Anda di halaman 1dari 22

https://kotayogyakarta.

com/museum-rumah-garuda/

Museum Rumah Garuda


Rumah garuda adalah suatu museum yang didirikan oleh salah satu dosen ISI
yang bernama Bapak Nanang R. Hidayat, lokasi museum berada di daerah Jalan
Bantul km 7,5 Pucung, Krantil, Sewon, Bantul Yogyakarta. Museum ini berisi
berbagai benda yang bentuknya tidak jauh – jauh dari bentuk burung garuda.

Rumah Garuda mulai mengumpulkan koleksi sejak tahun 2003 berupa foto-foto,
lukisan, souvenir, wayang suluh, relief, patung, kostum Gardala (Garuda
Pancasila), dan buku-buku terkait lambang Garuda Pancasila. Benda-benda
tersebut diperoleh dari hasil ‘perburuan’ baik dari dalam maupun luar kota
bahkan ada yang didatangkan dari luar negeri. Ada pula koleksi.yang
merupakan hasil pemberian dari pengunjung atau para kolega Rumah Garuda.
Hingga kini Rumah Garuda telah memiliki kurang lebih 250 buah koleksi.

TIMELINE PROSES PERANCANGAN LAMBANG GARUDA PANCASILA

13 Juli 1945
Sidang Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Parada Harahap mengusulkan
tentang lambang negara. Usul tersebut disetujui oleh semua anggota dan
sepakat akan dibahas tersendiri kemudian dalam bentuk Undang-Undang
Istimewa.

16 Agustus 1945
Bendera Pusaka, Merah Putih dijahit oleh Ibu Fatmawati.

17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan RI, pengibaran Bendera Merah Putih dan Lagu
Indonesia Raya .
16 November 1945
Pembentukan Panitia Indonesia Raya. Diketuai oleh Ki Hajar Dewantara dan
Sekretaris Umum Muhammad Yamin. Tugasnya adalah untuk menyelidiki arti
lambang-lambang dalam peradaban bangsa Indonesia sebagai langkah awal
untuk mempersiapkan bahan kajian tentang lambang negara. Diperoleh data
lambang-lambang burung Garuda yang berada di candi-candi di Pulau Jawa.

Tahun 1947
Diadakan sayembara rancangan lambang negara oleh pemerintah yang
diadakan oleh Kementerian Penerangan melalui organisasi seni lukis SIM
(Seniman Indonesia Muda) Pelukis Rakyat. Menurut Hendro Wiyanto (kurator
sayembara) kebanyakan pelukis kurang paham hukum-hukum kesejarahan dari
tanda lambang negara.

30 Desember 1949
Berdasarkan Keppres RIS No.02, Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri
Negara RIS Zonder Portofolio dengan tugas untuk merancang bentuk gambar
lambang negara RIS dan menyiapkan Gedung Parlemen RIS

10 Januari 1950
Berdasarkan Konstitusi RIS 1949 Pasal 3 Ayat 3 bahwa pemerintah menetapkan
materai dan lambang negara maka pada sidang Kabinet RIS kedua dibentuk
Panitia Lambang Negara di bawah koordinator Menteri Negara RIS Zonder
Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan panitia ,

 Prof. Mr. M. Yamin (Ketua)


 Ki Hajar Dewantara (anggota)
 M.A. Pellaupessy (anggota)
 Moh. Natsir (anggota)
 Prof. Dr. RM Ng. Purbatjaraka (anggota)

READ  Museum Biologi


Menteri Penerangan RIS Priyono mengumumkan sayembara lambang negara
Rancangan Sultan Hamid II (diterima)
1. Perisai tanpa bintang, rantai, padi, dan kapas.
2. Berciri khas garis tebal hitam lurus (khatulistiwa)
3. Rancangan Tahap Pertama 26 Januari – 8 Februari 1950
4. Rancangan Tahap Kedua 11 Februari – akhir Maret 1950

Rancangan Prof. Mr. M. Yamin (ditolak)


1. Perisai matahari-bulan / syamsiah-kamariah (Arab) / aditya candra
(Sansekerta)
2. Matahari terbit dengan lima sinar (Pancasila)
3. Dua pohon kelapa (kesejahteraan & kemakmuran di darat dan laut)
4. Tujuh garis di lautan (tujuh kepulauan Indonesia)
5. Matahari dilingkari kelapa dan bumi atau bulan (1881 = 1949 = RIS)

26 Januari – 8 Februari 1950 (Rancangan Tahap Pertama Sultan Hamid II)


Sultan Hamid II menerima masukan dari Ki Hajar Dewantara berupa gambar-
gambar sketsa Garuda yang berada di berbagai candi di Jawa. Lalu Sultan
Hamid II membandingkannya dengan Garuda yang berasal dari luar Jawa, di
berbagai simbol kerajaan. Perbandingan ini dijadikan bahan dasar ketika
membuat sketsa lambang negara RIS 1950 Tahap Pertama.

Rapat Panitia Lambang Negara (8 Februari 1950)


1. Figur Burung Garuda yang memegang Perisai Pancasila (usulan Ki Hajar
Dewantara)
2. Di Rapat Panitia Lambang Negara pada tanggal 8 Februari 1950 mendapat
beberapa keberatan dan usulan dari anggota Panitia Lambang Negara, yaitu,

 M. Natsir: keberatan terhadap adanya bentuk tangan manusia yang


memegang perisai berkesan terlalu mitologi dan feodal
 R.M. Ng. Purbatjaraka: keberatan terhadap tujuh helai bulu ekor
usulan M. Yamin
 M.A. Pellaupessy: usulan mengubah tujuh helai bulu ekor menjadi
delapan / 17-08-45

10 Februari 1950
Penyerahan hasil revisi rancangan dari Sultan Hamid II ke Presiden Soekarno.

11 Februari – Akhir Maret 1950 (Rancangan Tahap Kedua Sultan Hamid


II)

 Menanggapi keberatan M. Natsir terhadap sosok mitologi Garuda,


Sultan Hamid II melakukan perbandingan dengan negara lain yang
menggunakan burung Elang Rajawali.
 Pada Rancangan Tahap Kedua, sosok Garuda berganti menjadi figur
Elang Rajawali.
 Lambang Negara Rancangan Sultan Hamid II diresmikan menjadi
Lambang Negara dalam Sidang RIS yang dipimpin oleh Perdana
Menteri RIS, M. Hatta (kepala Elang Rajawali masih gundul) .

READ  Museum Kolong Tangga

15 Februari 1950
Presiden Soekarno memperkenalkan lambang negara kepada khalayak umum di
Hotel Des Indes, Jakarta .

20 Februari 1950
Elang Rajawali sudah terpasang di ruang sidang Parlemen RIS Istana Merdeka,
Pejambon, Jakarta dalam sebuah sidang yang dipimpin oleh Presiden Soekarno.

Akhir Februari 1950


Sultan Hamid II mendapat saran dari Presiden Soekarno untuk
menyempurnakan kepala gundul Elang Rajawali menjadi “berjambul”.

Awal Maret 1950


1. Sultan Hamid II mengajukan kepada Presiden Soekarno lukisan
lambang negara yang sudah diperbaiki dengan mengubah bagian
kepala burung Elang Rajawali menjadi “berjambul”.
2. Presiden Soekarno memberikan masukan pada bagian cakar kaki Elang
Rajawali yang mencengkeram pita yang terlihat menghadap ke
belakang.

20 Maret 1950

 Gambar Elang Rajawali dengan arah cakar kaki menghadap ke depan


mendapat persetujuan (disposisi) Presiden Soekarno.
 Presiden Soekarno memerintahkan Dullah (pelukis istana) untuk
melukis kembali gambar tersebut.
 Sultan Hamid II mendapat perintah untuk menambah skala ukuran dan
tata warna pada gambar Elang Rajawali.

5 April 1950
Peristiwa Sultan Hamid II di mana Sultan Hamid II dijemput untuk keperluan
penyidikan oleh Jaksa Agung di Hotel Des Indes. Sultan Hamid II diberhentikan
sebagai Menteri Negara RIS Zonder Portofolio. (Sultan Hamid II bebas pada
tahun 1966) .

17 Agustus 1950
RIS kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah gerakan Mosi
yang dilakukan oleh M. Natsir, dkk.

10 Juli 1951
Dewan Menteri mengadakan rapat tentang pengaturan Lambang Negara (RPP
Pengaturan Lambang Negara) berdasarkan Pasal 3 Ayat 3 UUDS 1950.
17 Agustus 1951
Kementerian Penerangan RI di Yogyakarta memasyarakatkan Elang Rajawali ke
seluruh pelosok NKRI.

17 Oktober 1951
Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Sukiman Wirjosandjojo menetapkan PP
No.66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (warna, ukuran, dan bentuk
lambang negara).

28 November 1951
PP No.06 Tahun 1951 diundangkan oleh Menteri Kehakiman, M. Nasroen dalam
Lembaran Negara No.111 dan Tambahan Lembaran Negara No.176 Tahun
1951. Sejak saat itu, secara yuridis formal gambar Lambang Negara rancangan
Sultan Hamid II secara resmi menjadi Lambang Negara NKRI.

READ  Museum Sejarah Purbakala Pleret

13 Mei 1958
Dewan Menteri mengadakan rapat yang ke-107 mengenai Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang penggunaan lambang negara.

5 Juni 1958
M.Yamin dalam kapasitas sebagai mantan Panitia Lambang Negara dalam suatu
kesempatan pidato di Istana Negara yang dihadiri para Menteri serta Dewan
Nasional menjelaskan arti dan makna simbol-simbol dalam perisai Pancasila
pada lambang negara rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II.

26 Juni 1958
Presiden Republik Indonesia Soekarno dan Perdana Menteri Juanda menetapkan
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang penggunaan lambang
negara.
19 Juli 1958
Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara
diundangkan oleh Menteri Kehakiman: GA Maengkom pada Lembaran Negara
No.71 Tahun 1958 dan penjelasannya dalam Tambahan Lembaran Negara
No.1636 Tahun 1958 .

22 Juli 1958
Presiden Soekarno memberikan pidato yang berkaitan dengan lambang negara
di Istana Negara yang intinya antara lain kegagahan Burung Rajawali Garuda
Pancasila, dan berkaitan Lambang Negara dengan dasar negara Pancasila.

5 Juli 1959
Dikeluarkan Dekrit Presiden yang isinya kembali ke UUD 1945 berdasarkan
Peraturan Peralihan Pasal II UUD 1945, Peraturan Pemerintah No.66 Tahun
1951 danNo.43 Tahun 1958 tetap diberlakukan.

7-18 Agustus 2000


Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 2000, tanggal 7-18
Agustus 2000, menghasilkan Perubahan Kedua UUD 1945 yang salah satu
isinya adalah menyempurnakan dan menambahkan pasal-pasal pada BAB XV
BENDERA, DAN LAMBANG NEGARA,SERTA LAGU KEBANGSAAN, yaitu: Pasal
36A,Pasal 36B, Pasal 36.

9 Juli 2009
Pemerintah RI mengeluarkan UU No.24 Tahun 2009 tentang Bendera, bahasa,
dan Lambang Negara, serta lagu Kebangsaan .

 
https://gudeg.net/direktori/7552/museum-rumah-garuda.html

Ulasan Singkat Museum Rumah Garuda


 Museum Rumah Garuda didirikan pada tanggal 17 Agustus 2011. Museum
ini berdiri atas prakarsa Nanang R Hidayat yang juga merupakan salah
satu dosen di ISI (Institut Seni Indonesia).  Ia mulai mengoleksi bentuk-
bentuk Garuda dari tahun 2003 hingga sekarang. Untuk saat ini sudah
ada sekitar 300-an yang telah terkumpul.  Berawal dari banyaknya
penelitian yang dilakukan oleh Nanang, maka tercetuslah ide untuk
membangun sebuah museum sebagai wujud kecintaannya terhadap
maha karya ini. Dia juga berharap bahwa dengan adanya museum ini bisa
mempublikasikan kepada khalayak umum.

Koleksi Museum Rumah Garuda


 Cosplay burung Garuda
 Wayang orang yang menjelaskan kronik pembentukan lambang negara.
 Foto-foto relief Garuda dari berbagai candi.
 Foto-toto tokoh dibalik pemrakarsa Burung Garuda
 Motor antik

Jam Buka Museum Rumah garuda :


 Senin-Minggu  :  Pukul : 09.00 – 21.00 WIB
 Khusus rombongan dipersilahkan untuk membuat janji terlebih dahulu

Tiket Masuk Museum Rumah Garuda :


 Gratis

Fasilitas Umum Museum Rumah Garuda :


 Toilet
 Cafetaria / WarMuz (warung museum)
 Parkir
 Souvenir shop
https://www.kaskus.co.id/thread/575000a3ddd770de128b4569/rumah-garuda/

RUMAH GARUDA

(Antara)-Sebuah museum sederhana didirikan seorang dosen untuk mengingatkan masyarakat akan
dasar negara Republik Indonesia. Museum sederhana yang terletak di Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta ini, dikenal dengan Nama Rumah Garuda. Seperti apa isinya,mari kita simak liputan berikut
ini.

Sepintas tidak ada yang istimewa dari rumah sederhana di dusun krantil Desa Pendowoharjo Kabupaten
Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. Keunikan baru terlihat setelah kita memasuki bangunan berukuran
6x6 meter ini.

Berbagai bentuk burung garuda mulai dari foto, miniatur, lukisan, hingga berbagai macam akeseoris
dipamerkan disini, termasuk cerita sejarah asal muasal lambang garuda pancasila.
Pemilik rumah garuda Nanang Rahmat Hidayat, mendirikan rumah garuda pada tahun 2003, untuk
melestarikan lambang negara Indonesia. Baginya, ini adalah cara menunjukkan kepada masyarakat,
tentang asal usul sejarah perancangan garuda sebagai lambang negara.

Nanang yang berprofesi sebagai dosen di fakultas seni media rekam institut seni Indonesia
Yogyakarta, merasa tergerak untuk mengulas sejarah Indonesia. Koleksi-koleksinya sendiri ada
yang dia dapat dari berburu di pasar barang loak, dan dari hibah. Bahkan ada satu koleksi burung
garuda yang ia temukan di pasar loak yang dipercaya merupakan peninggalan era majapahit, yang
berbentuk burung berwujud tokoh pewayangan semar dan berbahan terakota.

Pancasila menurut Nanang mengajarkan rakyat Indonesia untuk bagaimana bersosial, bertoleransi,
dan merupakan sebuah ideologi, yang mampu menetralisir perbedaan-perbedaan, dalam
cengkaraman bhineka tunggal ika.

Nanang menambahkan, di era saat ini, pendidikan moral berasaskan pancasila sudah waktunya
kembali digemakan terlebih kepada generasi muda, sebagai modal penerus bangsa.

http://jogjakartanews.com/baca/2018/02/10/4311/museum-rumah-garuda-tempat-menemukan-
mutiara-sejarah-yang-tenggelam

BANTUL – Predikat Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai ‘gudangnya’ sejarah Bangsa Indonesia
memang terbukti. Berbagai museum ada di Yogyakarta, salah satunya yang sarat dengan nilai sejarah
adalah Museum ‘Rumah Garuda’ yang terletak di Jl. Puri Sewon Asri, Blok L, Panggungharjo, Sewon,
Bantul.

Museum yang didirikan oleh pemerhati lambang negara, Nanang Rakhmad Hidayat, M.Sn, pada 17
Agustus 2011 silam tersebut, menyimpan sejarah yang kerap terlupakan bangsa ini, yakni fakta sejarah
terkait Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia.
Hingga saat ini sudah ada sekitar 300 lebih koleksi bersejarah berupa patung, foto, aksesoris, buku, dan
film tentang sejarah Garuda Pancasila sebagai lambang negara yang selama ini jarang diketahui publik.
Menariknya, di Museum dan Lembaga Studi Lambang Negara ‘Rumah Garuda’ terdapat alat peraga
edukasi guna mengenalkan sejarah lambang negara sejak usia dini.

Menurut Nanang, inspirasi pendirian Rumah Garuda berawal dari hobinya memotret bentuk-bentuk
burung Garuda Pancasila di pinggir-pinggir jalan di wilayah DIY maupun kota-kota lain. Hobi yang
tergolong unik bagi orang awam itu, ia lakoni sejak 2003.

“Pernah dalam dua minggu saya hunting (berburu, red) foto Garuda di pinggir jalan dan mendapatkan 27
species (jenis, red) yang berbeda-beda. Ada yang menghadap kanan, ada yang ke kiri, sayapnya
merentang ke atas, ada juga ke bawah. Ada yang sayapnya tidak merentang dan sebagainya. Saya
banyak melihat bentuknya sangat distortif, lucu, tidak sama sekali menganut pakemnya,” kenang Nanang
saat dijumpai jogjakartanews.com di Rumah Garuda, Jumat (09/02/2018) kemarin.

Nanang menambahkan, foto-foto hasil jepretan beserta viedeo karyanya tersebut pernah dipamerkan di
Museum Nasional pada 10 mei 2003, dalam gelaran Pameran Institut Seni Indonesia (ISI).

Berangkat dari hobi itulah, pikiran Nanang terusik untuk menelisik penciptaan lambang negara Garuda
Pancasila. Kemudian ia melakukan berbagai penelitian dengan metode sejarah,

“Muncul pertanyaan di benak saya, ini yang merancang garuda siapa ya? Kok seingat saya sejak SD
hingga SMA tidak diajarkan, waktu penataran P4 (era Orde baru, red) nggak pernah disinggung.
Mestinya kan ada nih, standar baku untuk lambang negara ini. Lalu mengapa orang-orang di kampung itu
membuat garuda, apa motivasinya? Kemudian saya mulai melakukan penelitian,” ungkap alumni Desain
Interior ISI Yogyakarta ini.

Pada tahun 2006, Nanang masuk Pasca Sarjana ISI mengambil master media rekam. Riset dengan tema
sejarah lambang negara ia jadikan project penelitian.

“Tapi sayang kalau hanya menjadi tumpukan data, kemudian saya wujudkan dalam bentuk buku yang
berjudul ‘Mencari Telur Garuda’. Selain itu, saya buat film dengan judul sama,” imbuhnya.

Setelah melakukan riset dan mendapatkan banyak bukti fakta sejarah, Nanang kemudian bertekad
mendirikan sebuah museum yang ia namakan Rumah Garuda. Nanang menjadikan Rumah Garuda
sebagai wahana Sosialisasi sejarah lahirnya lambang negara yang kerap terlupakan bangsa ini.

Bahkan, di Rumah Garuda, pengunjung akan ditunjukkan bahwa untuk memahami sejarah maha karya
lambang negara ternyata bisa dikaji dari ranah mitologi  (mitos). Beberapa buku dan visual berupa foto-
foto candi atau apapun yang terkait dengan garuda ada di Rumah Garuda. Bahwa banyak negara lain
yang mengadopsi bentuk elang dan garuda juga memiliki rentetan mitologi yang Panjang dan ilustrasinya
disajikan di Rumah Garuda.

“Ketika kita bicara lambang negara, maka kita harus tahu persis, utuh. Kenapa kok bukan Komodo?
kenapa kok bukan Orangutan? Kepa milihnya Garuda? Ya, karena (Garuda) rentang mitologinya luar
biasa, filosofinya juga keren. Garuda sangat sesuai dengan karekter bangsa Indonesia. Misalnya bahwa
Garuda ternyata lebih unggul dari Dewa Wisnu, sehingga hasil negosiasinya, Garuda ini menjadi
kendaraannya (Dewa) Wisnu,” tukas pria yang kolektor motor antik ini.

Sejak museum Rumah Garuda berdiri dan dibuka gratis untuk masyarakat, tak pernah sepi dari
pengunjung. Kebanyakan yang berkunjung dari kalangan pejar TK hingga Mahasiswa. Tak sedikit pula
yang datang sendiri karena tertarik dengan banyaknya mutiara sejarah yang selama ini tenggelam di
Rumah Garuda, sambil kongkow di Cafetaria WarMuz (Warung Museum). Bahkan, dari buku tamu
museum yang buka setiap hari dari Pukul 09.00 sampai 21.00 WIB tersebut, banyak pengunjung yang
berasal dari luar negeri seperti dari Hongaria, Mexico, Amerika Serikat dan negara-negara di belahan
dunia lainnya.

Meski mengaku sudah cukup dengan apresiasi pengunjung, namun Nanang berharap agar lahir Rumah
Garuda- Rumah Garuda baru di seluruh Indonesia,

“Harapan saya minimal di setiap ibu kota propinsi punya Rumah Garuda. Terserah mau dikelola
siapapun, komunitas apapun, yang penting dia menjadi pusat rujukan, pengetahuan sejarah lahirnya
Garuda sebagai lambang negara,” harap Nanang. (rd)

Redaktur: Ja’faruddin. AS

https://krjogja.com/web/news/read/34267/Sejarah_Burung_Garuda_Ada_di_Rumah_Ini

Sejarah Burung Garuda Ada di


Rumah Ini
 Share Post
 Share on Facebook
 Share on Twitter


SEJARAH burung Garuda menjadi lambang negara Indonesia ternyata bukan cerita singkat.
Semua peristiwa itu terdokumentasikan di Rumah Garuda, di Jalan Bantul Km 7,5 Pucung,
Krantil Sewon Bantul.

Rumah Garuda adalah sebuah museum yang didirikan Nanang Rahmat Hidayat, dosen di Institut
Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Terletak di Jalan Bantul Km 7,5 Pucung Krantil Sewon Bantul,
museum ini berisi berbagai benda yang bentuknya tidak jauh-jauh dari burung garuda dan
sejarahnya hingga menjadi lambang negara Indonesia.

Berawal dari hasil riset tahun 2003, Nanang memulai mengoleksi benda, buku, dan apapun yang
berkaitan dengan garuda yang kemudian ia jadikan bahan untuk  penelitian studi menempuh
pascasarjana. "Setelah selesai tesis tahun 2008,  rasanya sayang ketika hasil riset hanya tertinggal
dalam bentuk buku dan masuk perpustakaan. Dari situ saya berpikir untuk membuat sebuah
museum garuda ini  sekaligus untuk mengungkapkan sejarah yang tidak banyak diketahui
banyak orang," katanya saat ditemui Krjogja.com di museumnya, Selasa (30/5).

Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu Burung Garuda Berubah Bentuk Sejak 2009

Kini Rumah Garuda tersebut sering menjadi rujukan untuk belajar mengenai lambang negara RI
ini, banyak praktisi pendidikan, mahasiswa dan siswa sekolah datang mengunjungi museum ini
untuk belajar mengenai sejarah lambang negara burung garuda.
Menurut Nanang Rahmat, setelah selesai dirancang oleh panitia yang diketuai  M Yamin,
Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Juanda menetapkan PP No 43 tahun 1958 tentang
penggunaan lambang negara.

Hingga tahun 2000 Sidang tahunan MPR menghasilkan perubahan kedua UUD 1945 yang salah
satunya adalah menyempurnakan dan menambahkan pasal pada BAB XV tentang bendera dan
lambang negara serta lagu kebangsaan yaitu pasal 36A, pasal 36B dan pasal 36. Lambang
Negara Burung Garuda Pancasila hingga saat itu tidak mengalami perubahan bentuk. (*-3)

https://www.tembi.net/2017/07/06/museum-garuda-tempat-burung-garuda-singgah/

Museum Garuda, Tempat Burung


Garuda Singgah
Yogyakarta punya banyak museum, salah satunya adalah Rumah Garuda atau
sering pula disebut Museum Garuda. Keberadaannya belum lama, dibuka untuk
umum baru pada tanggal 17 Agustus 2011. Namun begitu, pengumpulan
koleksi sudah sejak tahun 2003. Museum ini terletak di belakang kampus
Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Jalan Parangtritis Km 6,5 Sewon,
Bantul, DIY.

Pemilik museum adalah seorang dosen ISI bernama Nanang R Hidayat, atau
sering disapa Nanang Garuda. Nanang mempunyai tekad mendirikan Museum
Garuda karena kecintaannya terhadap tanah air dan sejarah yang terkandung di
dalamnya. Demikian ungkapnya yang tercantum di sebuah pengantar buku
yang berjudul “Sejarah Rumah Garuda”.
Pe
ngunjung melihat koleksi di museum Garuda Yogyakarta. Foto: Suwandi

Koleksi Museum Garuda hingga sekarang sudah lebih dari 250 buah, yang
terdiri dari pernak-pernik yang berhubungan dengan Burung Garuda, foto-foto
candi yang mempunyai relief burung seperti garuda, foto pidato Presiden Ir
Sukarno pada 22 Juli 1958 berkaitan dengan sosialisasi Peraturan Pemerintah
No 43 tahun 1958 tentang penggunaan Lambang Negara, foto tokoh-tokoh
yang berjasa dalam menggagas lambang negara, hingga koleksi piringan hitam
yang memuat lagu-lagu perjuangan termasuk lagu Garuda Pancasila, wayang
kulit, miniatur pesawat Garuda, dan sebagainya. Koleksi-koleksi itu tersimpan di
ruang depan sebuah rumah mungil yang ditinggali oleh Nanang R Hidayat dan
keluarganya.
Fo
to tokoh-tokoh penggagas lambang negara RI, burung Garuda (atas), di antara

koleksi lainnya. Foto: Suwandi Nanang R Hidayat,


pemilik museum Garuda di antara koleksi-koleksinya. Foto: Suwandi
Dari jalan kecil beraspal di depannya, tidak tampak bahwa rumah yang di
halaman depannya banyak pepohonan menjulur dan warung kecil yang dipenuhi
meja kursi seperti sebuah kafe kecil itu adalah sebuah Museum Garuda yang
dipenuhi dengan koleksi-koleksi yang berkaitan dengan burung Garuda, atau
sering juga disebut burung elang rajawali. Papan nama yang menunjukkan
bahwa rumah itu adalah cikal-bakal Museum Garuda juga tidak tampak.
Namun, begitu pengunjung memasuki ruang depan rumah itu, maka akan
terlihat semua koleksi yang berkaitan dengan lambang negara RI, Garuda
Pancasila. Memang, penataan koleksi di tempat ini belum seperti layaknya
museum pada umumnya, karena keterbatasan ruang pamer.

Konten Terkait:  Teater Koma Mengangkat Lakon Mahabrata Dalam


Kemasan Modern

Biar pun tempat menyimpan dan memajang koleksi dalam segala hal yang
berkaitan dengan burung Garuda masih cukup sederhana, namun pengunjung
sudah lumayan banyak. Setidaknya pengunjung rombongan selalu ada. Mereka
penasaran, ingin mengetahui detail koleksi yang disimpan di museum ini.
Walaupun jika jumlah pengunjung banyak, yang masuk harus antri dan
bergantian.

Rombongan yang berkunjung di antaranya anak-anak sekolah hingga


mahasiswa. Banyak yang dipelajari di museum kecil ini, setidaknya untuk
mengenal kembali sejarah awal lambang negara RI yakni burung Garuda dan
lima sila dalam Pancasila yang ada di dadanya maupun pita bertuliskan
“Bhinneka Tunggal Ika” yang dicengkeram oleh kakinya. Apalagi penanaman
nilai-nilai Pancasila sekarang ini digalakkan kembali oleh pemerintah agar
membumi di tanah pertiwi.

https://www.kompasiana.com/dhila44937/5cc8865995760e41ae6fd723/rumah-garuda-destinasi-wisata-
edukasi-penguat-bangsa-yu
Kota Yogyakarta, siapa tak kenal dengan kota yang sering disebut dengan nama Jogja ini. Kota
yang dijuluki sebagai kota pelajar ini memang sudah tak asing lagi terdengar di telinga
wisatawan.Tak hanya wisata budaya dan sejarah,namun berbagai wisata edukasi yang ada di kota
ini juga tak kalah menarik untuk dijelajahi. Salah satunya adalah "Museum Garuda" yang
beralamat di Jalan Puri Sewon Asri Blok L, Panggungharjo, Sewon Bantul- DIY. 

Beberapa hari yang lalu berkesempatan untuk mengunjungi tempat ini yang hanya berjarak
kurang lebih 1 KM dari kampus ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta. Museum Rumah
Garuda didirikan pada tanggal 17 Agustus 2011 yang diprakarsai oleh Nanang R Hidayat yang
juga merupakan salah satu dosen di ISI. 

Ia mulai mengoleksi bentuk-bentuk Garuda dari tahun 2003 hingga sekarang. Hingga saat ini
sudah ada sekitar 300 lebih koleksinya yang berupa patung, foto, lukisan, buku, pernak-pernik,
dan film tentang sejarah lambang Garuda Pancasila sebagai Lambang negara. 

Kadang orang dengan saat ditanyai apa lambang negara Indonesia, mereka akan menjawab
dengan spontanitas yaitu burung Garuda. Padahal Lambang negara Indonesia bukanlah semata-
mata hanya burung garuda, melainkan adalah Garuda Pancasila, yang merupakan
lambang negara Indonesia. Untuk itu dirasa perlu adanya penanaman pemahaman nilai-
nilai penting dari bangsa Indonesia salah satunya adalah Lambang Negara.

Oleh karena itu Rumah Garuda ini didirikan dengan visi sebagai pusat rujukan
pengetahuan tentang Garuda secara luas dan Garuda Pancasila sebagai lambang
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian Tujuan dari didirikannya museum
garuda sendiri yaitu:

1. Menginspirasi warga negara Indonesia dalam menjiwai semangat Garuda Pancasila.


2. Menfasilitasi warga negara Indonesia untuk memahami arti lambang Garuda
Pancasila secara keseluruhan.
3. Menanamkan rasa bangga kepada warga negara Indonesia terhadap Garuda
Pancasila dan sejarah bangsanya.
4. Membangun semangat Garuda Pancasila dalam kehidupan keseharian, berbangsa,
dan bernegara

Kesan awal saat memasuki museum ini adalah terdapat banyak sekali pernak pernik
garuda pancasila yang terdapat dihampir seluruh sudut museum. 
Dokpri

Saat tiba disana kami berkesempatan untuk bertemu sekaligus berbincang langsung
dengan bapak Nanang selaku pemilik museum rumah garuda. Beliau menjelaskan dari
awal ketertarikannya dengan lambang negara yang sampai mengantarkannya pada
pembuatan museum ini. Selain mengumpulkan benda-benda sebagai koleksi, beliau
juga membuat berbagai alat peraga edukasi yang berguna untuk mengenalkan dan
menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam hidup.

Salah satunya adalah wayang Pulau. Wayang Pulau memiliki berbagai macam karakter
dengan bentuk pulau-pulau di Indonesia mulai dari Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua. 

Latarbelakang dari wayang pulau ini adalah bercerita tentang bangsa Indonesia yang
memiliki beragam ras, suku bangsa, dan budaya. Keberagaman tersebut disatukan
dengan Pancasila dan lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila."Dalam waktu dekat
ini saya juga membuat projek tentang wayang yang menggambarkan tempat ibadah,
dari berbagai agama di Indonesia". Ujarnya 

Tak hanya sampai disitu, Beliau juga mengenalkan sebuah kamus lipat yang
didalamnya berisi butir-butir Pancasila. 

Hal itu tentunya mempermudah kita belajar serta mengetahui apa saja butir-
butir Pancasila yang memang saat ini sudah jarang orang yang tahu dan paham
akan hal tersebut, apalagi generasi muda era milenal, perlu diberikan pengetahuan
lebih dalam mengenai pancasila sebagai dasar negara.

Selanjutnya adalah isi dari museum garuda itu sendiri, yaitu terdapat
ratusan koleksi seperti:

1. Lukisan

Dokpri

2. Pernak pernik garuda


Dokpri

3. Foto
Dokpri

4. Patung
Dokpri

Dan masih banyak lagi benda-benda unik dan bersejarah yang ada di museum
garuda ini. 
Seiring berkembangnya zaman, eksitensi Pancasila seakan semakin pudar
tergerus dengan arus globalisasi. Untuk itu dari museum ini bisa kita bisa
belajar bahwa, pancasila tidak semata-mata hanya sebagai nama atau label,
melainkan pancasila adalah sebuah pedoman hidup berbangsa dan
bernegara yang keberadaannya harus diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Saya rasa kunjungan study seperti merupakan salah satu bentuk


penanaman edukasi yang menarik bagi generasi muda yang selalu ingin
tahu tempat serta hal-hal baru yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.
Oleh karena itu jika kita sedang berkunjung ke kota Jogja, maka tak ada
salahnya untuk menilik tempat-tempat yang unik sekaligus inspiratif seperi
Museum Garuda ini. 

Semoga Bermanfaat

Yogyakarta, 26 April 2019

Anda mungkin juga menyukai