Ajaran Islam, selain berisi doktrlin pokok yang bersifat absolut dan
agama pada tempat dan lingkungan tertentu, masa dan era tertentu, latar belakang
sosial tertentu, berbeda yang satu dengan yang lainnya bahkan kadangkala terlihat
pangaruh negatifnya apabila kita mampu dan berani menarik garis pemisah
itu terjadi secara umum menyangkut segala segi kehidupan baik yang barkaitan
dengan akidah, fiqih dan hukum Islam yang menyangkut ibadah, muamalah dan
itu bukan hanya terjadi dikalangan umat Islam saja, akan tetapi dalam agam lain
Dulu umat Islam adalah satu, agama Islam berdiri tegak pada masa
khilafah Abû Bakar dan ‘Umar Radhiyallâhu 'Anhumâ. Tatkala ‘Umar terbunuh
secara syahid maka pecahlah pintu fitnah, orang-orang yang berhati busuk
al-Syahid tanpa ada perlawanan sedikitpun. Maka terpecahlah suara umat Islam
hingga terjadilah peristiwa perang unta dan perang shiffin. Maka saat itu
membenci ‘Alî).
Pada masa akhir sahabat, muncul Qadariyah, lalu muncul Mu'tazilah di
ketika sunnah dan orang-orangnya masih berkuasa. Maka ketika masuk abad
1. Khawârij
mereka meyakini bahwa tahkîm tersebut maksiat dan kufur, lalu mereka terpecah
menjadi 20 kelompok dan yang masih eksis hingga kini adalah al-Ibâdiyah (di
Oman dan Afrika Utara). Mereka menganggap semua sahabat sebelum tahkîm
sahabat, seperti Thalhah, al-Zubair, ‘Âisyah, Abû Mûsâ al-Asy’arî, Amr ibn ‘Âsh,
Mu’âwiyah dan seluruh Khalifah Bani Umaiyah dan orang-orang yang ridha
dengan tahkim, dengan demikian banyak sunnah Nabi yang mereka ingkari,
Mereka sampai berpaham seperti ini, karena salah dalam menafsirkan al-
pemahaman (ra'yu)-nya sendiri, tanpa merujuk kepada sunnah dan aqwal sahabat,
padahal mereka semua bukan ulama. Ibn Hazm mengatakan: "Mereka adalah
tetap dari Nabi Sholallhu 'Alaihi Wa Salam. Dan di tengah-tengah mereka tidak
ada seorangpun dari para fuqaha, tidak dari murid-murid ibn Mas'ud atau murid-
murid Umar karena itu mereka mudah sekali saling mengkafirkan yang
diakibatkan oleh masalah yang kecil.( Lihat, Ahmad Muhammad Jali, Dirâsah ‘an
Allah, termasuk ru'yah (melihat) kepada Allah di surga, mengatakan al-Qur'an itu
2. Syi'ah
semua sahabat kecuali empat hingga lima belas sahabat yang dianggap setia
Mereka sampai sesat seperti ini karena tidak mau mengikuti para sahabat
mengikuti hawa nafsunya sendiri dan mengikuti seorang Yahudi; Abdullah ibn
Saba'. Karena dalam sejarah, orang yang pertama kali dikenal mencaci maki
sahabat dan mencela Khulafa' Rasyidin dan yang menyuarakan adanya wasiat
imamah untuk Ali adalah ibn Saba' ini.( Lihat, Mamduh Farhan Buhairi, al-Syi'ah
yang terbesar sekarang adalah Rafidhah atau Syi'ah imamiyah. Pokok aqidah
1. al-Qur'an itu memiliki zhahir dan bathin, manusia hanya mengetahui yang
zhahir, sedangkan yang batin tidak diketahui kecuali oleh para imam
Syi'ah.
2. Semua sahabat murtad, kecuali empat orang (Salman al-Farisi, Abu Dzar
empat sahabat di atas, atau yang datang dari imam mereka(Ibid, hal. 27,
169-188; Ahmad Muhammad Jali, op.cit, hal. 233-240; Nashir ibn Abd.
3. Mu'tazilah
Paham i’tizal yang dicetuskan oleh Wasil ibn Atha' (w. 131 H), tidaklah
mengikuti jalur politik sebagaimana khawarij dan syi'ah, tetapi mengikuti jalur
pemikiran murni yang dibangun di atas logika filsafat Yunani, sehingga mereka
- Amriyah: Pengikut Amr ibn Ubaid yang meyakini kefasikan para sahabat
sejak zaman fitnah.
dengan kata-kata dusta, bodoh dan munafik. Ketiga kelompok ini menolak
hadits ahad kecuali jika diriwayatkan oleh 20 orang yang salah satunya
untuk mencela dan mendustakan para sahabat Nabi Sholallhu 'Alaihi Wa Salam
yang terlihat dari kisah Washil ibn Atha', dan mengandalkan ra'yunya semata
sebagai ganti dari sunnah dan atsar. Kemudian mengambil pemikiran liar yang
sedang berkembangdi Bashrah saat itu, yaitu pemikiran Qadariyah, Jahmiyah, dan
kepada pemerintah yang dianggap bersalah (kalau tidak mau, maka wajib
28)
4. Pengaruh Mu'tazilah pada sebagian ahli fiqh
Mu'tazilah Bisyr al-Murisi (w. 218 H) yang dalam fiqh menganut madzhab
Hanafi, begitu pula Qadhi Isa ibn Aban (w. 221 H), mereka berdua berpendapat
bahwa Qiyas (akal) harus didahulukan dari pada hadits ahad bila perawinya tidak
faqih seperti Abu Hurairah dan Anas ibn Malik Radhiyallahu 'Anhuma. pemikiran
mereka yang menyimpang ini tidak laku hingga akhirnya ada kelompok
berdasarkan pendapat Isa ibn Aban ini, sehingga mereka menta'wil hadits-hadits
hal. 51-65)
perlawanan yang lebih dasyat dari yang sebelumnya dari orang-orang yang jatuh
umat Islam harus rajin berpikir dan meninjau kembali warisan syariat Islam di
bawah terang visi peradaban Barat, maka lahirlah apa yang disebut dengan
Liberal.
1. Gerakan Tajdid
Tajdid dalam istilah Islam berarti menghidupkan kembali rambu-rambu
Islam dan menegakkan kembali pilar-pilar Ilmiyah agama ini dengan menjaga
nash-nash yang shahih secara bersih, dan membersihkan agama ini dari debu-debu
tetapi gerakan Tajdid yang dimaksud di sini adalah mengikuti pengertian tajdid
Menurut pandangan ini suatu agama dianggap benar selagi tidak bersebrangan
yang bernisbat kepada Islam muncul pada akhir abad ke-19 M, disaat dunia Islam
diduduki dan dikuasai oleh para penjajah dari Barat. Ajakan ini dilakukan oleh
segelintir putra-putra Islam yang telah terwarnai oleh filsafat Barat. Untuk
Orang yang paling menonjol dalam gerakan ini adalah Sayyid Ahmad
Khan dan muridnya Sayyid Amir Ali, syeikh Muhammad Abduh, dan muridnya
Qosim Amin, Muhammad Iqbal, Abbas al-Aqqad, Syeikh Abd Allah al-Alili, Dr.
muslimin agar mengambil kebijakan bekerja sama dengan penjajah Iggris, ia juga
menolak Tafsir al-Qur'an yang sudah ada, ia kemudian menulis tafsir dalam 6 jilid
dengan metode baru yang banyak dipengaruhi oleh budaya Barat, ia juga menolak
ijma' dan konsep ijjtihad. Pada tahun 1877 ia membuka suatu kolese yang
kemudian menjadi Universitas Aligarh (1920). Sementara itu Amir Ali (1879-
1928) melalui buku The Spirit of Islam (diterjemahkan oleh HB Yassin dengan
judul Api Islam) berusaha mewujudkan seluruh nilai liberal yang dipuji di Iggris
pada masa Ratu Victoria, Amir Ali memandang bahwa Nabi Muhammad adalah
dan kembali ke Mesir pada tahun 1831, adalah peletak batu pertama dalam
memusuhi hijab dengan menghalalkan dansa antara laki-laki dan perempuan. Pada
tahun 1871 seorang Syi'ah Iran datang ke Mesir, dia adalah anggota gerakan
dari Mesir, dia adalah Jamaludin al-Afghanai (1838-1897), guru dari Muhammad
Abduh (1849-1905). Abduh adalah murid al-Afghani yang paling menonjol, tapi
revolusi Arab oleh murid-murid al-Afghani yang dipimpin oleh Ahmad Arabi
-saat itu Abduh jadi Syeikh al-Azhar- maka Abduh diasingkan ke Beirut. Hasil
dengan budaya dan peradaban Barat. Hal ini telah dimulai oleh Abduh saat ia
Konsul Inggris di Mesir, Abduh diangkat jadi Mufti Mesir. Abduh memandang
bahwa jihad yang ada dalam Islam hanyalah membela diri, intinya ia tidak ingin
berurusan dengan orang kafir, meskipun Mesir, negerinya sendiri dijajah para
penyembah salib.
intinya adalah:
(penulis buku Tahrir al-Mar`ah pada tahun 1899, setelah beberapa tahun
Islam agar tidak terkena terpaan gelombang sekularisme, ternyata tanpa ia sadari,
Bayan, vol. 149/1421 hal. 70, 82, 83.). Dalam hal ini ucapan al-Afghani sangat
tepat: "Pengalaman telah mengajarkan kita bahwa para peniru dari setiap bangsa,
yang memplagiat tahap-tahap kemajuan bangsa lain, mereka itu menjadi pintu-
pintu masuk yang diketuk oleh para musuh; menjadi bagian dari tunas penjarah
kaki dengan mantap di bumi kita (Muhammad Imarah, op.cit, hal. 66)
Rasyidah adalah pemerintahan yang tidak agamis. Menurutnya hukum zaman nabi
Sholallahu 'Alaihi Wa Salam itu tidak menentu dan ijma'-pun bukan hujjah,
karena itu ia divonis oleh para ulama sebagai ulama su'. Jejak Ali ini diteruskan
dikehendaki oleh al-Qur'an hanyalah system demokrasi tidak ada yang lain.1
1
Sedangkan di Tunis muncul Burqibah yang mencabuti hijab dari wanita-wanita
Tunis, sehari setelah kemerdekaan. Lalu Thahir al-Haddad penulis kitab Imra'atani
83.)
perancis, ia menggagas tafsir al-Qur'an model baru yang didasarkan pada berbagai
disiplin Barat seperti dalam lapangan semiotika (ilmu tentang fenomena tanda),
vol. 3 no. 1/2000, hal. 100-111; Abd. Rahman al-Zunaidi: 180; William M Watt:
143.)Di Pakistan muncul Fadzlur Rahman (lahir 1919) yang menetap di Amerika
satu-satunya model tafsir yang adil dan terbaik menurutnya. Ia mengatakan al-
Qur'an itu mengandung dua aspek: legal spesifik dan ideal moral, yang dituju oleh
al-Qur'an adalah ideal moralnya, karena itu ia yang lebih pantas untuk diterapkan.
Gagasan Rahman ini dikenal dengan konsep Etiko Religius al-Qur'an (Pemikiran
Gerakan Tajdid) dan metode Tafsir Ganda.( Fazlur Rahman: 21; William M. Watt:
142-143)
lebih tinggi". Jadi dunia dan akherat bukanlah dua tempat nyata
anugerah alami dan kesiapan naluri (fitri) yang terus dikembangkan oleh
mereka juga meyakini evolusi agama seiring dengan evolusi sosial. Lebih
agama).
secara dusta bahwa Usman ibn Affan t. Telah membuang 500 ayat dari al-
Qur'an.
2. Menggunakan metode kritis modern untuk menulis kembali hadits Nabi
hal. 14-16) Mereka mengklaim bahwa studi hadits yang ada hanyalah
ibadah shalat dan puasa, maka hadits ini mengikat dan wajib diikuti.
publik, dunia dan politik, maka ini tidak mengikat dan tidak wajib diikuti,
karena ini di luar tugas Rasul Sholallahu 'Alaihi Wa Salam dan hadits-
hadits ini hanya khusus berlaku pada masanya. Mereka juga mengklaim
bahwa hadits Ahad tidak bisa diambil, karena al-Qur'an lebih utama untuk
tidak Tasyri'iyah adalah Dr. Ahmad Kamal al-Majd dan Dr. Muhammad
al-'Awa.
Menafsiri al-Qur'an sesuai dengan peradaban Barat Modern. Dalam hal ini
yang paling menonjol adalah Syekh Muhammad Abduh dan Muhammad Asad.:
c. Tajdid Ushul Fiqh.
Dr. Hasan Turabi mengatakan bahwa Ushul Fiqh itu dibuat berdasarkan
baru, "pemahaman" historis yang baru ke dalam Islam sebagai sebuah pandangan
spiritual dan historis tentang keberadaan manusia.( Charles Kurzman, op.cit, hal.
538.) Karena itu mereka merasa perlu membuat Ushul Fiqh baru. Di antara isu
1. Ijma' Sahabat atau ulama mujtahid harus diganti dengan ijma' umat Islam
baru.
3. Qiyas fuqoha harus diganti dengan qiyas bebas yang tidak terkait dengan
4. Membuka pintu ijtihad secara lebar dan liberal bagi umat Islam dan
sebuah ilmu yang disebut oleh Hasan Turabi dengan "Fiqih Sya'bi" (Fiqih
rakyat).
Hasan al-Turabi, Rasyid Ghanusyi, Dr. Ahmad Kamal Abu al-Majd, Dr.
6. Riba yang haram adalah riba yang dipungut dari orang fakir, sedangkan
Abduh.
10. Hukum-hukum syari'at tidak tetap, yang tetap hanyalah ruh agama.
Hukum apa saja yang bisa menghantarkan kepada ruh agama, maka itu
adalah dasar wahyu. Dr. Muhammad Imarah berpendapat bahwa agama itu
maslahat.
12. Hak-hak wanita dalam kehidupan politik dan sosial diambil dari
13. Kebenaran agama adalah relatif dan berbeda-beda antara lingkungan dan
masyarakat.
pandangan terhadap ajaran Islam bersama dengan Djohan Efendi, Ahmad Wahib
menyatakan: "Rasanya toleransi agama hanya akan tumbuh di atas dasar paham
akan memutlakkan suatu nilai yang universal, yang mengarah kepada setiap
manusia, yang kiranya merupakan inti setiap agama".( Nurkholis Majid, Islam
kerakyatan dan keindonesiaan, Bandung: Mizan, cet. III, 1996, hal. 239.)
Kemudian lahirlah apa yang disebut Jaringan Islam Liberal (JIL). Lahir di
Jl. Utan Kayu 68 H Jakarta. Bermula dari diskusi maya di mailing list yang
muda. Mereka aktif di Paramadina, NU, dan IAIN Ciputat, semisal Ulil Abshar
pula yang mantan aktifis kelompok studi tahun 1980-an, yang kemudian sekolah
mengorganisasikan diri dalam wadah JIL, dengan semboyan, "Menuju Islam yng
membebaskan". Latar belakang berdirinya, karena kecemasan berlebihan atas
Istilah dan wacana Islam Liberal sendiri tidak lebih merupakan hasil "copy
paste" dari Islamic Liberalism (Cicago 1988) karya Leonard Binder, dan Liberal
Islam (Oxford 1998). Hasil editan Charles Kurzman. Buku-buku dari dua
1999 (sebagai hasil kerjasama dengan Yayasan Adi Karya Ikapi dan The Ford
istilah "Islam" Liberal dipopulerkan oleh Ali Asghar Fyzzee, intelektual muslim
India pada 1950-an. Kurzman sendiri mengaku mengambil istilah itu dari Fyzzee.(
muncul pada masa Renaisance yang menjadi pemicu terjadinya revolusi Perancis
(Adam Smith, David Ricardo), dan pemikiran (Jeremy Bentham, John Stuart Mill
dan Thomas Paine). Pada kutub yang sama kebebasan beragama (Liberal religius)
Oleh karena itu Deni JA, kolumnis yang juga anggota JIL menulis, "secara
sengaja, kita harus menempelkan kata Liberal di samping Islam, karena yang kita
perjuangkan bukan interpretasi Islam yang lain, tapi interpretasi Islam yang
Liberal, yang sesuai dengan dasar Negara modern seperti yang berkembang di
Negara maju". Ia juga berkata, "Islam Liberal adalah interpretasi Islam yang
mendukung atau paralel dengan civic kultur (pro pluralisme, equal oportuniti,
Luthfi juga menulis, " kalau kita ingin bebas, bebas dari apa dan bebas untuk apa.
Saya kira jawabannya jelas: bebas dari otoritas masa silam dan bebas untuk
pluralisme dalam ajaran agama, serta pemisahan agama dari partai-partai dan
posisi non sectarian Negara". Ringkasnya, tema-tema besar yang menjadi agenda
adalah pada peristiwa tahkim, dimana umat islam terbelah menjadi beberapa sekte
dimana satu sama lainnya saling menuduh sesat, saling mengkafirkan bahakan
sampai terjadi pertumpahan darah, hal tersebut tidak sesuai dengan misi yang di