Makalah FHA HIU Kelompok 9

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN AIR


“Fisiologi Ikan Hiu”
Dibuat untuk Memenuhi tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air pada Semester 3

Disusun Oleh :

Kelompok 9

Afrah Haniyah Dafiq 230110120039


Thaha Yasin 230110120063
Respandu Zulfachri 230110120069
Fauzi Rachmansyah 230110130165
Ardiansyah 230110130175
Fadhillah Ardi 230110130203
Gilang Trianzah Putra 230110130209
Eva Amalia Destyani 230110203221
Fahira Nur Amalina 230110130225

Kelas C

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas makalah ini membahas
mengenai “Fisiologi Ikan Hiu”. Penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan Air dan juga sebagai ilmu
pengetahuan dalam bidang perikanan dan ilmu kelautan yang bermanfaat bagi
mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Fisiologi
Hewan Air yang telah membimbing kami, serta kepada seluruh pendukung yang
membantu tersusunnya makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sebagai perbaikan pada penyusunan selanjutnya.

Jatinangor, Oktober 2014

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ikan Hiu ................................................................................................. 3
2.1.1 Ciri-Ciri Ikan Hiu ............................................................................... 3
2.1.2 Klasifikasi Ikan Hiu ........................................................................... 4
2.2 Fisiologi Ikan Hiu ................................................................................. 4
2.2.1 Sistem Peredaran Darah Pada Ikan Hiu ............................................. 4
2.2.2 Sistem Pernafasan Pada Ikan Hiu ...................................................... 5
2.2.3 Sistem Pencernaan Pada Ikan Hiu ..................................................... 6
2.2.4 Sistem Osmoregulasi Pada Ikan Hiu .................................................. 7
2.2.5 Sistem Endokrin Pada Ikan Hiu ......................................................... 9
2.2.6 Sistem Syaraf Pada Ikan Hiu.............................................................. 10
2.2.7 Sistem Reproduksi Pada Ikan Hiu ..................................................... 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 15
3.2 Saran ...................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisiologi dapat di definisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,


mekanisme dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi
mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh
proses kehidupan. Oleh karena luas bidang fisiologi, maka dibagi menjadi bagian-
bagian yang lebih khusus, diantaranya yaitu fisiologi hewan air dalam hal ini ikan.
Fisiologi ikan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi dan kegiatan
kehidupan zat organisme dan fenomena fisika dan kimia yang mempengaruhi
seluruh proses kehidupan ikan. Fisiologi ikan mencakup  proses osmoregulasi,
sistem respirasi, bioenergetik dan metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor,
sistem saraf sistem endokrin  dan reproduksi (Fujaya, 2008). Seperti yang telah
diketahui, ikan dapat dibedakan menjadi 2 kelas, yaitu kelas Chondrichtyes atau
ikan kartilago/tulang rawan dan kelas Osteichthyes atau ikan tulang sejati.
Kebanyakan ikan tergolong ke dalam kelas Osteichtyes. Sementara itu, salah satu
ikan yang tergolong ke dalam kelas Chondrichtyes adalah ikan hiu, karena perbedaan
kelas inilah yang membuat sifat-sifat biologi, termasuk fisiologisnya berbeda dengan
ikan-ikan lain yang termasuk ke dalam kelas Osteichtyes. Oleh karena itu, perbedaan
fisiologi ikan hiu dengan ikan lainnya inilah yang menjadi alasan kami menyusun
makalah ini, yang tentunya akan dibahas satu per satu berdasarkan sistem organ yang
berfungsi di dalamnya, seperti sistem peredaran darah, sistem pernafasan, sistem
pencernaan, sistem osmoregulasi, sistem endokrin, sistem syaraf, dan sistem
reproduksinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sistem peredaran darah pada ikan hiu?
2. Bagaimana sistem pernafasan pada ikan hiu?
3. Bagaimana sistem pencernaan pada ikan hiu?

1
2

4. Bagaimana sistem osmoregulasi pada ikan hiu?


5. Bagaimana sistem endokrin pada ikan hiu?
6. Bagaimana sistem syaraf pada ikan hiu?
7. Bagaimana sistem reproduksi pada ikan hiu?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Fisiologi Ikan hiu yang meliputi sistem peredaran darah,
sistem pernafasan, sistem pencernaan, sistem osmoregulasi, sistem endokrin,
sistem syaraf, dan sistem reproduksinya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ikan Hiu

2.1.1 Ciri-Ciri Ikan Hiu

Ikan hiu memiliki ciri khas yang mudah dikenal. Badan hiu biasanya
memanjang berbentuk cerutu atau poros yang memungkinkan dapat bergerak
dengan cepat. Sirip ekornya banyak berujung runcing, dimana cuping ekor atas
sering jauh lebih panjang dari cuping bawahnya Salah satu ciri khas yang menarik
adalah posisi mulutnya yang terletak di bagian bawah. Insangnya terbuka keluar
dengan celah insang 5-7 buah yang terletak pada sisi kepala (Jones & Larson
1974; Pelu 1993; Mansor et.al 1988). Air ditarik masuk melalui mulut dan
dipompa keluar melalui celah insang ini. Gigi hiu mempunyai struktur yang sama
dan berada dalam deretan teratur sepanjang rahangnya. Gigi - gigi di depan rahang
berbentuk segi tiga, digunakan sebagai pemotong atau penggunting. Sedangkan
gigi penghancur terletak di belakang rahang, bentuknya ram-ping mirip alat
penggerek dan ada yang agak pipih semacam trotoar (Anonymous 1992).

3
4

Ikan hiu tidak memiliki gelembung renang dan badannya lebih berat dari
pada air, maka harus berenang terus menerus agar tidak tenggelam. Dengan
demikian tubuhnya sangat langsing dan sisik-sisik dadanya yang besar itu
berfungsi sebagai hidrofoil hingga memberinya daya angkat yang besar.
Suharsono (1981) mengatakan bahwa pada seluruh permukaan tubuh ikan hiu
tersebar sel syaraf yang dapat menerima 'infills infrasonic' dari jarak jauh
sehingga mampu mendeteksi suara berfrekuensi rendah atau getaran yang tidak
teratur yang menandakan adanya mangsa.

2.1.2 Klasifikasi Ikan Hiu


Ikan hiu tergolong ke dalam ikan bertulang lunak (Chondrichtyes) dengan
klasifikasi sebagai berikut.
Klasifikasi Ikan Hiu
Kingdom : Animalia
Filum       : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas       : Chondrichthyes
Subkelas  : Elasmobranchii
Superordo : Selachimorpha

2.2 Fisiologi Ikan Hiu

2.2.1 Sistem Peredaran Darah Ikan Hiu

Sistem peredaran darah atau sirkulasi pada ikan hiu merupakan sistem
sirkulasi tunggal. Jantung hiu terdiri atas atrium, ventrikel, sinus venosus, conus
arteriosus yang keluar dari ventrikel. Jantung ikan hiu hanya terisi darah yang
tidak mengandung oksigen. Darah dari jantung hiu dipompa menuju ke insang
untuk di isi oksigen kemudian diedarkan keseluruh tubuh.
Jantung ikan hiu hanya memiliki dua bilik yaitu atrium dan ventrikel.
Dengan konus atau bulbus arteriosus. Sebelum memasuki atrium terlebih dahulu
melewati sinus venosus, dari atrium darah kemudian di salurkan ke ventrikel.
Kemudian di pompa kearah konus arteriosus menuju ke aorta ventral. Dari aorta
5

ventral darah disalurkan ke insang. Melewati arteri brankia aferentia, selanjutnya


dari arteri brankia eferen darah mengumpul pada aorta (arcus aortikus) yang akan
menjadi aorta ventral dan dorsal.
Pada saat perkembangan embio, hiu memiliki 6 buah lengkung aorta,
meskipun pada perkembangan selanjutnya tereduksi atau mengalami modifikasi.
Sinus venosus menerima darah dari vena hepatika dan vena kardinalis yang
merupakan gabungan pembuluh vena kardial anterior dan posterior.
Darah dari kepala hiu dikumpulkan oleh vena kardial anterior dan darah
dari ginjal dikumpulkan oleh vena jardinal posterior. Pembuluh cuvier adalah
pembuluh vena latero abdominalis yang menerima darah dari dinding tubuh dan
alat gerak. Sistem portalrenalis terdiri dari vena kaudal dan dua pembuluh portal
ginjal. Sistem portal hepatic mengalirkan darah dari lambung dan usus kemudian
kembali ke hati sesudah itu masuk ke sinus venosus melalui vena katup untuk
mencegah darah kembali ke jantung.
Jantung hanya mempunyai satu atrium dorsal (aurikel) yang menerima
darah dari sinus venosus, dan satu ventrikel ventral yang memompa darah ke
konus arteriosus. Dari konus itu darah selanjutnya menuju aorta ventral yang lalu
bercabang-cabang menjadi 5 buah arteri brankial aferen, terus masuk ke dalam
insang (Djarubito, 1989: h. 186).

2.2.2 Sistem Pernapasan Ikan Hiu


Insang merupakan ciri pernafasan pada ikan pada umunya, termasuk hiu.
Secara embriologis celah insang hiu tumbuh sebagai hasil dari serentetan
envaginasi faring yang tumbuh ke luar dan bertemu dengan envaginasi dari luar.
Setiap kali mulut hiu dibuka maka air dari luar akan masuk ke faring kemudian
keluar lagi melalui celah insang. Peristiwa keluar masuknya air ini melibatkan
kartilago sebagai penyokong filament insang. Ikan hiu memiliki 5-7 pasang celah
insang ditambah pasangan celah anterior non respirasi yang disebut dengan
spirakel.
Dengan membuka dan menutup mulut ikan hiu menghalau air ke dalam
mulut dan menekan keluar dengan kekuatan (mulut menutup) melalui celah
6

insang dan spiracle. Insang tersusun atas filamen (lembaran-lembaran) yang


banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Darah dari ventral aorta akan
melalui kapiler tersebut melepaskan CO2 dan mengikat oksigen yang larut dalam
air (Jasin, 1984: h. 46).

2.2.3 Sistem Pencernaan Ikan Hiu


Sistem pencernaan hiu terdiri dari mulut, faring, oesofagus yang pendek,
lambung, usus dan bermuara ke anus. 
1. Mulut transversal diperkuat oleh gigi yang sama dengan sisik placoid. Gigi
setiap kali tanggal diganti dengan gigi yang baru. Mulut merupakan tempat
masuknya makanan. Hiu memiliki gigi yang berkembang dengan baik yang
membuatnya ditakuti oleh organisme lain.
2. Farink terdapat celah insang dan spirakel
3. Kerongkongan. Ikan hiu memiliki kerongkongan yang pendek dan lebar
hampir tidak terlihat dari lambung.
4. Lambung. Merupakan tempat pancernaan secara kimia dan mekanik.
5. Usus memiliki klep spiral  yang berfungsi memperluas bidang penyerapan dan
memperrpanjang proses digesti.
6. Rectum.dari usus makanan kemudian disalurkan ke rectum dan kloaka. Dari
kloaka sisa sisa makanan nantinya disalurkan keluar tubuh. Selain berfungsi
sebagai tempat pengeluaran sisa makanan kloaka juga berfungsi sebagai
tempat pengeluaran kencing dan sebagai saluran reproduksi.
Salah satu ciri khas pada ikan hiu pada organ pencernaannya yaitu mulut
ventral dilengkapi gigi email. Cekungan hidung satu sampai dua tanpa ada 
hubungan dengan rongga mulut, memiliki rahang atas dan bawah.
Beberapa jenis ikan hiu dengan ciri-cirinya beserta makanannya :
1. Hiu Putih Besar, panjangnya 4 meter, ia memiliki gigi berbentuk segitiga
yang tajam, ia juga memiliki suhu badan yang lebih tinggi dari suhu air laut di
sekitarnya. Makanan favoritnya adalah anjing laut dan singa laut.
7

2. Hiu Basking, ia dapat menyaring 9.000 liter air laut/ jam. Makanan favoritnya
adalah plankton. Di dalam ingsangnya terdapat bulu-bulu khusus yang
berguna untuk menyaring plankton.
3. Hiu Macan Pasir, ia memiliki gigi yang runcing dan sangat tajam. Makanan
favoritnya ikan, burung laut akan tetapi kadang-kadang ia juga makan kura-
kura, kepiting, bahkan ular berbisa yang ada di laut.
4. Hiu Abu-abu memiliki gigi penggiling. Makanan favoritnya adalah tiram.
5. Hiu Gergaji. Ia mempunyai badan yang tipis dan moncong yang bergerigi
tajam. Dengan moncongnya ia menaduk-aduk pasir untuk mencari
mangsanya. Makanan favoritnya adalah udang .
6. Hiu Webbegong, ia hidup di dasar laut. Ia mempunyai warna kulit yang
berkamuflase dengan mangsanya. Makanan favoritnya adalah gurita, kepiting
dan udang galah yang melewatinya.

2.2.4 Sistem Osmoregulasi Ikan Hiu

Ikan bertulang rawan (misalnya hiu) mempertahankan urea (limbah


metabolik biasanya diekskresikan dalam urin) dalam  jaringan dan darah. Perilaku
hiu mengkondisikan osmolaritas darah hiu sama dengan air laut sehingga terjadi
keseimbangan air. Darah hiu bersifat hipertonik terhadap air laut. Hiu memiliki
osmolaritas internal yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi
untuk memperoleh atau kehilangan air. Organisme tersebut memiliki konsentrasi
zat terlarut dalam cairan tubuhnya yang sama dengan konsentrasi zat terlarut dari
lingkungan sekitarnya (air laut). Cara hiu untuk mempertahankan diri terhadap
lingkungannya adalah menyamakan tekanan osmotik tubuhnya dengan tekanan
luarnya (air laut) meskipun tidak pernah dapat mencapai kesamaan namun
tekanan pada ikan tersebut hampir sama. Ikan hiu dalam melakukan sistem
osmokonfomer tersebut tidak membuang urinnya keluar supaya tekanan
osmotiknya tetap terjaga. Dari cara tersebut menyebabkan daging ikan hiu
menjadi bau seperti urin.
8

Osmokonfer adalah organisme air yang secara osmotik labil dan


mengubah-ubah tekanan osmotik cairan tubuhnya untuk menyesuaikan dengan tekanan
osmotik air media hidupnya. Oleh karena itu, hewan harus melakukan berbagai
adaptasi agar dapat bertahan di dalam tempat hidupnya. Adaptasi dapat dilakukan
sepanjang perubahan yang terjadi pada lingkungannya tidak terlalu besar dan
masih ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya. Jika perubahan
lingkungan terlalu besar maka hewan yang melakukan osmokonfermer tidak dapat
bertahan hidup di tempat tersebut.
Proses Osmoregulasi Pada Ikan Hiu:
- Menyerap garam-garam yang berasal dari air laut dan menghilangkan
garam-garam dari darah dengan bantuan ginjal dan mengsekresikannya
melalui urin.
- Tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan
osmotik air karena hiu memiliki konsentrasi yang tinggi terhadap urea dan
trithylamin (TMAO) dalam cairan tubuhnya.
- Urea dan TMAO tersebut mempertahankan kondisi hiperosmotik dari total
osmolaritas di dalam cairan tubuhnya.
- Akibatnya, sejumlah air secara perlahan-lahan memasuki tubuh ikan hiu
tersebut.

Gambar 2. Proses Osmoregulasi pada Ikan Hiu


9

2.2.5 Sistem Endokrin Ikan Hiu


Sistem endokrin pada ikan baik elasmobranchii maupun teleosteii umunya sama.

 Kelenjar pituitari.
1. Neurohipofisis, yang mengsekresikan vasoprosesor, oksitoksin, hormon
antidiuretik dan intermedin. Vasoprosesor berfungsi menjaga
permeabilitas insang, intermedin untuk memicu dispersi melanin.
2. meta adenohipofisis. Mensekresikan hormon pertumbuhan (growth
hormone(GH)) yang memicu pertumbuhan, dan hormon adreno
kortiko tropik yang mengontrol sekresi adreno kortiko, dan
melanogenesis pada Carassius.
3. Meso adenohipofisis. Mensekresi thyrotropin yang mengontrol sekresi
hormon tiroid. Gnadotropin (LH, FSH), mengontrol sekresi hormon
gonad. Meso adenohipofisis juga mensekresi prolaktin yang juga
memicu melanogenesis. Pada hiu dapat memicu bioluminesens.
4. Proadenohipofisis. Diperkirakan dapat mensekresikan hormon
melanofor.
 Kelenjar tiroid : mensekresikan hormon tiroid. Memicu kecepatan
pertumbuhan, membantu perubahan metamorfik dan juga osmoregulasi.
 Kelenjar ultimobranchial: Hormonnya belum diketahui, akan tetapi berfungsi
seperti paratiroid.
 Kelenjar suprarenal: Mensekresikan epinefrin, berfungsi mengontrol kenaikan
tekanan darah dan pelebaran pupil, mempengaruhi denyut jantung,
berhubungan dengan saraf simpatik.
 Kelenjar jaringan kortiko adrenal: Mensekresikan hormon steroid adreno
kortiko yang memicu metabolisme karbohidrat, air, katabolisme protein,
penyimpanan natrium dan metabolisme elektrolit.
 Kelenjar pankreas: Mensekresi insulin, untuk metabolisme karbohidrat
 Kelenjar kelamin: Diperkirakan mensekresi androgen pada jantan atau
estrogen pada betina. Berperan dalam perkembangan sekunder karakter
seksual, perilaku reproduksi dan kematangan gamet.
10

2.2.6 Sistem Syaraf Ikan Hiu

Otak ikan hiu merupakan tipe otak yang lebih maju. Dari dua kantung
olfaktori dihidung, saluran  olaktori besar dan memanjang ke lobus olfaktori,
yang melekat dengan erat ke pasangan hemisfer serebral  di diensefalaon. Di
bagian dorsal, diensefalaon mengandung sebuah tangkai pineal serta badan
pineal dan di bagian ventraldiensefalon terdapat infundibulum, tempat
melekatkan  hipofisis.  Semua struktur ini merupakan bagian darai otak depan.
Dua lobus optik yang bundar terdapat di bagian dorsal otak tengah. Otak
belakang terdiri atas serebelum dorsal median yang berukuran besar di atas
medula oblongata yang membuka di bagaian atas. Sepuluh pasang saraf kranial
melayani struktur, terutama kepala, kira-kira distribusinya sama dengan
vertebrata lain. Tali saraf dilindungi sepenuhnya oleh lengkung neural  tulang
belakang, selanjutnya saraf spinal yang berpasang ke setiap somit tubuh muncul
di antara lengkung neural dari tulang belakang berturut-turut.

Sistem Syaraf yang ada pada ikan Hiu :

 Systema Nervossum Central (SNC) yang terdiri dari otak dan Medulla
Spinalis.
 Systema Nervossum Peripherium (SNP) yang terdiri dari 10 pasang
Nervus Cranialis dan Nervus Spinalis.
 Systema Nervossum Peripherium (SNP) yang terdiri dari 10 pasang
Nervus Cranialis dan Nervus Spinalis.

Sistem Indera Hiu :

Sistem indera terdiri dari sacous olfactorius atau cekungan hidung, organon vesus
atau mata, organon auditorius yang berfungsi untuk mendengar, dan gurat sisi.

2.2.7 Sistem Reproduksi Ikan Hiu


Hiu secara seksual dimorfik dimana ada perbedaan visual antara jantan
dan betina. Hiu jantan memiliki panggul yang dimodifikasi menjadi claspers sirip
11

pelvis yang digunakan untuk pengiriman sperma. Gulungan Claspers terbentuk


dari tulang rawan. Hiu jantan juga telah memiliki testis. Testis internal terletak di
ujung anterior tubuh di dalam rongga organ epigonal. Kantung kemih dan saluran
reproduksi bergabung bersama untuk membentuk sinus urogenital. Dari sinus
urogenitak ini akhirnya sperma dilepaskan ke dalam alur dari claspers dan
kemudian disampaikan ke betina selama kopulasi.
Pada hiu betina memiliki ovarium internal yang ditemukan di anterior
dalam rongga tubuh dan berpasangan. Ovarium kiri sering lisis atau tidak ada
telur. Sekali telur dilepaskan dan dibuahi, sebuah horny shell atau membran
dikeluarkan disekitar membran ketika telur melewati kelenjar. Beberapa hiu
menghasilkan sebuah shell yang tangguh dan dapat melindungi anaknya. Dalam
spesies lain telur berkenbang dan menetas didalam rahim betina. Telur yang
dihasilkan oleh tiap spesies sangat bervariasi. Ukuran diameter telur hiu sekitar 60
atau 70 mm dan terbungkus dalam kulit hingga diameter keseluruhannya dapat
mencapai 300 mm.
Selama sanggama hiu jantan dan betina berhadapan. Hiu jantan
memasukkan salah satu claspers ke dalam kloaka betina. Sperma terkandung
dalam paket sperma yang disebut spermatophores. Sperma ini kemudian
disalurkan ke hiu betina melalui saluran clasper. Perbedaan lain antara hiu jantan
dan betina dari beberapa spesies ikan hiu adalah ketebalan kulit mereka. Kulit hiu
biru betina hampir dua kali lebih tebal dibandingkan hiu jantan. Hal ini diyakini
karena kekejaman perkawinan. Jantan akan sering menggigit betina selama
kopulasi sehingga meninggalkan hiu betina dengan keadaan luka. Tanpa ketebalan
ekstra betina kulit bisa terluka parah.
Ada tiga model reproduksi dalam hiu. Bentuk yang paling maju disebut
viviparity. Hal ini terjadi ketika hiu betina menyediakan makanan bagi embrio
yang ada dalam tubuhnya. Makanan ini disebut sebagai sekresi susu uterus atau
melalui koneksi plasenta. Pada hiu vivipar, batang yolk berganti menjadi sebuah
tali pusar panjang yg menghubungkan embrio dan kantung yolk, dimana kantung
yolk ini disebut juga kantung plasenta yolk atau plasenta saja. Plasenta membantu
transfer nutrisi dan oksigen melalui aliran darah induknya dan juga mentransfer
12

zat buangan dari bayi ke ke ibunya untuk dibuang. Contoh hiu vivipar adalah hiu
banteng (Carcharhinus leucas), hiu karang whitetip (Triaenodon obesus), hiu
lemon (Negaprion brevirostris), dan hiu biru (Prionace glauca).
Reproduksi hiu yang kedua disebut ovoviviparity. Kebanyakan hiu adalah
ovovivipar, yang berarti bahwa telur dierami dan menetas didalam oviduk tubuh
induknya, dimana kuning telur (yolk) menjadi nutrisi utama embrio. Hiu
ovovivipar disebut juga sebagai hiu aplacental vivipar yg berarti melahirkan tanpa
plasenta (ari-ari). Hiu ovovivipar ini terbagi tiga tipe.

embrio hiu

Pertama adalah aplacental variasi kantung yolk, artinya selama inkubasi


emrio di dalam uterus ibunya, mereka mendapatkan makanan hanya dari kuning
telurnya saja, tidak memiliki tambahan nutrisi selain dari yolk atau kuning telur.
Contoh hiu yg seperti ini adalah hiu sapi (Hexanchidae sp), hiu paus (Rhincodon
typus), hiu basking (Cetorhinus maximus), hiu berjumbai (Chlamydoselachus
anguineus), hiu dogfish (Cirrhigaleus sp), hiu malaikat, (Squatina sp) dan hiu
harimau (Galeocerdo cuvier). Hiu dogfish memiliki periode inkubasi terpanjang
dari semua jenis hiu yg ada, yaitu 18 sampai 24 bulan. Hiu basking dan hiu
berjumbai terlihat memiliki masa inkubasi lebih lama, namun tidak ada data
akurat. Dulu hiu paus  (Rhincodon typus) dianggap ovipar (pernah ditemukan telur
sepanjang 36 cm), namun hiu paus kini berkategori hiu ovovivipar, dimana hiu
paus betina ditemukan hamil yg berisi ratusan ekor anak.
13

Kedua adalah tipe aplacental dengan uterus villi atau trophonemata.


Embrio mendapatkan makanan dari yolk dan juga tambahan dari cairan sekresi
histotroph atau dikenal juga dengan istilah susu uterus. Biasanya tipe ini banyak
ditemukan pada pari, sementara tipe hiu yg seperti ini adalah hiu spinny dogfish
(Squalus acanthias), hiu hidung tajam Atlantik (Rhizoprionodon terraenovae),
dan hiu smooth-hound hitam (Mustelus sp).
Tipe ketiga adalah aplacental dengan oophagy dan kanibalisme.
Maksudnya, begitu telur menetas, sang anak akan mencari makan. Anak hiu ini
akan memakan telur-telur yg belum dibuahi (oophagy) atau bahkan memakan
adik-adiknya (kanibalisme). Sehingga pada beberapa jenis hiu sangat sedikit anak
hiu yg mampu bertahan sampai kelahiran mereka karena bentuk kanibalisme yg
terjadi sebelum mereka keluar. Ini dilakukannya untuk mencapai ukuran relatif
besar sebelum dilahirkan. Contoh hiu yg seperti ini adalah hiu harimau pasir/hiu
perawat abu-abu (Carcharias taurus), hiu mako (Isurus sp), dan hiu putih besar
(Carcharodon carcharias). Hal ini mirip dengan viviparity karena telur dibuahi,
menetas dan berkembang di dalam tubuh hiu betina kemudian anak di lahirkan.
Dalam hal ini embrio tidak menerima makanan langsung dari ibunya melainkan
dari cadangan makanan dari sel telur.
Hiu-hiu ovovivipar kebanyakan melahirkan anaknya di daerah aman,
seperti teluk, mulut sungai dan daerah karang dangkal. Mereka memilih area
tersebut untuk perlindungan dari predator (terutama hiu lainnya). Anak hiu akan
berenang jauh begitu lahir, bahkan menjauhi induknya yg mungkin akan
memakannya. Mereka sudah mampu hidup mandiri begitu lahir.
Cara reproduksi hiu yang terakhir adalah oviparity. Telur hiu diletakkan di
ganggang atau koral. Setelah telur aman telur tidak menerima perlindungan atau
makanan dari induknya. Hiu ovipar memiliki cangkang telur keras atau berupa
membran kasar untuk perlindungan untuk perkembangan embrio. Telur hiu
(disebut juga "mermaid purses") akan menetas jika tidak dimakan oleh hewan
lain, karena sang induk tidak akan menjaga telur-telurnya. Bentuk telur mereka
ada yg seperi kantung sampai berbentuk sekrup (seperti hiu Port Jackson dan hiu
bertanduk). Beberapa telur seperti telur hiu kucing memiliki tendril yg
14

memungkinkan telur menempel pada suatu benda di dasar laut. Hiu yang bertelur
lainya termasuk  hiu zebra, (Stegostoma fasciatum)  swellshark (Cephaloscyllium
ventriosum), hiu karpet berkalung (Parascyllium variolatum), dan hiu bertanduk
(Heterodontus francisci).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai fisologi ikan hiu diatas dapat disimpulkan
bahwa ikan hiu termasuk ke dalam ikan bertulang rawan (kelas Chondrichtyes)
yang memiliki perbedaan cara kerja pada sistem organnya jika dibandingkan
dengan ikan bertulang keras (kelas Osteichtyes). Sistem peredaran darah ikan hiu
adalah sistem sirkulasi tunggal, jantungnya terdiri atas atrium, ventrikel, sinus
venosus, conus arteriosus yang keluar dari ventrikel. Di dalam sistem pernafasan
ikan hiu terdapat spirakel, yaitu pasangan celah anterior non respirasi, ikan hiu
juga memiliki 5-7 pasang celah insang. Sistem pencernaan hiu terdiri dari mulut,
faring, oesofagus yang pendek, lambung, usus dan bermuara ke anus. Ikan hiu
tidak memiliki kemampuan untuk menurunkan tekanan osmotik air karena hiu
memiliki konsentrasi yang tinggi terhadap urea dan trithylamin (TMAO) dalam
cairan tubuhnya. Sistem endokrin pada ikan baik elasmobranchii maupun
teleosteii umunya sama. Sementara itu pada sistem saraf ikan hiu terdapat saraf
cranial. Sepuluh pasang saraf cranial ini melayani struktur, terutama kepala, kira-
kira distribusinya sama dengan vertebrata lain. Ikan hiu memiliki tiga metode
reproduksi tergantung dari jenis-jenisnya, metode reproduksi tersebut adalah
dalam viviparity, ovoviviparity, dan oviparity.

3.2 Saran
Perbedaan fungsi dan cara kerja sistem-sistem organ yang ada pada ikan
hiu menyebabkan perbedaan proses kehidupannya juga, dan untuk itu disarankan
agar materi dari pembahasan mengenai fisiologi ikan hiu ini dapat dijadikan acuan
untuk pembelajaran lebih lanjut mengenai proses yang dipengaruhinya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ajis, Percy. 2013. Ikan Hiu Part-2. http://paj89.blogspot.com/2013/02/ikan-hiu-


part-2.html diakses pada 19 November 2014

________. 2013. Ikan Hiu. http://paj89.blogspot.com/2013/02/ikan-hiu.html


diakses pada 19 November 2014

Anonim. 2012. Ikan Hiu dan Makanan Favoritnya. http://pengetahuan-


mila.blogspot.com/2012/02/ikan-hiu-dan-makanan-favoritnya.html
diakses 12 oktober 14.00
Anonim. Klasifikasi, Ciri-ciri, Anatomi dan Fisiologi Ikan Hiu.
http://www.pusatbiologi.com/2013/02/klasifikasi-ciri-ciri-anatomi-
dan.html diakses 12 Oktober pukul 12.00
Anomim. 2012. Chondrichtyes.
http://natureisalam.blogspot.com/2012/09/chondrichthyes.html. Diakses
pada 12 Oktober 2014
Anonim. Excretion. http://biobook.nerinxhs.org/bb/systems/excretion.htm diakses
pada 12 Oktober 2014

Anonim. Homeostasisc and challenging environments.


http://quizlet.com/15019257/homeostasis-and-challenging-
environments-flash-cards/ diakses pada 12 Oktober 2014

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan


Teknik Perikanan.    Rineka Cipta. Jakarta

Pradipa, Abiyu. Selera Makan Hiu Putih Berbeda-beda.


http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/10/selera-makan-hiu-putih-
berbeda-beda diakses pada 12 oktober pukul 14.27

Prasetyo, Danar. 2011. Elasmobranchia dan Teleostei. http://danarprasetyo-


scientific.blogspot.com/2011/11/elasmobranchia-dan-teleostei.html.
Diakses pada 12 Oktober 2014
Rahayu, Sriatin. Osmoregulasi. Melalui :
http://www.slideshare.net/SriatinRahayu/makalah-osmoregulasi diakses
pada Oktober 2014

16
17

Widyastuti, P., dkk.. 2013. Makalah Fisiologi Pencernaan pada Hewan.


Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai