Anda di halaman 1dari 53

KOMUNIKASI

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi dalam
Keperawatan

Dosen pengampu: Saryomo, S.Kep,.Ners.,M.Si

Oleh :

Siti Nur'Athifah Al Mardiyah


( C1914201134)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2020
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi komunikasi……………………..........................................
B. Komunikasi Menurut Beeberapa Ahli…………….
C. Prinsip-prinsip dalam Berkomunikasi……

BAB III AYAT-AYAT TENTANG KOMUNIKASI DAN PENAPSIRANNYA

BAB IV KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

BAB V PENUTUP

A. Simpulan …………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Komunikasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Saryomo, S.Kep,.Ners.,M.Si selaku dosen
mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 07 april 2020

Penulis
Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan
kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya
dalam berinteraksi dengan manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang
adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah komunikasi, tertawanya seseorang
adalah komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah komunikasi. Dengan
berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih dinamis.

Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan
menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan
keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien.
Dalam setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan
tentang komunikasi dan komunikasi terapeutik sangat penting terkait dengan
tugas-tugas Anda dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan
hubungan profesional dengan tim kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat ahli
madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda kuasai adalah komunikasi.
Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan akan
memungkinkan Anda melaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas.

Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan semata. Bahkan
komunikasi sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang Pencipta, Allah SWT,
melalui kitabnya Al Qur’an dan Hadis tentang bagaimana pentingnya komunikasi
bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Maka dalam makalah ini, penulis akan
membahas tentang komunikasi dalam perspektif Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Komunikasi dalam Keperawatan dan Perspektif Islam

2. Jenis Komunikasi dalam Keperawatan dan Perspekif Islam


3. Prinsip, Etika, dan Kaidah Komunikas dalam Perspektif Islam

4. Ayat-ayat Al Qur’an dan Hadis Tentang Komunikasi

5. Komuniksi Menurut Beberapa Ahli

C. Tujuan

1. Dapat Memahami Pengertian Komunikasi dalam Keperawatan dan


Perspekif Islam

2. Mengetahui Jenis Komunikasi dalam Keperawatan dan Perspekif


Islam

3. Mengerti Tentang Prinsip,

4. Mengetahui Ayat-ayat Al Qur’an dan Hadis Tentang Komunikasi

5. Mengetahui Komunikasi Menutur Beberapa Ahli


Bab II

A. Pembahasan

1. Definisi

- Wikipedia

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,


gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gestur tubuh, menunjukkan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi nonverbal.

- Komunikasi berasal dari perkataan Yunani, yaitu communicare yang


bermaksud menjadikan sesuatu itu milik bersama dimana penyampai
menyampaikan sesuatu message kepada pendengar, pendengar pula bertindak
dengan memberi maklum balas yang berkesesuaian. Bercakap, mendengar,
menonton, membaca, menulis, berdo’a, menilai diri dan sebagainya juga adalah
aktivitas komunikasi.

- Perkataan komunikasi juga mempunyai persamaan maksud dengan


perkataan bahasa arab. Dalam islam, perkataan dakwah, ittisal (menyampaikan)
dan wasa’ili’lam ‘(kaedah penyampaian) digunakan menggambarkan maksud
komunikasi dalam islam. Terdapat banyak perkataan-perkataan lain dalam Al-
Qur’an yang menerangkan aktiviti komunikasi, antaranya:

- Perkataan yang Menerangkan Aktiviti Komunikasi Maksud Nama


Surah dalam Al-Qur’an

- Qara’a Membaca Surah al-Nahl: 98

- Baligh Sampaikan Surah al-Maaidah: 67


- Bashir Khabarkan Surah al-Nisa: 138

- Qul Katakan Surah al-Ikhas: 1

- Dia’a Menyeru Surah al-Imran: 104

- Tawassa Berpesan-pesan Surah al-Asr: 3

- Sa’ala Bartanya Surah al-Maidah: 4

- Sama’a Bertanya Surah al-Maidah 104

- Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman


dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Maka komunikasi
Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah atau nilai-nilai
Islam, dan cara (how), dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa
(retorika). Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam
meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak
(ihsan). Pesan-pesan keislaman keislaman yang disampaikan tersebut disebut
sebagai dakwah. Dakwah adalah pekerjaan atau ucapan untuk mempengaruhi
manusia mengikuti islam.

- Dalam konteks komunikasi di masyarakat, ada 2 kata yang dirasa perlu


untuk dibicarakan disini yaitu etika dan komunikasi. Kata etika diartikan sebagai:
(1) himpunan asas-asas nilai atau moral. (2) kumpulan asas/nilai yang berkenaan
dengan akhlak, (3) nilai mengenai benar dan salah yang dianut golongan atau
masyarakat, (4) norma, nilai, kaidah atau ukuran tingkah laku yang baik. etika
menyangkut persoalan tata susila, tetapi ia tidak membuat seseorang lebih baik.
etika hanya menunjukkan baik buruknya perbuatan seseorang.

- Komunikasi Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman


dengan menggunakan prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian
demikian, maka komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message),
yakni risalah atau nilai-nilai Islam, dan cara (how),
dalam hal ini tentang gaya bicara dan penggunaan bahasa (retorika). Pesan-pesan
keislaman yang disampaikan dalam komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran
Islam, meliputi akidah (iman), syariah (Islam), dan akhlak (ihsan).Mengenai cara
(kaifiyah), dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar
komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya
sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.

Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi
kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi
intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan
dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.

2. Komunikasi Menurut Beberapa Ahli

Definisi komunikasi adalah penjabaran tentang arti istilah komunikasi


berdasarkan pencetusnya. Artikel ini berisi daftar definisi komunikasi.

Menurut Onong Uchjana Effendy komunikasi adalah proses penyampaian pesan


oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat,
atau perilaku, baik secara lisan (langsung) ataupun tidak langsung (melalui media)

Analisis Pengertian Komunikasi Dan 5 (Lima) Unsur Komunikasi


Menurut Harold Lasswell Sat, 10/11/2007 - 6:54pm — Rejals Analisis Definisi
Komunikasi Menurut Harold Lasswell

Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan


siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau
hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?).
(Lasswell 1960).

Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960):

1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak


yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu
komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara
sebagai komunikator.
2. Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada
penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi. Merupakan
seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan, nilai,
gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna, symbol untuk
menyampaikan makna, dan bentuk/organisasi pesan.

3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan


pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara
langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).

4. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu


negara yang menerima pesan dari sumber.Disebut

tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/p
enyandi balik(decoder).

5. With What Effect? (dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada


komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan
sikap,bertambahnya pengetahuan, dll.

Contoh: Komunikasi antara guru dengan muridnya. Guru sebagai komunikator


harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada murid atau
komunikan.Setelah itu guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi
baik secara langsung(tatap muka) atau tidak langsung(media).Setelah itu guru
harus menyesuaikan topic/diri/tema yang sesuai dengan umur si komunikan,juga
harus menentukan tujuan komunikasi/maksud dari pesan agar terjadi
dampak/effect pada diri komunikan sesuai dengan yang diinginkan.

Kesimpulan: Komunikasi adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan


(penerima) dari komunikator (sumber) melalui saluran-saluran tertentu baik secara
langsung/tidak langsung dengan maksud memberikan dampak/effect kepada
komunikan sesuai dengan yang diingikan komunikator. Yang memenuhi 5 unsur
who, says what, in which channel, to whom, with what effect.
Raymond Ross

Komunikasi adalah proses menyortir, memilih, dan pengiriman simbol-simbol


sedemikian rupa agar membantu penerima pesan membangkitkan respons/ makna
dari pemikiran yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.

Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima


dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka.

Everett M. Rogers

Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau
banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

Carl I. Hovland

Komunikasi adalah suatu proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan


rangsangan (biasanya dengan menggunakan lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain.

New Comb

Komunikasi adalah transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan diskriminatif


dari sumber kepada penerima.

Bernard Barelson & Garry A. Steiner

Komunikasi adalah proses transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan


sebagainya dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, grafis, angka,
dsb.

Colin Cherry

Komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi


dengan untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan
hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitan
balasannya.

Definisi komunikasi : Menurut Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan terutama


ilmu komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa
“communication is the process by which a system is established, maintained and
altered by means of shared signals that operate according to rules”. Komunikasi
adalah suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan
tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai dengan
aturan.

Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam


menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui sebuah proses
yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana satu sama lain memiliki peran
dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna, merespon pesan/rangsangan
tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan tujuan sang "receiver"
(komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan yang dikirimkan oleh
"source" (komunikator).

William J. Seller

William J.Seller mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol


verbal dan nonverbal dikirimkan, diterima dan diberi arti.

3. Prinsip Prinsip Dalam Berkomunikasi

1. Prinsip Qaulan Baligha (‫ ) ﺑَِﻠﯿًﻐﺎ ْﻗَ ًﻮﻻ‬/ Perkataan yang membekas pada jiwa

‫ﻚ اﻟِﱠﺬﯾَﻦ ْﯾَﻌﻠَُﻢ ﺑَِﻠﯿ ًﻐﺎ‬aََِ‫ﱠُ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﻗُﻠُ ِﻮﺑِﮭْﻢ ﻓَﺄَْ ِﻋﺮْ ض َ ْﻋﻨُﮭْﻢ َِو ْﻋﻈُﮭْﻢ َو ْﻗُﻞ َﻟُﮭْﻢ ﻓِﻲ ْأَﻧﻔُِ ِﺴﮭْﻢ ْﻗَ ًﻮ ﻻ أُوﻟَِﺌ‬

“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang
ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada
jiwanya.” (Q.s. an-Nisa: 63).

2. Prinsip Qaulan Qarima (‫ ) ْﻗَ ًﻮﻻ َ ِﻛﺮﯾًﻤﺎ‬/ Perkataan yang mulia


ٍُّ
َ‫ َ َوﻻ‬a‫ف‬wa‫ ُأ‬a‫ ﻟَُﮭَﻤﺎ‬a‫ ﺗَ ْﻘُﻞ‬a‫ ﻓَﻼ‬a‫ ِ َﻛﻼُھَﻤﺎ‬a‫ أَﺣ ُُﺪھ‬a‫ ْاﻟِﻜﺒَﺮ‬a‫ ِ ْﻋﻨ َﺪك‬a‫ ْﯾَﺒﻠُ َﱠﻐﻦ‬a‫ إِﱠﻣﺎ‬a‫ ْإِ َﺣﺴﺎﻧًﺎ‬a‫ َوﺑِﺎْﻟَﻮاِﻟ َْﺪﯾِﻦ‬aُ‫ إِﯾﱠﺎه‬a‫ إِﱠﻻ‬a‫ ْﺗَﻌﺒُﺪُوا‬a‫ أَﱠﻻ‬a‫ َر ﱡﺑَﻚ‬a‫ َوﻗَﻀﻰ‬a‫ ْأَو‬a‫ﻤﺎ‬
‫ْﺗَﻨَ ْﮭ ُﺮھَﻤﺎ َو ْﻗُﻞ ﻟَُﮭَﻤﺎ ْﻗَ ًﻮﻻ َ ِﻛﺮﯾًﻤﺎ‬

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di

antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,


maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik." (Q.s. al-Isra'/17: 23).

3. Prinsip Qaulan Maysura (‫ ) ْﻗَ ًﻮﻻ َ ْﻣﯿُﺴ ًﻮرا‬/ Perkataan yang ringan

َ‫ُﺟﻮھﺎ ﻓَ ْﻘُﻞ ﻟَُﮭْﻢ ْﻗَ ًﻮﻻ َ ْﻣﯿُﺴ ًﻮراَوإِﱠﻣﺎ ْﺗُ ِﻌ َﺮﺿﱠﻦ َ ْﻋﻨُﮭُﻢ ْاﺑﺘِ َﻐﺎَء َرْ َﺣ ٍﻤﺔ ِ ْﻣﻦ‬
َ ‫ﻚ ْﺗَﺮ‬a‫رِﺑَِّﱠ‬

"Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah
lembut." (Q.s. al-Isra: 28).

4. Prinsip Qaulan Ma’rufa (‫ ) ْﻗَ ًﻮﻻ َ ْﻣﻌُﺮوﻓًﺎ‬/ Perkataan yang baik

َُ‫َواﻟَ َﻤﺴﺎِﻛﯿُﻦ ﻓَﺎْرُزﻗُ ُﻮ ْھﻢ ِ ْﻣﻨﮫ‬ ْ ‫ﻀﺮ ْاﻟِ ْﻘ َﺴﻤﺔَ أُوﻟُﻮ ْاﻟ ْﻘُﺮﺑَﻰ‬
ْ ‫َواﻟﯿَﺘَﺎَﻣﻰ‬ َ ‫وإِ َذا ََﺣ‬

َ‫وﻗُﻮﻟُﻮا ﻟَُﮭْﻢ ْﻗَ ًﻮﻻ َ ْﻣﻌُﺮوﻓًﺎ‬

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
maka berilah mereka dari harta itu ( sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.” (an-Nisa': 8).

5. Prinsip Qaulan Layyina (‫ ) ْﻗَ ًﻮﻻ ﻟَﯿِّﻨًﺎ‬/ Perkataan yang lembut

َ‫ۡﻗ ٗﻮﻻ ﻟﱠ ٗﯿِّﻨﺎ ﻟﱠ َﻌﻠﱠﮫۥُ ﯾَﺘَ َﱠﺬ ُﻛﺮ ۡأَو ۡﯾَﺨ َٰﺸﻰ ﻓَﻘُ َﻮﻻ ۥﻟَﮫُ ۡٱ َذھﺒَﺎٓ ِإ ٰﻟَﻰ ۡﻓِ َﺮ ۡﻋ َﻮن إِﻧﱠﮫۥُ َطَ ٰﻐﻰ‬
“Pergilah kamu bedua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia benar-benar telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya ( Fir'aun ) dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau

takut." (Q.s. Thaha: 44-43).

6. Prinsip Qaulan Sadida (‫) ْﻗَ ًﻮﻻ َِﺳﺪﯾًﺪا‬

‫ﱠَ َوْ ﻟ ْﯿَﺨَﺶ اﻟِﱠﺬﯾَﻦ َْﻟﻮ ﺗَﺮُﻛﻮا ِ ْﻣﻦ َْﺧﻠِﻔِﮭْﻢ ُِّذرﯾﱠﺔً ِﺿ َﻌﺎﻓًﺎ َﺧﺎﻓُﻮا َﻋ ْﻠَﯿِﮭْﻢ ْﻓَﻠَﯿﺘﱠﻘُﻮا َوْ ﻟﯿَﻘُﻮﻟُﻮا ْﻗَ ًﻮﻻ َِﺳﺪﯾﺪًا‬

"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka


meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
atas (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar." (Q.s. al-
Nisa: 9)

J. Tujuan Dalam Komunikasi Islam

Tujuan komunikasi disini menunjuk kepada suatu harapan atau keinginan yang
dituju oleh pelaku komunikasi. Secar umum Harold D Lasswel menyebutkan
bahwa tujuan komunikasi ada empat, yaitu :

1. Social Change (Perubahan Sosial). Seseorang mengadakan komunikasi


dengan orang lain, di harapkan adanya perubahan sosial dalam kehidupannya,
seperti halnya kehidupannya akan lebih baik dari sebelum berkomunikasi.

2. Attitude Change (Perubahan Sikap). Seseorang berkomunikasi juga ingin


mengadakan perubahan sikap.

3. Opinion Change (Perubahan Pendapat). Seseorang dalam berkomunikasi


mempunyai harapan untuk mengadakan perubahan pendapat.

4. Behavior Change (Perubahan Perilaku). Seseorang berkomunikasi juga


ingin mengadakan perubahan perilaku.

Pendapat lain mengatakan bahwa secara umum akibat atau hasil komunikasi dapat
mencakup tiga aspek, yakni:
1. Aspek Kognitif, yaitu menyangkut kesadaran dan pengetahuan.

2. Aspek Afektif, yaitu menyangkut sikap atau perasaan atau emosi.

3. Aspek Konatif, yaitu menyangkut perilaku atau melakukan sesuatu.

K. Demensi Akhlak Dalam Etika Komunikasi

1. Akhlaq terhadap Allah SWT

Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Membina Moral dan
Akhlak” bahwa akhlaq terhadap Allah, itu antara lain :

• Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT

• Berbaik sangka kepada Allah SWT

• Rela terhadap qadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah

SWT

• Bersyukur atas nikmat Allah SWT

• Bertawakal/berserah diri kepada Allah SWT

• Senantiasa mengingat Allah SWT

• Memikirkan keindahan ciptaan Allah SWT

• Melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah SWT

2. Akhlaq Dalam Keluarga

Kedudukan anak menurut agama, anak sebagai perhiasan kehidupan dunia, anak
sebagai ujian bagi orang tua, anak sebagai penghibur hati.

• Akhlak orang tua terhadap anak : memberi nama yang baik untuk anaknya,
memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya, dan memberikan makan,
minum, pakaian dan kebutuhan sehari-hari anak dari harta yang halal.
• Akhlak anak kepada orang tua : selalu memuliakan orang tua dan
menghormatinya, tidak menghardik orang tua dan menjawab panggilannya
dengan kasar.

BAB III

AYAT-AYAT TENTANG KOMUNIKASI DAN PENAFSIRANNYA

A. Penyajian Ayat-ayat Tentang Komunikasi

Di dalam Alquran terdapat 6 term komunikasi dengan terminologi qaulan,


yaitu qaulan sadi>dan (perkataan yang benar dan tepat), qaulan bali>ghan
(perkataan yang sampai pada tujuan), qaulan ma’ru>fan (perkataan yang baik),
qaulan kari>man (perkataan yang mulia), qaulan layyinan (perkataan yang
lembut), dan qaulan maysu>ran (perkataan yang ringan).

Dilihat dari sisi makki madani dapat digolongkan sebagai berikut:

Ayat-ayat Makkiyah:

1. Surat al-Isra’ ayat 23 (qaulan kari>man)

2. Surat al-Isra’ ayat 28 (qaulan maysu>ran)

3. Surat Tha>ha> ayat 44 (qaulan layyinan)

Ayat-ayat Madaniyah:

1. Surat al-Baqarah ayat 235 (qaulan ma’ru>fan)

2. Surat an-Nisa>’ ayat 5 (qaulan ma’ruf>an)

3. Surat an-Nisa>’ ayat 8 (qaulan ma’ruf>an)


4. Surat an-Nisa>’ ayat 9 (qaulan sadi>dan)

5. Surat an-Nisa>’ ayat 63 (qaulan bali>ghan)

6. Surat al-Ahzab ayat 32 ( qaulan ma’ru>fan)

7. Surat al-Ahzab ayat 70 (qaulan sadi>dan)

Dilihat dari urutan surat dan ayat dalam Alquran, dapat dibagi sebagai berikut:

1. Surat al-Baqarah ayat 235 (qaulan ma’ru>fan)

2. Surat an-Nisa>’ ayat 5 (qaulan ma’ruf>an)

3. Surat an-Nisa>’ ayat 8 (qaulan ma’ruf>an)

4. Surat an-Nisa>’ ayat 9 (qaulan sadi>dan)

5. Surat an-Nisa>’ ayat 63 (qaulan bali>ghan) 6. Surat al-Isra’ ayat 23


(qaulan kari>man)

7. Surat al-Isra’ ayat 28 (qaulan maysu>ran)

8. Surat Tha>ha> ayat 44 (qaulan layyinan)

9. Surat al-Ahzab ayat 32 (qaulan ma’ru>fan)

10. Surat al-Ahzab ayat 70 (qaulan sadi>dan)

Dilihat dari sisi terminologi qaulan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Qaulan Sadi>dan (surat an-Nisa>’ ayat 9, surat al-Ahzab ayat 70)

2. Qaulan Bali>ghan (surat an-Nisa>’ ayat 63)

3. Qaulan Ma’ruf>an (surat al-Baqarah ayat 235, an-Nisa>’ ayat 5 dan 8, al-
Ahzab

4. Qaulan Kari>man (surat al-Isra>’ ayat 23)


5. Qaulan layyinan (surat Tha>ha> ayat 44)

6. Qaulan Maysu>ran (surat al-Isra’ ayat 28)

B. Ayat-ayat Komunikasi dan Terjemahnya dengan Term Qaulan

1. Qulan Sadi>dan (perkataan yang benar, tepat)

a. Surat an-Nisa>’ ayat 9.

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan


dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”

b. Surat al-Ahzab ayat 70.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan


Katakanlah Perkataan yang benar.”

2. Qaulan Bali>ghan (perkataan yang mudah dimengerti)

a. Surat an-Nisa>’ ayat 63.

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.3

3. Qaulan Ma’ru>fan (perkataan yang baik)

a. Surat al-Baqarah ayat 235.

“sindiran Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanitaatau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini -wanita itu dengan mereka) dalam
mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka secara rahasia,
kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf dan
janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.”

b. Surat an-Nisa>’ ayat 5.

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu)
dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.4

c. Surat an-Nisa>’ ayat 8.

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.miskin, Maka berilah mereka dari
harta 5 itu (sekedarnya) dan”

d. Surat al-Ahzab ayat 32.

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan
yang baik.”

4. Qaulan Kari>man (perkataan yang mulia)

a. Surat al-Isra>’ ayat 23.

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekalidan janganlah -kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”

5. Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut)

a. Surat Tha>ha> ayat 44.

“yang lemah lembut, MudahMaka berbicaralah -mudahan ia ingat atau


takut.kamu berdua kepadanya dengan kata-kata”

6. Qaulan Maysu>ran (perkataan yang ringan)

a. Surat al-Isra>’ ayat 28.

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”. 9

C. Penafsiran ayat-ayat Komunikasi

1. Qulan Sadi>dan (perkataan yang benar, tepat)

a. An-Nisa>’ ayat 9

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.”

Kalau dalam ayat-ayat sebelumnya berisi perintah kepada orang-orang


yang menjadi wali pengawas anak yatim yang belum dewasa, supaya harta anak
yatim jangan dicurangi,lalu datang ayat yang menegaskan, bahwa laki-laki dapat
bagian dan perempuan dapat bagian, dan kemudian datang pula perintah jika ada
anak yatim dan orang-orang miskin hadir ketika pembagian maka hendaklah
mereka diberi rizki juga, maka ayat ini menjelaskan peringatan kepada orang-
orang yang akan meninggal dalam hal mengatur wasiat atau harta benda yang
akan ditinggalkannya.

Sayyid Quttub menjelaskan dalam tafsirnya ayat ini menggambarkan anak


keturunan mereka yang patah sayapnya, dengan tidak ada yang menaruh kasih
sayang dan melindunginya. Dilukiskan demikian kepada mereka tentang anak-
anak yatim yang urusannya diserahkan kepada mereka setelah anak-anak itu
kehilangan atau ditinggal orang tuanya.

Ayat ini ditujukan kepada yang berada di sekeliling seorang yang sakit
dan diduga segera meninggal. Ada juga yang memahaminya sebagai ditujukan
kepada mereka yang menjadi wali anak-anak yatim ini seperti perlakuan yang
mereka harapkan kepada anak-anaknya yang lemah bila kelak para wali itu
meninggal dunia.

Muhammad Sayyid Thantawi berpendapat yang dikutip M.Quraish Shihab


bahwa ayat ini ditujukan kepada semua pihak, siapapun, karena semua
diperintahkan untuk berlaku adil, berucap yang benar dan tepat.

Kata sadi>dan, terdiri dari huruf sin, dan dal yang menurut pakar bahasa Ibn Faris,
menunjukkan kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya. Itu
berarti istiqomah atau konsisten. Kata ini juga digunakan untuk menunjuk kepada
sasaran. Seseorang yang menyampaikan suatu ucapan yang benar dan tepat pada
sasarannya dilukiskan dengan kata ini. Dengan demikian, kata sadi>dan dalam
ayat ini tidak sekedar berarti benar, tetapi ia juga berarti tepat sasaran.

Dari kata sadi>dan yang mengandung makna meruntuhkan sesuatu kemudian


memperbaikinya diperoleh pula petunjuk bahwa ucapan yang meruntuhkan, jika
disampaikan harus pula dalam saat yang sama memperbaikinya, dalam arti kritik
yang disampaikan hendaknya merupakan kritik yang membangun atau dalam arti
informasi yang disampaikan harus mendidik.
Al-Maraghi menjelaskan dalam tafsirnya

kata as-sadi>d artinya adil dan benar.

Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan makna as-sadi>d yaitu perkataan


yang bijaksana dan perkataan yagn benar. Atau ada yang mengatakan perintah
orang yang sakit untuk mengeluarkan sebagian hartanya dari hak-hak yang
diwajibkannya, kemudian memberi wasiat kepada kerabatnya semampunya
selama hal itu tidak dilakukan untuk membahayakan jiwa sang anak. Dan menurut
pendapat yang lain, makna lain dari as-sadi>d yaitu hendaknya kau katakan
kepada orang yang sekarat dengan perkataan yang bijaksana, yaitu dengan
membisikkan kalimat la ila>ha illa> Alla>h. Hal itu pun pernah disabdakan Nabi:
“Bisikkanlah kepada orang-orang yang dalam keadaan sakaratul maut dengan
kalimat. Dalam hal ini pun Rasul tidak mengatakan perintahkanlah kepada
mereka, karena jika hal itu merupakan perintah, maka kemungkinan mengandung
arti kemarahan dan kedustaan.

Adapun qaul sadi>d adalah keadilan dan kebenaran dari qaul. Ar Razi mengutip
pendapat Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasysyaf bahwa:

Qaul sadi>d dari orang-orang yang berwasiat adalah tidak menyakiti


anak-

anak yatim. Mereka berbicara kepada anak yatim sebagaimana mereka


berbincang-bincang kepada anak-anak mereka dengan penyambutan dan apabila
mereka mengkhitabi mereka maka mereka mengatakan: “Ya>

Bunaiya” (hai anakku), “Ya> Waladi” (hai anakku).

Qaul sadi>d (perkataan yang benar) dari orang-orang yang duduk

kepada orang yang sakit adalah mengatakan: “Jika kamu hendak wasiat maka
jangan kamu melewati batas dalam wasiatmu dan jangan kamu merugikan pada
anak-anakmu”. Seperti sabda nabi saw pada Sa’d. Qaul sadi>d dari ahli waris
ketika bagian warisan pada orang-orang yang hadir yang tidak mewarisi, adalah
melembutkan ucapan pada mereka dan mengkhususkan mereka dengan
kemuliaan.

Dalam konteks ayat ini yaitu keadaan anak yatim pada hakikatnya berbeda
dengan anak-anak kandung, dan ini menjadikan mereka lebih peka, sehingga
membutuhkan perlakuan yang lebih hati-hati dan kalimat-kalimat yang lebih
terpilih, bukan saja yang kandungannya benar, tetapi juga yang tepat. Sehingga,
kalau memberi informasi atau menegur, jangan sampai menimbulkan kekeruhan
dalam hati mereka, tetapi teguran yang disampaikan hendaknya meluruskan
kesalahan sekaligus membina mereka.

Sayyid Quthub mengatakan dalam tafsirnya bahwa ayat ini berpesan agar
mengucapkan perkataan yang baik kepada anak-anak yatim yang didik dan
dipelihara, sebagaimana memelihara harta mereka. Dengan mencermati
pandangan para ahli tafsir di atas, dapat dikatakan bahwa qaul sadi>dan dari segi
konteks ayat mengandung makna kekhawatiran dan kecemasan seorang pemberi
wasiat terhadap anak anaknya yang diucapkan dalam bentuk sebenar-benarnya,
penuh kejujuran, tanpa dibuat-buat, lemah lembut, halus, jelas, tepat dan adil.

Benar dan jujur maksudnya apa adanya, dan tidak ada yang disembunyikan.

b. Al-Ahza>b ayat 70.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

Katakanlah Perkataan yang benar. Setelah melarang mengucapkan kebohongan


dan tuduhan palsu, Allah memerintahkan mengucapkan perkataan sebaliknya,
yakni ucapan yang benar dan mengena sasaran.
Menurut Thahir Ibn ‘Asyur berpendapat kata qaul yang menurutnya merupakan
satu pintu yang sangat luas baik yang berkaitan dengan kebajikan maupun
keburukan. Sekian banyak hadis yang menekankan pentingnya memperhatikan
lidah dan ucapan-ucapannya.

Selanjutnya ia menyatakan bahwa “perkataan yang tepat” mencakup sabda para


nabi, ucapan para ulama dan para penutur hikmah. Membaca Alquran dan
meriwayatkan hadis termasuk dalam hal ini. Demikian juga tasbih, tahmid, dan
adzan.

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan qaulan sadi>dan artinya perkataan yang
benar, yaitu yang lurus, tidak bengkok dan tidak menyimpang. Sedangkan
menurut Ikrimah makna qaulan sadi>dan adalah kalimat laa ilaaha illallaah, dan
yang lainnya bekata as-Sadi>d adalah kejujuran.

Dengan perkataan yang tepat dan baik yang terucapkan dengan lidah dan didengar
orang banyak, maupun yang tertulis sehingga terucapkan oleh diri sendiri dan
orang lain ketika membacanya, maka akan tersebar luas informasi dan memberi
pengaruh yang tidak kecil bagi jiwa dan pikiran manusia. Kalau ucapan itu baik,
maka baik pula pengaruhnya, dan bila buruk maka buruk pula pengaruhnya.

Maka dapat disimpulkan qaulan sadi>dan di sini bermakna perkataan yang benar,
yang lurus. Yaitu tidak mengatakan hal-hal bohong dan tuduhan palsu. Jika
dilihat dari konteks ayat ini, seperti yang dikatakan orang-orang kafir kepada nabi
Musa dan nabi Muhammad.

Sehingga dapat menyakiti hati pendengarnya karna tuduhan-tuduhan palsu dan


perkataan nyeleweng mereka.

2. Qaulan Bali>ghan (perkataan yang sampai pada tujuan)


a. An-Nisa>’ ayat 63.

“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”

Turunnya ayat ini karena terjadi peristiwa, yaitu pertengkaran antara seorang
sahabat Anshar dan seorang Yahudi. Sang Yahudi meminta berhakim kepada
Muhammad, dan si sahabat meminta berhakim kepada Ka’ab bin Al -Asyraf,
yaitu salah seorang pemuka Yahudi.

Menurut pendapat yang lain, ayat ini diturunkan berkenaan dengan sejumlah
orang munafik dari kalangan orang-orang yang hanya lahiriyahnya saja Islam, lalu
mereka bermaksud mencari keputusan perkara kepada para hakim Jahiliyah.

Makna ayat ini lebih umum daripada semuanya itu, yang garis besarnya
mengatakan celaan terhadap orang yang menyimpang dari kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya, lalu menyerahkan keputusan perkaranya kepada selain kitabullah dan
sunnah rasul, yaitu kebata kebatilan. Hal inilah yang dimaksud tagut dalam ayat
ini.

Kata bali>ghan terdiri dari huruf-huruf ba’, lam, dan ghain. Pakar-pakar bahasa
menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari huruf-huruf tersebut
mengandung arti sampainya sesuatu ke sesuatu yang lain. Ia juga bermakna
cukup, karena kecukupan mengandung arti sampainya sesuatu kepada batas yang
dibutuhkan. Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari
huruf-huruf tersebut mengandung arti sampainya sesuatu kepada batas yang
dibutuhkan.

Pakar-pakar sastra menekankan perlunya dipenuhi beberapa kriteria sehingga


pesan-pesan yang disampaikan dapat disebut bali>ghan, yaitu:

1) Tertampungnya seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan


2) Kalimatnya tidak bertele-tele tetapi tidak pula singkat sehingga
mengaburkan pesan. Artinya, kalimat tersebut cukup, tidak berlebih atau
berkurang.

3) Kosa kata yang merangkai kalimat tidak asing bagi pendengaran dan
pengetahuan lawan bicara, mudah diucapkan serta tidak “berat” terdengar.

4) Kesesuaian kandungan dan gaya bahasaa dengan sikap lawan bicara.


Lawan bicara atau orang kedua tersebut, boleh jadi, sejak semula menolak pesan
atau meragukannya, atau boleh jadi telah meyakini sebelumnya, atau belum
memiliki ide sedikitpun tentang apa yang akan disampaikan.

5) Kesesuaian dengan tata bahasa.

Di dalam Tafsir al-Maraghi diterangkan, bahwa arti qaulan bali>ghan artinya


perkataan yang bekasnya hendak kamu tanamkan di dalam jiwa. Dan Hamka
mengatakan bahwa qaulan balighan adalah kata yang samapai ke dalam lubuk
hati, yaitu kata yang mengandung fashahat dan balaghat.

Al-Zamakhsyari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa yang dimaksud qaulan


bali>ghan adalah katakanlah kepada mereka dengan ucapan yang berbekas dalam
diri mereka untuk mempengaruhi hati mereka dengan menyengsarakan dan
menakuti mereka, yaitu ancaman pembunuhan dan pemberantasan, jika sifat
munafik menghiasi mereka dan muncul bersamanya. Dan kabarkan kepada
mereka bahwa sesungguhnya perkara yang ada di dalam diri mereka dari sifat
pengecut dan munafik telah diketahui di sisi Allah. Atau berhubungan dengan
firman-Nya qul lahum. Maksudnya katakanlah kepada mereka dalam makna diri
mereka yang buruk dan hati mereka yang dipenuhi sifat kemunafikan dengan
perkataan yang berbekas, dan sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu di dalam
hati kalian yang tidak samar bagiNya maka perlu menyimpannya dari kalian.
Dalam ayat ini terdapat kalimat yang sangat indah “katakanlah kepada mereka
perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”. Sebuah ungkapan deskriptif.
Seakan-akan perkataan itu memberi bekas secara langsung di dalam hati. Itu
adalah perkataan yang mempersuasi mereka untuk sadar kembali, bertobat,
bersikap istiqamah, dan merasa tenang di bawah lindungan Allah dan jaminan
Rasul-Nya.

Sayyid Quthub menjelaskan bahwa qaulan bali>ghan adalah Sebuah


ungkapan deskriptif. Seakan-akan perkataan itu memberi bekas secara langsung di
dalam hati. Itu adalah perkataan yang mempersuasi mereka untuk sadar kembali,
bertobat, bersikap istiqamah, dan merasa tenang di bawah lindungan Allah dan
jaminan Rasul-Nya.

Jadi ayat ini adalah berisi perintah untuk tidak percaya kepada orang-orang
munafik dan tidak memusuhinya, tetapi dengan menasehati mereka dengan
perkatan-perkataan yang berbekas dalam jiwa mereka agar mereka dapat bertobat
dan kembali ke jalan yang benar.

Dengan penjelasan di atas, maka qaulan bali>ghan dapat diartikan ucapan yang
sampai pada tujuan pembicara, yaitu ungkapan yang tepat, efektif, dan tembus
pada hati dan pikiran lawan bicaranya.

3. Qaulan Ma’ru>fan (perkataan yang baik)

a. Al-Baqarah ayat 235.

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
dalam hatimu. atau kamu Allah Menyembunyikan mengetahui bahwa (keinginan
kamu akan mengawini menyebutmereka) -nyebut mereka, dalam pada itu
janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali
sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah
kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.”

Setelah ayat yang lalu menguraikan masa tunggu bagi wanita, yang disusul
dengan larangan kawin, maka pada ayat ini dijelaskan batas-batas yang
dibenarkandalam konteks perkawinan.

Tuntunan berikut ditujukan kepada para pria yang ingin kawin, yakni tidak ada
dosa bagi kamu yang meminang wanita-wanita yang telah bercerai dengan
suaminya dengan perceraian yang bersifat bain, yakni yang telah putus hak bekas
suaminya untuk rujuk kepadanya kecuali dengan akad nikah. Tidak ada dosa
bagi seseorang yang meminang wanita-wanita pada saat masa iddah mereka,
dengan syarat pinangan itu disampaikan dengan sindiran, yakni tidak tegas dan
terang-terangan menyebut maksud menikahinya. Sindiran itu seperti; “mudah-
mudahan saya mendapat jodoh yang baik”. Rasul SAW ketika meminang
Ummu Salamah dengan sindiran, berkata kepadanya; “Anda telah mengetahui
bahwa saya adalah Rasulullah dan pilihan-Nya, dan Anda pun telah mengetahui
kedudukan saya di tengah masyarakat”.

Ayat ini secara mutlak melarang para pria mengucapkan sesuatu kepada wanita-
wanita yang sedang menjalani masa iddah, tetapi kalau ingin mengucapkan kata-
kata kepadanya, hendaklah mengucakpan kata-kata yang ma’ruf, yaitu yang sopan
dan terhormat, sesuai dengan tuntunan agama, yaitu sindiran yang baik.

Hamka dalam tafsirnya memaknai kata yang ma’ru>f yaitu kata yang yang sopan,
yaitu sindiran yang halus. Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, As-
Saddi, as-Sauri, dan Ibnu Zaid, makna qaulan ma’ru>fan yaitu apa yang
sebelumnya diperbolehkan, yaitu melakukan lamaran dengan sindiran, dengan
sindiran yang halus, seperti; “sesungguhnya aku berhasrat kepadamu”, atau
kalimat-kalimat semisal. Al-Maraghi memaknai qaulun ma’ru>fun pada ayat ini
yaitu nasehat yang baik berkenaan dengan masalah pergaulan suami istri,
kelapangan dada antara keduanya dan lain sebagainya. Dan larangan membuat
jani

dengan perkataan yang dianggap kurang baik dan tidak sopan. Tetapi, berjanji
harusnya dengan memakai perkataan yang baik, sopan, memikat. Misalnya,
menuturkan sifat-sifat yang baik dalam menggauli istri, pemaaf, penyabar, dan
lain sebagainya.

b. An-Nisa>’ ayat 5.

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu)
dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”.

Ayat kedua dan ketiga surat ini memerintahkan untuk memberikan harta kepada
anak yatim serta larangan menikahinya kalau hanya karena kecantikan dan
hartanya dengan tidak berlaku adil terhadap mereka. Selanjutnya, ayat keempat
memerintahkan untuk memberi maskawin yang merupakan hak istri. Dalam ayat
ini melarang memberi harta kepada para pemilik yang tidak mampu mengelola
hartanya dengan baik.

Khita>b (pembicaraan) ayat ini ditujukan kepada semua umat, dan larangannya
mencakup setiap harta yang diberikan kepada orang dungu.

Artinya, berikanlah kepada setiap anak yatim harta meraka apabila telah baligh,
dan kepada setiap istri maharnya, kecuali apabila salah satu dari mereka adalah
orang safih (dungu), tidak bisa menggunakan harta benda. Maka cegahlah harta
mereka agar jangan disia-siakan dan peliharalah harta mereka itu hingga mereka
dewasa.
Yang dimaksud qaulul ma’ruf> adalah perkataan yang enak dirasa oleh jiwa dan
membuatnya menjadi penurut. Ibnu katsir memaknai qaulan ma’rufan dengan
kata-kata yang baik. Yaitu dalam kebaikan dan silaturrahim.

Para mufasir menyebutkan dalam tafsir “Ucapan yang bagus” dengan


beberapamacam. Pertama: ibn Juraij dan Mujahid mengatakan bahwa itu adalah
hal yang bagus dari berbakti dan menyambung sanak famili (silaturrahim). Ibn
Abbas mengatakan bahwa itu seperti mengatakan: “Apabila aku beruntung dalam
perjalananku ini maka aku melakukan sesuatu padamu seperti kamu adalah
ahlinya. Jika aku menjarah dalam perangku maka aku akan memberikan padamu”.
Kedua: ibn Zaid mengatakan bahwa itu adalah doa seperti mengatakan: “semoga
Allah menyehatkan kita dan padamu semoga Allah memberkahimu”.

Secara global setiap perkara yang membuat tenang hati dan disukainya dari
ucapan dan perbuatan maka itu bagus dan setiap perkara yang diingkarinya,
dibencinya dan dihindarinya maka ia adalah mungkar.

Ketiga: al-Zujaj mengatakan bhawa Artinya ajarkanlah mereka bersama kalian


memberi makan dan pakaian kepada mereka adalah urusan agama mereka dari
perkara yang berhubungan dengan ilmu dan amal.

Keempat: al-Qafal mengatakan bahwa ucapan yang bagus adalah sesungguhnya


jika maula alaih (anak yang dikuasai/diasuh) adalah anak kecil maka wali
(penguasa wilayah) mengetahuinya bahwa harta itu adalah hartanya dan ia sebagai
penjaganya.

Kandungan ayat ini adalah berbuat ihsan kepada keluarga dan orang-orang yang
berada dalam tanggungan dengan melakukan infak berupa pakaian dan biaya
hidup, serta dengan kata-kata dan akhlak yang baik.

c. An-Nisa>’ ayat 8.
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
maka berilah mereka dari harta itu sekedarnya dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.”

Ayat ini menunjukkan, bahwa apabila seseorang telah meninggal, wajiblah harta
benda peninggalannya itu dibagi, ahli waris perempuan mendapat, ahli waris laki-
laki mendapat. Dan ayat ini memberikan petunjuk bahwa pembagian itu
hendaklah ditentukan waktunya dan disaksikan oleh keluarga yang patut, baik
yang menerima warisan yang langsung ataupun yang di dalam daftar ketentuan
syara’ namanya tidak tercantum, atau tidak berhak.

Yang dimaksud zawu’ qurba ialah orang-orang dari kerabat si mayat yang tidak
mewarisi. Maka hendaknya mereka diberi sedikit rizeki dari harta yang diterima.
Artinya. Bila pembagian waris itu, dihadiri juga oleh kaum kerabat dari orang
yang mewarisi harta itu, maka hendaknya mereka diberi sedikit rizeki dari yang
diterima.

Maka janganlah bersifat bakhil terhadap kerabat yang membutuhkan, anak-anak


yatim dan orang orang muslim dari kerabat lain. Katakanlah kepada mereka
dengan perkataan yang baik, yang membuat hati merasa senang ketika kalian
memberinya.

Dalam tafsir ar-Razi dijelaskan bahwa ada yang mengatakan: Ahli waris apabila
orang dewasa maka wajib mengalah kepada orang yang menghadiri pembagian
dengan sesuatu dari harta dengan kadar perkara yang baik jiwanya. Jika ahli waris
masih kecil maka wajib bagi wali menerima alasan kepada mereka, ia
mengatakan: “Sesungguhnya aku tidak memiliki harta ini, bahwasanya ia adalah
untuk orang-orang lemah yang tidak berakal/tidak mengetahui yang hak”. Dan
ketika mereka besar maka mereka mengerti hak mereka. Ini adalah qaul yang
ma’ruf>. Ayat ini menjelaskan tentang perlunya memilih qaulan ma’ru>fan,
yakni kalimat-kalimat yang baik sesuai dengan kebiasaan dalam masing-masing
masyarakat. Ayat ini mengamanahkan agar pesan hendaknya disampaikan dalam
bahasa yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam masyarakat.

d. Surat al-Ahzab ayat 32

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan
yang baik.”

Ketetapan Allah dalam ayat tersebut menyangkut siksa dan ancaman yang
melebihi wanita-wanita lain, disebabkan karena istri seorang nabi memang
berbeda dari segi tanggung jawabnya dengan wanita-wanita lain. ketinggian
kedudukan istri-istri nabi itu, mereka peroleh karena kedekatan mereka kepada
nabi. Kdekatan itu menjadikan mereka mendapat bimbingan khusus yakni
kesempatan yang lebih banyak untuk mengenal nabi dan meneladani beliau.

Pada kata inittaqaitunna (jika kamu bertakwa) bertujuan mendorong mereka


untuk lebih meningkatkan ketakwaan, bukan isyarat bahwa ada di antara mereka
yang belum bertakwa. Dan kata takhda’na terambil dari kata khudu>’ yang pada
mulanya berarti tunduk. Kata ini bila dikaitkan dengan ucapan, maka yang
dimaksud merendahkan suara.

Wanita menurut kodratnya memiliki suara lemah lembut. Atas dasar itu, maka
larangan itu harus dipahami dalam arti membuat-buat suara lebih lembut lagi
melebihi kodrat dan kebiasaan berbicara. Cara berbicara demikian, bisa dipahami
sebagai menampakkan kemanjaan kepada lawan bicara yang pada gilirannya
dapat menimbulkan hal-hal yang tidak direstui agama. Larangan ini tertuju pada
mereka jika berbicara kepada yang bukan mahram. Adapun jika berbicara di
hadapan suami maka tidak ada larangan.
Kata ma’ru>fan di sini dipahami dalam arti yang dikenal oleh masyarakat.
Perintah mengucakpan yang ma’ru>f, mencakup cara pengucapan, kalimat-
kalimat yang diucapkan serta gaya pembicaraan.

Dengan demikian, ini menuntut suara yang wajar, gerak gerik yang sopan dan
kalimat-kalimat yang diucapkan baik, benar dan sesuai sasaran, tidak
menyinggung perasaan orang ataumengundang rangsanga

4. Qaulan Kari>man (perkataan yang mulia)

a. Al-Isra’ ayat 23.


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah bapakmu dengan sebaikselain Dia -baiknya. jika salah
seorang di antara keduanya dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa anak dilarang untuk


memperdengarkan sesuatu kepada orang tua kata-kata yang kasar dan tidak sopan,
bahkan sepatah kata “ah” atau “uh”. Dan dilarang untuk membentak-bentak
mereka berdua atau salah seorang di antara mereka, tetapi hendaklah
mengucapkan kata-kata yang hormat, sopan, lemah lembut di hadapan mereka.
Ayat di atas menegaskan perintah untuk berkata kepada orang tua dengan
perkataan yang pantas, kata-kata yang mulia, kata-kata yang keluar dari mulut
orang yang beradab dan bersopan santun.

Dalam tafsir ar-Razi dijelaskan, Allah berfirman: “dan ucapkanlah kepada


mereka Perkataan yang mulia.” Yang dikehendaki darinya adalah
mengkhitabinya dengan kalam yang disertai dengan tanda-tanda mengagungkan
dan memuliakan. Umar bin Khatab ra mengatakan: ia mengatakan padanya:
“Wahai ayah wahai ibu..”. Said bin Musayyab ditanya tentang ucapan yang
mulia, lalu ia mengatakan: “ia adalah ucapan seorang hamba yang melanggar pada
tuannya yang kasar”. Dari Atha’, ia mengatakan: “ia adalah berbicara bersamanya
dengan syarat tidak meninggikan suaramu di atas mereka berdua dan tidak
meregangkan pandanganmu kepada mereka berdua. Hal itu karena sesungguhnya
dua perilaku ini bertentangan dengan ucapan yang mulia.”

Kata kari>man biasa diterjemahkan mulia. Kata ini terdiri dari huruf-huruf kaf,
ra’, dan mim yang menurut pakar-pakar bahasa mengandung makna yang mulia
atau terbaik sesuai objeknya.57 Yang dikehendaki darinya adalah
mengkhitabinya dengan kalam yang disertai dengan tanda-tanda mengagungkan
dan memuliakan.

Melihat pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa qaulan kari>man memiliki


pengertian mulia, penghormatan, pengagungan dan penghargaan. Ucapan yang
bermakna qaulan kari>man berarti ucapan yang lembut berisi pengagungan dan
penghormatan kepada orang yang diajak bicara.

5. Qaulan Layyinah (perkataan yang lembut)

a. Tha>ha> ayat 44.

“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang

lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Ayat ini memerintahkan kepada Musa dan Harun untuk pergi menemui Fir’aun
yang telah melampaui batas dengan menindas secara kejam Bani Israil. Dalam
Tafsir Ibnu Katsir diperjelas dengan uraian: pergilah kamu berdua kepadanya dan
berbicaralah dengan kata-kata yang lemah lembut, serta bersikaplah simpatik dan
bersahabat padanya. Cobalah sadarkan dia tentang dirinya sendiri yang tak kurang
dan tak lebih hanyalah seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku. Dan janganlah
kamu berdua lalai, selalu ingatlah kepada-Ku dan menyebut nama-Ku selagi
kamu menjalankan tugas suci ini. Dan dengan membawa kecakapanmu
menyampaikan keterangan dan dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang tidak
dapat dibantah, mudah-mudahan dia (Fir’aun) menyadari akan dirinya dan takut
kepada-Ku.

Ayat ini mengandung pelajaran penting, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang
yang sangat membangkang dan sangat takabbur, sedangkan Musa adalah makhluk
pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan
risalah-Nya kepada Fir’aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut
dan sopan santun. Al-Qurtubi menjelaskan lebih lanjut makna lemah lembut yaitu
kata-kata yang tidak kasar, dikatakannya bahwa segala sesuatu yang lembut akan
melembutkan dan segala sesuatu yang lembut lagi melembutkan, ringan untuk
dilakukan. Kalaupun Musa diperintahkan untuk berkata-kata yang lembut, maka
hal itu merupakan keleluasaan bagi orang lain (Fir’aun) untuk mengikuti jejak,
meniru dari apa yang dikatakannya dan yang diperintahkannya kepada mereka
untuk berkata-kata yang baik.

Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Ikrimah, telah disebutkan bahwa
yang dimaksud faqu>lan qaulan layyinan, adalah ucapan “Tidak ada Tuhan selain
Allah”. Sedangkan dari riwayat Amr ibnu Ubaid dari al-Hasan al-Basri yang
dimaksud faqu>lan qaulan layyinan, yaitu Musa diperintahkan untuk
menyampaikan kepada Fir’aun kalimat berikut, “Sesungguhnya engkau
mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di
hadapanmu ada surga dan neraka.”

Dengan demikian yang dimaksud dengan qaulan layyinan adalah ucapan baik
yang diungkapkan dengan lemah lembut, sehingga dapat menyentuh hati yang
diajak bicara. Ucapan lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati
orang yang bicara. Dampak kelemah lembutan itu akan membawa isi pembicaraan
yang mudah mempengaruhi dan menggerakkan hati orang yang diajak bicara.
6. Qaulan Maysu>ran (perkataan yang ringan)

a. Al-Isra’ ayat 28.

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.”

Hendaknya seorang hamba untuk selalu berbuat baik terhadap keluarga dekatnya,
dengan memberikan haknya, demikian pula kepada orang-orang miskin yang
mengadakan perjalanan. Dan kemudian lebih

lanjut difirmankan, jika hamba itu berpaling dari kerabatnya yang dekat dan
tidak memberikan apa-apa karena tidak ada yang dapat diberikan, maka hendaklah
mengatakan kepada mereka dengan kata-kata dan ucapan-ucapan yang pantas,
halus dan lembut, serta hendaknya memberi janji kepada mereka, bahwa sewaktu-
waktu datang rezeki Allah, mereka akan memperoleh apa yang mereka harapkan.

Ayat ini turun ketika Nabi saw atau kaum muslimin menghindar dari orang yang
meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat memberinya. Allah swt,
memberi tuntunan yang lebih baik melalui ayat ini, yakni menghadapinya dengan
menyampaikan kata-kata yang baik serta harapan memenuhi keinginan peminta
di masa mendatang.

Sayyid Quthub menjelaskan dalam tafsirnya jika seseorang tidak mempunyai apa
yang bisa ditunaikan untuk para kerabat dekat, orang-orang miskin, dan orang
yang dalam perjalanan, sedang ia merasa malu untuk bertemu mereka dan ia
berharap semoga Allah memberikan rizeki kepada mereka, maka hendaknya dia
memberikan janji kepada mereka jika kelak dia mendapat keluasan harta. Juga
hendaknya dia berkata kepada mereka dangan lemah lembut.63
Menurut bahasa qaul maysu>ran artinya perkataan yang mudah. Al-Maraghi
mengartikannya dalam konteks ayat ini, yaitu ucapan yang lunak dan baik atau
ucapan janji yang tidak mengecewakannya. Dalam tafsir Alquran dan terjemahnya
Departemen Agama disebutkan bahwa qaul maysuran, apabila kamu belum bisa
memberikan hak kepada orang lain, maka katakanlah kepada mereka dengan
perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa karena mereka belum menerima
bantuan darimu. Sementara Hamka mengartikannya dengan kata-kata yang
menyenangkan bagus, halus, dermawan, dan sudi menolong.

Dalam Tafsir al-qaul al-maisu>r terdapat beberapa wajah: Pertama, al-qaul al-
maisu>r adalah menolak dengan jalan yang lebih baik. Kedua: al-qaul al-maisu>r
yang lembut dan mudah. Al-Kisai mengatakan: “Saya memudahkan ucapan yang
lebih mudah kepadanya, maksudnya saya melebutkan ucapan kepadanya”. Ketiga:
sebagian ulama mengatakan: al-qaul al-maisu>r seperti firmanNya:

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun.”

Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud
pemberian maaf ialah memaafkan tingkah laku yang kurang sopan dari si
penerima. Mereka mengatakan: al-Maisu>r adalah al-Makru>f (kebaikan), karena
ungkapan yang dikenal tidak membutuhkan pada takalu>f (tuntutan).

Jadi qaulan maysu>ran di atas memiliki arti ucapan yang membuat orang lain
merasa mudah, lunak, dan tidak membuat pendengar merasa kecewa, tetapi
memberikan optimism pada lawan bicara. Mudah artinya bahasanya komunikatif,
sehingga mudah dimengerti lawan bicaranya dan mendorongnya agar tetap
mempunyai harapan.
Bab IV

KOMUNIKASI DALAM KEERAWATAN

1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare – communicatio


dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan dengan sistem
penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf, radio, dan
sebagainya. Beberapa pengertian komunikasi disampaikan oleh beberapa ahli
berikut.

a. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi adalah tukar-menukar pikiran,


ide, atau informasi dan perasaan dalam setiap interaksi.
b. Jurgen Ruesch (1972) dalam Chitty (1997) menjelaskan bahwa komunikasi
adalah keseluruhan bentuk perilaku seseorang secara sadar ataupun tidak
sadar yang dapat memengaruhi orang lain tidak hanya komunikasi yang
diucapkan dan ditulis, tetapi juga termasuk gerakan tubuh serta tanda-
tanda somatik dan simbol-simbol.

Dari beberapa definisi di atas, secara sederhana komunikasi dapat diartikan


sebagai suatu proses pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau
informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih kompleks, komunikasi didefinisikan
sebagai berikut.

a. Komunikasi adalah pertukaran keseluruhan perilaku dari komunikator


kepada komunikan, baik yang disadari maupun tidak disadari, ucapan
verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua yang ada dalam
diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang lain.

b. Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.

Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat


agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada
kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting,
sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan
dan memahami makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang
sesuai.

2. Tujuan Komunikasi

Berdasarkan beberapa pengertian/definisi di atas, dapat disimpulkan


bahwa secara umum tujuan komunikasi sebagai berikut.
a. Menyampaikan ide/informasi/berita

Kalau kita melakukan komunikasi dengan orang lain, tujuan utamanya


adalah sampainya atau dapat dipahaminya apa yang ada dalam pikiran kita atau
ide kita kepada lawan bicara. Dengan demikian, ada satu kesamaan ide antara
apa yang ada dalam pikiran komunikator dan komunikan.

Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.

Komunikasi perawat kepada pasien saat menjelaskan kondisi pasien,


menyampaikan diagnosis keperawatan, rencana tindakan, prosedur
tindakan, atau menyampaikan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.

b. Memengaruhi orang lain

Komunikasi yang kita lakukan kepada orang lain secara kita sadari ataupun
tidak kita sadari akan memengaruhi perilaku orang lain. Secara sadar, jika kita
berkomunikasi untuk tujuan memotivasi seseorang, kita berharap bahwa orang
yang kita motivasi akan melakukan hal sesuai dengan yang kita inginkan. Secara
tidak kita sadari, jika pada saat kita memotivasi menunjukkan wajah yang serius,
kita akan membuat lawan bicara antusias untuk mendengarkan dan
memperhatikan apa yang disampaikan kepada dirinya.

Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.

Komunikasi perawat kepada pasien saat memberikan motivasi untuk


memelihara kesehatan serta melakukan budaya hidup sehat melalui
pengaturan pola makan yang sehat dan olah raga teratur.
c. Mengubah perilaku orang lain

Komunikasi bertujuan mengubah perilaku, maksudnya jika kita bicara


dengan seseorang yang berperilaku berbeda dengan norma yang ada dan kita
menginginkan.

Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.

Komunikasi yang dilakukan perawat pada saat akan mengubah keyakinan dan
perilaku pasien yang tidak baik atau bertentangan dengan kesehatan serta
dengan keyakinan dan perilaku yang mendukung kesehatannya.

d. Memberikan pendidikan

Dalam kehidupan sehari-hari, banyak komunikasi terjadi dengan tujuan


memberikan pendidikan, misalnya komunikasi orang tua dengan anaknya,
guru/dosen dengan murid/mahasiswa, perawat dengan kliennya, dan lain-lain.
Komunikasi ini dilakukan dengan tujuan agar lawan bicara (komunikan)
memperoleh/mencapai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dan menunjukkan
hal yang lebih baik dari sebelumnya.

Contoh kegiatan keperawatan yang relevan sebagai berikut.

Komunikasi yang dilakukan perawat saat memberikan pendidikan atau


penyuluhan kesehatan kepada pasien tentang pencegahan penularan
penyakit, memberikan pendidikan tentang pertolongan di rumah pada
anggota keluarga yang sakit demam berdarah, dan lain-lain yang tujuannya
meningkatkan pengetahuan agar lebih baik dari sebelumnya.
e. Memahami (ide) orang lain

Komunikasi antara dua orang atau lebih akan efektif jika antara
komunikator dan komunikan saling memahami ide masing-masing dan mereka
saling berusaha untuk memberi makna pada komunikasi yang disampaikan atau
diterima.

3. Elemen Komunikasi

Tahukah Anda bahwa dalam berkomunikasi ada elemen-elemen yang


saling berkaitan dan dapat memengaruhi komunikasi?

DeVito (1997) menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses yang


terdiri atas komponen-komponen/elemen-elemennya saling terkait. Setiap
elemen dalam komunikasi saling berhubungan satu dengan yang lain dan elemen
yang satu mendahului elemen lain yang terkait. Taylor, Lillis, LeMone (1989), dan
DeVito (1997) mengidentifikasi bahwa untuk berlangsungnya komunikasi yang
efektif, ada lima elemen utama, yaitu (a) komunikator (sender), (b)
informasi/pesan/berita, (c) komunikan (reciever), (d) umpan balik (feedback),
dan (e) atmosfer/konteks.

a. Komunikator (sender)

Komunikator adalah orang atau kelompok yang menyampaikan


pesan/ide/informasi kepada orang/pihak lain sebagai lawan bicara. Komunikator
berarti sumber berita/informasi atau disebut informan, yaitu sumber/asal berita
yang disampaikan kepada komunikan. Seorang komunikator beraksi dan bereaksi
secara utuh meliputi fisik dan kognitif, emosional, dan intelektual.

b. Informasi/pesan/berita

Pesan adalah keseluruhan yang disampaikan oleh komunikator, disadari


atau tidak disadari, secara langsung atau tidak langsung. Pesan yang disadari
adalah segala ucapan (bahasa verbal) yang disampaikan komunikator secara
sengaja dan sudah dipersiapkan. Pesan yang tidak disadari adalah pesan yang
muncul beriringan atau bersamaan dengan pesan yang yang disampaikan pada
saat komunikator berbicara.

c. Komunikan (reciever)

Komunikan adalah orang atau sekelompok orang yang menerima pesan


yang disampaikan komunikator. Komunikan yang efektif adalah komunikan yang
bersikap kooperatif, penuh perhatian, jujur, serta bersikap terbuka terhadap
komunikator dan pesan yang disampaikan.

d. Umpan balik

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya


(Clement dan Frandsen, 1976, dalam DeVito, 1997). Umpan balik bisa berasal
dari diri sendiri ataupun orang lain. Umpan balik dari diri sendiri, misalnya, jika
kita menyampaikan pesan melalui bicara, kita akan dapat secara langsung
mendengar apa yang kita sampaikan. Umpan balik dari orang lain adalah umpan
balik yang datang dari lawan bicara. Bentuk umpan balik yang diberikan, antara
lain anggukan, kerutan dahi, senyuman, gelengan kepala, interupsi pembicaraan,
pernyataan setuju atau tidak setuju, dan lain-lain. Umpan balik dapat berupa
verbal ataupun nonverbal. Agar terjadi umpan balik yang baik, harus bersifat
jujur, sesuai dengan konten (isi pesan) yang disampaikan, dan bagian dari solusi
merupakan hasil proses berpikir, tidak bersifat subjektif, dan disampaikan dalam
waktu yang tepat.

e. Atmosfer/konteks

Atmosfer adalah lingkungan ketika komunikasi terjadi terdiri atas tiga


dimensi, yaitu dimensi fisik, sosial-psikologis, dan temporal yang mempunyai
pengaruh terhadap pesan yang disampaikan. Ketiga dimensi lingkungan ini saling
berinteraksi dan saling memengaruhi satu dengan lainnya. Perubahan dari salah
satu dimensi akan memengaruhi dimensi yang lain.

Dimensi fisik adalah lingkungan nyata (tangible), dapat berbentuk ruang

PESAN

KOMUNIKATOR KOMUNIKAN
(SENDER) INTERAKSI (RECEIVER)

UMPAN BALIK

ATMOSFER

atau bangsal, dan segala komponen yang ada di dalamnya. Dimensi sosial-
psikologis meliputi tata hubungan status di antara pihak yang terlibat dan aturan
budaya masyarakat ketika mereka berkomunikasi. Yang termasuk dalam konteks
ini adalah persahabatan atau permusuhan, lingkungan formal atau informal,
serta situasi yang serius atau tidak serius. Dimensi temporal (waktu) adalah
mencakup waktu ketika komunikasi terjadi. Pilihan waktu yang tepat dapat
mencapai efektivitas komunikasi yang dilakukan. Gambar 1.1 menunjukkan
hubungan atau keterkaitan masing-masing elemen dalam komunikasi.

Gambar 1.1 Lima Elemen Utama Komunikasi

Gambar 1.1 menunjukkan hubungan antarelemen dalam komunikasi.


Secara sederhana, terjadinya komunikasi dimulai dari komunikator yang
menyampaikan pesan atau informasi kepada komunikan yang selanjutnya
komunikan memberikan umpan balik, yaitu proses ini terjadi dalam suatu
lingkungan yang memengaruhi keberhasilan komunikasi tersebut.

4. Bentuk/Jenis Komunikasi

Chitty (1997) menjelaskan bahwa secara umum ada dua bentuk


komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Berikut akan
dijelaskan perbedaan antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal.
Selanjutnya, lakukan latihan untuk memperjelas pemahaman Anda terhadap
perbedaan keduanya.

a. Komunikasi verbal

Chitty (1997) mendefinisikan bahwa komunikasi verbal adalah pertukaran


informasi menggunakan kata-kata yang diucapkan secara oral dan kata-kata yang
dituliskan. Komunikasi oral adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik
langsung dengan cara tatap muka maupun secara tidak langsung, melalui
telepon atau telekonferensi. Komunikasi oral dilakukan untuk menyampaikan
informasi secara cepat atau untuk memperjelas pesan/informasi tertulis
sehingga informasi lebih akurat. Jenis komunikasi ini tergantung dari irama,
kecepatan, intonasi, penguasaan materi oleh komunikator, penekanan, dan nada
suara serta bahasa yang digunakan.

Contoh penerapan komunikasi verbal oleh perawat sebagai berikut.

Saat menjelaskan rencana asuhan keperawatan kepada pasien, menjelaskan


prosedur tindakan, melakukan konsultasi, kolaborasi, atau melaporkan
kondisi klien dan sebagainya.
Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang dilakukan dalam bentuk
tulisan, baik secara manual maupun elektronik, dilakukan untuk memberikan
informasi dalam jumlah yang besar sebagai bukti tertulis atau dokumentasi. Jenis
komunikasi ini dapat berbentuk tulisan tangan, surat kabar, atau e-mail.

Contoh penerapan jenis komunikasi tertulis dalam keperawatan sebagai berikut.

Dokumentasi asuhan keperawatan, mencatat intruksi dokter, menulis hasil


kolaborasi, mencatat perkembangan klien, pelaporan, dan sebagainya.

b. Komunikasi nonverbal

Setelah Anda memahami komunikasi verbal, selanjutnya Anda harus


mengenali dan mampu mengidentifikasi komunikasi nonverbal yang selalu
mengiringi komunikasi verbal. Chitty (1997) mendefinisikan komunikasi
nonverbal adalah pertukaran informasi tanpa menggunakan kata-kata.
Komunikasi ini tidak disampaikan secara langsung oleh komunikator, tetapi
berhubungan dengan pesan yang disampaikan secara oral ataupun tulisan.
Macam-macam komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah,
postur atau sikap tubuh, gaya jalan, gerakan/bahasa isyarat tubuh waktu bicara,
penampilan secara umum, suara dan sikap diam, atau simbolsimbol lain,
misalnya model pakaian dan cara menggunakan.

5. Model Proses Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks untuk mengirim pesan dari
komunikator kepada komunikan. Vecchio (1995) menguraikan bahwa proses
komunikasi merupakan urutan tahap-tahap komunikasi kompleks meliputi idea
generation, encoding, transmitting via various channels, receiving, decoding,
understanding, dan responding yang merupakan suatu siklus yang selalu
berulang.

Dalam model ini, dijelaskan bahwa komunikasi dimulai dengan munculnya


ide (gagasan) dari komunikator (sender). Ide ini selanjutnya diproses/diolah di
otak dan keluar dalam bentuk gelombang suara atau tulisan atau dalam bentuk
kode-kode tertentu (encoding). Informasi yang telah diolah dalam bentuk kode-
kode tersebut selanjutnya ditransmisikan/disalurkan oleh komunikator melalui
media (channel). Channel ini akan membantu proses penyampaian pesan dari
komunikator dan proses penerimaan pesan oleh komunikan. Pesan/informasi
yang sampai atau diterima dalam bentuk gelombang suara, tulisan, atau kode-
kode tersebut diproses dan dipersepsikan oleh komunikan (decoding). Setelah
dipersepsikan, komunikan akan sampai pada tingkat pemahaman
(understanding) dan selanjutnya berespons terhadap pesan yang diterima
sebagai umpan balik untuk komunikator. Respons yang diberikan oleh
komunikan akan menstimulasi munculnya ide baru dan seterusnya ide atau
informasi akan diproses kembali sebagai suatu siklus yang berulang. Model
proses komunikasi ini dapat dilihat pada Gambar 1.2.

6. Faktor-faktor yang Memengaruhi Komunikasi

Secara umum, faktor yang memengaruhi komunikasi dapat ditinjau dari


proses komunikasi dan elemen komunikasi. Ada lima faktor utama yang
memengaruhi komunikasi ditinjau dari elemen komunikasi, yaitu faktor
komunikator, pesan/informasi, komunikan, umpan balik, dan atmosfer.

Bacalah dengan cermat mengapa elemen-elemen dalam komunikasi


menjadi faktor utama yang memengaruhi efektivitas komunikasi.
Gambar 1.2. Model Proses Komunikasi The Communication Cycle Vecchio

a. Komunikator

Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan. Seorang


komunikator harus menunjukkan penampilan yang baik, sopan dan menarik,
serta berwibawa dan tidak sombong. Di samping itu, harus mempunyai
pengetahuan yang memadai , menguasai materi, dan memahami bahasa yang
digunakan lawan (language mastery). Hal ini penting karena salah satu hambatan
dalam komunikasi adalah adanya ketidaksesuaian bahasa yang digunakan antara
komunikator dan komunikan. Penguasaan bahasa ini penting untuk menghindari
terjadinya salah tafsir (misperception) dalam komunikasi.

Lihat contoh berikut.

 Dahar (kromo inggil dalam bahasa Jawa) berarti makan untuk tingkat tinggi
atau orang yang kita hormati, misal pada orang tua, guru, dan sebagainya;
berbeda dengan dahar (bahasa Sunda) berarti makan untuk tingkat rendah
atau tidak tidak terhormat.
 Kasep (bahasa Jawa) berarti terlambat sekali, berbeda dengan kasep
(bahasa sunda) yang berarti cakep/ganteng/tampan.

Selanjutnya, seorang komunikator harus mampu membaca peluang


(opportunity), mengolah pesan supaya mudah dipahami komunikan, dan
mempunyai alat-alat tubuh yang baik sehingga menghasilkan suara yang baik
dan jelas, antara lain pita suara, mulut, bibir, lidah, dan gigi. Seorang
komunikator yang pita suaranya terganggu, tidak mempunyai gigi, atau sumbing
akan mengalami kesulitan dalam berkata-kata yang mengakibatkan tidak
jelasnya pesan yang disampaikan.

b. Pesan/informasi

Pesan yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah diterima
adalah pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan), jelas (clearly),
sederhana atau tidak bertele-tele, dan mudah dimengerti (simple). Di samping
itu, informasi akan menarik jika merupakan informasi yang sedang hangat (up to
date).

c. Komunikan

Komunikan adalah seseorang yang menerima pesan dari komunikator.


Seorang komunikan harus mempunyai penampilan atau sikap yang baik, sopan,
serta tidak sombong. Seorang komunikan yang berpenampilan acak-acakan
berarti tidak menghargai diri sendiri dan orang lain. Demikian pula jika
komunikan tampak sombong/angkuh, akan memengaruhi psikologis
komunikator yang berdampak pada tidak efektifnya pesan yang disampaikan. Di
samping itu, seorang komunikan harus mempunyai pengetahuan, keterampilan
komunikasi, dan memahami sistem sosial komunikator. Hal ini penting karena
tanpa pengetahuan dan keterampilan mengolah informasi yang diterima
sehingga dapat terjadi ketidaksesuaian persepsi (mispersepsi). Selanjutnya,
seorang komunikan harus mempunyai alat-alat tubuh yang baik. Alat tubuh yang
berperan utama untuk menerima pesan suara adalah telinga. Supaya pesan
dapat diterima dengan tepat, komunikan harus mempunyai fungsi pendengaran
yang baik.

d. Umpan balik

Komunikasi efektif jika komunikan memberi umpan balik yang sesuai


dengan pesan yang disampaikan. Umpan balik ini penting bagi komunikator
karena sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan komunikasi. Mengerti atau
tidaknya komunikan terhadap isi pesan yang disampaikan oleh komunikator
dapat dilihat dari bagaimana komunikan memberikan umpan balik.

e. Atmosfer

Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan lingkungan yang


kondusif (condisive) dan nyaman (comfortable). Lingkungan yang kondusif, yaitu
lingkungan yang mendukung berlangsungnya komunikasi efektif. Dalam dimensi
fisik lingkungan nyaman, yaitu lingkungan yang tenang, sejuk, dan bersih
sehingga kondusif dalam mencapai komunikasi yang efektif. Dalam dimensi
sosial-psikologis, komunikasi yang kondusif adalah komunikasi yang dilakukan
dengan penuh persahabatan, akrab, dan santai. Sementara itu, dalam dimensi
temporal (waktu), komunikasi yang dilakukan dengan waktu yang cukup dan
tidak tergesa-gesa memungkinkan tercapainya tujuan komunikasi yang efektif.

RINGKASAN
1) Komunikasi adalah suatu proses pertukaran serta penyampaian dan
penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih
kompleks komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan
perilaku komunikator kepada komunikan baik yang disadari maupun tidak
disadari, ucapan verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua
yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang
lain.

2) Tujuan komunikasi adalah menyampaikan ide, memengaruhi orang lain,


mengubah perilaku orang lain, memberikan pendidikan kesehatan, dan
memahami ide orang lain.

3) Elemen komunikasi ada lima, yaitu komunikator, informasi yang


disampaikan, komunikan, umpan balik, dan atmosfer.

4) Jenis komunikasi ada dua, yaitu komunikasi verbal (komunikasi yang


disampaikan melalui kata-kata atau ucapan) dan komunikasi nonverbal
(kontak mata, ekspresi wajah, sikap tubuh, gerakan, penampilan, atau
simbol-simbol yang digunakan).

5) Proses komunikasi merupakan urutan atau tahap-tahapan yang kompleks


meliputi gagasan (idea generation), pengolahan data oleh komunikator
(encoding), serta menyalurkan (transmitting) melalui channels, receiving,
decoding, understanding, and responding, yang merupakan suatu siklus
yang selalu berulang

6) Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi ditinjau dari prosesnya


tergantung dari komunikator, pesan yang disampaikan, komunikan, umpan
balik, dan atmosfer.
Bab V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling
mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara terus-
menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap aktivitasnya,
perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi dan
komunikasi terapeutik sangat penting terkait dengan tugas-tugas Anda
dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan hubungan
profesional dengan tim kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat ahli
madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda kuasai adalah
komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan Anda melaksanakan praktik
keperawatan secara berkualitas.
Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan
semata. Bahkan komunikasi sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang
Pencipta, Allah SWT, melalui kitabnya Al Qur’an dan Hadis tentang
bagaimana pentingnya komunikasi bagi umat manusia, khususnya umat
Islam.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9635662/Pengertian_Komunikasi_men
urut_beberapa_ahli
http://komunikasidakwahislam.blogspot.com/
https://www.kompasiana.com/faisalwibowo/550fdacc813311ae33b
c61a2/komunikasi-dalam-perspektif-islam
https://azharnasri.blogspot.com/2016/08/makalah-komunikasi-
islam.html
https://www.kompasiana.com/www.eman.com/54f75bf3a33311af3
68b45e1/makalah-etika-komunikasi-dalam-islam
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Komunikasi-dalam-Keperawatan-
Komprehensif.pdf
https://www.academia.edu/33007004/Makalah_Resume_Etika_Ko
munikasi_Islam?auto=download
https://www.academia.edu/11167050/ETIKA_KOMUNIKASI_D
ALAM_PERSPEKTIF_ISLAM
https://media.neliti.com/media/publications/76696-ID-etika-
komunikasi-dalam-al-quran-dan-hadi.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/19585/10/Bab%203.pdf

Anda mungkin juga menyukai