Anda di halaman 1dari 61

Sejarah Bangsa Indonesia

satu detik yang telah berlalu adalah goresan sejarah kehidupan

Perancang Lambang Garuda Pancasila yang Terlupakan

Siapa tak kenal burung Garuda berkalung perisai yang merangkum lima sila (Pancasila). Tapi
orang Indonesia mana sajakah yang tahu, siapa pembuat lambang negara itu dulu? Dia adalah
Sultan Hamid II, yang terlahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan
Pontianak; Sultan Syarif Muhammad Alkadrie. Lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913.

Dalam tubuhnya mengalir darah Indonesia, Arab walau pernah diurus ibu asuh berkebangsaan
Inggris. Istri beliau seorang perempuan Belanda yang kemudian melahirkan dua anak keduanya
sekarang di Negeri Belanda.

Syarif Abdul Hamid Alkadrie menempuh pendidikan ELS di Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta,
dan Bandung. HBS di Bandung satu tahun, THS Bandung tidak tamat, kemudian KMA di Breda,
Negeri Belanda hingga tamat dan meraih pangkat letnan pada kesatuan tentara Hindia Belanda.

Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan sekutunya, pada 10 Maret 1942, ia tertawan dan
dibebaskan ketika Jepang menyerah kepada Sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi
kolonel. Ketika ayahnya mangkat akibat agresi Jepang, pada 29 Oktober 1945 dia diangkat
menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya dengan gelar Sultan Hamid II. Dalam
perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah
Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) berdasarkan konstitusi RIS 1949 dan selalu turut dalam
perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan
Belanda.

Sultan Hamid II kemudian memperoleh jabatan Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN


Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten ratu Kerajaan Belanda
dan orang Indonesia pertama yang memperoleh pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Pada 21-22
Desember 1949, beberapa hari setelah diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio,
Westerling yang telah melakukan makar di Tanah Air menawarkan over commando
kepadanya, namun dia menolak tegas. Karena tahu Westerling adalah gembong APRA.
Selanjutnya dia berangkat ke Negeri Belanda, dan pada 2 Januari 1950, sepulangnya dari Negeri
Kincir itu dia merasa kecewa atas pengiriman pasukan TNI ke Kalbar karena tidak
mengikutsertakan anak buahnya dari KNIL.

Pada saat yang hampir bersamaan, terjadi peristiwa yang menggegerkan; Westerling menyerbu
Bandung pada 23 Januari 1950. Sultan Hamid II tidak setuju dengan tindakan anak buahnya itu,
Westerling sempat di marah. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi
Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden
Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dari transkrip
rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan file dokumen
proses perancangan lambang negara, disebutkan ide perisai Pancasila muncul saat Sultan
Hamid II sedang merancang lambang negara.

Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan
pandangan hidup bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia
Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto
Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis M Yamin sebagai ketua, Ki Hajar
Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Purbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini
bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada
pemerintah. Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab untuk
melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara.
Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin.
Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah dan DPR RIS adalah rancangan Sultan Hamid
II. Karya M Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh
Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden
RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan
penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan mereka bertiga, mengganti pita yang
dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan Bhineka Tunggal Ika. Tanggal 8 Februari 1950, rancangan final
lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden
Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi
untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda dengan tangan
dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan
rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG
Pringgodigdo dalam bukunya Sekitar Pancasila terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan
pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda
Pancasila masih gundul dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Inilah karya
kebangsaan anak-anak negeri yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh
seorang anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.

Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada
khalayak umum di Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Penyempurnaan kembali
lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Rajawali Garuda Pancasila yang gundul
menjadi berjambul dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkram pita dari semula
menghadap ke belakang menjadi menghadap ke depan juga diperbaiki, atas masukan Presiden
Soekarno. Tanggal 20 Maret 1950, bentuk final gambar lambang negara yang telah diperbaiki
mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah,
untuk melukis kembali rancangan tersebut sesuai bentuk final rancangan Menteri Negara RIS
Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar
lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di
mana lukisan otentiknya diserahkan kepada H Masagung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli
1974 Rancangan terakhir inilah yang menjadi lampiran resmi PP No 66 Tahun 1951 berdasarkan
pasal 2 Jo Pasal 6 PP No 66 Tahun 1951. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi
Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada
awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Kraton Kadriyah Pontianak. Sultan Hamid II
wafat pada 30 Maret 1978 di Jakarta dan dimakamkan di pemakaman Keluarga Kesultanan
Pontianak di Batulayang.

Turiman SH M.Hum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura Pontianak yang


mengangkat sejarah hukum lambang negara RI sebagai tesis demi meraih gelar Magister Hukum
di Universitas Indonesia, menjelaskan bahwa hasil penelitiannya tersebut bisa membuktikan
bahwa Sultan Hamid II adalah perancang lambang negara. Satu tahun yang melelahkan untuk
mengumpulkan semua data. Dari tahun 1998-1999, akunya. Yayasan Idayu Jakarta, Yayasan
Masagung Jakarta, Badan Arsip Nasional, Pusat Sejarah ABRI dan tidak ketinggalan Keluarga
Istana Kadariah Pontianak, merupakan tempat-tempat yang paling sering disinggahinya untuk
mengumpulkan bahan penulisan tesis yang diberi judul Sejarah Hukum Lambang Negara RI
(Suatu Analisis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara dalam Peraturan
Perundang-undangan). Di hadapan dewan penguji, Prof Dr M Dimyati Hartono SH dan Prof Dr
H Azhary SH dia berhasil mempertahankan tesisnya itu pada hari Rabu 11 Agustus 1999.
Secara hukum, saya bisa membuktikan. Mulai dari sketsa awal hingga sketsa akhir. Garuda
Pancasila adalah rancangan Sultan Hamid II, katanya pasti. Besar harapan masyarakat Kal-Bar
dan bangsa Indonesia kepada Presiden RI SBY untuk memperjuangkan karya anak bangsa
tersebut, demi pengakuan sejarah, sebagaimana janji beliau ketika berkunjung ke Kal-Bar
dihadapan tokoh masyarakat, pemerintah daerah dan anggota DPRD Provinsi Kal-Bar.
ASAL-USUL NAMA IND
PADA zaman purba, kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa
Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai (Kepulauan Laut Selatan). Berbagai
catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara (Kepulauan Tanah Seberang),
nama yang diturunkan dari kata Sansekerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang). Kisah
Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta,
istri Rama yang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa (Pulau Emas, yaitu Sumatra
sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.

Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jazair al-Jawi (Kepulauan Jawa). Nama Latin untuk
kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para
pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu
hanya tumbuh di Sumatra. Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil Jawa oleh
orang Arab.

Bahkan orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi
(Sumatra, Sulawesi, Sunda, semuanya Jawa) kata seorang pedagang di Pasar Seng, Mekah.

Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia. Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali
datang itu beranggapan bahwa Asia hanya terdiri dari Arab, Persia, India, dan Cina. Bagi mereka,
daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah Hindia. Semenanjung
Asia Selatan mereka sebut Hindia Muka dan daratan Asia Tenggara dinamai Hindia
Belakang.
Sedangkan tanah air kita memperoleh nama Kepulauan Hindia (Indische Archipel, Indian
Archipelago, lArchipel Indien) atau Hindia Timur (Oost Indie, East Indies, Indes
Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel,
Malay Archipelago, lArchipel Malais).

Ketika tanah air kita terjajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah
Nederlandsch- Indie (Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945
memakai istilah To-Indo (Hindia Timur). Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal
dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan
kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga Kepulauan Hindia (bahasa Latin
insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang
Bandung, Insulinde mungkin cuma dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan
Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang kita kenal
sebagai Dr. Setiabudi (beliau adalah cucu dari adik Multatuli), mempopulerkan suatu nama untuk
tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata India. Nama itu tiada lain adalah Nusantara,
suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari
Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 lalu
diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun
1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan
pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit, Nusantara digunakan untuk
menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang)
sebagai lawan dari Jawadwipa ( Pulau Jawa). Kita tentu pernah mendengar Sumpah Palapa
dari Gajah Mada, Lamun huwus kalah nusantara, isun amukti palapa (Jika telah kalah pulau-
pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat).
Oleh Dr. Setiabudi kata nusantara zaman Majapahit yang berkonotasi jahiliyah itu diberi
pengertian yang nasionalistis. Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini
memiliki arti yang baru yaitu nusa di antara dua benua dan dua samudra, sehingga Jawa pun
termasuk dalam definisi nusantara yang modern. Istilah nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat
menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda.
Sampai hari ini istilah nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari
Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Kini akan
kita telusuri dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul.

Nama Indonesia

Pada tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian
Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-
1869), orang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada
tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865),
menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.

Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel On the Leading
Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations. Dalam artikelnya itu
Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan
Melayu untuk memiliki nama khas (a distinctive name), sebab nama Hindia tidaklah tepat dan
sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama: Indunesia
atau Malayunesia (nesos dalam bahasa Yunani berarti pulau). Pada halaman 71 artikelnya itu
tertulis: the inhabitants of the Indian Archipelago or Malayan Archipelago would become
respectively Indunesians or Malayunesians.

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia (Kepulauan Melayu) daripada


Indunesia (Kepulauan Hindia), sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan
Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula,
kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl
memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia.
Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel
The Ethnology of the Indian Archipelago. Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan
perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago terlalu
panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf
u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam
tulisan Logan: Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of
Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a shorter
synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. Ketika mengusulkan nama
Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi
nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!

Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama Indonesia dalam tulisan-tulisan
ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang
etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama
Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen
Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah
air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah Indonesia di
kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah Indonesia itu
ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van
Nederlandsch- Indie tahun 1918. Padahal Bastian mengambil istilah Indonesia itu dari
tulisan-tulisan Logan.

Putra ibu pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah Indonesia adalah Suwardi Suryaningrat
(Ki Hajar Dewantara). Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah
biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.

Makna Politis

Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan
geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama
Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan
kemerdekaan! Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian
kata ciptaan Logan itu.

Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool
(Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri
Belanda (yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging) berubah nama
menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia
Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.

Bung Hatta menegaskan dalam tulisannya, Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de
toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia
saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia
menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-
citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (
Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924.
Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia
(PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal
Indonesische Padvinderij (Natipij) . Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula
menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air,
bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928,
yang kini kita sebut Sumpah Pemuda.

Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad (Dewan Rakyat; DPR zaman Belanda),
Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardjo Kartohadikusumo,
mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama Indonesia diresmikan sebagai
pengganti nama Nederlandsch-Indie. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak
mentah-mentah.
Maka kehendak Allah pun berlaku. Dengan jatuhnya tanah air kita ke tangan Jepang pada
tanggal 8 Maret 1942, lenyaplah nama Hindia Belanda untuk selama-lamanya. Lalu pada
tanggal 17 Agustus 1945, atas berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, lahirlah Republik
Indonesia.

Palagan Ambarawa 12-15 Desember 1945


Perjuangan heroik rakyat Indonesia dalam mempertahankan dan memperjuangkan
Kemerdekaannya sungguh tidak bisa diabaikan begitu saja, mereka bahu membahu dengan
segala golongan, mulai dari petani, pedagang, guru, hingga para pelajar bersama dengan tentara
tanpa mengenal rasa lelah, takut serta kelaparan berjuang menghadapi desingan peluru serta
berondongan persenjataan modern milik para penjajah.Sungguh perjuangan yang sangat
menguras tenaga dan airmata, mengorbankan segalanya baik nyawa ataupun harta. Beribu
bahkan berjuta nyawa rakyat Indonesia melayang demi kemerdekaan bangsa ini, mereka rela
menyerahkan nyawanya menjadi martir demi anak cucunya nanti.

Seperti yang terjadi di Ambarawa, sebuah daerah yang terletak di sebelah selatan kota Semarang-
Jawa Tengah, dimana rakyat beserta tentara Indonesia berjuang mempertahankan daerahnya dari
cengkeraman tentara sekutu yang mencoba membebaskan para tahanan tentara Belanda ( NICA).

Pada tanggal 20 Oktober 1945, tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Bethell mendarat di
Semarang dengan maksud mengurus tawanan perang dan tentara Jepang yang berada di Jawa
Tengah. Kedatangan sekutu ini diboncengi oleh NICA. Kedatangan Sekutu ini mulanya disambut
baik, bahkan Gubernur Jawa Tegah Mr. Wongsonegoro menyepakati akan menyediakan bahan
makanan dan keperluan lain bagi kelancaran tugas Sekutu, sedang Sekutu berjanji tidak akan
mengganggu kedaulatan Republik Indonesia.

Namun, ketika pasukan Sekutu dan NICA telah sampai di Ambarawa dan Magelang untuk
membebaskan para tawanan tentara Belanda, justru mempersenjatai mereka sehingga
menimbulkan amarah pihak Indonesia. Insiden bersenjata timbul di kota Magelang, hingga
terjadi pertempuran. Di Magelang, tentara Sekutu bertindak sebagai penguasa yang mencoba
melucuti Tentara Keamanan Rakyat ( TKR ) dan membuat kekacauan. TKR Resimen Magelang
pimpinan M. Sarbini membalas tindakan tersebut dengan mengepung tentara Sekutu dari segala
penjuru. Namun mereka selamat dari kehancuran berkat campur tangan Presiden Soekarno yang
berhasil menenangkan suasana. Kemudian pasukan Sekutu secara diam-diam meninggalkan Kota
Magelang menuju ke benteng Ambarawa. Akibat peristiwa tersebut, Resimen Kedu Tengah di
bawah pimpinan Letnan Kolonel M. Sarbini segera mengadakan pengejaran terhadap mereka.
Gerakan mundur tentara Sekutu tertahan di Desa Jambu karena dihadang oleh pasukan Angkatan
Muda di bawah pimpinan Oni Sastrodihardjo yang diperkuat oleh pasukan gabungan dari
Ambarawa, Suruh dan Surakarta.

Sekutu kembali dihadang oleh Batalyon I Suryosumpeno di Ngipik. Pada saat pengunduran,
tentara Sekutu mencoba menduduki dua desa di sekitar Ambarawa. Pasukan Indonesia di bawah
pimpinan Letnan Kolonel Isdiman berusaha membebaskan kedua desa tersebut, Letnan Kolonel
Isdiman gugur. Sejak gugurnya Letkol Isdiman, Komandan Divisi V Banyumas, Soedirman
merasa kehilangan perwira terbaiknya dan ia langsung turun ke lapangan untuk memimpin
pertempuran. Kehadiran Kolonel Sudirman memberikan nafas baru kepada pasukan-pasukan RI.
Koordinasi diadakan diantara komando-komando sektor dan pengepungan terhadap musuh
semakin ketat. Siasat yang diterapkan adalah serangan pendadakan serentak di semua sektor.
Bala bantuan terus mengalir dari Yogyakarta, Solo, Salatiga, Purwokerto, Magelang, Semarang,
dan lain-lain.

Tanggal 23 Nopember 1945 ketika matahari mulai terbit, mulailah tembak-menembak dengan
pasukan Sekutu yang bertahan di kompleks gereja dan pekuburan Belanda di Jalan Margo
Agung. Pasukan Indonesia antara lain dari Yon Imam Adrongi, Yon Soeharto dan Yon Sugeng.
Tentara Sekutu mengerahkan tawanan-tawanan Jepang dengan diperkuat tanknya, menyusup ke
kedudukan Indonesia dari arah belakang, karena itu pasukan Indonesia pindah ke Bedono.

Pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Soedirman mengadakan rapat dengan para Komandan
Sektor TKR dan Laskar. Pada tanggal 12 Desember 1945 jam 04.30 pagi, serangan mulai
dilancarkan. Pertempuran berkobar di Ambarawa. Satu setengah jam kemudian, jalan raya
Semarang-Ambarawa dikuasai oleh kesatuan-kesatuan TKR. Pertempuran Ambarawa
berlangsung sengit, Kolonel Soedirman langsung memimpin pasukannya yang menggunakan
taktik gelar supit urang, atau pengepungan rangkap sehingga musuh benar-benar terkurung.
Suplai dan komunikasi dengan pasukan induknya terputus sama sekali. Setelah bertempur selama
4 hari, pada tanggal 15 Desember 1945 pertempuran berakhir dan Indonesia berhasil merebut
Ambarawa dan Sekutu dibuat mundur ke Semarang.

Kedahsyatan Palagan Ambarawa juga tercermin dalam laporan pihak Inggris yang menulis: The
battle of Ambarawa had been a fierce struggle between Indonesian troops and Pemuda and, on
the other hand, Indian soldiers, assisted by a Japanese company. Yang juga ditambahi dengan
kalimat, The British had bombed Ungaran intensively to open the road and strafed Ambarawa
from air repeatedly. Air raids too had taken place upon Solo and Yogya, to destroy the local radio
stations, from where the fighting spirit was sustained
Kemenangan pertempuran ini kini diabadikan dengan didirikannya Monumen Palagan
Ambarawa dan diperingatinya Hari Jadi TNI Angkatan Darat atau Hari Juang Kartika.

Dan hingga kini, darah pejuang yang membasahi bumi Ambarawa adalah bukti dari keteguhan
serta pengorbanan untuk mempertahankan harga diri bangsa yang harus tetap kita pertahankan
sampai kapanpun.

Menelusuri Jejak Imigran Jawa di Suriname


Wajah Sidin pada pas foto di surat kesehatannya terlihat gagah. Pemuda asal Pekalongan itu
menggunakan ikat kepala kain khas pemuda daerah pesisir Jawa, tidak berbaju dan bercelana
putih.

Dalam foto tahun 1908 yang dibuat pemerintah kolonial Belanda untuk pelengkap surat
kesehatan sebagai syarat mengiriman Sidin ke Suriname itu dia berpose duduk santai dengan
tangan di atas paha.

Bagi cucu Sidin, foto itu mempunyai arti penting dan bersejarah.
Maurit S Hassankhan/Sandew Hira memuat foto Sidin itu dalam buku Historische Database Van
Suriname, Gegevens Over de Javaanse Immigranten (Data Sejarah Suriname, Data Imigrasi
Orang Jawa) yaitu buku yang berisi data para imigran Jawa ke Suriname.

Buku yang terbit atas gagasan Amrit Consultancy dan Institut Riset Ilmu Sosial Universitas
Suriname itu secara menakjubkan berhasil memuat lengkap data menyangkut 32.965 orang Jawa
yang 114 tahun lalu menjadi pekerja dan bermigrasi ke Suriname.

Dalam rencana semula buku itu sebenarnya untuk memuat data imigran Hindustani ke Suriname,
namun saat proyek berjalan muncul ide untuk memasukkan pula data jati diri orang-orang Jawa
yang dikirim pemerintah Kolonial Belanda ke daerah jajahannya, Suriname, sejak 9 Agustus
1890 hingga 13 Desember 1939.

Pada periode itu terdapat 32.965 orang Jawa yang di kirim ke Suriname, suatu negara koloni
kecil di Amerika Selatan.

Para pekerja asal Jawa itu pada 1890-1914 di berangkatkan dari Jawa dalam kelompok-
kelompok kecil dari daerah pemberangkatan mereka dari Jakarta (Batavia) dan Semarang.

Di suriname mereka dipekerjakan di ladang dan pabrik perkebunan tebu, kopi, cokelat dan
lainnya. Hanya pada angkatan ke 77 pada tahun 1904 mereka dipekerjakan dalam pembuatan
jalan kereta api.
Selama perang Perang Dunia I para imigran Jawa itu juga ada yang dipekerjakan di tambang
bauksit di Moengo, Suriname.

Dalam data yang tercantum pada buku itu dimuat nama imigran, nama orang tua, jenis kelamin,
usia saat diberangkatkan, hubungan keluarga dengan pekerja lainnya, tinggi badan, agama
(semua disebutkan Islam), tempat tinggal terakhir, tempat keberangkatan, tanggal tiba di
Suriname, lembaga perekrut, perusahaan yang mempekerjakan, daerah tempat bekerja di
Suriname, nomer kontrak dan keterangan perubahan jika ada.

Mereka dikontrak untuk bekerja selama lima tahun, tetapi kenyataannya sebagian besar dari
mereka terpaksa bekerja seumur hidupnya.
Dalam buku itu disebutkan hingga pada tahun 1954 sekitar 8.684 (26 persen)imigran tersebut
sudah dikembalikan ke kampung halaman masing-masing.

Mereka yang ingin tinggal menjadikan Suriname sebagai kampung halaman, tetapi disebutkan
pula ada sebagian orang yang memilih menjadi warga negara Belanda ketika Suriname
menjelang merdeka (1965) karena ingin mendapatkan tunjangan sosial.

Kisah Suwarto Mustaja, tokoh masyarakat Jawa Suriname, bisa menjadi contoh.
Suwarto salah seorang keturunan para imigran Jawa pada saat muda gigih berjuang bersama
orang tua dan masyarakat Jawa lainnya untuk mendapatkan hak mereka agar bisa dikembalikan
ke Indonesia, tetapi ketika pemerintah Belanda mengijinkan mereka pulang, ibunya justru
menangis dan memilih untuk tetap tinggal di Suriname.

Di sini kamu (Suwarto) lahir dan di sini aku akan tinggal, kata Ibu Suwarto dengan linangan
air mata.

Dengan berat hati Suwarto muda akhirnya memilih untuk tetap tinggal di Suriname, meskipun
bapaknya mendesaknya agar kembali ke Indonesia.
Meski pahit hidup di perkebunan di Suriname, terpaksa mereka terima apa adanya.

Kini keturunan mereka tidak lagi bekerja di perkebunan milik perusahaan Belanda seperti orang
tuanya karena perusahaan perkebunan Belanda sudah tutup atau bangkrut.

Sebagian kecil dari mereka yang mendapatkan kebebasan itu beralih profesi menjadi pedagang
dan ternyata meraih sukses, bahkan ada yang mampu mendapat pemasukan bersih US$20.000
per bulan seperti yang dialami Wilem Sugiono.

Tetapi, ada banyak pula bekas imigran dan keturunannya yang masih tetap berladang di tanah
seluas 1,25 hektar dengan beragam tanaman.
Jenifer, ibu seorang anak relatif beruntung dibandingkan keturunan imigran Jawa lainnya.

Perempuan yang bersuamikan pria bernama Azis itu mengelola kafe kecil di samping hotel
meiliknya.

Saya hanya bisa sedikit berbahasa Jawa, katanya dalam bahasa Inggris yang fasih.
Di samping bahasa Inggris, dia juga fasih berbahasa Belanda, sebagaimana sebagian besar orang
keturunan Jawa lainnya.

Dengan memiliki hotel berbintang dua, cafe dan kompleks perbelanjaan dia terlihat hidup
nyaman di Paramaribo, ibukota Suriname.

Paramaribo adalah kota kecil, dibandingkan kota di Indonesia, tetapi kota itu terlihat eksotik
dengan gedung-gedung peninggalan Belanda yang memenuhi kota.

Tonggak hubungan
Kedubes RI di kota itu sejak 1980 hingga sekarang berusaha menjaga hubungan baik dengan
Suriname, terutama dengan warga Jawa dan keturunannya yang kini berjumlah 74.760 (17,8%)
dari 481.146 penduduk Suriname.

Tonggak hubungan baik itu terlihat pada pendirian Gedung Sono Budoyo pada 1990 yang
mendapat bantuan dari Soeharto, Persiden RI pada masa itu.
Gedung disertai sebuah tugu yang dibangun pada tahun 1990 itu sekaligus untuk memperingati
100 tahun kedatangan orang Jawa di Suriname.

Pada tahun 2005, di suriname akan diadakan peringatan tahun ke-115 kedatangan orang Jawa di
negara yang merdeka pada 25 November 1975 itu.
Pemerintah Indonesia dan Suriname melanjutkan tradisi bersahabat dengan mengadakan
sejumlah pertemuan, diantaranya pertemuan Komisi Bersama Bilateral I RI-Suriname yang
berlangsung di Paramaribo pada 03-05 April 2003.
Pada 22 November 2004 diadakan sidang lanjutan di Jogjakarta. Pada pertemuan kedua itu
disepakati adanya sejumlah kegiatan diantaranya pelatihan di bidang otomotif bagi warga
Suriname yang akan dilaksanakan di Indonesia pada 2005.
Indonesia juga akan mengundang pembicara dari Suriname untuk membahas peringatan 115
tahun imigrasi orang Jawa ke Suriname dan 100 tahun pelaksanaan transmigrasi di Indonesia.

Dalam pertemuan Direktur Pemukiman Kembali Ditjen Mobilitas Penduduk Depnakertrans


Sugiarto Sumas dengan Menteri Perencanaan dan Kerjasama Pembangunan Suriname
Keremchand Raghoebarshing dan Menteri Perburuhan, Pengembangan Teknologi dan
Lingkungan Clifford Marica di Paramaribo terungkap keinginan kedua pihak untuk mengadakan
lebih banyak kegiatan.
Diantaranya, pengiriman tenaga ahli dari Indonesia untuk melatih tenaga Suriname di berbagai
bidang diantaranya pertanian, pariwisata, agribisnis, agroindustri dan pengelolaan hutan.

Suriname juga sangat berminat untuk mempelajari cara Indonesia mengembangkan daerah
produktif baru untuk perkebunan atau pengembangan suatu wilayah.

Komisi bersama, sebenarnya sudah membahas berbagai bidang kerja sama kedua negara, seperti
pertukaran pengalaman pembangunan nasional, meningkatkan perdagangan kedua negara,
investasi, angkutan udara, turisme, kerja sama di bidang teknis, bantuan di bidang pelatihan,
pendidikan, beasiswa non geloar, kerja sama di bidang komunikasi dan informasi, pencegahan
kejahatan, pertahanan, dan sejumlah isu lainnya.
Kerinduan para imigran dan keturunannya akan budaya Jawa juga terungkap dalam pertemuan
masyarakat keturunan imigran Jawa dengan Dubes RI Suparmin Sunjoyo dan Sugiarto Sumas di
Distrik Wanica, dekat dari Paramaribo.
Sarmo, seorang warga keturunan Jawa pada kesempatan itu mendesak agar Indonesia segera
megirim Guru Bahasa Jawa, Dalang, dan pengajar tari untuk mereka.

Dia juga mengharapkan Indonesia bisa mengirim pakar pertanian. Sementara keluarga imigran
lainnya menagih janji pengiriman guru pencak silat.
Suparmin menjawabnya dengan simpati.

Saya sudah bertemu dengan Sultan HB X, beliau menyangupi untuk mengirim guru bahasa
Jawa, dalang dan guru tari. Jadi, saya sudah berusaha mewudjukan keinginan tersebut sebelum
Pak Sarmo memintanya, kata Suparmin lalu disambut tepuk tangan hadirin.

Mengenai, permintaan guru pencak silat, Dubes juga sudah membicarakannya dengan Prabowo,
tokoh pencak silat Indonesia, sedangkan untuk penyediaan tenaga ahli pertanian, Suparmin akan
membicarakannya dalam pertemuan lanjutan ketiga Komisi Bersama kedua negara dalam waktu
dekat.
Interaksi Indonesia dan Suriname bisa tergambar pada antusiasme dan desakan Sarmo dan
kawan-kawan akan peningkatan keterlibatan Indonesia dalam sendi-sendi kehidupan mereka.

Indonesia adalah saudara kulo. Negara mbah kulo, kata Sarmo.


Sarmo dan kawan-kawan memang saudara bagi orang Indonesia, meski berlainan
kewarganegaraan.

Penduduk Asli Betawi


Ada yang berpendapat penduduk Betawi itu majemuk. Artinya, mereka berasal dari percampuran
darah pelbagai suku bangsa dan bangsa-bangsa asing. Pendapat ini tidak seluruhnya benar.

Seperti dikemuka kan sejarawan Sagiman MD, penduduk Betawi telah mendiami Jakarta dan
sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum, yaitu 1500 SM. Yang pasti
penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan
Madura. Tidak dipungkiri memang ada percampuran darah di zaman kekuasaan Hindia Belanda.
Mengingat pada masa itu, khususnya pada abad ke-17, 18, dan 19, ter jadi percampuran darah
ketika warga Cina, Arab, dan Eropa (Belanda), yang umumnya datang di Batavia tanpa istri,
mengawini penduduk setempat. Sementara itu, Yahya Andi Saputra, jebolan Fakultas Sejarah UI,
berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa. Menurutnya, dahulu kala
pendu duk di Nusa Jawa merupakan satu kesatuan budaya. Bahasa, kesenian, dan adat
kepercayaan mereka sa ma. Dia menyebutkan berbagai sebab yang kemudian menjadikan
mereka sebagai suku bangsa sendiri-sendiri. Pertama, munculnya kerajaan-kerajaan di zaman
sejarah. Kedua, kedatangan penduduk dari luar Nusa Jawa. Terakhir, perkembangan kemajuan
ekonomi daerah masing-masing. Penduduk asli Betawi ber bahasa Kawi (Jawa kuno). Di antara
penduduk juga mengenal huruf hanakacara (abjad bahasa Jawa dan Sunda). Jadi, penduduk asli
Betawi telah berdiam di Jakarta dan sekitarnya sejak zaman dahulu. Pada abad ke-2, Jakarta dan
sekitarnya termasuk wilayah kekuasaan Salakanagara atau Holoan yang terletak di kaki Gunung
Salak, Bogor. Penduduk asli Betawi adalah rakyat kerajaan Salakanagara. Pada zaman itu perda
gangan dengan Cina telah maju. Bahkan, pada tahun 432 Salakanagara telah mengirim utusan
dagang ke Cina.

Pada akhir abad ke-5 berdiri kerajaan Hindu Tarumanagara di tepi kali Citarum. Menurut Yahya,
ada yang menganggap Tarumanagara merupakan kelanjutan kerajaan Salakanagara. Hanya saja
ibukota kerajaan dipindahkan dari kaki gunung Salak ke tepi kali Citarum. Penduduk asli Betawi
menjadi rakyat kerajaan Tarumanagara. Tepatnya letak ibukota kerajaan di tepi sungai
Candrabagha, yang oleh Poerbatjaraka diidentifikasi dengan sungai Bekasi. Candra berarti bulan
atau sasi, jadi ucapan lengkapnya Bhagasasi atau Bekasi, yang terletak di sebelah timur
pinggiran Jakarta. Di sinilah, menurut perkiraan Poerbatjaraka, letak istana kerajaan
Tarumanengara yang termashur itu. Raja Hindu ini ternyata seorang ahli pengairan. Raja
mendirikan bendungan di tepi kali Bekasi dan Kalimati. Maka sejak saat itu rakyat
Tarumanagara mengenal persawahan menetap. Pada zaman Tarumagara kesenian mulai
berkembang. Petani Betawi membuat orang -orangan sawah untuk mengusir burung. Orang-
orangan ini diberi baju dan bertopi, yang hingga kini ma sih dapat kita saksikan di sawah-sawah
menjelang panen. Petani Betawi menyanyikan lagu sambil mengge rak-gerakkan tangan orang-
orangan sawah itu. Jika panen tiba petani bergembira. Sawah subur, karena diyakini Dewi Sri
menyayangi mereka. Dewi Sri, menurut mitologi Hindu, adalah dewi kemakmuran. Pendu duk
mengarak barongan yang dinamakan ondel-ondel untuk menyatakan merdeka punya
kagoembiraan. Ondel-ondel pun diarak dengan membunyikan gamelan. Nelayan juga bergembira
menyambut panen laut. Ikan segar merupakan rezeki yang mereka dapatkan dari laut. Karenanya
mereka mengadakan upacara nyadran. Ratusan perahu nelayan melaut mengarak kepala kerbau
yang dilarungkan ke laut.

Kerajaan Tarumanagara pada abad ke-7 ditaklukkan Kerajaan Sriwijaya yang beragama Budha.
Di zaman kekuasaan Sriwijaya berdatangan penduduk Melayu dari Sumatera. Mereka
mendirikan pemukiman di pesi sir Jakarta. Kemudian bahasa Melayu menggantikan kedudukan
bahasa Kawi sebagai bahasa pergaulan. Ini disebabkan terjadinya perkawinan antara penduduk
asli dengan pendatang Melayu. Bahasa Melayu mula-mula hanya dipakai di daerah pesisir saja.
Kemudian meluas sehingga ke daerah kaki Gunung Salak dan Gu nung Gede. Bagi masyarakat
Betawi keluarga punya arti penting. Kehidupan berkeluarga dipandang suci. Anggota keluarga
wajib menjunjung tinggi martabat keluarga. Dalam keluarga Betawi ayah disebut babe. Tetapi
ada juga yang menyebutnya baba, mba, abi atau abah pengaruh para pendatang dari Hadra
maut. Ibu disebut mak. Tetapi tidak kurang banyaknya yang menyebut nyak atau umih. Anak
pertama dinamakan anak bongsor dan anak bungsu dinamakan anak bontot.

Sejak dahulu kala Jakarta menarik perhatian orang asing. Pada tahun 414 berkunjung ke Jakarta
seorang kelana Tiongkok bernama Fa Hiiiien. Ia melihat banyak rumah di pesisir. Banyak
penduduk Jakarta yang menangkap ikan di laut. Jakarta banyak disukai orang asing karena air
minumnya yang jernih. Juga di sini dihasilkan tuak yang diambil dari pohon nira. Pada abad ke-
12 pelabuhan Sunda Kelapa ramai dikunjungi pelaut-pelaut asing. Kemudian hari sebagian dari
mereka menjadi penduduk Jakarta. Ketika Jan Pieterzoon Coen mendirikan Batavia (Mei 1619),
penduduk Jayakarta menyingkir sambil mendirikan markas gerilya di Jatinegara Kaum (Jakarta
Timur). Untuk mengisi kekosongan kota, Coen mendatangkan banyak budak dari Asia Selatan
dan Bali. Keberadaan budak yang baru dihapuskan 1860 membuat sejumlah sejarawan asing
terkecoh. Mereka menulis bahwa orang Betawi keturunan budak. Padahal sejak 1.500 tahun SM
di Jakarta dan sekitarnya sudah bermukim orang Betawi.

Ratu Adil Bermodal Keris


KABAR itu disiarkan melalui radio tabung ketika fajar baru terbit, 4 Juni 1962. Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo, Imam Negara Islam Indonesia, diringkus tentara di
persembunyiannya yang becek dan basah, di sebuah hutan yang tidak lebat di Jawa Barat.

Kastolani, komandan kompi Tentara Islam Indonesia di Brebes, Jawa Tengah, tak mampu
menahan amarah. Ia berniat mengajak sembilan anak buahnya menyerbu markas Tentara
Nasional Indonesia. Berusia 29 tahun ketika itu, Kastolani bertambah geram akan sikap para
komandannya.

Komandan Batalion dan Komandan Resor Militer Tentara Islam Indonesia di Brebes justru
menganjurkan prajuritnya menyerah. Saya tegaskan: komandan yang menyerah akan saya
tembak, tuturnya kepada Tempo di rumahnya di Salem, Brebes, akhir Juli lalu.

Tapi, melihat para komandan dan anggota Tentara Islam tak berniat melanjutkan perlawanan
setelah Kartosoewirjo tertangkap, ia melunak. Saya perintahkan anak buah saya, silakan turun
kalau mau menyerah, ia mengenang, dengan nada pahit. Tapi, saya ingatkan, jangan tinggalkan
salat.

Kastolani bergabung dengan Tentara Islam Indonesia di Brebes pada 1953. Ia terpikat janji
negara berbasis syariah. Diproklamasikan Kartosoewirjo pada 7 Agustus 1949 di Desa
Cisampah, Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat, Negara Islam Indonesia memikat ribuan orang
pada mulanya.

Tidak ada angka pasti, tapi diperkirakan 50 ribu orang menjadi anggota ketika Kartosoewirjo
ditangkap. Kepada pengikutnya, Karto selalu mengobarkan semangat jihad dan memerangi
pemerintahan kafir Soekarno.

Dianggap memberontak, pengikut Negara Islam Indonesia diburu Tentara Nasional Indonesia.
Sejak itu, mereka masuk hutan. Kastolani menjelajahi hutan di kawasan Bantar Kawung, Salem,
Majenang, Songgong, Cibinbin, dan Jati Rokek. Desa-desa itu merupakan wilayah pegunungan
di Brebes yang hutannya masih tersisa hingga kini.

Kartosoewirjo menggagas Negara Islam setelah Jepang menyerah kepada Sekutu, Agustus 1945.
Ia melontarkan keinginan itu ketika menjadi Sekretaris Partai Masyumi Jawa Barat pada Oktober
1945. Meski ditolak partai, gagasan ini didukung banyak ulama di Jawa Barat.

Melalui para ulama, Karto mempengaruhi anggota Sabilillah dan Hizbullah-sayap ketentaraan
Masyumi-di Jawa Barat pimpinan Oni. Dua laskar itu merupakan cikal bakal Tentara Islam
Indonesia yang dibentuk pada Februari 1948. Merasa mendapat dukungan kuat dari pengikutnya
dan Tentara Islam Indonesia, Kartosoewirjo membekukan kegiatan Partai Masyumi Jawa Barat.
Ia mendirikan Negara Islam Indonesia.

Solahudin, peneliti Darul Islam dari Universitas Indonesia, mengatakan keberhasilan


memperoleh dukungan tak lepas dari strategi Karto menggunakan ajaran tasawuf. Modelnya
tasawuf bercampur unsur kebatinan, katanya.

Ia mencontohkan, pada suatu kesempatan, Karto melakukan tapa geni di Gunung Kidul,
Yogyakarta. Dengan bertapa, Karto mengasingkan diri dari keramaian, membersihkan diri dari
pengaruh duniawi. Dalam bahasa Arab, aktivitas ini disebut riyadhoh. Kepada pengikutnya,
menurut Solahudin, Karto meyakinkan bahwa bertapa juga dilakukan Rasulullah ketika
memperoleh wahyu pertama kali di Gua Hira.

Setelah bertapa, Karto mengaku mendapat wahyu cakraningrat-sinar terang yang disebutkan
berbentuk kalimat syahadat dalam bahasa Arab. Sinar itu disebutkan melingkari wajah Karto.
Ateng Jaelani Setiawan, mantan Panglima Tentara Islam Indonesia, yang ditangkap pada Maret
1962, mengatakan bahwa dengan wahyu cakraningrat Karto mengklaim dirinya sebagai
khalifatullah. Kartosoewirjo mengangkat dirinya sebagai imam seluruh umat Islam di dunia.

Dalam buku Pedoman Dharma Bhakti Negara Islam Indonesia jilid ketiga, Kartosoewirjo disebut
dengan banyak julukan: Ratu Adil, Imam Mahdi, Sultan Heru Tjokro, dan Satrija Sakti. Julukan
itu disesuaikan dengan ramalan Joyoboyo, pujangga Jawa, tentang orang yang akan memimpin
umat manusia. Konon Kartosoewirjo akan bisa menjadi Ratu Adil jika bisa menyatukan dua
senjata pusaka, yakni Ki Dongkol dan Ki Rompang. Ketika ia ditangkap pada 3 Juni 1962, keris
Ki Dongkol ada di tangannya.

Dalam buku manifesto politiknya, Heru Tjokro Bersabda: Indonesia Kini dan Kelak,
Kartosoewirjo menulis, Heru Tjokro merupakan makhluk Allah yang suci, menguasai dan
memutar roda dunia menuju mardlotillah sejati, yaitu Negara Islam Indonesia. Heru Tjokro juga
diartikan sebagai: penyapu masyarakat jahiliah. Pemerintah Soekarno dianggap kafir karena
tidak menjalankan syariat Islam, dianggap jahiliah, dan harus diperangi.

Karto menganggap situasi Indonesia ketika itu sama dengan masa penyebaran Islam oleh Nabi
Muhammad di Mekah. Sementara Muhammad menghadapi perlawanan kaum Quraisy,
Kartosoewirjo mengatakan menghadapi Tentara Nasional Indonesia. Menurut Solahudin, alih-
alih mengikuti cara tasawuf yang tidak agresif, Kartosoewirjo meminta anak buahnya memerangi
pemerintah.

Karto juga membaurkan ritual keagamaan dengan kebatinan. Pada malam-malam tertentu, dia
mengumpulkan 41 ulama di daerah D-Satu-daerah yang sepenuhnya dikuasai Negara Islam
Indonesia. Mereka berdoa, berzikir, dan bersalat tahajud bersama. Semua dilakukan, menurut
Solahudin, demi menggapai wangsit dari langit.

Al-Chaidar, peneliti gerakan Islam Indonesia dari Universitas Malikussaleh, Nanggroe Aceh
Darussalam, ragu Kartosoewirjo menggunakan pengaruh tasawuf, apalagi yang berbau mistik.
Informasi itu bias, hanya cerita dari mulut ke mulut, katanya.
Untuk menguatkan ketaatan, konsep baiat-pernyataan setia kepada imam-diberlakukan bagi
pengikut. Sebelum berbaiat dengan Kartosoewirjo, seseorang belum dianggap menjadi muslim.
Dengan baiat, pengikut Negara Islam Indonesia dituntut tunduk dan patuh kepada pemimpin.
Dengan kesetiaan ini, sebagian besar pengikut menjadi puritan. Tak aneh, Tentara Nasional
Indonesia butuh 13 tahun untuk melumpuhkan kekuatan Tentara Islam Indonesia.

Kekasih Orang Pergerakan

BATU-BATU kali di atas nisan itu telah berlumut, di bawah payungan pohon-pohon menjulang.
Ini sebuah kompleks makam keluarga di belakang Masjid Jamik di Kampung Bojong,
Malangbong, di Garut, sebuah kota pedalaman di Jawa Barat. Suasana hening dan adem ketika
Tempo berziarah ke sana pada Juli lalu. Di sinilah Dewi Siti Kalsum, istri Kartosoewirjo, yang
akrab dipanggil Wiwiek, beristirahat untuk selamanya.

Lahir pada 1913, Dewi wafat 12 tahun lalu dalam usia 85 tahun. Bersebelahan dengan makam
Dewi adalah kuburan Raden Rubu Asiyah, ibundanya, perempuan menak asal Keraton
Sumedang, Jawa Barat. Di pemakaman ini Kartosoewirjo ingin dikuburkan. Bapak ingin
jenazahnya dekat dengan keluarga Malangbong, kata Sardjono, anak bungsu Kartosoewirjo,
kepada Tempo.

Tapi pemerintah Soekarno punya kemauan lain. Sampai sekarang tak jelas keberadaan jasad
Kartosoewirjo setelah dia dieksekusi mati pada September 1962 di sebuah tempat di Teluk
Jakarta. Kartosoewirjo agaknya ingin menunjukkan cintanya kepada Dewi hingga akhir hayat:
meminta dirinya dikuburkan di Malangbong-kendati tak kesampaian.

Pada masa gadisnya, Dewi adalah kembang Malangbong. Dia putri Ajengan Ardiwisastra, kiai
sekaligus ningrat kaya di Malangbong ketika itu. Dewi sangat dekat dan terkesan dengan sikap
hidup ayahnya. Pada usia delapan tahun, ibunya mengajak dia berjalan belasan kilometer ke
Tarogong, Garut, untuk menengok ayahnya yang ditahan Belanda. Pengalaman ini amat
membekas di hati dia.

Ardiwisastra ditahan Belanda karena bersama sejumlah ajengan memelopori pembangkangan


terhadap perintah Belanda, yang mewajibkan penjualan padi hanya kepada pemerintah Hindia
Belanda. Pada 1916, Belanda menembak mati Haji Sanusi, tokoh berpengaruh di Cimareme,
Garut. Terjadi pula penangkapan secara besar-besaran terhadap para ajengan, termasuk
Ardiwisastra dan santri-santrinya.

Dewi lulusan Hollandsch Inlandsche School (HIS) met de Quran Muhammadiyah Garut. HIS
adalah sekolah yang pertama berdiri pada 1914, seiring dengan berlakunya politik etis atau balas
budi penjajah Belanda kepada tanah jajahannya. Pendidikan setingkat sekolah dasar ini
menggunakan pengantar bahasa Belanda. Ini berbeda dengan Inlandsche School yang
menggunakan bahasa daerah. Umumnya yang bersekolah di HIS anak bangsawan, tokoh
terkemuka, atau pegawai negeri.

Ketika Dewi sedang mekar mewangi pada 1928, muncullah seorang pemuda di rumahnya. Ia
pintar bicara dan penuh daya tarik bagi Dewi, yang juga mulai aktif di dunia pergerakan. Pemuda
itu Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Ia mampir ke rumah Ardiwisastra untuk mengumpulkan
sumbangan warga Sarekat Islam guna mengongkosi Haji Agoes Salim ke Belanda. Agoes Salim
ke Negeri Kincir Angin untuk berdiplomasi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Ardiwisastra tokoh Partai Sarekat Islam Indonesia di Garut.

Sekarmadji saat itu sudah terkenal di kalangan Partai Sarekat Islam Indonesia. Dialah sekretaris
pribadi singa podium Haji Oemar Said Tjokroaminoto-yang ikut melambungkan nama
Kartosoewirjo ke kancah gerakan perlawanan terhadap Belanda. Pada Desember 1927 Karto
terpilih sebagai Sekretaris Umum Partai Sarekat Islam Indonesia. Sejak itu, ia banyak melakukan
perjalanan ke cabang-cabang Sarekat Islam.
Turne itu pula yang akhirnya membawa dia ke Malangbong menemui Ajengan Ardiwisastra.
Setahun setelah pertemuan itu, pada April 1929, Sekarmadji menikahi Dewi di Malangbong.
Tentang pernikahan ini, seorang ulama seusia Ardiwisastra mengatakan Sekarmadji diambil
menantu semata-mata karena motif kepartaian. Apakah calon menantunya tampan atau buruk
muka tidak penting, kata ulama tadi kepada Pinardi, penulis buku Sekarmadji Maridjan
Kartosoewirjo terbitan 1964.

Bagi Sekarmadji, Dewi punya semacam pertalian darah dengan dia, sama-sama keturunan Arya
Penangsang. Dalam sejarah Kerajaan Demak abad ke-15, Arya Penangsang adalah penguasa
kawasan Jipang yang terbunuh dalam perebutan kekuasaan setelah pamor Demak merosot.

Kepada Ateng Jaelani, tokoh Darul Islam yang lain, Sekarmadji pernah bakal menjadi menantu
Haji Agoes Salim. Tapi, karena Agoes Salim kalah berdebat dengan Sekarmadji, akhirnya batal.
Penyebab lain, Sarekat Islam pecah. Kartosoewirjo tak sehaluan dengan Agoes Salim yang mau
berunding dengan Belanda untuk bicara kemerdekaan. Dan Kartosoewirjo memilih jalan politik
nonkooperatif terhadap Belanda.

Ardiwisastra memandang Sekarmadji pemuda ideal. Apalagi dia punya haluan politik serupa.
Pada Adiwisastra, Sekarmadji memperdalam keislaman dan kepartaiannya.

Dalam sebagian babak pernikahan mereka, Dewi turut bergerilya. Tapi dia tak mampu
menjelaskan alasannya bersusah payah selama 13 tahun keluar-masuk hutan bersama suaminya.
Karena apa ya, saya sendiri tidak tahu, kata Dewi kepada Tempo edisi 5 Maret 1983 (basa
Kisah Pengalamannya ). Kalau disebut karena cinta, Bapak itu sebetulnya orangnya
(mukanya) kan jelek, kata Dewi.

Yang pasti, pada hari tuanya-tanpa Kartosoewirjo-Dewi hidup tenang dan cenderung dingin.
Riwayat hidup yang lebih banyak dilumuri cerita duka bergerilya dengan Kartosoewirjo pernah
ia ceritakan kepada Tempo 27 tahun lalu itu tanpa emosi.

Sebagai istri orang pergerakan, Dewi selalu berpindah-pindah ikut suami. Ia mondar-mandir
Jakarta-Bandung-Garut-Yogyakarta, menumpang di rumah kenalan atau rumah kontrakan.
Belum lagi jika Kartosoewirjo berurusan dengan rumah tahanan. Biasanya, kalau suaminya
ditahan, Dewi pulang ke Malangbong. Saya juga pulang kampung kalau mau melahirkan, kata
Dewi.

Dewi melahirkan 12 anak. Lima di antaranya meninggal. Tiga anak terakhir: Ika Kartika,
Komalasari, dan Sardjono, lahir di tengah hutan. Anak-anak yang lain lahir di rumah. Mereka: si
sulung Tati yang meninggal ketika masih bayi, Tjukup yang tertembak dan meninggal pada 1951
di hutan pada usia 16 tahun, Dodo Muhammad Darda, Rochmat (meninggal pada usia 10 tahun
karena sakit), Sholeh yang meninggal ketika bayi, Tahmid, Abdullah (meninggal saat bayi),
Tjutju yang lumpuh, dan Danti.

Sebagai perempuan, Dewi mula-mula takut juga hidup di hutan. Apalagi saat itu Dewi
menggendong Danti yang baru berusia 40 hari. Dewi sempat berpikir tentang masa depan anak-
anaknya dan sering tercenung sedih. Tapi Kartosoewirjo yang ia kagumi selalu menghibur. Kok,
sedih amat sih! Itu kalimat yang kerap Kartosoewirjo ucapkan jika Dewi sedang bermuram
durja. Biasanya, jika suaminya bilang seperti itu, Dewi langsung merasa tenteram.

Sebelum menjalani eksekusi mati, Kartosoewirjo sempat berwasiat di hadapan istri dan anak-
anaknya di sebuah rumah tahanan militer di Jakarta. Menurut Dewi, saat itu Kartosoewirjo antara
lain berkata tidak akan ada lagi perjuangan seperti ini sampai seribu tahun mendatang. Dewi
menitikkan air mata. Karto, yang mencoba tabah, akhirnya meleleh. Perlahan-lahan, dia
mengusap kedua matanya.

Sejarah Unik Republik Indonesia


Mungkinkah Revolusi Kemerdekaan Indonesia disebut sebagai revolusi dari kamar tidur?
Cobasimak ceritanya. Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00, ternyata Bung Karno masih tidur
nyenyak di kamarnya, di Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini. Dia terkena gejala malaria tertiana.
Suhu badannya tinggi dan sangat lelah setelah begadang bersama para sahabatnya menyusun
konsep naskah proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Pating greges, keluh Bung Karno
setelah dibangunkan dokter kesayangannya.
Kemudian darahnya dialiri chinineurethan intramusculair dan menenggak pil brom chinine. Lalu
ia tidur lagi. Pukul 09.00, Bung Karno terbangun. Berpakaian rapi putih-putih dan menemui
sahabatnya, Bung Hatta. Tepat pukul 10.00, keduanya memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari serambi rumah. Demikianlah Saudara-saudara! Kita sekalian telah merdeka!,
ujar Bung Karno di hadapan segelintir patriot-patriot sejati. Mereka lalu menyanyikan lagu
kebangsaan sambil mengibarkan bendera pusaka Merah Putih. Setelah upacara yang singkat itu,
Bung Karno kembali ke kamar tidurnya. Masih meriang. Tapi sebuah revolusi telah dimulai

Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ternyata berlangsung tanpa protokol, tak ada korps
musik, tak ada konduktor dan tak ada pancaragam. Tiang bendera pun dibuat dari batang bambu
secara kasar, serta ditanam hanya beberapa menit menjelang upacara. Tetapi itulah, kenyataan
yang yang terjadi pada sebuah upacara sekaral yang dinanti-nanti selama lebih dari tiga ratus
tahun!

***********************
Setelah merdeka 43 tahun, Indonesia baru memiliki seorang menteri pertama yang benar-benar
orang Indonesia asli. Karena semua menteri sebelumnya lahir sebelum 17 Agustus 1945. Itu
berarti, mereka pernah menjadi warga Hindia Belanda dan atau pendudukan Jepang, sebab
negara hukum Republik Indonesia memang belum ada saat itu. Orang Indonesia asli pertama
yang menjadi menteri adalah Ir Akbar Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera Utara, 30 Agustus
1945), sebagai Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga pada Kabinet Pembangunan V (1988-
1993).

***********************
Menurut Proklamasi 17 Agustus 1945, Kalimantan adalah bagian integral wilayah hukum
Indonesia. Kenyataannya, pulau tersebut paling unik di dunia. Di pulau tersebut, ada 3 kepala
negara yang memerintah! Presiden Soeharto (memerintah 4 wilayah provinsi), PM Mahathir
Mohamad (Sabah dan Serawak) serta Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).

************************
Hubungan antara revolusi Indonesia dan Hollywood, memang dekat. Setiap 1 Juni, selalu
diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila semasa Presiden Soekarno. Pada 1956, peristiwa
tersebut hampir secara kebetulan dirayakan di sebuah hotel Hollywood. Bung Karno saat itu
mengundang aktris legendaris, Marylin Monroe, untuk sebuah makan malam di Hotel Beverly
Hills, Hollywood. Hadir di antaranya Gregory Peck, George Murphy dan Ronald Reagan (25
tahun kemudian menjadi Presiden AS). Yang unik dari pesta menjelang Hari Lahir Pancasila itu,
adalah kebodohan Marilyn dalam hal protokol. Pada pesta itu, Maryln menyapa Bung Karno
bukan dengan Mr President atau Your Excellency, tetapi dengan Prince Soekarno!

*************************
Ada lagi hubungan erat antara 17 Agustus dan Hollywood. Judul pidato 17 Agustus 1964,
Tahun Vivere Perilocoso (Tahun yang Penuh Bahaya), telah dijadikan judul sebuah film The
Year of Living Dangerously. Film tersebut menceritakan pegalaman seorang wartawan asing di
Indonesia pada 1960-an. Pada 1984, film yang dibintangi Mel Gibson itu mendapat Oscar untuk
kategori film asing!

*************************
Naskah asli teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang ditulis tangan oleh Bung Karno dan
didikte oleh Bung Hatta, ternyata tidak pernah dimiliki dan disimpan oleh Pemerintah! Anehnya,
naskah historis tersebut justru disimpan dengan baik oleh wartawan BM Diah. Diah menemukan
draft proklamasi itu di keranjang sampah di rumah Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945 dini
hari, setelah disalin dan diketik oleh Sajuti Melik.
Pada 29 Mei 1992, Diah menyerahkan draft tersebut kepada Presiden Soeharto, setelah
menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari.

************************
Ketika tiba di Pelabuhan Sunda Kelapa 9 Juli 1942 siang bolong, Bung Karno mengeluarkan
komentar pertama yang janggal didengar. Setelah menjalani pengasingan dan pembuangan oleh
Belanda di luar Jawa, Bung Karno justru tidak membicarakan strategis perjuangan menentang
penjajahan. Masalah yang dibicarakannya, hanya tentang sepotong jas! Potongan jasmu bagus
sekali! komentar Bung Karno pertama kali tentang jas double breast yang dipakai oleh bekas
iparnya, Anwar Tjikoroaminoto, yang menjemputnya bersama Bung Hatta dan segelintir tokoh
nasionalis.

*************************
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the founding fathers Indonesia yang pernah mandi air seni. Saat
pulang dari Dalat (Cipanasnya Saigon), Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno bersama Bung
Hatta, dr Radjiman Wedyodiningrat dan dr Soeharto (dokter pribadi Bung Karno) menumpang
pesawat fighter bomber bermotor ganda. Dalam perjalanan, Soekarno ingin sekali buang air
kecil, tetapi tak ada tempat. Setelah dipikir, dicari jalan keluarnya untuk hasrat yang tak tertahan
itu. Melihat lubang-lubang kecil di dinding pesawat, di situlah Bung Karno melepaskan hajat
kecilnya. Karena angin begitu kencang sekali, bersemburlah air seni itu dan membasahi semua
penumpang. Byuuur

***************************
Berkat kebohongan, peristiwa sakral Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat didokumentasikan dan
disaksikan oleh kita hingga kini. Saat tentara Jepang ingin merampas negatif foto yang
mengabadikan peristiwa penting tersebut, Frans Mendoer, fotografer yang merekam detik-detik
proklamasi, berbohong kepada mereka. Dia bilang tak punya negatif itu dan sudah diserahkan
kepada Barisan Pelopor, sebuah gerakan perjuangan. Mendengar jawaban itu, Jepang pun marah
besar. Padahal negatif film itu ditanam di bawah sebuah pohon di halaman Kantor harian Asia
Raja. Setelah Jepang pergi, negatif itu diafdruk dan dipublikasi secara luas hingga bisa dinikmati
sampai sekarang. Bagaimana kalau Mendoer bersikap jujur pada Jepang?

****************************
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong demi proklamasi. Waktu masa revolusi, Bung Karno
memerintahkan Bung Hatta untuk meminta bantuan senjata kepada Jawaharlal Nehru. Cara
untuk pergi ke India pun dilakukan secara rahasia. Bung Hatta memakai paspor dengan nama
Abdullah, co-pilot. Lalu beliau berangkat dengan pesawat yang dikemudikan Biju Patnaik,
seorang industrialis yang kemudian menjadi menteri pada kabinet PM Morarji Desai. Bung Hatta
diperlakukan sangat hormat oleh Nehru dan diajak bertemu Mahatma Gandhi. Nehru adalah
kawan lama Hatta sejak 1920-an dan Gandhi mengetahui perjuangan Hatta. Setelah pertemuan,
Gandhi diberi tahu oleh Nehru bahwa Abdullah itu adalah Mohammad hatta. Apa reaksi
Gandhi? Dia marah besar kepada Nehru, karena tidak diberi tahu yang sebenarnya. You are a
liar ! ujar tokoh kharismatik itu kepada Nehru

****************************
Bila 17 Agustus menjadi tanggal kelahiran Indonesia, justru tanggal tersebut menjadi tanggal
kematian bagi pencetus pilar Indonesia. Pada tanggal itu, pencipta lagu kebangsaan Indonesia
Raya, WR Soepratman (wafat 1937) dan pencetus ilmu bahasa Indonesia, Herman Neubronner
van der Tuuk (wafat 1894) meninggal dunia.

***************************
Bendera Merah Putih dan perayaan tujuh belasan bukanlah monopoli Indonesia. Corak
benderanya sama dengan corak bendera Kerajaan Monaco dan hari kemerdekaannya sama
dengan hari proklamasi Republik Gabon (sebuah negara di Afrika Barat) yang merdeka 17
Agustus 1960.
****************************
Jakarta, tempat diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dan kota tempat Bung Karno dan
Bung Hatta berjuang, tidak memberi imbalan yang cukup untuk mengenang co-proklamator
Indonesia. Sampai detik ini, tidak ada Jalan Soekarno-Hatta di ibu kota Jakarta. Bahkan, nama
mereka tidak pernah diabadikan untuk sebuah objek bangunan fasilitas umum apa pun sampai
1985, ketika sebuah bandara diresmikan dengan memakai nama mereka.

****************************
Gelar Proklamator untuk Bung Karno dan Bung Hatta, hanyalah gelar lisan yang diberikan
rakyat Indonesia kepadanya selama 41 tahun! Sebab, baru 1986 Permerintah memberikan gelar
proklamator secara resmi kepada mereka.

****************************
Kalau saja usul Bung Hatta diterima, tentu Indonesia punya lebih dari dua proklamator. Saat
setelah konsep naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia rampung disusun di rumah
Laksamana Maeda, Jl Imam Bonjol no 1, Jakarta, Bung Hatta mengusulkan semua yang hadir
saat rapat dini hari itu ikut menandatangani teks proklamasi yang akan dibacakan pagi harinya.
Tetapi usul ditolak oleh Soekarni, seorang pemuda yang hadir. Rapat itu dihadiri Soekarno, Hatta
dan calon proklamator yang gagal : Achmad Soebardjo, Soekarni dan Sajuti Melik. Huh, diberi
kesempatan membuat sejarah tidak mau, gerutu Bung Hatta karena usulnya ditolak.

****************************
Perjuangan frontal melawan Belanda, ternyata tidak hanya menelan korban rakyat biasa, tetapi
juga seorang menteri kabinet RI. Soepeno, Menteri Pembangunan dan Pemuda dalam Kabinet
Hatta, merupakan satu-satunya menteri yang tewas ditembak Belanda. Sebuah ujung revolver,
dimasukkan ke dalam mulutnya dan diledakkan secara keji oleh seorang tentara Belanda. Pelipis
kirinya tembus kena peluru. Kejadian tersebut terjadi pada 24 Februari 1949 pagi di sebuah
tempat di Kabupaten Nganjuk , Jawa Timur. Saat itu, Soepeno dan ajudannya sedang mandi
sebuah pancuran air terjun.

****************************
Belum ada negara di dunia yang memiliki ibu kota sampai tiga dalam kurun waktu relatif
singkat. Antara 1945 dan 1948, Indonesia mempunyai 3 ibu kota, yakni Jakarta (1945-1946),
Yogyakarta (1946-1948) dan Bukittinggi (1948-1949).

****************************
Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman, pada kenyatannya tidak pernah
menduduki jabatan resmi di kabinet RI. Beliau tidak pernah menjadi KSAD, Pangab, bahkan
menteri pertahanan sekalipun!

****************************
Wayang ternyata memiliki simbol pembawa sial bagi rezim yang memerintah Indonesia. Betapa
tidak, pada 1938-1939, Pemerintah Hindia Belanda melalui De Javasche Bank menerbitkan uang
kertas seri wayang orang dan pada 1942, Hindia Belanda runtuh dikalahkan Jepang. Pada 1943,
Pemerintah Pendudukan Jepang menerbitkan uang kertas seri wayang Arjuna dan Gatotkoco dan
1945, Jepang terusir dari Indonesia oleh pihak Sekutu. Pada 1964, Presiden Soekarno
mengeluarkan uang kertas baru seri wayang dengan pecahan Rp 1 dan Rp 2,5 dan 1965 menjadi
awal keruntuhan pemerintahannya menyusul peristiwa G30S/PKI.

*****************************
Perintah pertama Presiden Soekarno saat dipilih sebagai presiden pertama RI, bukanlah
membentuk sebuah kabinet atau menandatangani sebuah dekret, melainkan memanggil tukang
sate !!! Itu dilakukannya dalam perjalanan pulang, setelah terpilih secara aklamasi sebagai
presiden. Kebetulan di jalan bertemu seorang tukang sate bertelanjang dada dan nyeker (tidak
memakai alas kaki). Sate ayam lima puluh tusuk!, perintah Presiden Soekarno. Disantapnya
sate dengan lahap dekat sebuah selokan yang kotor. Dan itulah, perintah pertama pada rakyatnya
sekaligus pesta pertama atas pengangkatannya sebagai pemimpin dari 70 juta jiwa lebih rakyat
dari sebuah negara besar yang baru berusia satu hari.

*****************************
Kita sudah mengetahui, hubungan antara Bung Karno dan Belanda tidaklah mesra. Tetapi
Belanda pernah memberikan kenangan yang tak akan pernah dilupakan oleh Bung Karno. Enam
hari menjelang Natal 1948, Belanda memberikan hadiah Natal di Minggu pagi, saat orang ingin
pergi ke gereja, berupa bom yang menghancurkan atap dapurnya. Hari itu, 19 Desember 1948,
ibu kota Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.

******************************
Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri RI pertama, menjadi orang Indonesia yang memiliki
prestasi luar biasa dan tidak akan pernah ada yang menandinginya. Waktu beliau wafat 1966 di
Zurich, Swiss, statusnya sebagai tahanan politik. Tetapi waktu dimakamkan di Jakarta beberapa
hari kemudian, statusnya berubah sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Murid Tjokroaminoto di Peneleh


RUMAH bercat putih di Jalan Peneleh, Surabaya, itu baru dikapur ulang. Di bagian depan, pintu
kayu jati dan dua jendela kecil yang mengapitnya pun baru dicat warna hijau. Selebihnya, tak
ada yang baru dari rumah yang dulu dimiliki Haji Oemar Said Tjokroaminoto ini. Lantainya
saja masih dari semen, kata Mariyun, ketua rukun tetangga setempat.

Rumah pendiri Sarekat Islam yang punya banyak kamar itu pernah menjadi tempat indekos
tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia dari berbagai aliran, di antaranya Soekarno dan
Semaoen, pendiri Partai Komunis Indonesia. Soekarno pernah tinggal di salah satu kamar
berlangit-langit rendah di loteng.

Tjokroaminoto memang membuka pintu rumahnya untuk orang-orang muda yang tertarik pada
pemikiran politiknya. Salah satunya Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, yang pindah ke
Surabaya pada 1923, selulus dari Europeesche Lagere School-sekolah dasar Eropa khusus untuk
kalangan Eropa dan yang berdarah Indo-Eropa, dengan pengecualian bagi pribumi berstatus
sosial tinggi.

Anak-anak pribumi yang mengenyam pendidikan elite ini diharapkan bisa menjadi tenaga
pembantu jika disekolahkan ke lembaga pendidikan dokter, sekolah ahli hukum, atau sekolah
pamong praja. Ayah Sekarmadji, Kartosoewirjo, menginginkan anaknya yang saat itu berusia 18
tahun ini menjadi dokter.

Dari Europeesche Lagere School di Bojonegoro, ia dikirim ke Nederlandsch Indische Artsen


School atau Sekolah Dokter Hindia Belanda di Surabaya. Namun lulusan sekolah tingkat dasar
sepertinya baru bisa mengikuti pelajaran kedokteran setelah lulus kelas persiapan selama tiga
tahun.

Saat mengikuti kelas persiapan itulah Kartosoewirjo mulai aktif di politik. Mula-mula ia
bergabung ke Jong Java. Organisasi ini pecah karena anggotanya yang lebih radikal memilih
mendirikan gerakan yang tak terlalu mengagungkan tradisi Jawa dan pemikiran Barat. Mereka
mendirikan Jong Islamieten Bond, yang lebih menyuarakan aspirasi Islam. Kartosoewirjo pun
memilih hijrah ke organisasi baru ini.

Menurut peneliti sejarah Islam di Indonesia, Bahtiar Effendy, sikap radikal Kartosoewirjo itu
memang sudah bawaan. Kartosoewirjo itu kan orang Cepu, ujarnya. Kalau kita bicara Cepu
saat itu kan abangan, bahkan kekiri-kirian. Kartosoewirjo yang dikenal gila membaca ini
terpengaruh buku-buku aliran kiri dan antikolonialisme, yang kebanyakan dia peroleh dari
pamannya, Mas Marco Kartodikromo.

Marco adalah satu dari enam saudara kandung ayah Kartosoewirjo. Ia memilih profesi wartawan
dan menulis di berbagai media ketika itu, bahkan beberapa kali mendirikan penerbitan sendiri.
Marco sendiri sempat aktif di Sarekat Islam, tapi belakangan bergabung dengan Partai Komunis
Indonesia.

Bagi pemerintah kolonial, Marco tak ubahnya duri dalam daging. Ia rajin mengkritik secara
terbuka, bahkan tak ragu menyindir pejabat pemerintah, di antaranya penasihat Gubernur
Jenderal Hindia Belanda Urusan Bumiputra, D.A. Rinkes.

Buku-buku Marco-lah yang membuat pemerintah Hindia Belanda mencoret nama Kartosoewirjo
dari Sekolah Dokter. Ia didepak pada 1927 lantaran kedapatan memiliki bacaan komunis dan
antikolonial.

Akibat menganggur, Kartosoewirjo malah mendapat banyak waktu luang mendengarkan


pidato-pidato Haji Oemar Said Tjokroaminoto. Saya tertarik pada pidato-pidatonya, kata
Kartosoewirjo kepada Panglima Tentara Islam Indonesia Ateng Jaelani.

Kartosoewirjo tak pernah masuk pesantren. Ia mempelajari agama secara serabutan dari kiai-kiai
yang ditemuinya. Saat Sarekat Islam menggelar rapat akbar di Surabaya, Kartosoewirjo ikut
serta. Bubar rapat, anggota Sarekat pergi salat, juga Kartosoewirjo. Seusai sembahyang,
Kartosoewirjo mendekati Tjokroaminoto untuk menyatakan ingin menjadi murid. Ia diterima.

Kartosoewirjo kemudian mondok di rumah Tjokroaminoto. Sebagai pengganti ongkos


pemondokan, Karto diminta bekerja di surat kabar Fadjar Asia, kata putra bungsu
Kartosoewirjo, Sardjono. Kartosoewirjo juga sempat menjadi sekretaris pribadi Tjokroaminoto.
Dia berguru soal Islam dan politik kepada Tjokroaminoto, kata Bahtiar Effendy.
Tjokroaminoto menggembleng muridnya itu di koran yang banyak menulis tema antikolonial.
Awalnya, Kartosoewirjo cuma korektor. Lalu pelan-pelan dia naik pangkat menjadi redaktur,
bahkan sampai ke tingkat pemimpin redaksi.

Saat mengasuh koran tersebut, Kartosoewirjo tidak cuma menulis soal kekejaman pemerintah
kolonial. Ia juga membahas soal Islam dengan bahasa yang keras. Dalam artikel yang ditulisnya
pada 1929, dia menyerukan agar orang Islam bersedia berkorban demi membela agama Islam.

Tak sekadar menulis, Kartosoewirjo bergabung dengan Partai Sarekat Islam, organisasi yang
dibentuk Tjokroaminoto. Di partai itu, Kartosoewirjo selalu berada dalam faksi nonkooperatif.

Sampai titik ini, hidup Kartosoewirjo mirip Mas Marco, pamannya. Bedanya: Marco komunis,
Kartosoewirjo mengikuti langkah Tjokroaminoto yang memilih Islam sebagai dasar perjuangan.

Pada 1929, kursus ilmu politik dan Islam di rumah Tjokroaminoto rampung. Kartosoewirjo
ditunjuk menjadi wakil Partai Sarekat Islam Indonesia di Jawa Barat. Ia hijrah dari Surabaya ke
Malangbong, Garut. Kota di Jawa Barat itu menjadi basis Kartosoewirjo dalam memimpin Darul
Islam.

Daftar raja Jawa


Berikut ini adalah daftar raja kerajaan-kerajaan di Jawa, Indonesia:

Daftar isi
1 Kalingga

2 Mataram Lawas

o 2.1 Wangsa Syailendra

o 2.2 Wangsa Sanjaya

3 Medang

4 Kahuripan

o 4.1 Janggala

o 4.2 Kadiri

5 Singhasari
6 Majapahit

7 Demak

8 Kalinyamat

9 Kerajaan Pajang

10 Mataram Baru

o 10.1 Kasunanan Kartasura

o 10.2 Kasunanan Surakarta

o 10.3 Kasultanan Yogyakarta

o 10.4 Praja Mangkunagaran di Surakarta

o 10.5 Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta

11 Lihat pula

Kalingga
Maharani Shima (674-732)

Sudiwara

Rakai Panangkaran

Mataram Lawas
Wangsa Syailendra

Sri Indrawarman (752-775)

Wisnuwarman (775-782)

Dharanindra (782-812)

Samaratungga (812-833)
Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (wangsa Sanjaya)

Wangsa Sanjaya

Sanjaya (732-7xx)

Rakai Panangkaran : Dyah Pancapana (syailendra)

Rakai Panunggalan

Rakai Warak

Rakai Garung

Rakai Patapan (8xx-838)

Rakai Pikatan (838-855), mendepak wangsa Syailendra

Rakai Kayuwangi (855-885)

Dyah Tagwas (885)

Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)

Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)

Rakai Watuhumalang (894-898)

Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)

Daksa (910-919)

Tulodong (919-921)

Dyah Wawa (924-928)

Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)

Medang
Mpu Sindok (929-947)

Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)


Makutawangsawardhana (9xx-985)

Dharmawangsa Teguh (985-1006)

Kahuripan
Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang

(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)

Janggala

(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hinggawed tahun 1116)

Kadiri

(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)

Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu

Jayabaya (1135-1159)

Rakai Sirikan (1159-1169)

Sri Aryeswara (1169-1171)

Sri Candra (1171-1182)

Kertajaya (1182-1222)

Singhasari
Tunggul Ametung

Ken Arok (1222-1227)

Anusapati (1227-1248)

Tohjaya (1248)

Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)

Kertanagara ( 1254-1292)
Majapahit
Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)

Jayanagara (1309-1328)

Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)

Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)

Wikramawardhana (1390-1428)

Suhita (1429-1447)

Dyah Kertawijaya (1447-1451)

Rajasawardhana (1451-1453)

Girishawardhana (1456-1466)

Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)

Girindrawardhana Dyah Wijayakarana(1468-1478)

Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit


selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? - 1486 )

Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai


Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada tahun
1513) (1474-1519)

Demak
Raden Patah (1478 - 1518)

Pati Unus (1518 - 1521)

Trenggana (1521 - 1546)

Sunan Prawoto (1546 - 1549)

Kalinyamat
Sultan Hadlirin (....-1549)

Ratu Kalinyamat (1546-1579}

Pangeran Arya Jepara (1579-...)

Kerajaan Pajang
Jaka Tingkir, bergelar Hadiwijaya (1549 - 1582)

Arya Pangiri, bergelar Ngawantipuro (1583 - 1586)

Pangeran Benawa, bergelar Prabuwijoyo (1586 - 1587)

Mataram Baru
Daftar ini merupakan Daftar penguasa Mataram Baru atau juga disebut sebagai Mataram
Islam. Catatan: sebagian nama penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa.

Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir

Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 - 1601), menjadikan Mataram sebagai


kerajaan merdeka.

Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 - 1613)

Adipati Martapura (1613 selama satu hari)

Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)

Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 - 1677)

Kasunanan Kartasura

Lihat pula: Kasunanan Kartasura

1. Amangkurat II (1680 1702), pendiri Kartasura.

2. Amangkurat III (1702 1705), dibuang VOC ke Srilangka.

3. Pakubuwana I (1705 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal
dengan nama Pangeran Puger.
4. Amangkurat IV (1719 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.

5. Pakubuwana II (1726 1742), menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu


pemberontakl; mendirikan Surakarta.

Kasunanan Surakarta

Lihat pula: Kasunanan Surakarta

Lambang Pakubuwana

1. Pakubuwana II (1745 - 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton Kartasura ke


Surakarta pada tahun 1745

2. Pakubuwana III (1749 - 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai


penguasa setengah wilayah kerajaannya.

3. Pakubuwana IV (1788 - 1820)

4. Pakubuwana V (1820 - 1823)

5. Pakubuwana VI (1823 - 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga


dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa.

6. Pakubuwana VII (1830 - 1858)

7. Pakubuwana VIII (1859 - 1861)

8. Pakubuwana IX (1861 - 1893)

9. Pakubuwana X (1893 - 1939)

10. Pakubuwana XI (1939 - 1944)

11. Pakubuwana XII (1944 - 2004)

12. Gelar Pakubuwana XIII (2004 - sekarang) diklaim oleh dua orang, Pangeran Hangabehi
dan Pangeran Tejowulan.
Kasultanan Yogyakarta

Lihat pula: Kasultanan Yogyakarta

Lambang Hamengkubuwana

Hamengkubuwana atau Hamengkubuwono atau Hamengku Buwono atau lengkapnya


Ngarso Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kangjeng Sultan Hamengku Buwono
Senopati Ing-Ngalogo Ngabdurahman Sayiddin Panotogomo Khalifatullah adalah gelar bagi
raja Kesultanan Yogyakarta sebagai penerus Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Wangsa
Hamengkubuwana tercatat sebagai wangsa yang gigih memperjuangkan kemerdekaan pada masa
masing-masing, antara lain Hamengkubuwana I atau nama mudanya Pangeran Mangkubumi,
kemudian penerusnya yang salah satunya adalah ayah dari Pahlawan Nasional Pangeran
Diponegoro, yaitu Hamengkubuwana III. Sri Sultan Hamengkubuwana IX pernah menjabat
sebagai wakil presiden Indonesia yang kedua.

Yang bertahta saat ini adalah Sri Sultan Hamengkubuwono X.

Daftar sultan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

No. Nama Dari Sampai Keterangan

1. Sri Sultan Hamengkubuwono I 13 Februari 1755 24 Maret 1792

2. Sri Sultan Hamengkubuwono II 2 April 1792 akhir 1810 periode pertama

3. Sri Sultan Hamengkubuwono III akhir 1810 akhir 1811 periode pertama

Sri Sultan Hamengkubuwono II akhir 1811 20 Juni 1812 periode kedua

Sri Sultan Hamengkubuwono III 29 Juni 1812 3 November 1814 periode kedua
4. Sri Sultan Hamengkubuwono IV 9 November 1814 6 Desember 1823

5. Sri Sultan Hamengkubuwono V 19 Desember 1823 17 Agustus 1826 periode pertama

Sri Sultan Hamengkubuwono II 17 Agustus 1826 2 Januari 1828 periode ketiga

Sri Sultan Hamengkubuwono V 17 Januari 1828 5 Juni 1855 periode kedua

6. Sri Sultan Hamengkubuwono VI 5 Juli 1855 20 Juli 1877

7. Sri Sultan Hamengkubuwono VII 22 Desember 1877 29 Januari 1921

8. Sri Sultan Hamengkubuwono VIII 8 Februari 1921 22 Oktober 1939

9. Sri Sultan Hamengkubuwono IX 18 Maret 1940 2 Oktober 1988

10. Sri Sultan Hamengkubuwono X 7 Maret 1989 sekarang

Praja Mangkunagaran di Surakarta

Lihat pula: Praja Mangkunagaran

Lambang Mangkunegara

1. Mangkunagara I (Raden Mas Said) (1757 - 1795)


2. Mangkunagara II (1796 - 1835)

3. Mangkunagara III (1835 - 1853)

4. Mangkunagara IV (1853 - 1881)

5. Mangkunagara V (1881 - 1896)

6. Mangkunagara VI (1896 - 1916)

7. Mangkunagara VII (1916 -1944)

8. Mangkunagara VIII (1944 - 1987)

9. Mangkunagara IX (1987 - sekarang)

Kadipaten Paku Alaman di Yogyakarta

Lihat pula: Kadipaten Paku Alaman

Lambang Pakualaman

1. Paku Alam I (1813 - 1829)

2. Paku Alam II (1829 - 1858)

3. Paku Alam III (1858 - 1864)

4. Paku Alam IV (1864 - 1878)

5. Paku Alam V (1878 - 1900)

6. Paku Alam VI (1901 - 1902)

7. Paku Alam VII (1903 - 1938)

8. Paku Alam VIII (1938 - 1998)

9. Paku Alam IX (1998 - sekarang)


Nama-nama raja Tanah Jawa

Rate This

Dinasti Syailendra
Bhanu (752-775)
Wisnu (775-782)
Indra (782-812)
Samaratungga (812-833)
Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya)

Dinasti Sanjaya
Sanjaya (732-7xx)
Rakai Panangkaran
(tidak diketahui)
Rakai Patapan (8xx-838)
Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
Rakai Kayuwangi (855-885)
Dyah Tagwas (885)
Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
Rakai Watuhumalang (894-898)
Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
Daksa (910-919)
Tulodong (919-921)
Dyah Wawa (924-928)
Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)

Medang
Mpu Sindok (929-947)
Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
Makutawangsawardhana (9xx-985)
Dharmawangsa Teguh (985-1006)

Kahuripan
Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang
(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan Kadiri)
Janggala
(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)

Kediri
(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)
Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
Jayabaya (1135-1159)
Rakai Sirikan (1159-1169)
Sri Aryeswara (1169-1171)
Sri Candra (1171-1182)
Kertajaya (1182-1222)

Singhasari
Ken Arok (1222-1227)
Anusapati (1227-1248)
Tohjaya (1248)
Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
Kertanagara ( 1254-1292)

Majapahit
Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
Jayanagara (1309-1328)
Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
Wikramawardhana (1390-1428)
Suhita (1429-1447)
Dyah Kertawijaya (1447-1451)
Rajasawardhana (1451-1453)
Girishawardhana (1456-1466)
Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
Bhre Kertabhumi (Brawijaya) (1468-1478)
Girindrawardhana (1474-1519)

Demak
Raden Patah (1478 1518)
Pati Unus (1518 1521)
Sultan Trenggono (1521 1546)
Sunan Prawoto (1546 1561)

Pajang
Jaka Tingkir, dikenal juga sebagai Sultan Hadiwijoyo (1561 1575?)

Mataram Islam
Ki Ageng Pemanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
Panembahan Senapati (Raden Sutowijoyo) (1575 1601)
Sunan Prabu Hanyakrawati (1601 1613), dikenal juga sebagai Sunan Seda Krapyak
Sultan Agung (Prabu Hanyakrakusuma) (1613 1645)
Amangkurat I (1645 1677), dikenal juga sebagai Sinuhun Tegal Arum
Amangkurat II (1677 1703)
Amangkurat III (1703 1705)
Pakubuwana I (1705 1719), dikenal juga sebagai Sunan Puger
Amangkurat IV (1719 1727), memindahkan istana ke Kartasura

Kasunanan Surakarta
Pakubuwana II (1727 1749), memindahkan kraton Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
Pakubuwana III (1749 1788)
Pakubuwana IV (1788 1820)
Pakubuwana V (1820 1823)
Pakubuwana VI (1823 1830), juga dikenal dengan nama (Pangeran Bangun Tapa)
Pakubuwana VII (1830 1858)
Pakubuwana VIII (1859 1861)
Pakubuwana IX (1861 1893)
Pakubuwana X (1893 1939)
Pakubuwana XI (1939 1944)
Pakubuwana XII (1944 2004)
Pakubuwana XIII (Tedjowulan) (2005-sekarang)

Kasultanan Yogyakarta
Hamengkubuwana I (Sultan Mangkubumi) (1755 1792)
Hamengkubuwana II (1793 1828)
Hamengkubuwana III (1810 1814)
Hamengkubuwana IV (1814 1822)
Hamengkubuwana V (1822 1855)
Hamengkubuwana VI (1855 1877)
Hamengkubuwana VII (1877 1921)
Hamengkubuwana VIII (1921 1939)
Hamengkubuwana IX (1939 1988)
Hamengkubuwana X (1988 sekarang)

Kadipaten Mangkunegaran
Mangkunagara I (Raden Mas Said) (1757 1795)
Mangkunagara II (1796 1835)
Mangkunagara III (1835 1853)
Mangkunagara IV (1853 1881)
Mangkunagara V (1881 1896)
Mangkunagara VI (1896 1916)
Mangkunagara VII (1916 -1944)
Mangkunagara VIII (1944 1987)
Mangkunagara IX (1987 sekarang)

Pakualaman
Paku Alam I (1813 1829)
Paku Alam II (1829 1858)
Paku Alam III (1858 1864)
Paku Alam IV (1864 1878)
Paku Alam V (1878 1900)
Paku Alam VI (1901 1902)
Paku Alam VII (1903 1938)
Paku Alam VIII (1938 1998)
Paku Alam IX (1998 sekarang)

Mataram Kuno

Dinasti Syailendra
Bhanu (752-775)
Wisnu (775-782)
Indra (782-812)
Samaratungga (812-833)
Pramodhawardhani (833-856), menikah dengan Rakai Pikatan (Dinasti Sanjaya)

Dinasti Sanjaya
Sanjaya (732-7xx)
Rakai Panangkaran
Rakai Panunggalan
Rakai Warak
Rakai Garung
Rakai Patapan (8xx-838)
Rakai Pikatan (838-855), mendepak Dinasti Syailendra
Rakai Kayuwangi (855-885)
Dyah Tagwas (885)
Rakai Panumwangan Dyah Dewendra (885-887)
Rakai Gurunwangi Dyah Badra (887)
Rakai Watuhumalang (894-898)
Rakai Watukura Dyah Balitung (898-910)
Daksa (910-919)
Tulodong (919-921)
Dyah Wawa (924-928)
Mpu Sindok (928-929), memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur (Medang)
Sanjaya Gusti

Medang
Mpu Sindok (929-947)
Sri Isyanatunggawijaya (947-9xx)
Makutawangsawardhana (9xx-985)
Dharmawangsa Teguh (985-1006)

Kahuripan
Airlangga (1019-1045), mendirikan kerajaan di reruntuhan Medang
(Airlangga kemudian memecah Kerajaan Kahuripan menjadi dua: Janggala dan
Kadiri)

Janggala
(tidak diketahui silsilah raja-raja Janggala hingga tahun 1116)

Kadiri
(tidak diketahui silsilah raja-raja Kadiri hingga tahun 1116)
Kameswara (1116-1135), mempersatukan kembali Kadiri dan Panjalu
Jayabaya (1135-1159)
Rakai Sirikan (1159-1169)
Sri Aryeswara (1169-1171)
Sri Candra (1171-1182)
Kertajaya (1182-1222)

Singhasari
Tunggul Ametung (1222)tewas dibunuh Ken Arok.
Ken Arok (1222-1227)
Anusapati (1227-1248)
Tohjaya (1248)
Ranggawuni (Wisnuwardhana) (1248-1254)
Kertanagara ( 1254-1292)

Majapahit
Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana) (1293-1309)
Jayanagara (1309-1328)
Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328-1350)
Hayam Wuruk (Rajasanagara) (1350-1389)
Wikramawardhana (1390-1428)
Suhita (1429-1447)
Dyah Kertawijaya (1447-1451)
Rajasawardhana (1451-1453)
Girishawardhana (1456-1466)
Singhawikramawardhana (Suraprabhawa) (1466-1474)
Girindrawardhana Dyah Wijayakarana(1468-1478)
Singawardhana Dyah Wijayakusuma (menurut Pararaton menjadi Raja Majapahit
selama 4 bulan sebelum wafat secara mendadak ) ( ? - 1486 )
Girindrawardhana Dyah Ranawijaya alias Bhre Kertabumi (diduga kuat sebagai
Brawijaya, menurut Kitab Pararaton dan Suma Oriental karangan Tome Pires pada
tahun 1513) (1474-1519)

Demak
Raden Patah (1478 - 1518)
Pati Unus (1518 - 1521)
Sultan Trenggono (1521 - 1546)
Sunan Prawoto (1546 - 1561)

Kesultanan Pajang
Jaka Tingkir, bergelar Sultan Hadiwijoyo (1549 - 1582)
Arya Pangiri, bergelar Sultan Ngawantipuro (1583 - 1586)
Pangeran Benawa, bergelar Sultan Prabuwijoyo (1586 - 1587)

Mataram Baru

Daftar ini merupakan Daftar penguasa Mataram Baru atau juga disebut sebagai
Mataram Islam, meski penamaan terakhir ini kurang pas. Catatan: sebagian nama
penguasa di bawah ini dieja menurut ejaan bahasa Jawa.
Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan Mataram dari Jaka Tingkir
Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 - 1601), menjadikan Mataram
sebagai kerajaan merdeka.
Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601 - 1613)
Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)
Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 - 1677)

Kasunanan Kartasura
Amangkurat II (1680 1702), pendiri Kartasura.
Amangkurat III (1702 1705), dibuang VOC ke Srilangka.
Pakubuwana I (1705 1719), pernah memerangi dua raja sebelumya; juga dikenal
dengan nama Pangeran Puger.
Amangkurat IV (1719 1726), leluhur raja-raja Surakarta dan Yogyakarta.
Pakubuwana II (1726 1742), menyingkir ke Ponorogo karena Kartasura diserbu
pemberontakl; mendirikan Surakarta.

Kasunanan Surakarta
Pakubuwana I/Pangeran Puger (1704 - 1719), memerintah Kasunanan Kartasura
Pakubuwana II (1745 - 1749), pendiri kota Surakarta; memindahkan keraton
Kartasura ke Surakarta pada tahun 1745
Pakubuwana III (1749 - 1788), mengakui kedaulatan Hamengkubuwana I sebagai
penguasa setengah wilayah kerajaannya.
Pakubuwana IV (1788 - 1820)
Pakubuwana V (1820 - 1823)
Pakubuwana VI (1823 - 1830), diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia; juga
dikenal dengan nama Pangeran Bangun Tapa.
Pakubuwana VII (1830 - 1858)
Pakubuwana VIII (1859 - 1861)
Pakubuwana IX (1861 - 1893)
Pakubuwana X (1893 - 1939)
Pakubuwana XI (1939 - 1944)
Pakubuwana XII (1944 - 2004)
Dua orang Pakubuwana XIII (2004 - sekarang), terjadi perebutan takhta antara
Pangeran Hangabehi dan Pangeran Tejowulan.

Kasultanan Yogyakarta
Hamengkubuwana I (1755 - 1792)
Hamengkubuwana II (1793 - 1828)
Hamengkubuwana III (1810 - 1814)
Hamengkubuwana IV (1814 - 1822)
Hamengkubuwana V (1822 - 1855)
Hamengkubuwana VI (1855 - 1877)
Hamengkubuwana VII (1877 - 1921)
Hamengkubuwana VIII (1921 - 1939)
Hamengkubuwana IX (1939 - 1988)
Hamengkubuwana X (1988 - sekarang)

Sejarah Kota Malang


30
Nov 2011
Sejarah kota Malang diawali oleh seorang raja
yang bijaksana dan amat sakti, Dewasimha namanya. Ia menjaga istananya yang berkilauan serta
dikuduskan oleh api suci Sang Putikewara (Ciwa). Berbahagialah sang Raja Dewasimha karena
dewa-dewa telah menganugerahkan dalam hidupnya seorang putera sebagai pewaris
mahkotanya. Putra yang kemudian menjadi pelindung kerajaan itu bernama Liswa atau juga
dikenal sebagai Gajayana. Adalah Gajayana seorang raja yang begitu dicintai rakyatnya, berbudi
luhur dan berbuat baik untuk kaum pendeta serta penuh baktu sesungguh-sungguhnya kepada
Resi Agastya.

Sebagai tanda bakti yang tulus kepada Resi tersebut, sang Raja Gajayana telah membangun
sebuah candi yang permai untuk mahresi serta untuk menjadi penangkal segala penyakit dan
malapetaka kerajaan. Jikalau nenek moyangnya telah membuat arca Agstya dari kayu cendana,
maka Raja Gajayana sebagai pernyataan bakti dan hormatnya telah memerintahkan kepada
pemahat-pemahat ternama di seantero kerajaan untuk membuat arca Agastya dari batu hitam nan
indah, agar semua dapat melihatnya. Arca Agastya yang diberi nama Kumbhayoni itu, atas
perintah raja yang berbudi luhur tersebut kemudian diresmikan oleh para Regveda, para
Brahmana, pendeta-pendeta terkemuka dan para penduduk negeri yang ahli, pada tahun Saka,
Nayana-Vava-Rase(682) bulan Magasyirsa tepat pada hari Jumat separo terang.

Ia Raja Gajayana yang perkasa itu adalah seorang agamawan yang sangat menaruh hormat
kepada para pendeta. Dihadiahkannya kepada mereka tanah-tanah beserta sapi yang gemuk,
sejumlah kerbau, budak lelaki dan wanita, serta berbagai keperluan hidup seperti sabun-sabun
tempat mandi, bahan upacara sajian, rumah-rumah besar penuh perlengkapan hidup seperti :
penginapan para brahmana dan tamu, lengkap dengan pakaian-pakaian, tempat tidur dan padi,
jewawut. Mereka yang menghalang-halangi kehendak raja untuk memberikan hadiah-hadiah
seperti itu, baik saudara-saudara, putera-putera raja, dan Menteri Pertama, maka mereka akan
menjadi celaka karena pikiran-pikiran buruk dan akan masuk ke neraka dan tidak akan
memperoleh keoksaan di dunia atau di alam lain. Ia, sebaliknya selalu berdoa dan berharap
semoga keturunannya bergirang hati dengan hadiah-hadiah tersebut, memperhatikan dengan jiwa
yang suci, menghormati kaum Brahmana dan taat beribadat, berbuat baik, menjalankan korban,
dan mempelajari Weda. Semoga mereka menjaga kerajaan yang tidak ada bandingannya ini
seperti sang Raja telah menjaganya.
Raja Gajayana mempunyai seorang puteri Uttejena yang kelak meneruskan Vamcakula
ayahandanya yang bijaksana itu.

Cerita di atas diangkat sari satu prasasti yang bernama Prasasti Dinaya atau Kanjuruhan
menurut nama desa yang disebutkan dalam piagam tersebut. Seperti tertulis di dalamnya, prasasti
ini memuat unsure penanggalan dalam candrasengkala yang berbunyi : Nayana-vaya-rase yang
bernilai 682 tahun caka atau tahun 760 setelah Masehi.

Apabila prasasti itu dikeluarkan oleh Raja Gajayana pada tahun 760 sesudah Masehi, maka
paling tidak prasasti itu merupakan sumber tertulis tertua tentang adanya fasilitas politik yakni
berdirinya kerajaan Kanjuruan di wilayah Malang. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama
Dinoyo terletak 5 km sebelah barat Kota Malang. Di tempat ini menurut penduduk disana, masih
ditemukan patung Dewasimha yang terletak di tengah pasar walaupun hampir hilang terbenam
ke dalam tanah.

Malangkucecwara berasal dari tiga kata, yakni : Mala yang berarti segala sesuatu yang kotor,
kecurangan, kepalsuan, atau bathil, Angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan
dan Icwara yang berarti Tuhan. Dengan demikian Malangkucecwara berarti TUHAN
MENGHANCURKAN YANG BATHIL.

Walaupun nama Malang telah mendarah daging bagi penduduknya, tetapi nama tersebut masih
terus merupakan tanda tanya. Para ahli sejarah masih terus menggali sumber-sumber untuk
memperoleh jawaban yang tepat atas pernyataan tersebut di atas. Sampai saat ini telah diperoleh
beberapa hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang tertulis di
dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa merupakan nama sebuah bangunan suci.
Nama bangunan suci itu sendiri diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah
yakni prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu tempat antara
Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak sesungguhnya bangunan suci
Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak
menduga letak bangunan suci itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang
membujur di sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang
bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus dilakukan karena ternyata,
disebelah barat kota Malang juga terdapat sebuah gunung yang bernama Malang.

Pihak yang lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di daerah
Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat ini di daerah tersebut masih
terdapat sebuah desa yang bernama Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal
dari kata Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh banyaknya
bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah tersebut, seperti candi Jago dan candi
Kidal, yang keduanya merupakan peninggalan zaman kerajaan Singasari.

Dari kedua hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah kiranya yang
terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama bangunan suci Malangkucecwara
itu. Apakah daerah di sekitar Malang sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di
sekitar daerah itu.
Sebuah prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran, Wlingi,
sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis sebagai berikut : taning
sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu pasabhanira dyah Limpa Makanagran I . Arti
dari kalimat tersebut di atas adalah : .. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu

Dari bunyi prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari tempat-
tempat yang tersebut dalam prasasti tiu. Dari prasasti inilah diperoleh satu bukti bahwa
pemakaian nama Malang telah ada paling tidak sejak abad 12 Masehi.

Hipotesa-hipotesa terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa
nama Malang berasal dari kata Membantah atau Menghalang-halangi (dalam bahasa Jawa
berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur
telah mencoba untuk menduduki daerah Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan
perang yang hebat. Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu
menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram. Sejak itu pula
daerah tersebut bernama Malang.

Timbulnya karajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai tonggak awal
pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini, setelah 12 abad berselang, telah
berkembang menjadi Kota Malang.

Setelah kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah Masehi) di
daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur, banyak penduduknya serta tanah-
tanah pertanian yang amat subur. Ketika Islam menaklukkan kerajaan Majapahit sekitar tahun
1400, Patih Majapahit melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi satu kerajaan yang
maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa
bangunan bentengnya yang kokoh bernama Kutobedah di desa Kutobedah.

Adalah Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah ini pada
tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari penduduk daerah ini.

Mengapa Malang?

Sebelum tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; Malang namaku, maju
tujuanku terjemahan dari Malang nominor, sursum moveor. Ketika kota ini merayakan hari
ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat tersebut berubah
menjadi : Malangkucecwara. Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng.
Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul kota Malang yang
pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar
atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.
Sekilas Sejarah Pemerintahan

Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah kolonial Belanda,
terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan
masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.
Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun bermunculan tanpa
terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi
pertanian menjadi perumahan dan industri.

Malang merupakan sebuah Kerajaan yang berpusat di wilayah Dinoyo, dengan rajanya
Gajayana.

Tahun 1767 Kompeni memasuki Kota

Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas

Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen

Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di
bangun.

1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja

8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang

21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia

22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda

2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.

1 Januari 2001, menjadi Pemerintah Kota Malang.

Silsilah Raja Kerajaan Tarumanagara

24

Aug 2011
Penjelasan tentang Tarumanagara cukup jelas di
Naskah Wangsakereta. Sayangnya, naskah ini mengundang polemik dan banyak pakar sejarah
yang meragukan naskah-naskah ini bisa dijadikan rujukan sejarah.

Pada Naskah Wangsakerta dari Cirebon itu, Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (
382 395 ). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali
Candrabaga.

Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun
ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu
Sundapurapertama kalinya nama Sunda digunakan.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja
Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara
adalah Suryawarman (535 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I,
sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan
Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima
kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap
Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai
lanjutan politik ayahnya.

Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang
pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan
pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai
pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu
merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan
Kerajaan Sunda?

Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa


Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang
menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka
Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan
Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di
daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah.
Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa
Jawa Barat pada masa silam.

Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun
536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah
kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain.
Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang
disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat
pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I VIII).

Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah
status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja
Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke
Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan
Magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan
lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga
mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya,
menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan
Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota
Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan
daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh
dalam tahun 612 M.

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669,
Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman
sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari
Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri
Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya
dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena


Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang
sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini,
hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi
wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara menurut Naskah Wangsakerta

1. Jayasingawarman 358-38

2. Dharmayawarman 382-395

3. Purnawarman 395-434

4. Wisnuwarman 434-455

5. Indrawarman 455-515

6. Candrawarman 515-535

7. Suryawarman 535-561

8. Kertawarman 561-628

9. Sudhawarman 628-639

10.Hariwangsawarman 639-640

11.Nagajayawarman 640-666

12.Linggawarman 666-669

Biografi Adolf Hitler - Sang Diktator Nazi


Adolf Hitler lahir tahun 1889 di Braunau, Austria. Sebagai remaja dia merupakan seorang
seniman gagal yang kapiran dan kadang-kadang dalam usia mudanya dia menjadi seorang
nasionalis Jerman yang fanatik. Di masa Perang Dunia ke-I, dia masuk Angkatan Bersenjata
Jerman, terluka dan peroleh dua medali untuk keberaniannya.

Kekalahan Jerman membikinnya terpukul dan geram. Di tahun 1919 tatkala umurnya menginjak
tiga puluh tahun, dia bergabung dengan partai kecil berhaluan kanan di Munich, dan segera
partai ini mengubah nama menjadi Partai Buruh Nasionalis Jerman (diringkas Nazi). Dalam
tempo dua tahun dia menanjak jadi pemimpin yang tanpa saingan yang dalam julukan Jerman
disebut Fuehrer.

Di bawah kepemimpinan Hitler, partai Nazi dengan kecepatan luar biasa menjadi suatu kekuatan
dan di bulan Nopember 1923 percobaan kupnya gagal. Kup itu terkenal dengan sebutan The
Munich Beer Hall Putsch. Hitler ditangkap, dituduh pengkhianat, dan terbukti bersalah. Tetapi,
dia dikeluarkan dari penjara sesudah mendekam di sana kurang dari setahun.
Di tahun 1928 partai Nazi masih merupakan partai kecil. Tetapi, depressi besar-besaran
membikin rakyat tidak puas dengan partai-partai politik yang besar dan sudah mapan. Dalam
keadaan seperti ini partai Nazi menjadi semakin kuat, dan di bulan Januari 1933, tatkala umurnya
empat puluh empat tahun, Hitler menjadi Kanselir Jerman.

Dengan jabatan itu, Hitler dengan cepat dan cekatan membentuk kediktatoran dengan
menggunakan aparat pemerintah melabrak semua golongan oposisi. Perlu dicamkan, proses ini
bukanlah lewat erosi kebebasan sipil dan hak-hak pertahankan diri terhadap tuduhan-tuduhan
kriminal, tetapi digarap dengan sabetan kilat dan sering sekali partai Nazi tidak ambil pusing
dengan prosedur pengajuan di pengadilan samasekali. Banyak lawan-lawan politik digebuki,
bahkan dibunuh langsung di tempat. Meski begitu, sebelum pecah Perang Dunia ke-2, Hitler
meraih dukungan sebagian terbesar penduduk Jerman karena dia berhasil menekan jumlah
pengangguran dan melakukan perbaikan-perbaikan ekonomi.

Hitler kemudian merancang jalan menuju penaklukan-penaklukan yang ujung-ujungnya


membawa dunia ke kancah Perang Dunia ke-2. Dia merebut daerah pertamanya praktis tanpa
lewat peperangan samasekali. Inggris dan Perancis terkepung oleh pelbagai macam kesulitan
ekonomi, karena itu begitu menginginkan perdamaian sehingga mereka tidak ambil pusing
tatkala Hitler mengkhianati Persetujuan Versailles dengan cara membangun Angkatan Bersenjata
Jerman. Begitu pula mereka tidak ambil peduli tatkala Hitler menduduki dan memperkokoh
benteng di Rhineland (1936), dan demikian juga ketika Hitler mencaplok Austria (Maret 1938).
Bahkan mereka terima sambil manggut-manggut ketika Hitler mencaplok Sudetenland, benteng
pertahanan perbatasan Cekoslowakia. Persetujuan internasional yang dikenal dengan sebutan
Pakta Munich yang oleh Inggris dan Perancis diharapkan sebagai hasil pembelian Perdamaian
sepanjang masa dibiarkan terinjak-injak dan mereka bengong ketika Hitler merampas sebagian
Cekoslowakia beberapa bulan kemudian karena Cekoslowakia samasekali tak berdaya. Pada tiap
tahap, Hitler dengan cerdik menggabung argumen membenarkan tindakannya dengan ancaman
bahwa dia akan perang apabila hasratnya dianggap sepi, dan pada tiap tahap negara-negara
demokrasi merasa gentar dan mundur melemah.

Tetapi, Inggris dan Perancis berketetapan hati mempertahankan Polandia, sasaran Hitler
berikutnya. Pertama Hitler melindungi dirinya dengan jalan penandatangan pakta Tidak saling
menyerang bulan Agustus 1939 dengan Stalin (hakekatnya perjanjian itu perjanjian agresi
karena keduanya bersepakat bagaimana membagi dua Polandia buat kepentingan masing-
masing). Sembilan hari kemudian, Jerman menyerang Polandia dan enam belas hari sesudah itu
Uni Soviet berbuat serupa. Meskipun Inggris dan Perancis mengumumkan perang terhadap
Jerman, Polandia segera dapat ditaklukkan.

Tahun puncak kehebatan Hitler adalah tahun 1940. Bulan April, Angkatan Bersenjatanya
melabrak Denmark dan Norwegia. Bulan Mei, dia menerjang Negeri Belanda, Belgia, dan
Luxemburg. Bulan Juni, Perancis tekuk lutut. Tetapi pada tahun itu pula Inggris bertahan mati-
matian terhadap serangan udara Jerman-terkenal dengan julukan Battle of Britain dan Hitler
tak pernah sanggup menginjakkan kaki di bumi Inggris.

Pasukan Jerman menaklukkan Yunani dan Yugoslavia di bulan April 1941. Dan di bulan Juni
tahun itu pula Hitler merobek-robek Perjanjian tidak saling menyerang dengan Uni Soviet dan
membuka penyerbuan. Angkatan Bersenjata Jerman dapat menduduki bagian yang amat luas
wilayah Rusia tetapi tak mampu melumpuhkannya secara total sebelum musim dingin. Meski
bertempur lawan Inggris dan Rusia, tak tanggung-tanggung Hitler memaklumkan perang dengan
Amerika Serikat bulan Desember 1941 dan beberapa hari kemudian Jepang melabrak Amerika
Serikat, mengobrak-abrik pangkalan Angkatan Lautnya di Pearl Harbor.

Di pertengahan tahun 1942 Jerman sudah menguasai bagian terbesar wilayah Eropa yang tak
pernah sanggup dilakukan oleh siapa pun dalam sejarah. Tambahan pula, dia menguasai Afrika
Utara. Titik balik peperangan terjadi pada parohan kedua tahun 1942 tatkala Jerman dikalahkan
dalam pertempuran rumit di El-Alamein di Mesir dan Stalingrad di Rusia. Sesudah kemunduran
ini, nasib baik yang tadinya memayungi tentara Jerman angsur-berangsur secara tetap
meninggalkannya. Tetapi, kendati kekalahan Jerman tampaknya tak terelakkan lagi, Hitler
menolak menyerah. Bukannya dia semakin takut, malahan meneruskan penggasakan selama
lebih dari dua tahun sesudah Stalingrad. Ujung cerita yang pahit terjadi pada musim semi tahun
1945. Hitler bunuh diri di Berlin tanggal 30 April dan tujuh hari sesudah itu Jerman menyerah
kalah.

Selama masa kuasa, Hitler terlibat dalam tindakan pembunuhan massal yang tak ada tolok
tandingannya dalam sejarah. Dia seorang rasialis yang fanatik, spesial terhadap orang Yahudi
yang dilakukannya dengan penuh benci meletup-letup. Secara terbuka dia mengumumkan bunuh
tiap orang Yahudi di dunia. Di masa pemerintahannya, Nazi membangun kampkamp
pengasingan besar, dilengkapi dengan kamar gas. Di tiap daerah yang menjadi wilayah
kekuasaannya, orang-orang tak bersalah, lelaki dan perempuan serta anak-anak digiring dan
dijebloskan ke dalam gerbong ternak untuk selanjutnya dicabut nyawanya di kamar-kamar gas.
Dalam jangka waktu hanya beberapa tahun saja sekitar 6.000.000 Yahudi dipulangkan ke alam
baka.

Berikut pernyataan Hitler yang paling terkenal :

Ich konnte all die Juden in dieser Welt zu zerstren, aber ich lasse ein wenig drehte-on,so
knnen Sie herausfinden, warum ich sie gettet
(Bisa saja saya musnahkan semua Yahudi di dunia ini, tapi saya sisakan sedikit yang
hidup, agar kamu nantinya dapat mengetahui mengapa saya membunuh mereka)

Yahudi bukan satu-satunya golongan yang jadi korban Hitler. Di masa pemerintahan
kediktatorannya, orang-orang Rusia dan Gypsy juga dibabat, seperti juga halnya menimpa orang-
orang yang dianggap termasuk ras rendah atau musuh-musuh negara. Jangan sekali-kali
dibayangkan pembunuhan ini dilakukan secara spontan, atau dalam keadaan panas dan sengitnya
peperangan. Melainkan Hitler membangun kamp mautt itu dengan organisasi yang rapi dan
cermat seakan-akan dia merancang sebuah perusahaan bisnis besar. Data-data tersusun, jumlah
ditetapkan, dan mayat-mayat secara sistematis dipreteli anggota-anggota badannya yang
berharga seperti gigi emas dan cincin kawin. Juga banyak dari jenazah-jenazah itu dimanfaatkan
buat pabrik sabun. Begitu telitinya rencana pembunuhan oleh Hitler hingga bahkan di akhir-akhir
perang akan selesai, tatkala Jerman kekurangan bahan-bahan buat penggunaan baik sipil maupun
militer, gerbong ternak masih terus menggelinding menuju kamp-kamp pembunuhan dalam
rangka missi teror non-militer.

Dalam banyak hal, jelas sekali kemasyhuran Hitler akan tamat. Pertama, dia oleh dunia luas
dianggap manusia yang paling jahanam sepanjang sejarah. Jika orang seperti Nero dan Caligula
yang salah langkahnya amat tidak berarti jika dibanding Hitler dan Hitler masih saja tetap jadi
lambang kekejaman selama 20 abad, tampaknya tak melesetlah jika orang meramalkan bahwa
Hitler yang begitu buruk reputasinya tak terlawankan dalam sejarah akan dikenang orang untuk
berpuluh-puluh abad lamanya.

Lebih dari itu, tentu saja, Hitler akan dikenang sebagai biang keladi pecahnya Perang Dunia ke-
2, perang terbesar yang pernah terjadi di atas bumi. Kemajuan persenjataan nuklir seakan
merupakan kemustahilan akan terjadi perang yang berskala luas di masa depan. Karena itu,
bahkan dua atau tiga ribu tahun lagi dari sekarang, Perang Dunia ke-2 mungkin masih dianggap
kejadian besar dalam sejarah.

Lebih jauh lagi, Hitler akan tetap terkenal karena seluruh kisah menyangkut dirinya begitu
menyeramkan dan menarik, betapa seorang asing (Hitler dilahirkan di Austria, bukan Jerman),
betapa seorang yang tak punya pengalaman politik samasekali, tak punya duit, tak punya
hubungan politik, mampu dalam masa kurang dari empat belas tahun menjadi pemimpin
kekuatan dunia yang menonjol, sungguh-sungguh mengagumkan. Kemampuannya selaku orator
betul-betul luar biasa. Diukur dari kemampuannya menggerakkan massa dalam tindakan-
tindakan penting, bisa dikatakan bahwa Hitler merupakan seorang orator terbesar dalam sejarah.
Akhirnya, cara kotor yang mengangkatnya ke puncak kekuasaan, sekali terpegang tangannya tak
akan cepat terlupakan.

Mungkin tak ada tokoh dalam sejarah yang punya pengaruh begitu besar terhadap generasinya
ketimbang Adolf Hitler. Di samping puluhan juta orang yang mati dalam peperangan yang dia
biang keladinya, atau mereka yang mati di kamp konsentrasi, masih berjuta juta orang terlunta-
lunta tanpa tempat bernaung atau yang hidupnya berantakan akibat perang.

Perkiraan lain mengenai pengaruh Hitler harus mempertimbangkan dua faktor. Pertama, banyak
yang betul-betul terjadi di bawah kepemimpinannya tak akan pernah terjadi andaikata tanpa
Hitler. (Dalam kaitan ini dia amat berbeda dengan tokoh-tokoh seperti Charles Darwin atau
Simon Bolivar). Tentu saja benar bahwa situasi di Jerman dan Eropa menyediakan kesempatan
buat Hitler. Gairah kemiliterannya dan anti Yahudinya, misalnya, memang memukau para
pendengamya. Tak tampak tanda-tanda, misalnya, bahwa umumnya bangsa Jerman di tahun
1920-an atau 1930-an bermaksud punya pemerintahan seperti yang digerakkan oleh Hitler, dan
sedikit sekali tanda-tanda bahwa pemuka-pemuka Jerman lainnya akan berbuat serupa Hitler.
Apa yang dilakukan Hitler sedikit pun tak pernah diduga akan terjadi oleh para pengamat.

Kedua, seluruh gerakan Nazi dikuasai oleh seorang pemimpin hingga ke tingkat yang luar biasa.
Marx, Lenin, Stalin dan lain-lain pemimpin sama-sama punya peranan terhadap tumbuhnya
Komunisme. Tetapi, Nasional Sosialisme tak punya pemimpin penting sebelum munculnya
Hitler, begitu pula tak ada sesudahnya. Hitler memimpin partai itu ke puncak kekuasaan dan
tetap berada di puncak. Ketika dia mati, partai Nazi dan pemerintahan yang dipimpinnya mati
bersamanya.

Tetapi, meski pengaruh Hitler terhadap generasinya begitu besar, akibat dari tindakan-
tindakannya di masa depan tampaknya tidaklah seberapa besar. Hitler boleh dibilang gagal total
merampungkan sasaran cita-cita yang mana pun, dan akibat-akibat yang tampak pada generasi
berikutnya malah kebalikannya dari apa yang ia kehendaki. Misalnya, Hitler bermaksud
menyebarkan pengaruh Jerman serta wilayah kekuasaan Jerman. Tetapi, daerah-daerah
taklukannya, meski teramat luas, hanyalah bersifat singkat dan sementara. Dan kini bahkan
Jerman Barat dan Jerman Timur jika digabung jadi satu masih lebih kecil ketimbang Republik
Jerman tatkala Hitler jadi kepala pemerintahan.

Adalah dorongan nafsu Hitler ingin membantai Yahudi. Tetapi lima belas tahun sesudah Hitler
berkuasa, sebuah negara Yahudi merdeka berdiri untuk pertama kalinya setelah 2000 tahun.
Hitler membenci baik Komunisme maupun Uni Soviet. Tetapi, sesudah matinya dan sebagian
disebabkan oleh perang yang dimulainya, Rusia malahan memperluas daerah kekuasaannya di
wilayah yang luas di Eropa Timur dan pengaruh Komunisme di dunia malahan semakin
berkembang. Hitler menggencet demokrasi malahan bermaksud menghancurkannya, bukan saja
di negeri lain melainkan di Jerman sendiri. Namun, Jerman Barat sekarang menjadi negeri yang
menjalankan demokrasi dan penduduknya kelihatan lebih membenci kediktatoran dari generasi
yang mana pun sebelum masa Hitler.

Apakah sebabnya terjadi kombinasi yang aneh dari pengaruhnya yang luar biasa besar pada saat
dia berkuasa dengan pengaruhnya yang begitu mini pada generasi sesudahnya? Akibat-akibat
yang ditimbulkan Hitler pada saat hidupnya begitu luar biasa besar sehingga nyatalah Hitler
memang layak ditempatkan di urutan agak tinggi dalam daftar buku ini.

Kendati begitu, tentu saja dia mesti ditempatkan di bawah tokoh-tokoh seperti Shih Huang Ti,
Augustus Caesar dan Jengis Khan yang perbuatannya mempengaruhi dunia yang berdaya
jangkau jauh sesudah matinya. Yang nyaris sejajar kedudukannya dengan Hitler adalah Napoleon
dan Alexander Yang Agung. Dalam masa yang begitu singkat, Hitler dapat mengobrak-abrik
dunia jauh lebih parah dari kedua orang itu. Hitler ditempatkan di bawah urutan mereka karena
mereka punya pengaruh yang lebih lama.

Senjata Rahasia NAZI dan HITLER


1. Windkanone Wind Canon

Wind Cannon juga dikembangkan oleh sebuah pabrik di Stuttgart selama perang. Ia adalah jenis
senjata yang akan mengeluarkan sebuah jet dari kompresi udara terhadap pesawat terbang
musuh. Meriam bekerja dari campuran hidrogen dan oksigen. Eksperimental persidangan dari
meriam di Hillersleben menunjukkan bahwa tebal 25mm-kayu papan dapat rusak di jarak 200m.
Nitrogen peroksida telah digunakan di beberapa percobaan sehingga warna coklat akan membuat
warna jalan yang ditempuh udara dari Wind Canon agar dapat dipantau oleh foto. Meski
demikian, meriam yang telah terinstal di atas jembatan Elbe, tetapi tanpa hasil nyata - baik
karena tidak ada pesawat terbang atau tidak berhasil (mungkin sebagai salah satu penyebab).

2. LandKruezer P.1000 Ratte


The Landkreuzer P. 1000 Ratte (Ratte=tikus) adalah sebuah PDII desain untuk Nazi Jerman
super berat tank dengan berat 1000 ton, atau 1.000.000 kg. Dengan perbandingan, sebuah tank
Abrams berat 61,4 ton. Bruhathkayosaurus , yang mungkin merupakan binatang yang paling
berat pernah hidup di bumi, memiliki berat antara 175 dan 220 ton, beberapa kali lebih kecil dari
Landkreuzer P. 1000 Ratte. Landkreuzer P. 1000 Ratte dirancang oleh Albert Speer, yang
memiliki pengalaman lebih sebagai arsitek daripada seorang insinyur.
3. Dora Gerat Dora Railway Gun

Dibangun untuk membinasakan Perancis Maginot Line fortifications, Dora Railway Gun
terlambat untuk digunakan dalam kampanye melawan Perancis (di mana Maginot Line yang
bypassed ). Dora Railway Gun akhirnya digunakan di Sebastopol dimana menembakan 48-7 ton
peluru selama 13 hari, menghancurkan pertahanan Soviet dengan kesempurnaan.

4. Schallkanone Sound Canon


Pengujian menunjukkan bahwa gelombang tekanan yang dihasilkan dari Sound Canon dengan
2000 kg peledak , anjing pada jarak 40 m telah terbunuh. Sound Canon menghancurkan melalui
Parabolic mirror.
Sekurang-kurangnya 50 m radius dari Sound Canon dapat menyebabkan orang tewas atau
cedera.

5. Horten Ho 229 Flying Wing

Pada awal 1930an, Horten tertarik dengan desain sayap terbang sebagai metode meningkatkan
kinerja gliders. Dalam 1943, Reichsmarschall goring mengeluarkan permintaan untuk merancang
proposal untuk membuat pembom yang mampu membawa suatu 1.000 kg (2200 lb) memuat
lebih dari 1.000 km (620 mil) di 1.000 km / h (620 mph); yang disebut 3 X 1000 proyek.
Konvensional bombers Jerman mencapai markas Allied di Inggris.

PROYEK RAHASIA NAZI JERMAN

Proyek Haunebu di kerjakan oleh beberapa orang yang tergabung dalam SS E-IV
(Entwicklungsstelle 4) dan dipimpin oleh Viktor Schauberger di tahun 1939 berusaha membuat
electro-magnetic-gravitic engine yang diupgrade dari Hans Colers free energy machine ke
dalam enery converter digabung Van De Graaf band generator dan Marconi vortex dynamo.
untuk menghasilkan medan putaran elektromagnetik yang mampu berpengaruh pada gravitasi
dan mengecilkan massaDan dimasukkan ke desain yang dibuat oleh Thule.. kelanjutannya
adalah

The Haunebu I
Terbang pertama tahun 1939 dan telah melalui 52 test flight!.
The haunebu II
Jadi di taon 1942,versi gedenya haunebu II yang berdiameter 26m.Mampu membawa 9 orang
crew dan mampu mencapai kecepatan supersonic mulai dari 6000 sampai 21000 km/jam dengan
durasi terbang 55 jam!!

The haunebu II Do-Stra(Dornier STRAtospharen Flugzeug/Stratospheric Aircraft)


Yang ini bener2 buat perang sekarang..Lanjutannya berdiameter 32m,bisa menangkut 20 krew,
mampu mencapai kecepatan hypersonic setara 21000km/jam punya pelindung panas dan
melakukan 106 test flight!!
Proyek ini diburu oleh 2 pabrikan besar di Jerman, yaitu Junkers dan Dornier,Tetapi tender ini
yang menang Dornier
The haunebu III
diameternya 71 meter,mampu membawa32 crew dan mampu mencapai 7000 sampe
40000km/jam!! dan mampu bertahan terbang selama 7 sampai 8 minggu..
Nah yang ini lah yang dipake kabur ke antartika oleh Thule sama Vril Maret 1945(2 organisasi
rahasia menyangkut proyek ini )
The haunebu IV
diameternya 120m..Sayangnya gak tau lagi kabarnya tentang ini,soalnya semenjak haunebu III
dari SS sampe orang2 yang ngebuat pryek ini dilariin ke antartika

Tapi jerman tetep kalah perang kan

referensi :
http://juliuskurnia.wordpress.com/2008/04/07/adolf-hitler-1889-1945/
http://www.forumkami.com/forum/aneh-tapi-nyata/10338-senjata-rahasia-nazi.html
http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=192051

Anda mungkin juga menyukai