1
ATURAN DAN PENGENALAN LABORATORIUM
2
Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran
1. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan namun adalah resiko pekerjaan. Laboratorium
adalah tempat yang banyak bahayanya, baik bahaya terpapar bahan kimia beracun maupun
kebakaran. Kalau terjadi kecelakaan atau kebakaran, yang paling utama harus dilakukan adalah:
JANGAN PANIK
2. Apabila kulit terkena bahan kimia, segera cuci dengan air keran dan gunakan sabun cuci.
Secepatnya hubungi petugas lab untuk meminta pengobatan darurat
3. Jika yang terkena adalah mata atau wajah, segera semprot langsung dengan eye wash yang
tersedia. Jangan sekali-kali digosok dengan tangan. Secepatnya hubungi petugas lab untuk
meminta pengobatan darurat
4. Apabila anggota badan yang terpapar, apalagi dalam jumlah banyak, gunakan emergency shower
segera lepas jas lab atau pakaian yang terkena zat. Secepatnya hubungi petugas lab untuk
meminta pengobatan darurat
5. Jika terjadi KEBAKARAN di atas meja kerja, misalnya larutan dalan gelas kimia, pertama-tama
JANGAN PANIK. Menjauh dari meja dan segera laporkan ke petugas lab. Bila tidak ada yang bisa
membantu, tutup gelas yang terbakar dengan lap basah atau diseprot dengan alat pemadam
kebakaran yang tersedia
6. Kontak darurat:
a. Panic button UI : 14001
b. Klinik satelit : 021-7888 1017
c. RS UI : 021-508 292 92
d. RS Bunda Margonda : 021-788 980 551
e. Petugas Damkar : 113 atau 021-778 272 80
3
Pengenalan Bahan Kimia, Peralatan, dan Teknik Labortorium
TUJUAN
4
5. Bahan berbahaya (harmful)
Bahaya: beresiko merusak kesehatan jika terpapar melalui pernafasan,
oral, dan kontak dengan kulit. Dapat menyebabkan iritasi, luka bakar,
dan gangguan sistem pernafasan bila terhirup.
Contoh: NaOH, fenol, etilen glikol
Pencegahan: hindari kontak langsung pada kulit, gunakan alat pelindung
diri lengkap
6. Bahan korosif (corrosive)
Bahaya: merusak jaringan tubuh dan bahan-bahan lain
Contoh: asam sulfat, natrium hidroksida
Pencegahan: hindari kontak langsung dengan kulit, mata, dan pakaian.
Jangan dihirup. Gunakan alat pelindung diri lengkap
B. Alat-alat Gelas
B.1. Botol reagen
Botol wadah reagen/pereaksi dibedakan oleh warnanya yaitu botol berwarna gelap (umumnya
berwarna coklat) untuk zat yang tidak tahan cahaya atau mudah teroksidasi; dan botol tak
berwarna.
B.2. Alat-alat untuk mereaksikan zat
1. Tabung reaksi
Digunakan untuk mereaksikan zat dalam jumlah sedikit. Jika dilakukan pengocokan, tabung
diisi tidak lebih dari setengahnya. Jika dilakukan pemanasan, harus dilakukan secara hati-
hati, tabung dipegang miring.
2. Gelas beaker
Digunakan untuk mereaksikan, mencampurkan, dan memanaskan cairan. Selain itu,
digunakan untuk membuat endapan dalan jumlah besar.
3. Labu erlenmeyer
5
Digunakan seperti gelas beaker, tetapi tidak digunakan untuk membuat endapan yang perlu
disaring. Kegunaan utamanya untuk titrasi.
B.3. Alat-alat pengukur volume
1. Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume cairan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi.
Akurasinya paling rendah.
2. Pipet ukur
Digunakan untuk mengambil atau memindahkan cairan dengan berbagai ukuran volume
karena pipet ini memiliki skala ukuran.
3. Pipet gondok/volumetri
Digunakan untuk mengambil atau memindahkan cairan dalam volume tertentu dengan
tepat dan ketelitian tinggi. Akurasinya paling tinggi.
4. Buret
Digunakan untuk mengeluarkan cairan dengan volume sembarang, tetapi tepat. Biasa
digunakan untuk titrasi.
5. Labu takar/labu ukur
Digunakan untuk membuat larutan dari sejumlah zat padat/cairan menjadi konsentrasi
tertentu.
B.4. Alat lainnya
1. Pipet tetes
Digunakan untuk memindahkan sejumlah cairan tertentu dimana volumenya tidak diukur.
2. Batang pengaduk
3. Digunakan untuk mengaduk campuran, sebagai perantara, dan membersihkan endapan
pada dinding gelas beaker.
4. Kaca arloji
Digunakan untuk menutup gelas beaker pada waktu pemanasan, untuk menguapkan cairan,
dan menimbang bahan kimia.
5. Corong
Digunakan untuk menuangkan cairan ke dalam wadah bermulut kecil, seperti buret, botol
reagen, erlenmeyer, dan sebagainya. Selain itu, digunakan untuk menyaring endapan
dengan menggunakan kertas saring.
6. Botol timbang
Digunakan untuk menimbang padatan.
6
7
C. Alat-alat Non-gelas
D. Pemanasan
Kegiatan pemanasan di laboratorium dapat dilakukan menggunakan oven atau alat pembakar. Alat
pembakar yang paling umum digunakan adalah lampu spiritus atau bunsen (pembakaran gas).
8
Secara umum, praktikan harus memahami segi keamanan yang meliputi tempat kerja, peralatan, zat
kimia, orang di sekitar, dan diri sendiri. Dalam memanaskan cairan dengan
aman, hal yang harus dihindari pada saat pemanasan cairan adalah bumping
(ledakan tiba-tiba).
a. Memanaskan cairan dalam tabung reaksi
1. Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi pada orang lain atau diri
sendiri
2. Jepit tabung di dekat mulut tabung
3. Miringkan ke arah aman, panaskan sambil sesekali digoyangkan
4. Goyangkan tabung reaksi terus beberapa saat setelah api
dijauhkan/tidak dipanaskan lagi
b. Memanaskan cairan dalam gelas beaker atau labu erlenmeyer
1. Gunakan batang pengaduk atau batu didih
2. Untuk pemanasan menggunakan labu erlenmeyer, dapat
dilakukan pemanasan langsung di atas api apabila pelarut tidak
mudah terbakar, sambil cairan digoyangkan dan sesekali
diangkat bila sudah terasa akan mendidih
A.1. Peralatan
1. Kaki tiga
Digunakan sebagai tungku, dimana diatasnya diletakkan wadah dari zat yang akan dipanaskan.
Diantara ketiga kakinya ditempatkan sumber api untuk pemanasan.
2. Kasa
Digunakan sebagai alat perantara panas, sehingga pemanasan zat dalam wadah akan
menyeluruh. Contohnya wadah gelas beaker yang akan dipanaskan di atas kaki tiga.
3. Segitiga porselin
Digunakan sebagai alat penopang wadah zat yang akan dipanaskan, contohnya wadah cawan
porselin yang akan dipanaskan di atas kaki tiga.
4. Penjepit tabung reaksi
Digunakan untuk memegang atau menjepit tabung reaksi yang berisikan zat apabila akan
dipanaskan atau direaksikan.
5. Pemegang krus
Digunakan sebagai alat untuk membantu mengambil alat-alat yang tidak boleh diambil dengan
tangan secara langsung. Contohnya botol timbang, alat-alat panas dari oven atau furnace, dan
sebagainya.
6. Spatula
Digunakan sebagai alat untuk mengambil padatan zat kimia.
7. Cawan porselin
Digunakan sebagai wadah menguapkan larutan sehingga lebih pekat atau kering, mengkristalkan
zat, meyublimasikan zat, dan sebagainya.
8. Crusible
Digunakan untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan zat, menguraikan endapan
dalam gravimetri sehingga menjadi bentuk yang stabil.
9
E. Pemisahan campuran
E.1. Dekantasi
Dekantasi adalah pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara dituang secara
langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dengan zat padat atau zat
cair dengan zat cair yang tidak tersuspensi.
E.2. Penyaringan
Penyaringan merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk memisahkan atau pemurnian suatu
campuran (padatan-cairan). Peralatan yang digunakan diantaranya adalah corong penyaring dan
kertas saring. Terdapat beberapa jenis corong penyaring, yang umum digunakan untuk penyaringan
diantaranya adalah corong (funnel) dan corong Buchner.
Berikut adalah tata cara menyaring dengan kertas saring:
1. Lipat kertas saring dan usahakan ukuran kertas saring tidak lebih besar daripada ukuran
corong
2. Pasang kertas saring di atas corong, lalu basahi kertas saring dengan air suling untuk
mencegah adanya rongga udara dibalik kertas saring
3. Pasang corong pada penyangga dan tempatkan wadah penampung di bawahnya
4. Tuangkan cairan melalui batang pengaduk dengan hti-hati
5. Pastikan jumlah endapan yang disaring 2/3 dari ketinggian kertas saring (maksimum)
6. Bilaslah wadah dan endapan beberapa kali dengan air suling hingga bersih
10
F. Pembacaan skala
Pada alat-alat yang digunakan untuk mengukur volume
cairan, seperti gelas ukur, pipet ukur, labu ukur, buret, dan
sebagainya, tertera tanda berupa garis-garis melingkar yang
menunjukkan batas tinggi cairan pada volume tertentu.
Batas pembacaan adalah bagian bawah permukaan lengkung
(miniskus) cairan, kecuali untuk cairan berkonsentrasi pekat
atau berwarna gelap, maka dibaca pada bagian atas
permukaan miniskusnya. Pembacaan skala harus dilakukan
sejajar antara mata dengan alat ukur.
G. Titrasi
Titrasi adalah salah satu metode dalam penentuan konsentrasi suatu larutan dengan larutan lain yang
sudah diketahui konsentrasinya, dengan metode ekivalensi, mislnya asam-basa atau redoks. Untuk
mengetahui tecapainya titik ekivalen, biasanya digunakan zat indikator warna. Alat yang digunakan
dalam kegiatan titrasi ini diantaranya adalah buret dan labu erlenmeyer.
Cara menyiapkan buret:
1. Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (apakah kran bocor atau terlalu
keras)
2. Bersihkan buret sebelum digunakan
3. Bilas buret dengan sedikit larutan kimia yang akan dimasukkan kedalamnya
4. Masukkan larutan yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan menggunakan
corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi melebihi skala 0 dan tidak
terdapat gelembung gas pada buret
5. Buka sedikit kran dan atur permukaan miniskus larutan agar menyinggung garis skala 0 di
bagian atas buret
11
Cara titrasi:
1. Menghadapkan buret sedemikian rupa sehingga kepala kera ada di sebelah kanan
2. Menggunakan kran dengan tangan kiri dari belakang buret
3. Posisi tangan untuk memutar kran: ibu jari dan telunjuk merangkul kepala kran untuk
memutar, sedangkan jari-jari sisanya ditekan secara perlahan pada paruh buret untuk
mempertahankan posisi dan mengurangi tekanan pada buret
12
5. Tutup jendela timbangan dan lihat pada angka display timbangan, apabila lebih atau kurang
dari massa yang diinginkan, buka kembali jendela dan tambahkan atau kurangi zat yang
ditimbang
6. Saat menimbang, pastikan tidak ada zat yang jatuh ke dasar timbangan
7. Jika sudah selesai menimbang, matikan kembali timbangan
8. Jagalah kebersihan timbangan
J. Membuat larutan
J.1. Melarutkan padatan
1. Pelajari karakteristik kelarutan padatan, apakah pelarutan cukup dalam air atau perlu
pemanasan atau harus dengan pelarut organik
2. Padatan yang ingin dilarutkan ditimbang dengan neraca analitik
3. Padatan dimasukkan dalam gelas beaker/labu ukur, kemudian dicampurkan dengan
pelarutnya dengan volume yang sudah ditentukan
4. Campuran diaduk hingga padatan larut
13
J.2. Mengencerkan larutan
1. Pengenceran khusus untuk larutan pekat/berbahaya dilakukan di lemari asam
2. Larutan yang akan diencerkan diambil menggunakan pipet volumetri/pipet ukur sesuai
dengan volume yang sudah ditentukan
3. Larutan dipindahkan ke labu ukur yang sesuai (Perhatikan: untuk pengenceran larutan
pekat, isi labu dengan sedikit air dahulu untuk menghindari reaksi spontan)
4. Labu ukur diisi dengan pelarut hingga garis singgung pada labu ukur, kemudian ditutup
dengan rapat
5. Labu dikocok beberapa kali untuk menghomogenkan larutan
6. Penggunaan labu ukur dan pipet penting digunakan untuk ketelitian kuantitatif
K. Pencucian Alat
Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium kimia harus dalam keadaan bersih. Pencucian alat
dilakukan dengan cara mencuci menggunakan sabun cuci dan bila perlu digosok dengan sikat. Untuk
alat yang mempunyai kotoran berupa kerak yang sulit dibersihkan, gunakan K2Cr2O7 dan H2SO4.
Setelah selesai mencuci, bilaslah alat dengan air suling. Prosedur pencucian alat adalah sebagai
berikut:
1. Pisahkan antara limbah cair dan limbah padat
2. Buang sisa-sisa zat yang telah digunakan dalam praktikum ke dalam tempat pembuangan
limbah masing-masing yang telah disediakan
3. Cuci alat-alat yang telah digunakan dengan sabun cair hingga bersih
4. Gunakan sikat tabunguntuk membersihkan dari sisa zat-zat yang tertinggal
5. Bila terdapat kerak, gunakan K2Cr2O7 untuk membersihkannya
6. Bilas dengan air suling / aquadest
7. Air suling hanya digunakan untuk membilas saja
8. Keringkan alat-alat setelah dicuci, gelas setelah dicuci diletakkan terbalik, hanya bagian
luarnya yang boleh di lap
14
I. PEMBUATAN LARUTAN DAN TEKNIK PENGENCERAN
TUJUAN
TEORI DASAR
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam suatu larutan,
pelarut merupakan zat penyusun yang lebih banyak dibandingkan zat terlarut. Pelarut yang paling umum
digunakan adalah air karena merupakan pelarut universal. Banyaknya zat yang terlarut dalam sejumlah
pelarut dalam suatu larutan disebut sebagai konsentrasi. Beberapa satuan konsentrasi larutan yang biasa
digunakan diantaranya molaritas (M), ppm (part per million), persen bobot (w/w), persen volume (v/v),
persen bobot/volume (w/v), dll.
a. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol yang terlarut dalam setiap liter larutan.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑜𝑙)
𝑀=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
b. ppm (part per million)
ppm menyatakan 1 mg zat terlarut dalam 1 L atau 1 kg larutan sehingga 1 ppm = 1 mg/L atau 1 mg/kg.
Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan dengan konsentrasi pekat agar
konsentrasinya menjadi lebih encer. Pada prinsipnya, jumlah mol zat sebelum proses pengenceran dan
sesudah diencerkan tetap sama. Persamaan yang digunakan dalam pengenceran adalah:
𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2
15
Dimana,
1. Labu ukur
2. Gelas beaker
3. Kertas timbang
4. Spatula
5. Batang pengaduk
6. Neraca
7. Pipet volumetri
8. Bulb
9. Kaca arloji
10. Larutan KCl 1 M
11. Larutan NaCl 0,1 M
12. Padatan (NH2)2CO
13. Aquades
CARA KERJA
16
B. Pembuatan larutan NaCl 0,1 M menjadi NaCl 0,01 M
1. Sebelum melakukan percobaan, hitung volume larutan yang diperlukan untuk melakukan
pengenceran larutan NaCl 0,1 M menjadi 50 ml NaCl 0,01 M
2. Pipet X ml (sesuaikan dengan perhitungan) NaCl 0,1 M kedalam labu ukur 50 ml
3. Tambahkan aquades hingga volumenya tepat 50 ml sesuai tanda batas pada labu ukur
4. Tutup labu ukur dan homogenkan
17
II. STOIKIOMETRI
TUJUAN
1. Mampu menentukan rasio mol dan persen hasil dari suatu reaksi kimia
CARA KERJA
18
III. LAJU REAKSI
TUJUAN
CARA KERJA
19
9. Tempatkan tabung tersebut diatas tanda hitam yang telah dibuat
10. Tambahkan 2 tetes HCl 3 M
11. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengaburkan tanda hitam tersebut
12. Catat waktu yang diperoleh
13. Buat analisis dari hasil yang diperoleh
20
IV. KESETIMBANGAN KIMIA
TUJUAN
TEORI DASAR
Secara teoritis setiap reaksi kimia dapat berlangsung bolak-balik sehingga membentuk kembali zat
semula, inilah yang disebut dengan reaksi reversibel.
Ion kromat yang berwarna kuning, CrO42- bereaksi dengan asam H+ dan membentuk ion bikromat yang
berwarna jingga Cr2O72- berdasarkan reaksi berikut
kuning jingga
Pada kesetimbangan asam asetat, asam asetat ditambahkan indikator metil jingga kemudian
ditambahkan ion senama yaitu CH3COO-, maka akan terbentuk warna larutan yang berbeda dari warna
awal (perubahan warna nyata). Begitu pula dengan larutan NH4OH dan NH4Cl dengan penambahan
indikator PP.
CARA KERJA
21
B. Kesetimbangan Asam Lemah dan Basa Lemah
B.1. Kesetimbangan asam asetat
1. Siapkan 3 ml CH3COOH 0,1 M di dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 tetes indikator metil jingga
3. Tambahkan tetes CH3COONa 1 M
4. Amati perubahan yang terjadi
5. Buat analisis hasil pengamatan yang dilakukan
22
V. ASAM-BASA
TUJUAN
TEORI DASAR
Dalam perkembangannya, teori asam-basa dimulai dengan menggolongkan zat-zat menjadi asam atau
basa berdasarkan sifat-sifat khas yang ditunjukkan oleh zat-zat tersebut di dalam pelarut air. Sifat asam
pada suatu zat dapat memerahkan kertas lakmus, mempunyai rasa asam, dan bereaksi dengan basa
membentuk garam. Sedangkan sifat basa dapat membirukan lakmus, mempunyai rasa pahit, dan licin.
Beberapa teori yang telah dikembangkan mengenai asam-basa antara lain adalah
Atas dasar teori asam-basa Arrhenius telah dikembangkan teori kesetimbangan asam-basa di dalam
larutan air dan dikenal konsep pH sebagai tolah ukur derajat keasamaan atau kebasaan suatu zat. Dikenal
pula peranan sistem buffer untuk menetapkan pH suatu larutan.
Alat yang dapat mengukur pH suatu zat disebut pH meter. Metode lain untuk menentukan konsentrasi
ion H+ atau konsentrasi keasamaan adalah dengan titrasi. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan
konsentrasi zat menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Berdasarkan jenis reaksinya,
titrasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu titrasi asam-basa, titrasi reduksi-oksidasi, titrasi kompleks,
dan titrasi pengendapan. Pada titrasi, ada dua titik penting, yaitu titik ekivalen yang merupakan titik ketika
jumlah asam sebanding dengan jumlah basa; dan titik akhir titrasi yang merupakan titik ketika indikator
mengalami perubahan warna. Selain itu, pada titrasi penting untuk mengetahui istilah seperti larutan
standar baku primer, larutan standar baku sekunder, dan analit. Pemilihan indikator sebelum titrasi
dimulai juga merupakan hal yang sangat krusial. Indikator asam-basa adalah semua zat yang memberikan
pengamatan yang berbeda pada kondisi asam dan basa. Indikator asam-basa yang umum digunakan
diantaranya adalah fenolftalein, metil merah, dan metil jingga. Setiap indikator asam-basa memiliki warna
khas pada rentang pH tertentu.
Buffer adalah suatu larutan yang bertahan terhadap perubahan pH yang besar bila ditambahkan ion H+
atau OH- atau bila diencerkan. Keefektifan buffer dalam menolak perubahan pH per satuan asam atau
basa kuat yang ditambahkan akan paling tinggi bila angka ikatan asam buffer ke garam sama dengan satu.
Kapasitas buffer adalah ukuran keefektifan dalam menolak perubahan pH dengan penambahan asam atau
basa. Semakin besar konsentrasi asam-basa konjugasi maka semakin tinggi pula kapasitas buffernya.
23
ALAT DAN BAHAN
CARA KERJA
C. Reaksi Asam-Basa
1. Siapkan larutan NaOH 0,1 M dan HCl 0,1 M sebanyak 100 ml
2. Masukkan 5 ml HCl 0,1 M dengan pipet volumetri ke dalam labu erlenmeyer
3. Tambahkan 1-2 tetes fenolftalein, amati dan catat warnanya
4. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M
5. Lakukan titrasi larutan HCl dengan menambahkan larutan NaOH secara perlahan sambil
kocok labu setiap penambahan NaOH
6. Hentikan titrasi tepat pada saat terjadi perubahan warna larutan, catat perubahan warna
dan total volume NaOH yang digunakan
7. Analisis data yang diperoleh dengan menuliskan persamaan reaksi asam-basa yang terjadi,
menghitung mol HCl berdasarkan data titrasi, dan bandingkan dengan perhitungan teoritis
24
3. Siapkan kembali larutan 1-5 dengan menambahkan masing-masing 1 tetes HCl 1 M pada
tabung reaksi yang berbeda, ukur pH larutan 1-5 dengan kertas pH universal
4. Amati dan analisis data yang peroleh
25
VI. TEKNIK PEMISAHAN
TUJUAN
CARA KERJA
26
DAFTAR PUSTAKA
Bettelheim and Landeseberg. 2010. Laboratory Experiments for General, Organic, and Biochemistry, 7th
Ed. New York: Brooks/Cole, Cengage Learning.
Kartohardjo, et al. 2008. Buku Panduan Praktikum Kimia Dasar. Depok: Depertemen Teknik Kimia, FT UI.
Moenandar, et al. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Depok: Departemen Kimia, FMIPA UI.
Slowinski, et al. 2016. Chemical Principles in the Laboratory, 11 th Ed. New York: Brooks/Cole
Cengage Learning.
Tim Penyusun. 2016. Modul Praktikum Kimia Dasar. Depok: Departemen Teknik Metalurgi & Material, FT
UI.
27