Anda di halaman 1dari 9

NAMA :MUHAMMAD RIZKY RAMADANI

NIM:5192442003

1.HUBUNGAN PSIKOGI DAN PENDIDIKAN DAN CONTOHNYA

Psikologi dan pendidikan tidak bisa dipisahkan. keduanya berkesinambungan dan ada timbal
balik antara keduanya. pendidikan sendiri mempunyai mempunyai peran dalam pembimbingan
hidup seorng individu sejak ia lahir hingga di liang lahat.dan pendiikan sediri tidak berjalan
dengan semestinya tanpa diiringi dengan psikologi perkembangan.karena watak dan kepribadian
seseorang ditunjukkan oleh psikologinya.

Contohnya:

- memahami bentuk-bentuk gejala psikologis siswa (individu) secara umum dalam bentuk
tingkah laku dan sikap selama mengikuti proses pembelajaran atau belajar mengajar.

-memahami kemampuan dan potensi-potensi siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.

- memahami bagaimana seharusnya pelaksanaan proses belajar mengajar agar tercapai semua
tujuan pembelajaran secara efektif dan optimal.

-Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis potensi dan kemampuan dalam bentuk proses
pembelajaran berbasis pengembangan siswa-siswi.

-Membantu siswa-siswi menyelesaikan program pembelajaran materi dengan sempurna,


sehingga dengan pemahaman guru tentang teori dan ilmu psikologi pendidikan dapat
memberikan bantuan kepada siswa siswi dalam menyelesaikan program-program pembelajaran
sampai tuntas 100%.

2.Kontribusi Pisoklogi pendidikan bagi pengembangan program disekolah beserta


contohnya

A).Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.

Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum


pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam konteks belajar
mengajar. Terlepas dari berbagai aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian
psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat
berjalan dengan tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.

Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan demikian, kajian
psikologis dalam pengembangan kurikulum seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki
oleh setiap individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi,
perasaaan serta karakterisktik-karakteristik individu lainnya.

Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap


individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik dalam hal subject
matter maupun metode penyampaiannya.

Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang
dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan
pada upaya pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan
terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian


psikologis terutama berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu
dalam berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning outcomes), dan
(4) standarisasi kemampuan siswa

B). Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari sistem
pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran, seperti : teori classical
conditioning, connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-
teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing
masing teori tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang
signifikan dalam proses pembelajaran.

Di samping itu, kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsip-prinsip yang
melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas
prinsip dalam belajar, yakni :

-Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan Tujuan itu harus timbul dari
atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh orang lain.

-Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan tekun
untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

-Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.


Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan yaitu :

-Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.

-Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk pula
aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.

Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis. Disamping mengejar tujuan
belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar tujuan-tujuan lain. Belajar lebih berhasil,
apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi
harus didahului oleh pemahaman. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk
belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian

Penilaiain pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna
memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian psikologis kita dapat
memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.

Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran
potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah dikembangkannya
berbagai tes psikologis, baik untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian
individu lainnya.Kita mengenal sejumlah tes psikologis yang saat ini masih banyak digunakan
untuk mengukur potensi seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.

Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui pengukuran
psikologis, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses pendidikan individu yang
bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang optimal.

3.MOTIVATED BEHAVIOR SERTA CONTOHNYA

Motivasi dapat dijelaskan melalui teori behaviorisme yang mengembangkan motivasi


melalui konsep contiguty, reinforcement, punishment dan modeling seperti yang dikembangkan
oleh Skinner dalam proses modifikasi perilaku (Woolflock dan Nicolich, 1984:272).

Contiguty berkaitan dengan kedekatan antara suatu peristiwia dengan peristiwa lainnya.
Seperti kedekatan antara stimulus-respon yang terjadi secara terus menerus akan menimbulkan
suatu keterkaitan yang menyebabkan timbulnya motivasi untuk melakukan kegiatan yang
berkaitan dengan hubungan yang terjadi antara stimulus-respon. Reinforcement adalah faktor
penguat yang diberikan terhadap perilaku yang diinginkan. Reinforcement dapat dilakukan
melalui pujian, hadiah dan hal-hal penguat lainnya atau menunda sesuatu yang diinginkan
individu sebelum ia menunjukkan perilaku yang diharapkan ( negative reinforcement).
Punishment merupakan bentuk hukuman diberikan kepada individu apabila ia tidak melakukan
tindakan seperti yang diharapkan. Modeling merupakan contoh perilaku yang ditujukan agar
individu lain mencontoh perilaku tersebut.

Dari uraian di atas maka menurut paham behavioristik motivasi merupakan faktor
ekstemal yang perlu didesain untuk merubah perilaku individu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan dengan jalan melakukan modifikasi perilaku yang diterapkan dengan mengaplikasi
konsekuensi dari perilaku yang ditampilkan individu seperti reinforcement dan punishment. Oleh
sebab itu, semua faktor yang berkaitan dengan hal tersebut perlu disediakan agar individu
termotivasi untuk melakukan kegiatan yang ditujukan pada perubahan perilaku yang diharapkan.
Di dalam pendidikan faktor-faktor tersebut, di antaranya, meliputi penciptaan iklim belajar yang
kondusif, penyediaan fasilitas belajar yang sesuai dengan kebutuhan, dan adanya guru yang
dapat dijadikan model dari perilaku yang diharapkan

4.CARA MENGHADAPI GAYA BELAJAR SISWA YANG BERBEDA BESERTA


CONTOH KONGKRIT

Pertama sekali yang harus dilakukan ialah mengetahui dulu bagaimana gaya belajar pada
tiap-tiap siswa

Adapun cara untuk mengetahui gaya belajar siswa:

1. Siswa dengan gaya belajar visual

Memutar film, menunjukkan gambar atau poster, dan juga menunjukkan peta ataupun
diagram. Dengan proses belajar mengajar seperti ini, kita bisa melihat para siswa yang
mempunyai kecenderungan belajar secara visual akan lebih tertarik dan antusias.

2. Siswa dengan gaya belajar auditori

Gunakan metode ceramah secara umum, catatlah siswa-siswa yang mendengarkan


dengan tekun hingga akhir. Perhatikan siswa-siswa yang “kuat” bertahan berapa lama dalam
mendengar. Klasifikasikan mereka sementara dalam golongan orang-orang yang bukan tipe
pembelajar yang cenderung mendengarkan. Dari sini kita bisa mengklasifikasikan secara
sederhana tipe-tipe siswa dengan model-model pembelajar auditori yang lebih menonjo

3. Siswa dengan gaya belajar kinestetik

Dengan metode pembelajaran menggunakan praktek atau simulasi. Para pembelajar


kinestetik tentu saja akan sangat antusias dengan model belajar mengajar semacam ini. Begitu
seterusnya kita melihat bagaimana reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran sehingga
lambat laun kita akan lebih mudah memahami dan mengetahui kecenderungan gaya belajar yang
mereka.

Setelah mengetahui gaya belajar siswa dan kecenderungan kecerdasan yang paling menonjol
dimiliki siswa, saatnya sebagai guru kita menyesuaikan dengan gaya belajar mereka.

1. Untuk pembelajar visual, di mana lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal
yang bisa kita lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:

a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa
yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis.

b. Buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu,

c. Putarkan film, minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihapalkan.

d. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar

e. Tulis ulang apa yang ada di papan tulis.

f. Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan.

2. Untuk pembelajar auditori, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi melalui
pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka
adalah:

a. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll), saat belajar.

b. Biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras.

c. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka.

d. Membuat diskusi kelas.

e. Menggunakan rekaman.

f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata.

g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran.

h. Belajar berkelompok.

3. Sedangkan untuk pembelajar kinestetik, di mana mereka lebih banyak menyerap informasi
melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar
mereka adalah:
a. Perbanyak praktek lapangan (field trip).

b. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung terhadap suatu proses.

c. Membuat model atau contoh-contoh.

d. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang
nyaman, walaupun tidak biasa dilakukan oleh murid-murid yang lain.

e. Perbanyak praktek di laboratorium.

f. Boleh menghapal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir.

g. Perbanyak simulasi dan role playing.

h. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu.

5.) LIMA PRINSIP YANG PERLU DIPERHATIKAN AGAR BELAJAR EFEKTIF


DAN CONTOHNYA

a).Prinsip kesiapan (Readiness)

Proses belajar itu dipengaruhi oleh kesiapan siswa yaitu dalam arti kondisi kesiapan
siswa dalam menerima pembelajaran yang akan diberikan.

b) Prinsip motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk proses yang terarah. Motivasi belajar adalah suatu
kondisi belajar untuk memprakarsai kegiatan belajar, mengatur arah kegiatan untuk memelihara
kesungguhan dalam belajar.

c) Prinsip persepsi

Sesorang cenderung percaya dengan bagaimana dia memahami situasi. Persepsi adalah
suatu interpertasi tentang suatu yang hidup, setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri
yang berbeda dari yang lain persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.

d) Prinsip tujuan

Tujuan adalah sasaran khusus yang harus ditempuh oleh seseorang, tujuan harus
tergambar jelas oleh fikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses terjadinya sebuah
pengetahuan yang baru dia dapatkan.

e) Prinsip perbedaan individual


Adalah proses pengajaran yang semestinya memperhatikan perbedaaan individual peserta
didik di dalam kelas, sehungga semua itu dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan belajar
yang setinggi-tingginya.pengajaran yang hanya memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagal
memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik.

Contohnya:

-Perhatian dan motivasi

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian yang mengarah pada pencapaian tujuan
belajar. Adanya tuntutan untuk sekaku memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa harus
membangkitkan perhatianya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pesan-pesan yang menjadi
isi pelajaran seringkali dalam bentuk suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang
berhubungan dengan panca indra. Denagn demikian siswa diharapkan bisa melatih indranya
untuk mengembangkan/meningkatkan minatnya yang dapat mempengaruhi motivasi.

-Keaktifan

Dalam proses belajar mengajar siswa dituntut untuk selalu aktif dalam proses
pembelajaran. Untuk memperoleh pembelajaran yang efektif perilaku mencari-cari informasi itu
sangatlah penting dan dibutuhkan. Implikasi prinsip keaktifan siswa lebih menuntut pada
keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

-Keterlibatan langsung

Implikasi dari prinsip ini dituntut bagi para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan
tugas belajar yang diberikan kepadanya. Dengan keterlibatan secara langsung ini maka secara
otomatis akan membuat mereka memperoleh pengalaman atau berprngalaman.

-Pengulangan

Betuk-bentuk perilaku pembelajaran yang merupakan implikasi prinsip pengulangan


diantaranya, siswa diarahkan misalkan menghafal, mengerjakan soal-soal, dan sebagainya
dengan cara itu maka siswa akan selalu ingat apah yang pernah mereka dapatkan.

-Tantangan

Implikasi prinsip tantangan, yaitu tuntutan yang ada pada dirinya bahwa dia harus
memiliki keingintahuan yang besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-
bentuk perilaku siswa yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan yaitu meklakukan
eksperimen atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

-Perbedaan individual
Implikasi adanya perbedaan individual yaitu, pada umumnya perbedaan individual siswa
itu dapat berupa perilaku fisik maupun psikis., semua ini dapat dilihat dalam setiap kegiatan atau
perilaku dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

6.HUKUM-HUKUM BELAJAR DAN IMPLEMENTASINYA

HukumLatihan(Law oF Exercise)

Hukum ini mengandung 2 hal yaitu :

-The Law Of Use, yaitu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara stimulus
dan respon akan menjadi kuat bila sering digunakan. Dengan kata lain bahwa hubungan antara
stimulus dan respon itu akan menjadi kuat semata-mata karena adanya latihan.

-The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang menyatakan bahwa hubungan atau koneksi antara
stimulus dan respon akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.

Prinsip ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak yang pertama dalam belajar. Makin
sering suatu pelajaran yang diulang makin mantaplah bahan pelajaran tersebut dalam diri siswa.
Pada prakteknya tentu diperlukan berbagai variasi, bukan ulangan sembarang ulangan. Dan
pengaturan waktu distribusi frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

IMPLEMENTASINYA
a) Koneksi antara stimulus dan respons akan menguat apabila keduanya digunakan. Dengan kata
lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi yang menstimulasi dengan suatu respons akan
memperkuat koneksi di antara keduanya. Bagian dari hukum ini dinamakan penggunaan (law of
use).

b) Koneksi antara situasi dan respons akan melemahkan manakala praktik hubungan dihentikan
atau jika ikatan neural tidak dipakai. Hukum dari latihan ini dinamakan hukum ketidakgunaan.

Hukum Akibat (Law of Effect)

Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu :

suatu tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa puas (menyenangkan) akan cenderung diulang,
sebaliknya suatu tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak puas (tidak menyenangkan)
akancenderungtidakdiulanglagi. Hal inimenunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan bagi
perbuatan itu sendiri.
Dalam pendidikan, hukum ini diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman. Hadiah
menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi perbuatan yang menghasilkan hadiah tadi,
sebaliknya hukuman cenderung menyebabkan seseorang menghentikan perbuatan, atau tidak
mengulangi perbuatan.

Hukum Kesiapan (The law of readiness)

Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu dalam melakukan sesuatu. Yang dimaksud
dengan kesiapan adalah kecenderungan untuk bertindak. Agar proses belajar mencapai hasil
yang sebaik-baiknya, maka diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan untuk
melakukan belajar tersebut.

Ada 3 keadaan yang menunjukkan berlakunya hukum ini. Yaitu :

Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak atau berprilaku, dan bila organisme itu
dapat melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan mengalami kepuasan.

Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk bertindak atau berperilaku, dan organisme
tersebut tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut , maka organisme akan mengalami
kekecewaan.

Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk bertindak dan organisme itu dipaksa untuk
melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan keadaan yang tidak memuaskan.

Di samping hukum-hukum belajar seperti yang telah dikemukakan di atas, konsep penting dari
teori belajar koneksionisme Thorndike adalah yang dinamakan Transfer of Training. Konsep ini
menjelaskan bahwa apa yang pernah dipelajari oleh anak sekarang harus dapat digunakan untuk
hal lain di masa yang akan datang. Dalam konteks pembelajaran konsep transfer of training
merupakan hal yang sangat penting, sebab seandainya konsep ini tidak ada, maka apa yang akan
dipelajarai tidak akan bermakna.

Oleh karena itu, apa yang dipelajari oleh siswa di sekolah harus berguna dan dapat dipergunakan
di luar sekolah. Misalnya, anak belajar membaca, maka keterampilan membaca dapat digunakan
untuk membaca apapun di luar sekolah, walaupun di sekolah tidak diajarkan bagaimana
membaca koran, tapi karena huruf-huruf yang diajarkan di sekolah sama dengan huruf yang ada
dalam koran, maka keterampilan membaca di sekolah dapat ditransfer untuk membaca koran,
untuk membaca majalah, atau membaca apapun.

Anda mungkin juga menyukai