NIM : 1707531096
Matkul : Corporate Governance (C4)
1
Analisis ekspektasi pendapatan saham Worldcom pada tanggal 1 Juli 2002, worldcom
mengumumkan bahwa akun cadangan di Worldcom juga diinvestigasi atau diperiksa.
Perusahaan membuat akun ini untuk mengantisipasi kejadian-kejadian luar biasa yang tidak
dapat diprediksi. Seperti utang pajak tahun depan. Seharusnya akun ini tidak boleh dimanipulasi
untuk memperoleh pendapatan. Pada 8 Agustus, Worldcom mengakui bahwa mereka telah
menggunakan akun cadangan secara tidak benar. Dakwaan yang dilaporkan pada tanggal 28
agustus adalah bahwa akun cadangan dikurangi untuk menutupi biaya jaringan yang telah
dikapitalisasi.
Pelanggaran yang dilakukan oleh Worldcom berdasarkan 5 prinsip Good Corporate Governance
dari KNKG, adalah:
1. Transparansi, jika dilihat dari prinsip ini pelanggaran yang dilakukan oleh Wordlcom adalah
memanipulasi laporan akuntansi perusahaan, membuat laporan akuntansi palsu untuk
menutupi pendapatan Worldcom yang hakikatnya mengalami penurunan dengan membuat
gambar pertumbuhan keuangan dan profitabilitas palsu untuk menopang harga saham
Worldcom di pasar saham.
2. Akuntabilitas, pada prinsip ini Worldcom melakukan pelanggaran dalam penyajian laporan
keuangannya yang dimanipulasi sehingga laporan keuangan tersebut tidak efektif dan tidak
dapat dipercaya. Hal tersebut dilakukan dengan cara pertama, mereka membukukan “line
cost” sebagai pemasukan, pada kenyataannya merupakan pengeluaran. Kedua, mereka
meningkatkan pendapatan dengan entri akun palsu yang ditulis sebagai “akun pendapatan
perusahaan yang tidak teralokasi”, dan dengan memindahkan akun beban kepada akun modal,
Worldcom mampu menaikkan pendapatan atau laba.
3. Responsibilitas, pelanggaran yang dilakukan pada prinsip ini adalah Worldcom
tidak melakukan tanggung jawabnya dalam hal menyajikan laporan keuangan yang sesuai
dengan ketentuan atau hukum yang berlaku. Hal yang dilakukan Worldcom merupakan hal
yang melanggar hukum.
4. Independensi, pada kasus Worldcom, adanya hubungan antara Arthur Andersen dengan
Sullivan dan Myers yang merupakan pekerja di KAP Arthur Andersen sebelum bergabung
dengan Worldcom, serta Arthur telah melakukan pelanggaran kode etik profesi dan ingkar
dari tanggungjawab terhadap profesi maupun masyarakat dengan tidak melaporkan temuan
audit yang dimanipulasi oleh Worldcom.
2
5. Fairness, dalam prinsip ini Worldcom tidak memperlakukan para pemangku kepentingan
secara adil, denga menyembunyikan informasi bahwa sudah terjadi pemanipulasian terhadap
laporan keuangan. Hal tersebut dapat dilihat dari Cynthia Cooper yang merupakan salah satu
auditor internal WorldCom dan menjabat sebagai vice presiden yang sebenarnya telah
mengetahui adanya sesuatu yang tidak beres dengan laporan keuangan Worldcom.
3
tidak mau mengungkapkannya dalam laporan audit mereka, karena takut kehilangan Enron
sebagai klien.
Titik awal jatuhnya Enron adalah dibukanya partnership-partnership “special purpose
vehicle” yang bertujuan untuk menambah keuntungan. Enron mendirikan kongsi dengan seorang
partner dagang. Partner dagang biasanya hanya satu untuk setiap partnership dan kongsi dagang
ini menyumbang modal yang sangat sedikit, sekitar 3% dari jumlah modal keseluruhan. Secara
hukum perusahaan di Amerika, apabila induk perusahaan berpartisipasi dalam partnership
dimana partner dagang menyumbang sedikitnya 3% dari modal keseluruhan, maka neraca
partnership ini tidak perlu dikonsolidasi dengan neraca dari induk perusahaan, tetapi dijabarkan
pada laporan tersendiri dan terbuka. Enron mendanai mereka dengan "meminjamkan" saham
Enron (induk perusahaan) kepada Enron (anak perusahaan) sebagai modal dasar partnership-
partnership tersebut. Secara singkat, Enron sebenarnya mengadakan transaksi dengan dirinya
sendiri, namun secara tertutup.
Enron tidak pernah mengungkapkan operasi dari partnership-partnership tersebut dalam
laporan keuangan yang ditujukan kepada pemegang saham dan Security Exchange Commission
(SEC), badan tertinggi pengawasan perusahaan publik di Amerika. Lebih jauh lagi, Enron
bahkan memindahkan utang-utang sebesar $ 690 juta yang ditimbulkan induk perusahaan ke
partnership partnership tersebut. Akibatnya, laporan keuangan dari induk perusahaan terlihat
sangat atraktif, menyebabkan harga saham Enron melonjak menjadi $ 90 pada bulan Februari
2001. Perhitungan menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tersebut, Enron telah melebih-
lebihkan laba mereka sebanyak $650 juta.
National Committee on Governance (NCG, 2006) memublikasikan Indonesia’s Core of Good
Corporate Governance pada 17 Oktober 2006. Dalam kode GCG ini, NCG mengemukakan lima
prinsip GCG, 5 Prinsip Tata Kelola pada kasus Enron-Anderson yaitu:
1. Transparansi (transparency)
Berkaitan dengan kewajiban bagi para pengelola untuk menjalankan prinsip keterbukaan
dalam proses keputusan dan penyampaian informasi. Keterbukaan dalam menyampaikan
informasi juga mengandung arti bahwa informasi yang disampaikan harus lengkap, benar dan
tepat waktu kepada semua pemangku kepentingan.
Dalam Skandal Enron dimensi Transparasi jelas dilanggar, hal ini dapat dilihat pada:
4
Pembentukan SPE dengan tujuan melebih-lebihkan laba, meningkatkan kas dan
menyembunyikan utang, menutup-nutupi kerugian terhadap investasi saham Enron pada
perusahaan lain.
Memberikan informasi kinerja perusahaan yang menyesatkan kepada investor dan
karyawan sehingga investor dan karyawan membeli saham Enron dalam jumlah besar pada
saat harga saham Enron tinggi, sebelum anjloknya harga saham.
Tidak memasukan transaksi SPE dalam Laporan Konsolidasi Enron, sehingga angka yang
ada dalam neraca tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Penghancuran dokumen terkait SPE sebanyak lebih dari 1 ton kertas dengan tujuan
menutup-nutupi kebenaran dan menghambat penyidikan.
2. Akuntabilitas (accountability)
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip dimana para pengelola berkewajiban untuk membina
system akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.
Untuk itu, diperlukan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertangungjawaban setiap organ
sehingga pengelolaan berjalan efektif.
Dalam skandal Enron, pihak manajemen tidak mengelola sistem akuntansi yang efektif sehingga
menghasilkan laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya, hal ini dapat dicermati pada:
SEC membolehkan buah perusahaan untuk mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan
keuangannya. Hal ini diperbolehkan jika terdapat pihak independen yang mempunyai
control atas entitas tujuan tersebut dan apabila pihak independen tersebut memiliki
setidaknya 3% dari seluruh SPE tersebut. Peraturan tersebut kurang tepat, karena
seharusnya perusahaan tidak boleh mengeluarkan pencatatan SPE dari laporan
keuangannya. Hal tersebut seharusnya dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi
yang dimiliki oleh perusahaan induk. Dalam kasus Enron ini, hal tersebut tidak dicatat dan
tidak dilaporkan dalam laporan keuangan konsilidasi perusahaan induk, ditambah lagi
pihak yang memiliki SPE adalah pihak internal Enron.
Melakukan skema prabayar, yakni mencatat transaksi prabayar dalam pengiriman energi
masa depan sebagai laba operasi dan arus kas saat ini, bukan sebagai arus kas dari operasi
pembiayaan.
5
Perhitungan pajak yang salah yaitu mengakui kerugian yang sama sebanyak dua kali dan
mencatatnya sebagai pendapatan; dan merubah dpp aset tak tersusutkan (tidak kena pajak)
menjadi aset tersusutkan (kena pajak)
Melakukan praktik asset light, yaitu menjual aset pembangkin listrik secara langsung atau
menjual kepentingan di dalamnya kepada investor secara lansung, dan mencatat
pendapatan tersebut sebagai laba dari hasil “monetizing” dan “syndicating”.
3. Responsibilitas (responsibility)
Prinsip responsibilitas adalah prinsip di mana para pengelola wajib memberikan
pertanggungjawaban atas semua tindakan dalam mengelola perusahaan kepada para pemangku
kepentingan sebagai wujud kepercayaan yang diberikan kepadanya. Prinsip tanggung jawab ada
sebagai konsekuensi logis dari kepercayaan dan wewenang yang diberikan oleh para pemangku
kepentingan kepada para pengelola perusahaan.
Skandal Enron memberikan contoh pelanggaran tanggung jawab ini mempunyai dalam berbagai
dimensi, yaitu:
Dimensi ekonomi, Enron tidak bertanggungjawab untuk memberian keuntungan ekonomis
bagi para pemangku kepentingan. Dimensi ini juga melanggar prinsip fairness dimana
tidak semua pemangku kepentingan mendapatakan keuntungan ekonomis yang sama
bahkan ada yang dirugikan.
Dimensi hukum, tanggung jawab manajemen Enron tidak diwujudkan dalam bentuk
ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Enron melakukan ratusan transaksi
yang melanggar hukum, mulai dari konspirasi, penipuan, pemalsuan laporan, insider
trading, penipuan pajak, pencucian uang, dan penipuan sekuritas.
Vinson dan Elkins, pengacara eksternal Enron sudah sudah menyadari adanya risiko tak
terkendali dalam transaksi yang dilakukan Enron, mereka juga telah mengajukan laporan
penjabaran risiko kepada Lay, namun akibat loyalitasnya kepada Lay mereka tetap
menyetujui SPE yang dikelola oleh Faslow dan SPE lain. Padahal dalam etika hukum,
pengacara eksternal memiliki kewajiban etis yang jelas untuk menarik diri dari transaksi di
mana klien jelas melanggar hukum.
Dimensi moral, artinya sejauh mana wujud tanggung jawab tindakan manajemen tersebut
telah dirasakan keadilannya bagi semua pemangku kepantingan. Selama prinsip fairness
tidak terpenuhi, dimensi moral sulit untuk dipertanggunjawabkan. Selain itu kegiatan
6
perusahaan Enron tidak menghormati nilai-nilai dasar yang mendasari ketertarikan
pemangku kepentingan (hypernorms) sehingga saat mendekati detik-detik keterpurukan,
Enron tidak mendapat dukungan dari pemangku kepentingan selain dengan cara curang.
Dimensi spiritual, artinya sejauh mana tindakan manajemen telah mampu mewujudkan
akuntabilitas diri atau telah dirasakan sebagai bagian dari ibadah sesuai dengan ajaran
agama yang diyakininya. Eksekutif Enron hanya mengejar tujuan lahirian dengan
mengabaikan tujuan spiritual, dengan ini tahap yang dicapai hanya PQ dan IQ saja.
4. Independensi (independency)
Independensi adalah keadaan di mana para pengelola dalam mengambil suatu keputusan
bersifat professional, mandiri, bebas dari konflik kepentingan, dan bebas dari tekanan/pengaruh
dari mana pun yang bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
pengelolaan yang sehat.
Pelanggaran prinsip ini terjadi pada, sebagai perikut:
Arthur Ardensen menyediakan setidaknya 5 layanan kepada Enron yaitu: (1) sebagai
auditor eksternal yang mengaudit kewajaran laporan keuangan Enron; (2) sebagai
Konsultan akuntansi dan manajemen, termasuk saat transaksi SPE; (3) sebagai penasihat
perpajakan; (4) sebagai internal auditor Enron; (5) sebagai penasihat masalah keuangan.
Kelima layanan tersebut memiliki fungsi yang saling bertabrakan bahkan tumpang tindih
hingga menyebabkan hilangnya objektivitas Arthur Andersen.
Banyaknya auditor Arthur Andersen yang kemudian pindah dan menjabat sebagai
eksekutif Enron, seperti: Richard Causey, Sheron Wattkins, dan staff lainnya
SPE seharusnya dimiliki oleh pihak independen, tetapi SPE yang bertransaksi dengan
Enron adalah bentukan Fastow yang merupakan CFO Enron
5. Kesetaraan (fairness)
Perlakuan yang setara merupakan prinsip agar para pengelola memperlakukan semua
pemangku kepentingan secara adil dan merata, baik pemangku kepentingan primer (pemasok,
pelanggan, karyawan, pemodal) maupun pemangku kepentingan sekunder (pemerintah,
masyarakat dan yang lainnya). Prinsip ini juga sangat erat dan tumpang tindih dengan prinsip
akuntabilitas dan tanggung jawab.
Enron memperlakukan pemangku kepentingannya dengan tidak adil, yaitu:
7
Karyawan memperkaya diri mereka sendiri tanpa persetujuan Dewan Direksi (Kompensasi
berlebihan).
Konflik kepentingan yang tidak pantas, yaitu adanya Insider Trading dimana Dewan
Direksi menyetujui CFO untuk mengoperasikan dana ekuitas swasta SPE LJM yang
melakukan transaksi bisnis dengan Enron dan meperoleh keuntungan dari biaya Enron.
Kegagalan tugas fidusida Dewan Direksi yaitu: gagal melindungi pemegang saham Enron
dari kegiatan yang tidak adil sehingga merugikan pemegang saham, karyawan, dan rekan
bisnis.
Memanipulasi krisis listrik di California dan menerapkan skema prabayar dan menetapkan
harga listrik sangat tinggi sampai 9 kali lipat demi keuntungan eksekutif Enron. Hal ini
menyebabkan banyak perusahaan di industri sejenis gulung tikar, pengangguran di
California bertambah, masyarakan kesulitan mendapatkan listrik dan harus membayar
mahal untuk itu.
Karyawan diperlakukan tidak adil. Enron mengharuskan dana pensiun karyawannya
diubah dalam bentuk saham. Tujuan Enron adalah menaikan harga saham perusahaan
dengan cara ini. Dan pada saat masa jatuhnya enron, para ekskutif yang terlebih dahulu
tahu telah menjuals ahamnya, sedangkan karyawan hanya dapat menjual saham sampai
pada harga 26 sen. Sangat banyak terjadi kerugian pada karyawan. Baik financial maupun
moral. Karyawan Enron banyak yang tidak diterima di perusahaan lain.
1) KAP dilarang memberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit.
2) KAP membutuhkan persetujuan dari audit committee perusahaan sebelum melakukan audit.
3) Melarang KAP memberikan jasa audit jika audit partnernya telah memberikan jasa audit
tersebut selama lima tahun berturut-turut kepada klien tersebut.
8
4) KAP harus segera membuat laporan kepada audit committee yang menunjukkan praktik
akuntansi yang sesuai standar ketentuan akuntansi.
5) KAP dilarang memberikan jasa audit jika CEO, CFO, chief accounting officer, controller
klien sebelumnya bekerja di KAP tersebut dan mengaudit klien tersebut setahun
sebelumnya.