6. Dari transkrip rekaman dialog Sultan Hamid II dengan Mas Agung (1974) sewaktu
penyerahan file dokumen proses perancangan lambang negara, disebutkan: “Ide Perisai
Pancasila” itu muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara.
7. Berdasarkan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (Konstitusi RIS) 1949 Pasal 3 ayat 3:
Pemerintah menetapkan meterai dan lambang negara.
9. Tanggal 8 Februari 1950 rancangan final lambang negara yang di buat Menteri Negara RIS Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden
Soekarno. Rancangan final lambang negara tersebut mendapat masukan dari suatu Partai Islam (Masyumi) untuk dipertimbangkan, karena
adanya keberatan terhadap gambaran burung Garuda dengan lengan dan bahu manusia yang memegang perisai, karena dianggap bersifat
mitologis khayalan.
10. Tanggal 10 Februari 1950 mernteri negasra RIS Sultan Hamid II mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah
disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali- Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Di
sini burung Garuda digambarkan dalam bentuk alami menyerupai Rajawali yang perkasa, dan Perisai Pancasila digantungkan menempel
pada dada Rajawali Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Perdana
Menteri RIS, yaitu Moh. Hatta.
11. Tanggal 11 Februari 1950 rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS Sultan Hamid II diresmikan pemakaiannya dalam
Sidang Kabinet RIS yang dipimpin oleh Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta. Ketika itu gambar bentuk kepada Rajawali Garuda Pancasila
masih "gundul" dan "tidak berjambul" atau bentuk belum seperti sekarang ini, sebagaimana diterangkan oleh A.G Pringgodigdo dalam
bukunya “Sekitar Pancasila” terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI.
12. Tanggal 11 Februari 1950 inilah secara resmi saat pertama bangsa Indonesia mempunyai lambang negara, yang diberi nama Bhineka
Tunggal Ika yang merupakan karya kebangsaan bersama dari anak-anak bangsa terbaik yang diramu dari berbagai aspirasi dan kemudian
dirancang dengan baik, oleh seorang anak bangsa Sultan Hamid II Menteri Negara RIS.
13. Tanggal 15 Februari 1950, Presiden Soekarno memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara kepada khalayak umum di Hotel
Des Indes Jakarta.
Tanggal 20 Februari 1950, lambang negara yang dirancang Menteri Negara RIS
Sultan Hamid II dan juga sebagai Koordinator Panitia Lambang Negara, sudah
terpasang di dalam ruang sidang Parlemen RIS Istana Merdeka Penjambon Jakarta
yang dibuka oleh Presiden Soekarno.
Akhir Februari 1950, Sultan Hamid II mendapat saran dari Presiden Soekarno
untuk menyempurnahkan kembali bentuk kepala burung Rajawali Garuda Pancasila
yang terlihat “gundul” menjadi “berjambul” seperti bentuk alamiah burung
Rajawali.
. Sekitar awal Maret 1950, Sultan Hamid II mengajukan kembali lukisan lambang
negara yang sudah diperbaiki. Gambar tersebut masih dapat masukan dari
Presiden Soekarno tentang bentuk cakar kaki yang mencengkram pita yang
menghadap ke belakang. Penyempurnaan yang dilakukan Sultan Hamid II hanya
tinggal merubah bentuk cakar kaki sehingga menghadap ke depan, bagian lain
sudah sama seperti gambar lambang negara sekarang ini.
Tanggal 20 Maret 1950,
bentuk final gambar lambang
negara rancangan Sultan Setelah mendapat disposisi
Hamid II yang telah diperbaiki persetujuan dari Presiden
diajukan kepada Presiden Soekarno (20 Maret 1950),
Tanggal 5 April 1950, Sultan
Soekarno dan mendapat untuk terakhir kalinya Sultan
Hamid II Menteri Negara
disposisi persetujuan Presiden Hamid II menyelesaikan
Zonder Forto Polio dijemput
Soekarno. Kemudian Presiden penyempurnaan bentuk final
(untuk keperluan penyidikan)
Soekarno memerintahkan gambar lambang negara, yaitu
oleh Jaksa Agung di Hotel Des
pelukis istana bernama Dullah dengan menambahkan skala
Indes yang kemudian dikenal
untuk melukis kembali ukuran dan tata warna gambar
dengan “Peristiwa Sultan
gambar tersebut sesuai lambang negara (lukisan
Hamid II”.
bentuk final rancangan otentiknya sudah diserahkan
Menteri Negara RIS Sultan kepada H. Mas Agung,
Hamid II, seperti yang Yayasan Idayu Jakarta).
dipergunakan secara resmi
sampai saat ini
Sejalan dengan semangat perjuangan Rakyat Indonesia dari Sabang sampai
Merauke. Mosi M. Natsir, dkk (kembali ke Negara Kesatuan RI) diterima oleh
Parlemen RIS. Bangsa Indonesia kembali kepada semangat sejati Proklamasi
Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 melalui pernyataan konstitusional kembali
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia terhitung sejak tanggal 17 Agustus
1950.
Tanggal 30 Mei 1958, Dewan Menteri mengadakan rapat yang ke 107 mengenai
rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penggunaan Lambang Negara.
Tanggal 5 Juni 1958, Muhammad Yamin dalam kapasitas sebagai mantan Panitia
Lambang Negara, dalam suatu kesempatan pidato di Istana Negara yang dihadiri
para Menteri serta Dewan Nasional menjelaskan arti dan makna simbol-simbol
dalam perisai Pancasila pada lambang negara rancangan Menetri Negara RIS Sultan
Hamid II.
Tanggal 26 Juni 1958, Presiden Republik Indonesia
Soekarno dan Perdana Menteri Juanda menetapkan
Peraturan Pemerintah No 43 tahun 1958 tentang
Penggunaan Lambang Negara.
Tahun 1986 terbit buku berjudul ."Sekitar Garuda Pancasila" karangan Akmal Sutja yang mana pada
halaman 79 beliau menyatakan bahwa membenarkan pendapat Mohammad Hatta, yang menyatakan,
bahwa yang merancang gambar lambang negara adalah Sultan Hamid II, dalam kedudukan sebagai
Menteri negara RIS sampai dengan adanya penelitian lebih lanjut
38. Tahun 1994 Universitas Tanjungpura Pontianak Khususnya Mimbar Untan yang diketuai oleh
Syafaruddin MHD melakukan investigasi tentang perancangan lambang negara oleh Menteri Negara
RIS Sultan Hamid II kepada keluarga Istana Kadriyah Pontianak (kerabat Sultan Hamid II) dan para
pemuka masyarakat setempat dan mendapat repro dokumen file Lambang Negara rancangan Sultan
Hamid II yang disposisi Presiden Soekarno, 20 Maret 1950.
39. Tahun 1996 Turiman Mahasiswa Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Indonesia, program
kekhususan Hukum Dan Kehidupan Kenegaraan: asal Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura
Pontianak lebih lanjut melakukan penelitian lebih mendalam dalam bentuk tesis berjudul : SEJARAH
HUKUM LAMBANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Suatu Analis Yuridis Normatif Tentang Pengaturan
Lambang Negara Dalam Peraturan Peru ndang -undangan) di bawah bimbingan Prof, DR .H. Dimyati
Hartono,SH
. Tahun 1999 tepatnya hari Rabu Tanggal 11 Agustus 1999 dihadapan Sidang
Penguji, Prof DR. Azhari, SH, Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri, SH,ML. Prof
Dr Dimyati Hartono,SH,MH, berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul
SEJARAH HUKUM LAMBANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Suatu Analis
Yuridis Normatif Tentang Pengaturan Lambang Negara Dalam Peraturan
Perundang-undangan).
. Tanggal 2-3 Juni Tahun 2000 diadakan Dialog Nasional Lambang Negara di
Kal-Bar di Hotel Kapuas Palace yang dihadiri oleh PAH I Amandemen UUD
1945 MPR-RI dan Ketua MPR,DPR RI Akbar Tanjung, elemen masyarakat
Kalimantan Barat dan Pemerintah Daerah serta Universitas Tanjungpura
berdasarkan dialog nasional Lambang Negara yang mengacu pada hasil
penelitian Tesis tersebut diajukan menjadi rumusan amandemen kedua UUD
1945 dengan menambah pasal 36 menjadi pasal 36 A dengan rumusan:
Lambang Negara Ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.
Tanggal 9 Juli 2009 Presiden Republik Indonesia:
Susilo Bambang Yudoyono melalui Menteri Hukum Dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Andi Mattalatta
mengundangkan UU No 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu
Kebangsaan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 109 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5035
yang mengacu pada Pasal 20, Pasal 21, Pasal 35, Pasal
36, Pasal 36A, Pasal 36B, dan Pasal 36C Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mempertegas pada Pasal 36 A: Lambang Negara ialah
Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika.
Secara semiotika lambang dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Konsep Semiotika Hukum Pancasila "Berthawaf" Dalam Lambang
Negara.Terhadap konsep berthawaf diatas penafsiran Sultan Hamid II
menyatakan:".. lima sila Pantja Sila jang terpenting sebagai
pertahanan bangsa ini menurut beliau adalah sila pertama
Ketoehanan Yang Maha Esa, barulah bangsa ini bisa bertahan madju
kedepan untuk membangun generasi penerus/kader-kader
pedjuang bangsa jang bermartabat/ berprikemanusiaan jang
disimbolkan dengan sila kedua kemanusian jang adil dan beradab,
setelah itu membangun persatuan Indonesia sila ketiga, karena
hanja dengan bersatulah dan perpaduan antar negara dalam RIS
inilah bangsa Indonesia mendjadi kuat, pada langkah berikutnja baru
membangun parlemen negara RIS jang demokratis dalam
permusyawaratan/perwakilan, karena dengan djalan itulah bisa
bersama-sama mewudjudkan keadilan sosial bagi seluruh rakjat
Indonesia, jakni dari rakjat, untuk rakjat oleh rakjat karena berbakti
kepada bangsa dan Tuhan Jang Maha Esa.
Berdasarkan konsep thawaf Pancasila tersebut, maka
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi sebuah
perisai atau pertahanan sebuah bangsa, karena
selaras makna perisai atau tameng itu sendiri yang
sebenarnya dikenal oleh kebudayaan dan peradaban
Indonesia sebagai senjata dalam perjuangan
mencapai tujuan dengan melindungi diri dan
perkakas perjuangan yang sedemikian dijadikan
lambang, wujud dan artinya tetap tidak berubah-
ubah, yaitu lambang perjuangan dan perlindungan,
artinya dengan mengambil bentuk perisai, maka
Republik Indonesia berhubungan langsung dengan
peradaban Indonesia asli.
B. Dasar Hukum Lambang Garuda
Pancasila
• Bhinneka Tunggal Ika sebagaimana terkandung
dalam lambang negara Garuda Pancasila, bersama-
sama dengan Bendera Negara Merah Putih, Bahasa
Negara Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya, merupakan jati diridan identitas
Negara Kesatuan Republik Indonesia. UNDANG-
UNDANG RI NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG
BENDERA,BAHASA, LAMBANG NEGARA DAN LAGU
KEBANGSAAN BAB IV
Juknis Pengunaan Garuda Pancasila Sebagai
Lambang Negara ;
c. Paspor.
f. Kantor Imigrasi.
ke-5].
2.Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti
berani dan putih berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang di dalam perisai
melambangkan wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa.
3.Makna Jumlah Bulu pada Burung Garuda
Jumlah bulu melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945),
antara lain:
·Jumlah bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17
·Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8
·Jumlah bulu dibawah perisai/pangkal ekor berjumlah 19
·Jumlah bulu pada leher berjumlah 45
.Pita yang dicengkeram oleh burung garuda bertuliskan semboyan negara Indonesia,
yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “walaupun berbeda beda, tetapi tetap satu”.
TERIMA KASIH