Lambang Negara Indonesia; “Garuda Pancasila” diciptakan melalui proses yang panjang.
Berawal dari tuntutan agar Indonesia punya lambang negara, sayembara pun digelar. Sayangnya,
tak satu pun karya seniman Indonesia terpilih menjadi rancangan lambang negara. Dua nominasi
rancangan lambang negara itu malah muncul dari dua politisi, yakni Moh Yamin dan Sultan
Hamid II. Rajawali Garuda Pancasila, karya Sultan Hamid II dipilih, dan atas saran Presiden
Soekarno disempurnakan menjadi Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tahun 1945
13 Juli 1945
Parada Harahap, anggota Panitia Perancang Undang Undang Dasar, mengusulkan agar
dibuat lambang negara selain bendera. Usulan itu disetujui oleh semua anggota panitia, tetapi
dalam bentuk Undang Undang Istimewa.
16 November 1945
Pemerintah membentuk Panitia Indonesia Raya yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara
dan Mohammad Yamin sebagai sekretaris. Panitia ini bertugas menyelidiki sejarah arti
lambang-lambang, keberadaan bendera merah putih, mitologi, simbologi, arkeologi,
kesusasteraan yang berkaitan dengan burung garuda dan simbol-simbol lain dalam peradaban
bangsa Indonesia seperti relief yang ada di beberapa candi di Pulau Jawa. Berbagai gejolak
politik di Tanah Air mengakibatkan tertundanya pekerjaan Panitia Indonesia Raya. Bahkan,
Moh Yamin yang menjabat sebagai sekretaris sempat ditahan karena peristiwa makar 3 Juli
1946.
Tahun 1947
Tahun 1949-1950
20 Desember 1949
10 Januari 1950
Panitia Lencana Negara dibentuk di bawah koordinasi Menteri Negara Zonder Porto
Folio, Sultan Hamid II. Susunan panitia teknisnya adalah Mohammad Yamin (anggota DPR
Parlemen RIS) sebagai Ketua, Ki Hajar Dewantara (staf ahli Kementerian Pengajaran dan
Kebudayaan), MA Pellaupessy (Menteri Penerangan), M Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka
sebagai anggota. Panitia bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara lewat
sayembara untuk dipilih pemerintah.
26 Januari 1950
Rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II
diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan final itu mendapat masukan dari Partai
Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap gambar burung garuda
dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.
Sultan Hamid kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-
Garuda Pancasila (disingkat Garuda Pancasila).
10 Februari 1950
Rancangan gambar lambang Negara diserahkan kepada Mohammad Hatta untuk dibawa
ke pemerintah dan sidang parlemen RIS untuk dipilih.
15 Februari 1950
Hasil rancangan diperkenalkan kepada khalayak ramai di Hotel Des Indes, Jakarta.
Dalam rapat parlemen RIS bersama pemerintah ditetapkan lambang Negara rancangan Sultan
Hamid II yang dipilih, yakni burung garuda dengan kepala gundul yang dimasukan dalam
pasal 3 RIS.
Gambar rancangan Moh. Yamin ditolak Presiden Soekarno karena figur burung garuda
yang berbentuk setengah burung dan setengah manusia.
20 Februari 1950
Lambang Negara karya Sultan Hamid II mulai dipasang di dalam ruang Sidang Parlemen
RIS. Ketika itu, gambar bentuk kepala Rajawali-Garuda Pancasila masih gundul dan tidak
berjambul. Presiden Soekarno kemudian menyarankan agar bentuk Garuda Pancasila
disempurnakan, yakni kepalanya diubah menjadi berjambul seperti bentuk alamiah burung
rajawali.
20 Maret 1950
Gambar lambang Negara yang telah didisposisi oleh Presiden Soekarno dilukis kembali
oleh Dullah yang dibantu oleh Ruhl selaku ahli semiologi konsultan Sultan Hamid II.
Perubahan lambang Negara terdapat pada bagian cakar kaki yang mencengkram pita berisi
seloka Bhinneka Tunggal Ika menjadi menghadap ke depan. Lukisan Lambang Negara ini
yang disebarluaskan ke pelosok Negeri oleh Kementerian Penerangan RIS.
Tahun 1951
10 Juli 1951
17 Agustus 1951
17 Oktober 1951
28 November 1951
Sejak saat itu, secara yuridis formal gambar lambang negara rancangan Sultan Hamid II
seperti terlampir dalam PP No. 66 Tahun 1951 telah resmi menjadi lambang Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
PP No. 66 tahun 1951 secara yuridis formal Garuda Pancasila resmi menjadi lambang
NKRI yang diundangkan oleh Menteri Kehakiman, M. Nasroen.