktif (bila tangan
dimasukkan dan digerakkan akan terasa kering dan dingin)
2. Tutup eksikator harus bervaselin sedikit agar menutup rapat
3. Tutup dibuka dengan menggeser ke samping dan baru kemudian diangkat
4. Bila tutup ditaruh dimeja, harus dengan posisi terbalik dengan bidang yang bervaselin
ke atas, tidak mengenai meja dan tidak kena debu
5. Bagian dalam eksikator tempat menaruh benda harus benar-benar bersih
6. Setelah memasukkan benda yang sangat panas, eksikator jangan langsung ditutup,
sedikit buka tutupnya agar tidak terjadi pemuaian udara dalam eksikator dan
mengangkat tutup, setelah satu-dua menit baru kemudian ditutup lagi
7. Benda yang sangat kering misalnya abu hasil pemijaran harus berpindah langsung
dari eksikator ke piringan neraca degan cepat, untuk menghindari proses penyerapan
uap air
8. Sering sulit mengangkat eksikator ke ruang timbang, sediakanlah alat bantu untuk
memindahkan benda dari eksikator ke ruang timbang asalkan alat bantu tersebut
bertutup rapat. Ini adalah usaha pada kondisi darurat
Pembakar Gas
Sebenarnya untuk tiap jenis gas diperlukan pembakar berbeda karena setiap gas
memerlukan percampuaran udara-gas berbeda. Ada gas alam, gas cokes, gas dari
penguraian solar, pembakar yang ada di laboratorium kita tampaknya sesuai dengan
untuk gas cokes, tetapi sekarang menggunakan gas alam. Cara pemakaiannya:
1. Setiap bagian pembakar harus dikenali dengan baik, terutama pengatur besar arus
gas dan pengatur pemasukan udara
2. Tabung penyalur gas, lubang pemasukan gas dan sebagainya harus diperiksa dan
kalau perlu bersihkan
3. Menyalakan api:
hindarkan adanya bahan-bahan mudah terbakar disekitar pembakar gas
pemasukan udara diatur minimum
pemasukan gas diatur secukupnya, jangan besar atau terlalu kecil
muka menjauhi pembakar dan korek api didekatkan dari bawah-samping
selanjutnya diatur besar pemasukan gas dan udara untuk mendapatkan api yang
diinginkan: udara banyak gas kurang, api biru tak berwarna dan panas; sebaliknya
api berwarna dan kurang panas
4. Pemanasan bahan/alat: memerlukan api yang tak berwarna
5. Menyimpan api yang belum terpakai:
dibuat api berwarna, kecil asal tampak
jangan ditaruh dibawah benda yang dapat terbakar (pipa karet gas, bagian meja
dsb)
selama praktikum berlangsung, sebaiknya api yang tidak dipakai tidak dimatikan,
tetapi disimpan dengan cara diatas.
21
2
PELATIHAN KOMPETENSI ALAT UKUR
VOLUME DAN NERACA
PENDAHULUAN
Peralatan kaca terutama untuk pengukuran volume dan neraca analitik digunakan
dalam banyak pekerjaan laboratorium. Keterampilan dasar dalam penggunaan peralatan
kaca dan neraca ini perlu dikuasai agar percobaan laboratorium menghasilkan data yang
lebih akurat dan teliti. Pengukuran yang tepat dan teliti dapat dihitung berdasarkan data
yang diperoleh untuk mengevaluasi tingkat kepercayaan terhadap hasil analisis yang
diperoleh.
Pada praktikum Azas Kimia Analitik akan diberikan perlatihan penggunaan alat kaca
terutama untuk pengukuran volume dan neraca analitik. Dengan perlatihan ini diharapkan
mahasiswa menjadi terampil menggunakan alat-alat kaca dan neraca analitik sehingga
dapat menghasilkan data praktikum maupun penelitian yang baik.
TUJUAN PERCOBAAN
Pengenalan alat dan teknik pengoperasiannya dalam proses analisis.
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan mampu menggunakan alat dan teknik dalam proses analisis
secara benar/sesuai dengan prosedur analisis.
PROSEDUR PERCOBAAN
Inventarisasi Alat
Anda akan diserahi seperangkat alat kaca dan peralatan lain yang disediakan
didalam lemari dengan nomor tertentu. Di awal inventarisasi alat kunci lemari akan
diserahkan kepada Anda. Jaga baik-baik dan ingat nomor lemari Anda. Selanjutnya Anda
akan menerima form yang berisi daftar peralatan yang ada sebanyak dua lembar. Form
tersebut harus diisi sesuai dengan alat yang ada di lemari Anda dan spesifikasi alat-alat
yang ada. Jangan lupa periksalah dengan seksama kondisi alat yang Anda terima baik
spesifikasi, jumlah, dan keadaannya. Setelah semua alat dituliskan lengkap, kemudian
Anda tangani form tersebut. Kemudian asisten Anda akan mengecek alat Anda dan jika
sudah sesuai dengan daftar inventaris asisten akan menAndatangani form tersebut.
Simpan satu form dan satu lagi kumpulkan. Perhatikan, kadang satu lemari tidak hanya
diperuntukkan satu orang praktikan, mungkin bisa untuk dua orang praktikan dengan
praktikum yang sama.
Keamanan di Laboratorium
Simbol-simbol bahan kimia yang terdapat di label bahan harus dicatat dan diartikan
di dalam buku rencana kerja tiap praktikan. Alat-alat keamanan laboratorium yang lain
harap dicatat dan dicari fungsi alat atau bahan tersebut.
2. Sebelum memipet, pipet dibilas terlebih dahulu dengan cairan yang akan dipipet,
dengan cara mengisap cairan sampai hampir perut, pegang pipet sampai agak
horizontal, putar-putar pipet sehingga cairan membasahi permukaan bagian dalam
pipet, dan buang cairan pembilas dari pipet.
3. Pengisian pipet dilakukan dengan prosedur berikut:
ujung tercelup cukup dalam; jaga jangan sampai terlalu dangkal karena udara
dapat masuk dan cairan dapat lompat ke dalam mulut
bibir agak ’dilipat’ ke dalam agar permukaan pipet tidak basah
isap dengan teratur, berhenti kalau perlu untuk menarik nafas, mata
memperhatikan kenaikan cairan dan diisap sampai atas lingkaran tanda tera;
posisi pipet tidak boleh miring
telunjuk siap untuk menutup pipet; telunjuk diusahakan tidak kering maupun basah
tetapi lembab agar mudah menutup dengan sempurna tetapi tidak menyulitkan
dalam mengeluarkan cairan
sesudah ditutup dengan telunjuk, pipet diangkat; selanjutnya pipet selalu tegak
lurus; ujung pipet dilap dengan kertas saring/tissue, diangkat sampai tanda tera
tepat sejajar dengan mata, tanda tera akan tampak sebagai satu garis lurus bukan
ellips, ujung pipet menempel dinding wadah; kurangi tekanan jari untuk
mengeluarkan cairan sampai meniskus menyentuh ’garis’ tera; hentikan aliran
dengan tekanan lebih kuat
pipet dipindahkan ke wadah penampung, tempelkan ujung pada dinding wadah
dengan posisi wadah miring 45 derajat dan pipet tegak lurus
bila cairan keluar habis, tunggu 10-20 detik kemudian goreskan ujung pipet pada
dinding wadah, tunggu lagi 10 detik lalu goreskan dan selesai
4. Mencuci pipet dilakukan dengan mengalirkan air kran sebentar ke dalam pipet, pipet
diputar beberapa kali, dan air bilasan buang. Prosedur diulangi beberapa kali, dan
diakhiri dengan menggunakan akuadestilata
Buret
1. Kapasitas buret harus diperhatikan apakah 5, 25, atau 50 ml. Pembagian skala buret,
juga harus diperhatikan apakah skala terkecil 0,1 atau 0,01 ml dan terbesar 0,1 atau
1 ml.
2. Pembilasan buret: jika tidak diketahui isi sebelumnya sama dengan cairan yang
digunakan, buret dibilas dengan air kran, akuadestilata, dan dengan cairan yang akan
digunakan. Setelah pembilasan akuadestilata beres, cairan dimasukkan kira-kira
seperlima volume dan buret dimiringkan sehingga dengan leluasa dapat diputar dan
cairan pembilas dibuang
3. Pengisian buret:
digunakan corong dan diangkat sebelum mengatur meniskus
pipa buret dibawah cerat harus terisi penuh
sebelum membaca meniskus, cerat harus tertutup dengan baik
4. Pembacaan meniskus:
kalau letak meniskus sembarang, dicari dua lingkaran tera yang bersangkutan
utama terdekat yang mengapitnya
posisi mata diusahakan sama tinggi dengan garis tera yang satu, kemudian yang
lain
untuk membaca meniskus posisi mata diantara dua posisi tersebut
cairan tak berwarna/warna muda dibaca dengan menggunakan dasar meniskus,
cairan gelap dibaca pada bagian garis atas meniskusnya
jumlah angka yang dicatat: satu lebih dari angka terkecil yang terlihat dari skala
terkecil; angka terakhir adalah angka perkiraan
kertas bantu baca meniskus:
hanya kalau batang buret tidak dicat gelap bagian belakangnya dengan garis
ditengah batang; garis itulah yang digunakan untuk membaca meniskus
23
kertas dipegang dengan bagian gelap dibawah dan garis batas hitam-putih
diletakkan tepat dibawah meniskus
meniskus memantulkan bayangan hitam melengkung sehingga titik terendah
meniskus tampak jelas dan mudah mencatatnya
5. Jika buret ditinggal dalam jangka waktu lama melebihi jam praktikum
dikosongkan, dibilas dengan air kran 2-3x, sisanya bilas dengan air akuadestilata
diisi dengan akuadestilata atau ditutup ujungnya atau dipasang terbalik dengan
cerat diatas
6. Buret dengan cerat kaca hanya untuk cairan asam atau non-basa, sedangkan cairan
basa digunakan dengan buret bercerat teflon (warna biasanya putih).
Labu Takar
1. Penggunaan:
membuat larutan dengan konsentrasi tertentu dari padatan
mengencerkan larutan dengan tepat
2. Zat padat /cair maupun larutan untuk diencerkan harus 100% masuk ke dalamnya
dengan menyemprot bagian-bagian yang terkena bahan-bahan tersebut dengan
akuadestilata
3. Pelarut/pengencer diisikan sampai setengah; putar agar larut/bercampur homogen;
jangan dipegang ‘perut’nya tetapi leher dekat perut dan hati-hati memperlakukannya.
4. Pelarut diambahkan sampai dekat dengan tanda tera
5. Leher-dalam diatas tanda tera dikeringkan dengan kertas saring/tissue
6. Penambahan pelarut dengan pipet diselesaikan secara hati-hati; letak mata terhadap
lingkaran tera jangan lupa diperhatikan
7. Setelah tepat, labu takar ditutup; dasar dan tutup dipegang, dijungkirbalikkan berkali
untuk menghomogenkan isinya
standardisasi dsb. Pada umumnya ditimbang dulu wadah kosong lalu ditambahakan
bahan yang bersangkutan sejumlah yang diperlukan. Harus dilatih sehingga
penimbangan berlangsung cepat, tepat, bersih. Kekurangan keterampilan menyebabkan
ketiga sasaran tersebut tidak dapat tercapai dan neraca ditinggalkan dalam kondisi kotor
dan rusak karena bahan tercecer, bereaksi dengan pinggan, dsb. Anda dapat mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Setelah bobot wadah kosong tepat diketahui, lever dikembalikan ke posisi atas
2. Bobot wadah kosong dihitung plus isi yang dikehendaki
3. Anak timbangan diatur sehingga gram dan puluhan gram serta desimal ke-3 dan 4
menunjukkan nilai sama dengan bobot wadah + bahan (tentu saja skala menunjukkan
‘Tare’
4. Bahan dimasukkan ke dalam wadah sedikit demi sedikit sampai skala mulai bergerak
ke bawah, meninggalkan ‘Tare’
5. Lever dipindahkan ke posisi bawah, lampu merah menyala
6. Penambahan bahan diteruskan sampai skala bergerak menunjukkan desimal ke-1
dan 2 dikehendaki.
PENDAHULUAN
Dasar teknik titrasi perlu dikuasai oleh mahasiswa kimia. Keterampilan Anda akan
menentukan tepat tidaknya data yang akan anda peroleh selama bekerja di laboratorium.
Selama mengikuti pelatihan ini, anda akan melakukan titrasi asam-basa dengan
menggunakan berbagai indikator dengan tujuan menentukan indikator yang tepat dalam
menentukan titik akhir suatu titrasi asam-basa yang digunakan pada pelatihan ini.
TUJUAN PERCOBAAN
Dapat melakukan titrasi dengan benar agar dapat menghasilkan data dengan
kebolehulangan yang baik.
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan titrasi asam-basa, memilih indikator yang tepat, dan
mengumpulkan data hasil analisis untuk diolah secara statistika.
PROSEDUR PERCOBAAN
Titrasi HCl dengan NaOH.
Larutan HCl 0,1 M diambil secara kuantitatif 10 ml yang telah distandardisasi dan
masukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Beberapa tetes indikator jingga metil di
tambahkan. Larutan HCl tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 M dan dilakukan sebanyak
minimal 6 kali ulangan. Tahapan titrasi tersebut diulangi dengan menggunakan indikator
merah metil, bromtimol biru, dan fenolftalein
Catatlah seluruh data yang Anda dapatkan karena data ini akan Anda gunakan pada
percobaan selanjutnya yaitu percobaan Evaluasi Data Analisis.
PENDAHULUAN
Alat pengukur volume sering perlu dikalibrasi sebelum dipergunakan. Hal ini
disebabkan karena kemungkinan kesalahan/kekurangtelitian dalam pembuatannya.
Selain itu volume dipengaruhi suhu sehingga nilainya akan berubah bila suhu berubah.
Oleh karena mayoritas pekerjaan analisis mencakup larutan berair, maka umumnya air
digunakan sebagai bahan pembanding dalam kalibrasi alat gelas volumetri. Asas umum
dalam kalibrasi ialah menentukan bobot air yang dikandung atau dihantarkan oleh alat
gelas tertentu. Dengan menggunakan data kerapatan air, maka volume yang benar dapat
dicari. Perlu diingat bahwa kerapatan air bervariasi sesuai suhu, Anda dapat
menggunakan data kerapatan air yang disediakan pada tabel berikut:
Proses kalibrasi alat gelas erat kaitannya dengan penggunaan neraca analitik sehingga
pada percobaan kali ini selain dijelaskan cara penggunaan alat gelas yang akan Anda
kalibrasi, Anda juga diberikan pemahaman cara penggunaan neraca analitik.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Melakukan kalibrasi alat pengukur volume sebagai bagian dari proses standardisasi
alat agar dalam proses analisis menghasilkan data yang terpercaya
2. Menggunakan neraca analitik yang benar
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa diharapkan mampu melakukan kalibrasi alat-alat gelas dengan benar.
PROSEDUR PERCOBAAN
Penggunaan Neraca Analitik
Grup: 3-4 mhs
Neraca "OHAUS" Kapasitas : 200 gram (Gambar 1)
Persiapan
1. Piringan timbangan diperiksa apakah sudah bersih atau belum
2. Neraca dihubungkan dengan listrik 220 V
27
piringan
OFF
MODE
ON
O/T
Gambar 1 Neraca Analitik Ohaus
Pengoperasian
1. Menyalakan neraca
dengan tidak ada beban pada piringan, neraca dinyalakan dengan menekan
tombol
ON
O/T
4. Re-Zero/Tare
Ketika akan menimbang suatu bahan yang harus ditempatkan dalam suatu
wadah, tombol O/T dapat menyimpan bobot wadah pada memori neraca (meng-nol-
28
kan wadah), sehingga pada saat menimbang bahan yang tertera pada layar adalah
bobot dari bahan saja.
wadah kosong ditempatkan pada piringan, lalu pada layar akan muncul bobot
wadah tersebut.
tombol O/T ditekan maka pada layar akan muncul angka 0.0000.
bahan dimasukkan pada wadah sesuai bobot yang diinginkan.
wadah yang berisi bahan jika dikeluarkan dari neraca akan menunjukkan bobot
wadah yang bertanda negatif.
Pada prinsipnya kalibrasi dilakukan dengan cara menimbang sejumlah volume
air tertentu yang dikeluarkan dari buret ataupun pipet. Berdasarkan bobot air &
dibandingkan dengan bobot jenis air pada suhu pengukuran maka volume alat
dikoreksi.
Kalibrasi Buret
1. Isi buret dengan air destilata sampai miniskusnya mencapai 0.00 ataupun daerah
berskala.
2. Timbang erlenmeyer kosong yang telah bersih dan kering, dengan tutupnya.
3. Keluarkan 10.00 ml dari buret tampung dalam erlenmeyer yang telah ditimbang, tutup
kemudian timbang kembali.
4. Lakukan seperti tahap ke-3 tetapi dengan jumlah air 0-20, 0-30, 0-40, 0-50 ml.
5. Untuk tiap data, perhitungkan volume untuk 1g air pada berbagai suhu (Tabel 1).
6. Lakukan penentuan duplo.
PENDAHULUAN
Buchard (3 tetes asam asetat anhidrat + 1 tetes H2SO4). Uji positif untuk steroid bila
dihasilkan warna kehijauan dan uji positif untuk triterpenoid bila dihasilkan warna
kemerahan atau ungu.
2. Uji Kelarutan
Grup: 3-4 mhs
Untuk mengamati kelarutan, sebanyak 0,1 gram contoh padatan dimasukkan ke
dalam 3.0 ml pelarut atau 0,2 ml cairan dimasukkan ke dalam 3,0 ml pelarut. Sampel
dikatakan larut bila sampel yang diamati membentuk campuran homogen. Hal tersebut
dilakukan untuk pemeriksaan sampel pada setiap golongan. Prosedur selengkapnya
ditunjukkan pada bagan di bawah ini
Sampel
NaOH 5% Eter
NaHCO3 5% HCl 5%
Gol I Gol II
Gol VA Gol VB
: tidak larut
: larut
3
GRAVIMETRI PENGENDAPAN DAN
EVOLUSI (PENGUAPAN)
PENDAHULUAN
Penyaringan
Penyaringan bertujuan untuk memisahkan padatan/endapan yang terdapat dalam
cairan menggunakan kertas saring. Kertas saring yang dapat digunakan ada 2 macam
yaitu kertas saring biasa dan bebas abu. Kertas saring bebas abu memiliki kadar abu
sangat kecil dan digunakan pada gravimetri untuk mengambil endapan lalu dibakar dan
dipijarkan. Kertas saring biasa digunakan bagi penyaringan lainnya. Ada dua tujuan
penyaringan yaitu untuk mengambil endapan dan mengambil cairan. Untuk tujuan yang
pertama, kertas yang digunakan dilipat dengan cara biasa sedangkan yang kedua dengan
cara kertas saring berlipat ganda. Melipat dengan cara biasa memudahkan mengambil
endapan (minta petunjuk asisten mengenai cara melipat kertas saring untuk memperoleh
endapan).
Mencuci endapan
Endapan yang telah dimasukkan ke dalam penyaring terkadang belum cukup bersih
dan masih harus dicuci. Untuk itu, pinggir atas kertas saring disemprot dengan air suling
kemudian diisi dengan air pencuci sampai hampir penuh. Setelah kertas saring kosong,
ditambahkan air suling kembali. Pencucian diteruskan sampai zat yang dihilangkan tidak
terdapat lagi pada air saringan/filtrat.
32
Mengenaptuangkan/Dekantasi
Supaya endapan dapat dipisahkan dari zat lain dengan maksimal dan cepat, maka
dapat dilakukan cara mengenaptuang sebelum memulai menyaring, endapan dibiarkan
mengenap dulu, lalu cairan jernih dituangkan ke dalam kertas saring. Karena belum ada
endapan yang menyumbat pori-pori, maka cairan itu dengan cepat melalui kertas saring.
Penyaringan harus tetap penuh. Bila sebagian besar cairan telah disaring, maka endapan
ditambah lagi air, diaduk, lalu dibiarkan mengenap seperti di atas. Pekerjaan ini dapat
diulang beberapa kali. Supaya cairan dapat dituang ke dalam penyaring tanpa tercecer
dapat digunakan batang pengaduk untuk mengalirkannya. Hal ini juga untuk
menghindarkan adanya cairan yang mengalir pada permukaan luar gelas piala saat gelas
piala ditegakkan kembali. Setelah dienaptuangkan beberapa kali baru endapan semuanya
dipindahkan ke kertas saring. Sisa-sisa endapan dapat dipindahkan dengan bantuan
batang pengaduk berujung karet dan botol semprot. Endapan yang menempel kuat pada
dinding gelas dapat disapu dengan secarik kecil kertas bebas abu.
TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan kadar Cu dalam terusi dan menentukan kemurnian terusi
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa menguasai dan mampu melakukan teknik penyaringan,
pengenaptuangan/dekantasi, melakukan pencucian endapan, dan pemijaran endapan Cu
dalam terusi
ALAT DAN BAHAN
33
Alat yang digunakan adalah neraca analitik, eksikator, cawan porselin, pembakar
gas, botol semprot, corong dan standar, pengaduk gelas, gelas piala 400 ml, gelas ukur
100 ml, kertas saring, tabung reaksi, dan tanur listrik
Bahan yang digunakan adalah Larutan terusi (CuSO4.5H2O), NaOH/KOH 2 N, HCl
4 N, BaCl2 0,5 N.
PROSEDUR PERCOBAAN
Penentuan kadar Cu (grup: 3-4 mahasiswa)
Ditimbang dengan teliti 1 gram terusi dan dilarutkan oleh 150 ml air suling dalam gelas
piala. Larutan dididihkan, kemudian ditambahkan larutan NaOH berlebih (pH diperiksa
dengan bantuan kertas lakmus. Endapan yang diperoleh dienaptuangkan (dekantasi)
sebanyak 3 kali sambil dicuci hingga filtrat tidak bereaksi basa atau sulfat (sulfat diperiksa
dengan menambahkan BaCl2 panas yang diasamkan. Setelah bersih kertas saring
dimasukkan ke dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya dan ditempatkan di
atas pembakar hingga asap hilang kemudian dipijarkan dalam tanur hingga bobotnya
konstan.
TUJUAN PERCOBAAN
Menetapkan kadar air dan abu, yaitu besarnya kandungan air dan abu suatu
bahan persatuan berat tertentu dinyatakan dalam persen.
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat menetapkan kadar air suatu bahan, mengabukan bahan, dan
menetapkan kadar abu suatu bahan.
PROSEDUR PERCOBAAN
Penetapan Kadar Air (grup: 3-4 mahasiswa)
Setelah dicuci, Botol timbang dikeringkan pada suhu 105oC selama 30 menit. Setelah
didinginkan dalam eksikator, botol kemudian ditimbang. Sebanyak 3 g (catat sampai
empat desimal dalam gram) bahan, dimasukkan dalam botol timbang, kemudian
dikeringkan pada suhu 105oC selama 2 jam. Setelah didinginkan dalam eksikator
kemudian ditimbang. Pekerjaan dilakukan duplo.
34
ab
Kadar air x 100%
a
a bobot bahan sebelum di ker ingkan
b bobot bahan setelah di ker ingkan
Perhatian: Jika memakai botol timbang plastik, hindarkan pemanasan melebihi 120oC dan
api.
a
Kadar abu x 100%
b
a bobot abu
b bobot contoh
35
PENDAHULUAN
TUJUAN PERCOBAAN
Mengolah data analisis dan menampilkan hasil menggunakan bantuan komputer.
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan pengolahan data analisis dan evaluasi kinerja
analitik suatu teknik analisis dengan bantuan komputer menggunakan piranti lunak
Minitab/MS Excel
PROSEDUR PERCOBAAN
1. Berdasarkan data yang diperoleh pada percobaan 3, dilakukan evaluasi statistikanya
yaitu:
a. Lakukan uji Q; bagaimana nilai reratanya.
b. Lakukan uji dengan bantuan komputer untuk uji:
- statistika deskriptif (rerata, median, kisaran, standar deviasi, dan varians)
36
- Uji t dan uji F untuk analisis dengan indikator yang berbeda dan analis yang
berbeda
(seluruh perhitungan menggunakan angka signifikan)
2. Evaluasi kinerja analitik suatu teknik analisis dengan melakukan perhitungan nilai
beberapa parameter kinerja analitik untuk validasi metode yaitu: linearitas, akurasi,
presisi, sensitivitas, selektivitas, limit deteksi, dan limit kuantitasi dari hasil analisis total
flavonoid dengan metode AlCl3 secara spektrofotometri sinar tampak dengan hasil:
Data kurva kalibrasi
Konsentrasi Ulangan
Standar 1 2 3 4 5 6
(g/ml) Absorbans
10 0.262 0.259 0.255 0.261 0.258 0.261
20 0.427 0.426 0.428 0.421 0.423 0.424
30 0.581 0.577 0.584 0.591 0.592 0.579
40 0.744 0.752 0.741 0.752 0.755 0.751
50 0.892 0.884 0.899 0.891 0.889 0.893
60 1.048 1.045 1.047 1.047 1.051 1.045
70 1.198 1.189 1.201 1.203 1.195 1.188
80 1.356 1.353 1.349 1.357 1.361 1.354
PENDAHULUAN
Tahap pengambilan contoh (bagian dari analat yang diambil untuk analisis)
merupakan tahapan yang harus dilalui dalam setiap analisis kimia. Tahap ini merupakan
tahapan penting yang akan berpengaruh terhadap hasil analisis secara keseluruhan.
Keterwakilan analat (bagian/keseluruhan bahan yang diwakili oleh contoh) oleh analat
merupakan hal utama yang harus diperhatikan.
Pengambilan contoh tidak selamanya dapat merepresentasikan analat pada
berbagai kondisi. Berbagai macam faktor mempengaruhi tingkat representasi contoh
terhadap suatu analat. Contoh sederhana yang bisa diambil adalah faktor ukuran contoh
analat dan tingkat atau level pengambilan contoh kita terhadap analat yang akan
dianalisis. Tingkat representasi contoh terhadap analat yang akan dipelajari akan selalu
mengandung kesalahan. Seberapa besar penyimpangan yang terjadi dapat dipelajari
dengan menggunakan analisis secara statistika.
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan galat dalam pengambilan contoh analisis
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat melakukan cara pengambilan contoh dan menentukan galat
pengambilannya.
PROSEDUR PERCOBAAN
dengan sampel tingkat II. Masing-masing contoh tingkat II kemudian dibagi menjadi 2
bagian yang sama, sehingga didapatkan total contoh sekarang menjadi delapan contoh.
Kedelapan contoh ini kemudian disebut dengan contoh tingkat III. Contoh tingkat III
masing-masing dibagi menjadi dua bagian yang sama, seingga di dapatkan enambelas
sampel tingkat IV. Masing-masing sampel tingkat IV kemudian dilarutkan sehingga
menjadi volume 25 ml dan dianalisis dengan metode titrimetri untuk menentukan berat
boraks dengan menggunakan titran HCl yang telah distandardisasi di awal praktikum ini.
Adapun bagan pembagian tingkat contoh disajikan berikut ini
I II Tingkat I
Tingkat II
IA IB IIA IIB
Tingkat III
Tingkat IV
Dihitung nilai ragam untuk masing-masing tingkat contoh dan untuk keseluruhan contoh
(total).
6 PREKONSENTRASI
PENDAHULUAN
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses prekonsetrasi terhadap
keberhasilan prekonsentrasi suatu senyawa.
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses prekonsentrasi.
PROSEDUR PERCOBAAN
(Grup 3-4 mhs)
Pengaruh waktu: timbang serbuk zeolit alam sebanyak 0,5 gram (catat massanya)
sebanyak tiga ulangan ke dalam erlenmeyer kecil, tambahkan masing-masing larutan
40
Pengaruh pH: siapkan zeolit dengan cara yang sama seperti pada penentuan pengaruh
waktu, siapkan larutan metilena biru 30 mM dengan kondisi yang berbeda, pH 3, pH
netral, dan pH 9, dengan menggunakan asam encer, atau basa encer. masukkan larutan
metilena biru 30 mM yang sesuai dengan pH yang telah disiapkan ke dalam tabung berisi
zeolit. Selanjutnya lakukan pengadukan dengan shaker selama 10 menit setelah selesai.
Larutan dipisahkan dengan menggunakan sentrifusa.
Penentuan deret standar: siapkan larutan metilena biru dengan variasi konsentrasi dari
0,00; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; dan 0,1 mM ke dalam tabung reaksi yang terpisah dan jelas
labelnya dengan volume masing-masing 5 mL.
Desorpsi metilena biru dari zeolit. Zeolit yang mengadsorpsi metilena biru selanjutnya
ditambahkan pelarut metanol pa untuk mengekstrak metilena biru yang sudah terjerap
pada zeolit. Penentuan absorbans metilena biru dilakukan pada panjang gelombang
maksimum 665 nm.
PENDAHULUAN
Pada analisis sistematik dari kation, maka logam-logam yang diselidiki ini dipisahkan
menurut golongan-golongan. Logam-logam pada golongan:
I. Pb, Hg+, Ag.
II. As, Sn, Sb, Cu, Hg2+, Pb, Bi, Cd.
III. Al, Cr, Zn, Fe, Mn, Co, Ni.
IV. Ba, Sr, Ca.
V. Mg, K, Na, NH4.
Golongan I disebut golongan asam klorida
Golongan II disebut golongan hidrogen sulfida
Golongan III disebut golongan ammonium sulfida
Golongan IV disebut golongan ammonium karbonat
Golongan V disebut golongan sisa
SKEMA PEMISAHAN
Larutan yang diselidiki + HCl
Endapan:
AgCl, Tapisan: Larutan dibuat 0.3 N dipanasi 80oC dan diberi gas H2S
PbCl2,
Hg2Cl2
Gol. I
Endapan: HgS, PbS, Bi2S3, CuS, Tapisan: Larutan diberi NH3 sampai
alkalis
As2S3, SnS2
Kemudian diberi KOH
Endapan Endapan: Endapan: Tapisan diberi gas H2S
:
Tapisan diberi
ammonium karbonat
+ KH4Cl
HgS, KAsO2 Fe(OH)3 Endapan Endapan Tapisan:
PbS KAsS2 Al(OH)3 : : Na
Bi2S3,KSbS2 Cr(OH)3 CoS, CaCO3 K
CoS, KSnO3 atau MnO2 NiS, BaCO3 NH4
CdS KSnS3 (sedikit) MnS, SrCO3 Mg
(KHgS2 ZnS
Golonga sedikit) Gol. IIIA Gol. IV Gol. V
n IIA Gol. IIB
Mengendapkan logam-logam golongan II
Sampel/Larutan
+ HCl sampai tidak terbentuk
endapan lagi
Saring
Endapan Tapisan
TUJUAN PERCOBAAN
Mengidentifikasi keberadaan ion dalam suatu bahan dengan metode H2S dan spot
test, melakukan uji kualitatif senyawa metabolit sekunder dan analisis kelarutan senyawa
organik.
43
KOMPETENSI PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi ion dengan metode H2S dan spot test
2. Mahasiswa mamahami pengertian metabolit sekunder
3. Mahasiswa dapat melakukan penentuan keberadaan senyawaan metabolit sekunder
(alkaloid, flavonoid, dan terpenoid)
4. Mahasiswa diharapkan mampu melakukan analisis kelarutan senyawa organik
PROSEDUR PERCOBAAN
Pb2+
Cairan hanya berisi Pb2+ dan dapat diadakan reaksi untuk menunjukkan bahwa
2+
Pb benar ada. Jika cairan ini didinginkan dan endapan timbul lagi menAndakan ada
Pb2+.
Reaksi lain: Sebagian cairan diberi KI membentuk endapan kuning (1) dan kalau
dipanaskan endapan akan larut menjadi larutan tidak berwarna, setelah dingin
mengkristal sebagai keping-keping kuning. Dapat juga sebagian cairan diberi H2SO4
akan membentuk endapan putih (2) atau diberi K2CrO4 akan membentuk endapan kuning
(3).
(1) Pb2+ + KI PbI2 (s) ( endapan kuning)
(2) Pb + H2SO4 PbSO4 (s) (endapan putih)
2+
Ag+
Endapan (5) dipisahkan dan cairan diberi beberapa tetes HNO3 untuk membuktikan
bahwa Ag+ benar ada, yaitu terbentuk kembali endapan putih (6). Dapat juga jika cairan
ini diberi KI akan membentuk endapan kuning (7) atau diberi (NH4)2S membentuk
endapan hitam
(6) Ag(NH3)2Cl + HNO3 AgCl (s) (putih)
(7) Ag(NH3)2Cl + KI AgI(s) (kuning)
(8) Ag(NH3)2Cl + (NH4)2S Ag2S(s) (hitam)
Hg2+
44
Endapan (5) dilarutkan dalam sedikit aqua regia menjadi HgCl2 sambil dipanaskan
sampai HNO3 habis. Cairan ini diberi beberapa tetes KI membentuk endapan merah (9)
dan bila ditambahkan KI berlebihan endapan akan larut kembali, membuktikan adanya Hg
(9) HgCl2 + KI HgI2(s) (merah)
Reaksi:
2Mo6+ + Sn2+ 2Mo5+ + Sn4+
2Mo 5+
+ 2H2O 2MoO3+ + 4H+
2MoO3+ + 10SCN- 2MoO(SCN)52-
Pada kertas saring tambahkan: Wolframat memberi warna
Setetes larutan yang diperiksa hijau kebiru-biruan yang tetap
Setetes larutan NH4SCN 1N di pusat noda setelah diberi
WO4 2- Setetes SnCl 2 (10% dalam HCl tetes HCl
pekat, larutan harus baru)
Setetes HCl
Test ini spesifik dan sekaligus
dipergunakan untuk mencari kedua ion
dalam setetes cairan.
Reaksi:
WO42- + 2H+ + H2O H2WO4.H2O
2H2WO4 + Sn2+ + 2H+ Sn4+ + W 2O5 (biru) + 3H2O
SCN- Di kertas saring taruhlah: Warna merah menunjukkan
dan Setetes larutan yang diperiksa SCN-; warna atau endapan
4- 3+
Fe(CN)6 Setetes larutan Fe biru menunjukkan Fe(CN)64-;
Test ini dapat dianggap spesifik jika dua-duanya ada, setetes
air memisahkannya; terjadi
noda biru berlingkaran merah
diluarnya.
Reaksi:
2Fe3+ + 6SCN- Fe[Fe(SCN)6] (merah)
4FeCl3 + 3K4[Fe(CN)6] Fe4[Fe(CN)6]3 (biru) + 12KCl
8
PENENTUAN SUSUNAN CAMPURAN
NaOH-Na2CO3
PENDAHULUAN
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan susunan campuran NaOH-Na2CO3 dalam suatu larutan campuran dan
kadar asam cuka dalam cuka biang
.
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan standardisasi HCl dan NaOH serta menentukan titik
akhir pada titrasi penentuan susunan campuran NaOH-Na2CO3 dan asam cuka
PROSEDUR
Preparasi Bahan Baku Primer Boraks (grup: 2-3 mahasiswa)
Hitung jumlah boraks yang harus ditimbang untuk membuat larutannya dengan
konsentrasi 0,1000 N sebanyak 100 ml yang akan digunakan dalam menstandardisasi
47
HCl. Berdasarkan hasil perhitungan, timbang boraks yang tersedia di ruang timbang
menggunakan botol timbang/kaca arloji. Masukkan boraks yang telah ditimbang ke dalam
labu takar 100 ml dan tera dengan akuades.
Penentuan Kadar Asam Cuka Murni dalam Cuka Biang dengan titrasi volumetri (grup: 2-3
mahasiswa)
Sebanyak 1 ml cuka biang dipipet ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai
tanda tera dengan air destilata yang baru dididihkan dan telah didinginkan kembali (hati-
hati memipetnya). Kocoklah baik-baik. Sebanyak 10 ml larutan tersebut diambil
menggunakan pipet dan masukkan ke dalam erlenmeyer, beri 3 tetes fenolftalein dan
dititrasi. Titik akhir tercapai jika terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi
merah muda. Titrasi dilakukan 5 kali.
48
9
PENENTUAN KADAR VITAMIN C DENGAN
TITRASI IODOMETRI LANGSUNG
PENDAHULUAN
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kadar vitamin C dalam suatu sampel secara iodometri langsung
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan standardisasi I2 dengan Na2S2O3 secara langsung dan
Na2S2O3 dengan KIO3 secara tidak langsung, melakukan titrasi iodometri langsung pada
penentuan kadar vitamin C, dan terampil menentukan titik akhir titrasi pada iodometri
langsung.
PROSEDUR PERCOBAAN
PENDAHULUAN
dengan kompleks logam-indikator. Pada cara titrasi kembali, kation yang tidak dapat
dititrasi langsung oleh EDTA, tetapi memiliki kompleks yang sangat stabil dengan EDTA
dapat ditentukan yaitu dengan menambahkan EDTA berlebih dengan jumlah diketahui
dengan pasti dan sisanya dititrasi dengan larutan standar lainnya. Untuk cara titrasi
berganti dapat dilakukan bila ketidaktersediaan indikator yang sesuai tidak ada atau
kompleks antara logam-EDTA sangat kuat sehingga tidak dapat memberikan TA yang
tajam.
TUJUAN PERCOBAAN
Melatih melakukan analisis ion logam dengan titrasi pembentukan kompleks
(kompleksometri/kelatometri).
KOMPETENSI PRAKTIKUM
Mahasiswa mampu melakukan standardisasi EDTA, menguasai penggunan
indikator Eriochrome black T, menentukan titik akhir standardisasi EDTA, melakukan
penentuan Mg dengan titrasi langsung serta penentuan Ca dengan titrasi kembali dan
berganti.
PROSEDUR PERCOBAAN
Preparasi Larutan
1. Larutan bufer pH 10 (untuk 80-100 kali titrasi): larutkan 57 ml NH3 pekat dan 7 g NH4Cl
ke dalam akuades pada labu takar 100 ml
2. Larutan indikator Erio T: larutkan 100 mg Erio T dalam campuran 15 ml etanolamina
dan 5 ml etanol absolut.
3. Larutan EDTA 0,01 M: keringkan 4 g Na-EDTA selama 1 jam dengan suhu 800C untuk
menghilangkan lembap superficial lalu didinginkan dalam desikator. Timbang kira-kira
3,8 g lalu larutkan dengan akuades pada labu takar 1 L
4. Larutan kompleks Mg-EDTA 0,01 M: timbang kira-kira 3,722 g Na-EDTA dan larutkan
ke dalam 50 ml air, setelahnya tambahkan 2,465 g MgSO4. 7H2O. Ke dalam larutan
campuran tersebut ditambahkan beberapa tetes indikator fenolftalein dan NaOH
hingga larutan berwarna sedikit merah muda. Tambahkan air hingga volume larutan
menjadi 100 ml. Tes larutan ini dengan mengambil beberapa ml dari stok awal dengan
menambahkan bufer pH 10 dan beberapa tetes indikator EBT/kalmagit, warna ungu
pudar akan muncul. Selanjutnya tambahkan satu tetes larutan EDTA 0,01 M maka
warna larutan menjadi berwarna biru, kemudian tambahkan larutan Mg2+ 0,01 M maka
larutan warna berubah menjadi merah.