Anda di halaman 1dari 28

MODUL PRAKTIKUM KIMIA DASAR

Lucky Caesar Direstiyani, M.Sc

Program Studi Teknik Lingkungan


Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2020
DAFTAR ISI

ATURAN DAN PENGENALAN LABORATORIUM ............................................................................................. 2


Tata Tertib di Laboratorium ...................................................................................................................... 2
Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran ........................................................................................... 3
Pengenalan Bahan Kimia, Peralatan, dan Teknik Labortorium................................................................. 4
I. PEMBUATAN LARUTAN DAN TEKNIK PENGENCERAN ........................................................................ 15
II. STOIKIOMETRI ..................................................................................................................................... 18
III. LAJU REAKSI ........................................................................................................................................ 19
IV. KESETIMBANGAN KIMIA ..................................................................................................................... 21
V. ASAM-BASA ......................................................................................................................................... 23
VI. TEKNIK PEMISAHAN ............................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 27

1
ATURAN DAN PENGENALAN LABORATORIUM

Tata Tertib di Laboratorium

1. Praktikan wajib menggunakan Alat Pelindung Diri:


a. Jas lab
b. Sepatu tertutup
c. Sarung tangan
d. Masker
2. Praktikan menggunakan baju rapih dan sopan. Bagi praktikan yang memiliki rambut panjang,
harap mengikat rambutnya sehingga tidak mengganggu pekerjaan di laboratorium
3. Pahami pekerjaan yang akan dilakukan di laboratorium atau tanyakan pada laboran jika ragu-ragu
4. Area bekerja harus selalu dijaga dalam keadaan rapi
5. Tidak boleh makan, minum, dan merokok di dalam laboratorium
6. Tidak boleh menyalakan atau mendengarkan peralatan audio selama bekerja di laboratorium
7. Setiap peralatan yang dipinjam dan digunakan harus dilaporkan ke laboran dan dicatat pada
logbook yang disediakan
8. Setiap kecelakaan kerja mayor/minor atau kerusakan alat besar maupun kecil harus dilaporkan
kepada petugas laboratorium segera
9. Segera bersihkan bahan-bahan yang tumpah dan tercecer
10. Gunakan semua peralatan listrik dan proses pemanasan secara hati-hati untuk mencegah bahaya
kebakaran atau hubungan pendek
11. Limbah zat kimia yang sudah tak terpakai dibuang pada wadah yang sudah disediakan
12. Apabila bekerja dengan gas atau zat berasap/pekat, bekerjalah di lemari asam, jangan sampai
terhirup gas-gas beracun.
13. Jangan pernah meninggalkan pekerjaan yang belum selesai tanpa pengawasan. Beritahu laboran
atau asisten lab jika terpaksa harus meninggalkan laboratorium
14. Apabila pekerjaan lab telah selesai, kosongkan dan bersihkan peralatan gelas yang telah selesai
dipergunakan untuk menghindari terjadinya kontaminasi
15. Pahami petunjuk keselamatan dan kecelakaan kerja, seperti alat pemadam api, kontak darurat,
pintu keluar, dan pintu darurat
16. Jangan membersihkan atau menangani pecahan peralata gelas dengan tangan, gunakan sapu
17. Matikan seluruh peralatan yang berhubungan dengan listrik jika pekerjaan telah selesai,
kembalikan alat tersebut pada tempat emula, dan bersihkan area kerja masing-masing
18. Cucilah tangan setelah selesai bekerja dan meninggalkan laboratorium

2
Penanggulangan Kecelakaan dan Kebakaran

1. Kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan namun adalah resiko pekerjaan. Laboratorium
adalah tempat yang banyak bahayanya, baik bahaya terpapar bahan kimia beracun maupun
kebakaran. Kalau terjadi kecelakaan atau kebakaran, yang paling utama harus dilakukan adalah:
JANGAN PANIK
2. Apabila kulit terkena bahan kimia, segera cuci dengan air keran dan gunakan sabun cuci.
Secepatnya hubungi petugas lab untuk meminta pengobatan darurat
3. Jika yang terkena adalah mata atau wajah, segera semprot langsung dengan eye wash yang
tersedia. Jangan sekali-kali digosok dengan tangan. Secepatnya hubungi petugas lab untuk
meminta pengobatan darurat
4. Apabila anggota badan yang terpapar, apalagi dalam jumlah banyak, gunakan emergency shower
segera lepas jas lab atau pakaian yang terkena zat. Secepatnya hubungi petugas lab untuk
meminta pengobatan darurat
5. Jika terjadi KEBAKARAN di atas meja kerja, misalnya larutan dalan gelas kimia, pertama-tama
JANGAN PANIK. Menjauh dari meja dan segera laporkan ke petugas lab. Bila tidak ada yang bisa
membantu, tutup gelas yang terbakar dengan lap basah atau diseprot dengan alat pemadam
kebakaran yang tersedia
6. Kontak darurat:
a. Panic button UI : 14001
b. Klinik satelit : 021-7888 1017
c. RS UI : 021-508 292 92
d. RS Bunda Margonda : 021-788 980 551
e. Petugas Damkar : 113 atau 021-778 272 80

3
Pengenalan Bahan Kimia, Peralatan, dan Teknik Labortorium

TUJUAN

1. Memahami alat-alat dan bahan kimia yang ada di laboratorium


2. Mampu mengenali simbol bahaya dan sifat bahaya bahan kimia
3. Mampu menggunakan peralatan laboratorium yang benar sesuai teknik dan etika laboratorium

A. Pengenalan Bahan Kimia


Bahan kimia merupakan suatu zat atau senyawa yang berdasarkan fasanya dapat berwujud padat,
cair, gas. Pemberian simbol pada jenis bahan kimia diperlukan agar mudah mengenal sifat bahaya
suatu bahan kimia. Pengenalan simbol ini sangat penting untuk penanganan, transportasi, dan
penyimpanan bahan kimia. Dalam menyimpan bahan kimia, diperlukan pengetahuan dasar terkait
sifat bahwa serta kemungkinan interaksi antar bahan kimia dan kondisi yang dipengaruhinya. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pelabelan menggunakan simbol-simbol tertentu. Simbol bahaya bahan
kimia dan cara penanganannya secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Bahan eksplosif (explosive)
Bahaya: meledak pada kondisi tertentu
Contoh: TNT (2,4,6-trinitrotoluena); ammonium dikromat
Pencegahan: hindari dari benturan, guncangan, gesekan, percikan, api,
dan panas

2. Bahan pengoksidator (oxidizing)


Bahaya: dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api, atau
penyebab sulitnya pemadaman api
Contoh: natrium peroksida, asam nitrat, hidrogen peroksida
Pencegahan: hindari panas dan kontak dengan bahan mudah terbakar
atau yang bersifat pereduksi, serta hindari dari resiko terpapar percikan

3. Bahan mudah terbakar (flammable)


Bahaya: mudah terbakar jika terpapar dengan udara, air, uap air, dan api
Contoh: aseton, propana, dietil eter, butana
Pencegahan: jauhkan dari sumber api, hindari campuran dengan udara
dan air

4. Bahan beracun (toxic)


Bahaya: dapat menyebabkan kerusakan akut kesehatan bila terhisap,
tertelan, atau kontak dengan kulit. Bahan ini juga dapat mematikan pada
konsentrasi tertentu.
Contoh: arsen, bensena, kalium sianida
Pencegahan: gunakan alat pelindung diri lengkap, khususnya masker dan
kacamata pelindung

4
5. Bahan berbahaya (harmful)
Bahaya: beresiko merusak kesehatan jika terpapar melalui pernafasan,
oral, dan kontak dengan kulit. Dapat menyebabkan iritasi, luka bakar,
dan gangguan sistem pernafasan bila terhirup.
Contoh: NaOH, fenol, etilen glikol
Pencegahan: hindari kontak langsung pada kulit, gunakan alat pelindung
diri lengkap
6. Bahan korosif (corrosive)
Bahaya: merusak jaringan tubuh dan bahan-bahan lain
Contoh: asam sulfat, natrium hidroksida
Pencegahan: hindari kontak langsung dengan kulit, mata, dan pakaian.
Jangan dihirup. Gunakan alat pelindung diri lengkap

7. Bahan berbahaya bagi lingkungan (dangerous for environmental)


Bahaya: berbahaya bagi satu atau beberapa komponen dalam
lingkungn hidup (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisme) dan
menyebabkan gangguan ekologi
Contoh: AgNO3, HgCl2, CCl4
Pencegahan: hindari membuang bahan kimia langsung ke air atau
tanah, harus melalui pengelola limbah beracun. Hindari penyimpanan
langsung di atas tanah
8. Bahan karsinogenik, teratogenik, dan mutagenik (carcinogenic, tetragenic, mutagenic)
Bahaya: melalui paparan jangka pendek, panjang atau berulang dapat
menjadi penyebab sel kanker, dapat mempengaruhi pembentukan dan
pertumbuhan embrio, dapat menyebabkan perubahan kromosom
(genetika)
Contoh: senyawa arsenik, benzidine, asbestos
Pencegahan: hindari kontak langsung. Gunakan alat pelindung lengkap.

B. Alat-alat Gelas
B.1. Botol reagen
Botol wadah reagen/pereaksi dibedakan oleh warnanya yaitu botol berwarna gelap (umumnya
berwarna coklat) untuk zat yang tidak tahan cahaya atau mudah teroksidasi; dan botol tak
berwarna.
B.2. Alat-alat untuk mereaksikan zat
1. Tabung reaksi
Digunakan untuk mereaksikan zat dalam jumlah sedikit. Jika dilakukan pengocokan, tabung
diisi tidak lebih dari setengahnya. Jika dilakukan pemanasan, harus dilakukan secara hati-
hati, tabung dipegang miring.
2. Gelas beaker
Digunakan untuk mereaksikan, mencampurkan, dan memanaskan cairan. Selain itu,
digunakan untuk membuat endapan dalan jumlah besar.
3. Labu erlenmeyer

5
Digunakan seperti gelas beaker, tetapi tidak digunakan untuk membuat endapan yang perlu
disaring. Kegunaan utamanya untuk titrasi.
B.3. Alat-alat pengukur volume
1. Gelas ukur
Digunakan untuk mengukur volume cairan yang tidak memerlukan ketelitian tinggi.
Akurasinya paling rendah.
2. Pipet ukur
Digunakan untuk mengambil atau memindahkan cairan dengan berbagai ukuran volume
karena pipet ini memiliki skala ukuran.
3. Pipet gondok/volumetri
Digunakan untuk mengambil atau memindahkan cairan dalam volume tertentu dengan
tepat dan ketelitian tinggi. Akurasinya paling tinggi.
4. Buret
Digunakan untuk mengeluarkan cairan dengan volume sembarang, tetapi tepat. Biasa
digunakan untuk titrasi.
5. Labu takar/labu ukur
Digunakan untuk membuat larutan dari sejumlah zat padat/cairan menjadi konsentrasi
tertentu.
B.4. Alat lainnya
1. Pipet tetes
Digunakan untuk memindahkan sejumlah cairan tertentu dimana volumenya tidak diukur.
2. Batang pengaduk
3. Digunakan untuk mengaduk campuran, sebagai perantara, dan membersihkan endapan
pada dinding gelas beaker.
4. Kaca arloji
Digunakan untuk menutup gelas beaker pada waktu pemanasan, untuk menguapkan cairan,
dan menimbang bahan kimia.
5. Corong
Digunakan untuk menuangkan cairan ke dalam wadah bermulut kecil, seperti buret, botol
reagen, erlenmeyer, dan sebagainya. Selain itu, digunakan untuk menyaring endapan
dengan menggunakan kertas saring.
6. Botol timbang
Digunakan untuk menimbang padatan.

6
7
C. Alat-alat Non-gelas

D. Pemanasan
Kegiatan pemanasan di laboratorium dapat dilakukan menggunakan oven atau alat pembakar. Alat
pembakar yang paling umum digunakan adalah lampu spiritus atau bunsen (pembakaran gas).

8
Secara umum, praktikan harus memahami segi keamanan yang meliputi tempat kerja, peralatan, zat
kimia, orang di sekitar, dan diri sendiri. Dalam memanaskan cairan dengan
aman, hal yang harus dihindari pada saat pemanasan cairan adalah bumping
(ledakan tiba-tiba).
a. Memanaskan cairan dalam tabung reaksi
1. Jangan mengarahkan mulut tabung reaksi pada orang lain atau diri
sendiri
2. Jepit tabung di dekat mulut tabung
3. Miringkan ke arah aman, panaskan sambil sesekali digoyangkan
4. Goyangkan tabung reaksi terus beberapa saat setelah api
dijauhkan/tidak dipanaskan lagi
b. Memanaskan cairan dalam gelas beaker atau labu erlenmeyer
1. Gunakan batang pengaduk atau batu didih
2. Untuk pemanasan menggunakan labu erlenmeyer, dapat
dilakukan pemanasan langsung di atas api apabila pelarut tidak
mudah terbakar, sambil cairan digoyangkan dan sesekali
diangkat bila sudah terasa akan mendidih
A.1. Peralatan
1. Kaki tiga
Digunakan sebagai tungku, dimana diatasnya diletakkan wadah dari zat yang akan dipanaskan.
Diantara ketiga kakinya ditempatkan sumber api untuk pemanasan.
2. Kasa
Digunakan sebagai alat perantara panas, sehingga pemanasan zat dalam wadah akan
menyeluruh. Contohnya wadah gelas beaker yang akan dipanaskan di atas kaki tiga.
3. Segitiga porselin
Digunakan sebagai alat penopang wadah zat yang akan dipanaskan, contohnya wadah cawan
porselin yang akan dipanaskan di atas kaki tiga.
4. Penjepit tabung reaksi
Digunakan untuk memegang atau menjepit tabung reaksi yang berisikan zat apabila akan
dipanaskan atau direaksikan.
5. Pemegang krus
Digunakan sebagai alat untuk membantu mengambil alat-alat yang tidak boleh diambil dengan
tangan secara langsung. Contohnya botol timbang, alat-alat panas dari oven atau furnace, dan
sebagainya.
6. Spatula
Digunakan sebagai alat untuk mengambil padatan zat kimia.
7. Cawan porselin
Digunakan sebagai wadah menguapkan larutan sehingga lebih pekat atau kering, mengkristalkan
zat, meyublimasikan zat, dan sebagainya.
8. Crusible
Digunakan untuk mereaksikan zat dalam suhu tinggi, mengabukan zat, menguraikan endapan
dalam gravimetri sehingga menjadi bentuk yang stabil.

9
E. Pemisahan campuran
E.1. Dekantasi
Dekantasi adalah pemisahan komponen-komponen dalam campuran dengan cara dituang secara
langsung. Dekantasi dapat dilakukan untuk memisahkan campuran zat cair dengan zat padat atau zat
cair dengan zat cair yang tidak tersuspensi.
E.2. Penyaringan
Penyaringan merupakan salah satu metode yang bertujuan untuk memisahkan atau pemurnian suatu
campuran (padatan-cairan). Peralatan yang digunakan diantaranya adalah corong penyaring dan
kertas saring. Terdapat beberapa jenis corong penyaring, yang umum digunakan untuk penyaringan
diantaranya adalah corong (funnel) dan corong Buchner.
Berikut adalah tata cara menyaring dengan kertas saring:
1. Lipat kertas saring dan usahakan ukuran kertas saring tidak lebih besar daripada ukuran
corong
2. Pasang kertas saring di atas corong, lalu basahi kertas saring dengan air suling untuk
mencegah adanya rongga udara dibalik kertas saring
3. Pasang corong pada penyangga dan tempatkan wadah penampung di bawahnya
4. Tuangkan cairan melalui batang pengaduk dengan hti-hati
5. Pastikan jumlah endapan yang disaring 2/3 dari ketinggian kertas saring (maksimum)
6. Bilaslah wadah dan endapan beberapa kali dengan air suling hingga bersih

10
F. Pembacaan skala
Pada alat-alat yang digunakan untuk mengukur volume
cairan, seperti gelas ukur, pipet ukur, labu ukur, buret, dan
sebagainya, tertera tanda berupa garis-garis melingkar yang
menunjukkan batas tinggi cairan pada volume tertentu.
Batas pembacaan adalah bagian bawah permukaan lengkung
(miniskus) cairan, kecuali untuk cairan berkonsentrasi pekat
atau berwarna gelap, maka dibaca pada bagian atas
permukaan miniskusnya. Pembacaan skala harus dilakukan
sejajar antara mata dengan alat ukur.

G. Titrasi
Titrasi adalah salah satu metode dalam penentuan konsentrasi suatu larutan dengan larutan lain yang
sudah diketahui konsentrasinya, dengan metode ekivalensi, mislnya asam-basa atau redoks. Untuk
mengetahui tecapainya titik ekivalen, biasanya digunakan zat indikator warna. Alat yang digunakan
dalam kegiatan titrasi ini diantaranya adalah buret dan labu erlenmeyer.
Cara menyiapkan buret:
1. Periksa terlebih dahulu apakah buret dalam kondisi baik (apakah kran bocor atau terlalu
keras)
2. Bersihkan buret sebelum digunakan
3. Bilas buret dengan sedikit larutan kimia yang akan dimasukkan kedalamnya
4. Masukkan larutan yang akan digunakan ke dalam buret tersebut dengan menggunakan
corong. Lakukan pengisian sampai seluruh bagian buret terisi melebihi skala 0 dan tidak
terdapat gelembung gas pada buret
5. Buka sedikit kran dan atur permukaan miniskus larutan agar menyinggung garis skala 0 di
bagian atas buret

11
Cara titrasi:

1. Menghadapkan buret sedemikian rupa sehingga kepala kera ada di sebelah kanan
2. Menggunakan kran dengan tangan kiri dari belakang buret
3. Posisi tangan untuk memutar kran: ibu jari dan telunjuk merangkul kepala kran untuk
memutar, sedangkan jari-jari sisanya ditekan secara perlahan pada paruh buret untuk
mempertahankan posisi dan mengurangi tekanan pada buret

4. Sampel yang akan dititrasi ditempatkan dalam labu erlenmeyer


5. Labu erlenmeyer dipegang lehernya dengan tangan kanan, sambil menggoyangkan bagian
bawah labu erlenmeyer
6. Kran buret dibuka perlahan sampai proses titrasi mendekati titik ekivalen
7. Jika sudah dekat dengan titik ekivalen (biasanya ditandai perubahan warna larutan ketika
ditetesi namun kembali ke warna awal), atur kecepatan titrasi menjadi tetes demi tetes
hingga terjadi perubahan warna yang tetap (titi ekivalen)
8. Lakukan pembacaan akhir buret dengan cermat

H. Menggunakan Timbangan Digital


Penimbangan zat dilakukan untuk mengukur massa zat yang akan dipakai. Timbangan digital
dilengkapi dengan jendela kaca untuk melindungi dari tiupan angin yang dapat menyebabkan
berubahnya angka atau tertiupnya zat yang akan ditimbang. Timbangan digital memiliki ketelitian
cukup tinggi dengan lima angka dibelakang koma dan satuan massa yang dapat diatur.
Cara menggunakan timbangan digital:
1. Hidupkan timbangan digital
2. Buka jendela timbangan sebelah kanan untuk memasukkan botol timbang/ kertas timbang
3. Nol-kan display angka timbangan
4. Buka jendela timbangan sebelah kiri untuk memasukkan zat ke dalam wadah timbangan
(tangan kiri memegang botol zat, tangan kanan mengambol zat dengan spatula)

12
5. Tutup jendela timbangan dan lihat pada angka display timbangan, apabila lebih atau kurang
dari massa yang diinginkan, buka kembali jendela dan tambahkan atau kurangi zat yang
ditimbang
6. Saat menimbang, pastikan tidak ada zat yang jatuh ke dasar timbangan
7. Jika sudah selesai menimbang, matikan kembali timbangan
8. Jagalah kebersihan timbangan

I. Mengambil larutan pekat dari botol aslinya


1. Seluruh kegiatan menggunakan larutan pekat dan berbahaya dilakukan di lemari asam
2. Larutan yang akan digunakan dituang dengan volume tertentu (dikira-kira sesuai
kebutuhan) dari botol aslinya ke gelas beaker dengan hati-hati
3. Larutan yang digunakan adalah larutan yang ada di gelas beaker
4. Jika larutan di gelas beaker habis, maka tuangkan kembali dari botol asli ke beaker sesuai
kebutuhan

J. Membuat larutan
J.1. Melarutkan padatan
1. Pelajari karakteristik kelarutan padatan, apakah pelarutan cukup dalam air atau perlu
pemanasan atau harus dengan pelarut organik
2. Padatan yang ingin dilarutkan ditimbang dengan neraca analitik
3. Padatan dimasukkan dalam gelas beaker/labu ukur, kemudian dicampurkan dengan
pelarutnya dengan volume yang sudah ditentukan
4. Campuran diaduk hingga padatan larut

13
J.2. Mengencerkan larutan
1. Pengenceran khusus untuk larutan pekat/berbahaya dilakukan di lemari asam
2. Larutan yang akan diencerkan diambil menggunakan pipet volumetri/pipet ukur sesuai
dengan volume yang sudah ditentukan
3. Larutan dipindahkan ke labu ukur yang sesuai (Perhatikan: untuk pengenceran larutan
pekat, isi labu dengan sedikit air dahulu untuk menghindari reaksi spontan)
4. Labu ukur diisi dengan pelarut hingga garis singgung pada labu ukur, kemudian ditutup
dengan rapat
5. Labu dikocok beberapa kali untuk menghomogenkan larutan
6. Penggunaan labu ukur dan pipet penting digunakan untuk ketelitian kuantitatif

K. Pencucian Alat
Alat-alat yang digunakan dalam laboratorium kimia harus dalam keadaan bersih. Pencucian alat
dilakukan dengan cara mencuci menggunakan sabun cuci dan bila perlu digosok dengan sikat. Untuk
alat yang mempunyai kotoran berupa kerak yang sulit dibersihkan, gunakan K2Cr2O7 dan H2SO4.
Setelah selesai mencuci, bilaslah alat dengan air suling. Prosedur pencucian alat adalah sebagai
berikut:
1. Pisahkan antara limbah cair dan limbah padat
2. Buang sisa-sisa zat yang telah digunakan dalam praktikum ke dalam tempat pembuangan
limbah masing-masing yang telah disediakan
3. Cuci alat-alat yang telah digunakan dengan sabun cair hingga bersih
4. Gunakan sikat tabunguntuk membersihkan dari sisa zat-zat yang tertinggal
5. Bila terdapat kerak, gunakan K2Cr2O7 untuk membersihkannya
6. Bilas dengan air suling / aquadest
7. Air suling hanya digunakan untuk membilas saja
8. Keringkan alat-alat setelah dicuci, gelas setelah dicuci diletakkan terbalik, hanya bagian
luarnya yang boleh di lap

14
I. PEMBUATAN LARUTAN DAN TEKNIK PENGENCERAN

TUJUAN

1. Mampu membuat larutan dari padatan dan dari larutan lain


2. Mampu menghitung konsentrasi larutan dengan beberapa satuan yang berbeda
3. Mampu menggunakan alat gelas laboratorium secara kuantitatif

TEORI DASAR

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut (solute) dan pelarut (solvent). Dalam suatu larutan,
pelarut merupakan zat penyusun yang lebih banyak dibandingkan zat terlarut. Pelarut yang paling umum
digunakan adalah air karena merupakan pelarut universal. Banyaknya zat yang terlarut dalam sejumlah
pelarut dalam suatu larutan disebut sebagai konsentrasi. Beberapa satuan konsentrasi larutan yang biasa
digunakan diantaranya molaritas (M), ppm (part per million), persen bobot (w/w), persen volume (v/v),
persen bobot/volume (w/v), dll.

a. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol yang terlarut dalam setiap liter larutan.
𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑜𝑙)
𝑀=
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟)
b. ppm (part per million)
ppm menyatakan 1 mg zat terlarut dalam 1 L atau 1 kg larutan sehingga 1 ppm = 1 mg/L atau 1 mg/kg.

c. Persen bobot (w/w)


Persen w/w menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
𝑤 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% = 𝑥 100%
𝑤 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
d. Persen volume (v/v)
Persen v/v menyatakan banyaknya ml zat terlarut dalam 100 ml larutan.
𝑣 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑙)
% = 𝑥 100%
𝑣 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑙)

e. Persen bobot/volume (w/v)


Persen w/v menyatakan jumlah gram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
𝑤 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
% = 𝑥 100%
𝑣 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑙)

Pengenceran adalah penambahan pelarut ke dalam suatu larutan dengan konsentrasi pekat agar
konsentrasinya menjadi lebih encer. Pada prinsipnya, jumlah mol zat sebelum proses pengenceran dan
sesudah diencerkan tetap sama. Persamaan yang digunakan dalam pengenceran adalah:

𝑉1 × 𝑀1 = 𝑉2 × 𝑀2

15
Dimana,

V1 = volume awal (L)


V2 = volume akhir (L)
M1 = molaritas awal (mol/L)
M2 = molaritas akhir (mol/L)

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam teknik pengenceran:

a. Pengenceran dari larutan pekat


Penggunaan larutan pekat dalam proses pengenceran harus dilakukan di lemari asam. Sebelum
digunakan, larutan pekat dipindahkan seperlunya ke gelas beaker untuk menghindari kontaminasi
pada wadah aslinya. Labu ukur yang digunakan untuk pengenceran sebelum diisi dengan larutan
pekat sebaiknya diisi air sedikit untuk menghindari terjadinya rekasi spontan.

b. Pengenceran dari larutan tidak pekat


Teknik pengenceran untuk kasus ini tidak memerlukan perlakukan khusus sehingga dapat dilakukan
langsung di area kerja tanpa penggunaan lemari asam.

ALAT DAN BAHAN

1. Labu ukur
2. Gelas beaker
3. Kertas timbang
4. Spatula
5. Batang pengaduk
6. Neraca
7. Pipet volumetri
8. Bulb
9. Kaca arloji
10. Larutan KCl 1 M
11. Larutan NaCl 0,1 M
12. Padatan (NH2)2CO
13. Aquades

CARA KERJA

A. Pembuatan Larutan KCl dari KCl 1 M


1. Pindahkan 10 ml larutan KCl 1 M dengan pipet volumetri dan masukkan ke dalam labu ukur
50 ml
2. Isi labu ukur dengan aquades hingga mencapai garis tanda batas, lalu kocok larutan hingga
homogen
3. Hitung konsentrasinya dalam molaritas (M)

16
B. Pembuatan larutan NaCl 0,1 M menjadi NaCl 0,01 M
1. Sebelum melakukan percobaan, hitung volume larutan yang diperlukan untuk melakukan
pengenceran larutan NaCl 0,1 M menjadi 50 ml NaCl 0,01 M
2. Pipet X ml (sesuaikan dengan perhitungan) NaCl 0,1 M kedalam labu ukur 50 ml
3. Tambahkan aquades hingga volumenya tepat 50 ml sesuai tanda batas pada labu ukur
4. Tutup labu ukur dan homogenkan

C. Pembuatan larutan urea (NH2)2CO


1. Timbang labu ukur 50 ml beserta tutupnya
2. Timbang 3 gram padatan urea, catat massa yang tertera pada neraca
3. Larutkan dengan 20 ml aquades dalam gelas beaker, amati apakah terjadi perubahan panas
4. Pindahkan larutan ke dalam labu ukur 50 ml dan tepatkan volumenya sesuai tanda batas
pada labu ukur dengan aquades, lalu kocok hingga homogen
5. Timbang larutan tersebut
6. Hitung konsentrasi urea dalan M dan % w/w
7. Ulangi percobaan secara duplo dan bandingkan kedua hasil

17
II. STOIKIOMETRI

TUJUAN

1. Mampu menentukan rasio mol dan persen hasil dari suatu reaksi kimia

ALAT DAN BAHAN

1. Cawan penguap 9. Bulb


2. Pipet tetes 10. Pipet ukur 2 ml
3. Batang pengaduk 11. Spatula
4. Kaca arloji 12. Galas beaker 50 ml
5. Penjepit 13. NaHCO3 padat
6. Bunsen 14. HCl 3 M
7. Kaki tiga 15. Aquades
8. Kasa kawat

CARA KERJA

A. Penentuan Rasio Mol dan Persen Hasil


1. Timbang dan catat massa cawan penguap kosong
2. Tambahkan 0,5 gram NaHCO3 ke dalam cawan penguap tesebut
3. Catat kembali massa dari cawan penguap + NaHCO3
4. Siapkan 2 ml HCl 3 M dalam gelas beaker
5. Teteskan secara perlahan 1 ml HCl tetes demi tetes ke dalam cawan penguap yang berisi
NaHCO3
6. Amati reaksi yang terjadi. Reaksi sudah berlangsung sempurna jika sudah tidak terbentuk
gelembung kembali
7. Timbang kembali cawan penguap + NaHCO3 + HCl
8. Panaskan campuran hingga produk hasil reaksi kering
9. Dinginkan cawan pada suhu ruang atau masukkan dalam desikator
10. Timbang dan catat massa cawan penguap + produk
11. Analisis data yang diperoleh dengan menentukan rasio mol produk dan hitung persen hasil
dengan rumus

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑜𝑏𝑎𝑎𝑛


%𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠

18
III. LAJU REAKSI

TUJUAN

1. Mengamati perbedaan kecepatan dari berbagai reaksi kimia


2. Memahami peranan katalis pada suatu reaksi kimia
3. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan reaksi

ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi 9. Kawat kasa


2. Rak tabung reaksi 10. Kaki tiga
3. Penjepit tabung 11. HCl 3 M
4. Pipet tetes 12. Na2S2O3 1 M
5. Stopwatch 13. KMnO4 0,1 M
6. Labu erlenmeyer 14. Na2C2O4 0,1 M
7. Gelas beaker 15. MnSO4 0,1 M
8. Lampu spiritus/bunsen 16. H2SO4 1 M

CARA KERJA

A. Pengaruh Konsentrasi pada Laju Reaksi


A.1. Reaksi natrium tiosulfat dengan asam klorida
1. Siapkan 3 buah labu erlenmeyer yang ditandai dengan A, B, C
2. Tuangkan 10 ml larutan Na2S2O3 1 M ke tiap-tiap labu
3. Tambahkan 20 ml dan 40 ml aquades berturut-turut ke dalam labu B dan C
4. Kocok labu erlenmeyer agar terjadi pencampuran
5. Siapkan stopwatch
6. Masukkan 10 ml HCl 3 M pada labu A dan kocok labu tersebut, jalankan stopwatch pada
saat HCl dituangkan dan hentikan tepat saat larutan terlihat keruh
7. Catat waktu yang diperoleh
8. Lakukan hal yang sama pada labu B dan C
9. Bandingkan data kecepatan terbentuknya kekeruhan pada ketiga labu erlenmeyer
10. Buat analisis dari hasil yang diperoleh

B. Pengaruh Temperatur pada Laju Reaksi


1. menyiapkan air mendidih
2. Buat tanda hitam pada sehelai kertas putih
3. Tempatkan sebuah tabung reaksi di atas tanda tersebut
4. Masukkan 2 tetes larutan Na2S2O3 0,15 M dan 2 tetes larutan HCl 3 M
5. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengaburkan tanda hitam tersebut
6. Catat waktu yang diperoleh
7. Pada tabung reaksi lain, masukkan 2 tetes larutan Na2S2O3 0,15 M
8. Celupkan tabung pada air mendidih selama 10 detik

19
9. Tempatkan tabung tersebut diatas tanda hitam yang telah dibuat
10. Tambahkan 2 tetes HCl 3 M
11. Ukur waktu yang diperlukan untuk mengaburkan tanda hitam tersebut
12. Catat waktu yang diperoleh
13. Buat analisis dari hasil yang diperoleh

C. Pengaruh Penambahan Katalis pada Laju Reaksi


C.1. Reaksi ion permanganat dengan ion oksalat
1. Siapkan 2 ml larutan Na2C2O4 0,1 M, kemudian tambahkan 1 ml larutan H2SO4 1M
2. Tambahkan 3 tetes larutan KMnO4 0,1 M
3. Catat waktu yang dibutuhkan oleh larutan untuk merubah warna ungu kecoklatan hingga
tak berwarna
4. Lakukan langkah No. 1-4 secara duplo
5. Pada tabung lain, siapkan 3 ml larutan Na2C2O4 0,1 M
6. Tambahkan 1 ml H2SO4 1M dan 10 tetes larutan MnSO4 0,1 M
7. Tambahkan 3 tetes KMnO4 0,1 M
8. Catat waktu yang dibutuhkan hingga larutan menjadi tak berwarna
9. Lakukan langkah No. 5-8 secara duplo
10. Buat analisis dari hasil pengamatan yang dilakukan

20
IV. KESETIMBANGAN KIMIA

TUJUAN

1. Memahami reaksi kimia reversible


2. Mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesetimbangan reaksi
3. Memahami aplikasi hukum kesetimbangan reaksi kimia

TEORI DASAR

Secara teoritis setiap reaksi kimia dapat berlangsung bolak-balik sehingga membentuk kembali zat
semula, inilah yang disebut dengan reaksi reversibel.

a. Kesetimbangan ion kromat-bikromat

Ion kromat yang berwarna kuning, CrO42- bereaksi dengan asam H+ dan membentuk ion bikromat yang
berwarna jingga Cr2O72- berdasarkan reaksi berikut

2 𝐶𝑟𝑂42− + 𝐻 + ↔ 𝐶𝑟2 𝑂72− + 𝐻2 𝑂

kuning jingga

b. Kesetimbangan asam lemah dan basa lemah

Pada kesetimbangan asam asetat, asam asetat ditambahkan indikator metil jingga kemudian
ditambahkan ion senama yaitu CH3COO-, maka akan terbentuk warna larutan yang berbeda dari warna
awal (perubahan warna nyata). Begitu pula dengan larutan NH4OH dan NH4Cl dengan penambahan
indikator PP.

ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi 6. Indikator Fenolftalein 11. NH4Cl 1 M


2. Rak tabung reaksi 7. K2CrO4 1 M 12. CH3COOH 0,1 M
3. Pipet tetes 8. HCl 3 M 13. CH3COONa
4. Gelas ukur 10 ml 9. NaOH 3 M 14. Aquades
5. Indikator metil jingga 10. NH4OH 0,1 M

CARA KERJA

A. Kesetimbangan Ion Kromat-dikromat


1. Siapkan 4 ml K2CrO4 1 M di dalam tabung reaksi
2. Tambahkan beberapa tetes HCL 3 M hingga warna larutan berubah
3. Amati perubahan yang terjadi
4. Tambahkan beberapa tetes NaOH 3 M hingga warna larutan berubah kembali
5. Amati kembali perubahan yang terjadi
6. Buat analisis hasil pengamatan yang dilakukan

21
B. Kesetimbangan Asam Lemah dan Basa Lemah
B.1. Kesetimbangan asam asetat
1. Siapkan 3 ml CH3COOH 0,1 M di dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 1 tetes indikator metil jingga
3. Tambahkan tetes CH3COONa 1 M
4. Amati perubahan yang terjadi
5. Buat analisis hasil pengamatan yang dilakukan

B.2. Kesetimbangan amonia


1. Siapkan masing-masing 3 ml NH4OH 0,1 M di dalam 2 tabung reaksi
2. Tambahkan beberapa tetes indikator PP pada masing-masing tabung reaksi
3. Tambahkan beberapa tetes NH4Cl 1 M ke dalam tabung 1
4. Tambahkan beberapa tetes HCl 3 M ke dalam tabung 2
5. Amati perubahan warna dan bau larutan pada tiap-tiap tabung reaksi

22
V. ASAM-BASA

TUJUAN

1. Memahami skala pH dan identifikasi asam-basa dengan pengukuran pH larutan


2. Memahami pemakaian indikator asam-basa
3. Memahami sistem buffer dan penerapannya
4. Melakukan perhitungan konsentrasi dan stoikiometri asam-basa

TEORI DASAR

Dalam perkembangannya, teori asam-basa dimulai dengan menggolongkan zat-zat menjadi asam atau
basa berdasarkan sifat-sifat khas yang ditunjukkan oleh zat-zat tersebut di dalam pelarut air. Sifat asam
pada suatu zat dapat memerahkan kertas lakmus, mempunyai rasa asam, dan bereaksi dengan basa
membentuk garam. Sedangkan sifat basa dapat membirukan lakmus, mempunyai rasa pahit, dan licin.

Beberapa teori yang telah dikembangkan mengenai asam-basa antara lain adalah

1. Arrhenius : melepasnya H+ atau OH- dalam air


2. Bronsted-Lowry : donor dan akseptor proton
3. Lewis : donor dan akseptor elektron

Atas dasar teori asam-basa Arrhenius telah dikembangkan teori kesetimbangan asam-basa di dalam
larutan air dan dikenal konsep pH sebagai tolah ukur derajat keasamaan atau kebasaan suatu zat. Dikenal
pula peranan sistem buffer untuk menetapkan pH suatu larutan.

Alat yang dapat mengukur pH suatu zat disebut pH meter. Metode lain untuk menentukan konsentrasi
ion H+ atau konsentrasi keasamaan adalah dengan titrasi. Titrasi adalah suatu metode untuk menentukan
konsentrasi zat menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Berdasarkan jenis reaksinya,
titrasi dapat dibedakan menjadi empat, yaitu titrasi asam-basa, titrasi reduksi-oksidasi, titrasi kompleks,
dan titrasi pengendapan. Pada titrasi, ada dua titik penting, yaitu titik ekivalen yang merupakan titik ketika
jumlah asam sebanding dengan jumlah basa; dan titik akhir titrasi yang merupakan titik ketika indikator
mengalami perubahan warna. Selain itu, pada titrasi penting untuk mengetahui istilah seperti larutan
standar baku primer, larutan standar baku sekunder, dan analit. Pemilihan indikator sebelum titrasi
dimulai juga merupakan hal yang sangat krusial. Indikator asam-basa adalah semua zat yang memberikan
pengamatan yang berbeda pada kondisi asam dan basa. Indikator asam-basa yang umum digunakan
diantaranya adalah fenolftalein, metil merah, dan metil jingga. Setiap indikator asam-basa memiliki warna
khas pada rentang pH tertentu.

Buffer adalah suatu larutan yang bertahan terhadap perubahan pH yang besar bila ditambahkan ion H+
atau OH- atau bila diencerkan. Keefektifan buffer dalam menolak perubahan pH per satuan asam atau
basa kuat yang ditambahkan akan paling tinggi bila angka ikatan asam buffer ke garam sama dengan satu.
Kapasitas buffer adalah ukuran keefektifan dalam menolak perubahan pH dengan penambahan asam atau
basa. Semakin besar konsentrasi asam-basa konjugasi maka semakin tinggi pula kapasitas buffernya.

23
ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi 9. Pipet volumetri 17. Indikator Metil merah


2. Rak tabung reaksi 10. Bulb 18. Larutan HCl
3. Pipet tetes 11. Gelas ukur 19. Larutan CH3COOH
4. Buret 12. Kertas pH universal 20. Larutan NaOH
5. Klem 13. Aquades 21. Larutan Mg(OH)2
6. Statif 14. Indikator Metil Jingga 22. Larutan buffer H2PO42-
7. Erlenmeyer 125 ml 15. Indikator Fenolftalein 23. Larutan buffer NH4OH-
8. Beaker glass 16. Indikator Bromtimol Biru NH4+

CARA KERJA

A. Kekhasan Warna Indikator


1. Mencari literatur deret warna larutan standar masing-masing indikator pada pH 1-14

B. Penentuan pH berbagai Zat


1. Masukkan beberapa ml larutan uji (aquades, HCl, CH3COOH, NaOH, Mg(OH)2) ke dalam lima
tabung reaksi yang berbeda
2. Teteskan indikator metil jingga pada masing-masing larutan uji tersebut
3. Amati perubahan warna yang terjadi, bandingkan dengan literatur.
4. Ulangi percobaan no. 1-3 dengan menggunakan indikator fenolftalein, bromtimol biru, dan
metil merah
5. Catat dan analisis pH larutan uji dengan indikator-indikator yang digunakan
6. Bandingkan dengan pengukuran larutan uji menggunakan kertas pH indikator

C. Reaksi Asam-Basa
1. Siapkan larutan NaOH 0,1 M dan HCl 0,1 M sebanyak 100 ml
2. Masukkan 5 ml HCl 0,1 M dengan pipet volumetri ke dalam labu erlenmeyer
3. Tambahkan 1-2 tetes fenolftalein, amati dan catat warnanya
4. Isi buret dengan larutan NaOH 0,1 M
5. Lakukan titrasi larutan HCl dengan menambahkan larutan NaOH secara perlahan sambil
kocok labu setiap penambahan NaOH
6. Hentikan titrasi tepat pada saat terjadi perubahan warna larutan, catat perubahan warna
dan total volume NaOH yang digunakan
7. Analisis data yang diperoleh dengan menuliskan persamaan reaksi asam-basa yang terjadi,
menghitung mol HCl berdasarkan data titrasi, dan bandingkan dengan perhitungan teoritis

D. Perubahan pH pada larutan Buffer


1. Siapkan aquades steril, larutan HCl 0,0001 M, larutan NaOH 0,0001 M, larutan buffer H2PO42-
1 M, larutan buffer NH4OH-NH4+ 1 M dalam tabung reaksi yang berbeda (larutan 1-5)
2. Ukur pH larutan 1-5 dengan kertas pH universal

24
3. Siapkan kembali larutan 1-5 dengan menambahkan masing-masing 1 tetes HCl 1 M pada
tabung reaksi yang berbeda, ukur pH larutan 1-5 dengan kertas pH universal
4. Amati dan analisis data yang peroleh

25
VI. TEKNIK PEMISAHAN

TUJUAN

Memahami proses pemisahan zat dengan metode kristalisasi dan sublimasi.

ALAT DAN BAHAN

1. Tabung reaksi 8. Hot plate 15. Na2SO4


2. Rak tabung reaksi 9. Beaker glass 16. NH4Cl
3. Cawan penguap 10. Kertas saring 17. Larutan AgNO3
4. Kaca arloji 11. Corong 18. Larutan BaCl2
5. Pengaduk 12. Bak plastik 19. Aquades
6. Pipet tetes 13. KNO3 20. Es batu
7. Gelas ukur 14. Cu(NO3)2

CARA KERJA

A. Pemisahan Zat dengan Metode Kristalisasi


1. Timbang 18 gram campuran KNO3 dan Cu(NO3)2 (perbandingan KNO3 : Cu(NO3)2 = 7:2)
2. Larutkan garam tersebut ke dalam campuran yang mengandung 9 mL aquades dan 1 mL
HNO3 0,1 M dengan pemanasan dalam beaker glass kecil
3. Dinginkan larutan dan masukkan beaker glass tersebut ke dalam air dingin
4. Saring dan cuci kristal yang terbentuk dengan 3 mL aquades
5. Buang air cucian dan larutkan kembali kristal tersebut dengan 5 mL aquades dan dipanaskan
kembali
6. Mendinginkan larutan dalam beaker glass
7. Saring dan cuci kristal yang terbentuk dengan 3 mL aquades
8. Amati yang terjadi

B. Pemisahan Zat dengan Metode Sublimasi


1. Masukkan campuran 1 gram Na2SO4 dan 1 gram NH4Cl ke dalam cawan penguap
2. Panaskan cawan secara perlahan sampai muncul uap putih
3. Letakkan kaca arloji di atas cawan dan lanjutkan pemanasan sampai tidak terdapat uap putih
lagi
4. Kumpulkan padatan yang melekat pada kaca arloji dengan batang pengaduk dan larutkan
dalam 10 ml air dan bagilah dalam 2 tabung reaksi

Tabung I: tambahkan 1 ml larutan AgNO3, amati yang terjadi

Tabung II: tambahkan 1 ml BaCl2 dan amati yang terjadi

26
DAFTAR PUSTAKA

Bettelheim and Landeseberg. 2010. Laboratory Experiments for General, Organic, and Biochemistry, 7th
Ed. New York: Brooks/Cole, Cengage Learning.

Kartohardjo, et al. 2008. Buku Panduan Praktikum Kimia Dasar. Depok: Depertemen Teknik Kimia, FT UI.

Moenandar, et al. 2009. Penuntun Praktikum Kimia Dasar II. Depok: Departemen Kimia, FMIPA UI.

Slowinski, et al. 2016. Chemical Principles in the Laboratory, 11 th Ed. New York: Brooks/Cole
Cengage Learning.

Tim Penyusun. 2016. Modul Praktikum Kimia Dasar. Depok: Departemen Teknik Metalurgi & Material, FT
UI.

Tim Penyusun. 2018. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. Bandung: ITB.

27

Anda mungkin juga menyukai