KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi dalam
Keperawatan
Oleh :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi komunikasi……………………..........................................
B. Komunikasi Menurut Beeberapa Ahli…………….
C. Prinsip-prinsip dalam Berkomunikasi……
BAB V PENUTUP
A. Simpulan …………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Komunikasi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata Kuliah Komunikasi dalam Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Saryomo, S.Kep,.Ners.,M.Si selaku dosen
mata kuliah Komunikasi dalam Keperawatan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan menyatu dengan
kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu berkomunikasi dan menggunakannya
dalam berinteraksi dengan manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang
adalah komunikasi, diamnya seseorang adalah komunikasi, tertawanya seseorang
adalah komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah komunikasi. Dengan
berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih dinamis.
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling mendasar dan
menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk memberikan pelayanan/asuhan
keperawatan karena perawat secara terus-menerus selama 24 jam bersama pasien.
Dalam setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan
tentang komunikasi dan komunikasi terapeutik sangat penting terkait dengan
tugas-tugas Anda dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan
hubungan profesional dengan tim kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat ahli
madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda kuasai adalah komunikasi.
Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan akan
memungkinkan Anda melaksanakan praktik keperawatan secara berkualitas.
Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan semata. Bahkan
komunikasi sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang Pencipta, Allah SWT,
melalui kitabnya Al Qur’an dan Hadis tentang bagaimana pentingnya komunikasi
bagi umat manusia, khususnya umat Islam. Maka dalam makalah ini, penulis akan
membahas tentang komunikasi dalam perspektif Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
A. Pembahasan
1. Definisi
- Wikipedia
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi
kaum Muslim dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi
intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan
dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/p
enyandi balik(decoder).
Gerald R. Miller
Everett M. Rogers
Komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari satu sumber kepada satu atau
banyak penerima dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Carl I. Hovland
New Comb
Colin Cherry
William J. Seller
1. Prinsip Qaulan Baligha ( ) ﺑَِﻠﯿًﻐﺎ ْﻗَ ًﻮﻻ/ Perkataan yang membekas pada jiwa
ﻚ اﻟِﱠﺬﯾَﻦ ْﯾَﻌﻠَُﻢ ﺑَِﻠﯿ ًﻐﺎaََِﱠُ َﻣﺎ ﻓِﻲ ﻗُﻠُ ِﻮﺑِﮭْﻢ ﻓَﺄَْ ِﻋﺮْ ض َ ْﻋﻨُﮭْﻢ َِو ْﻋﻈُﮭْﻢ َو ْﻗُﻞ َﻟُﮭْﻢ ﻓِﻲ ْأَﻧﻔُِ ِﺴﮭْﻢ ْﻗَ ًﻮ ﻻ أُوﻟَِﺌ
“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang
ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada
jiwanya.” (Q.s. an-Nisa: 63).
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
3. Prinsip Qaulan Maysura ( ) ْﻗَ ًﻮﻻ َ ْﻣﯿُﺴ ًﻮرا/ Perkataan yang ringan
َُﺟﻮھﺎ ﻓَ ْﻘُﻞ ﻟَُﮭْﻢ ْﻗَ ًﻮﻻ َ ْﻣﯿُﺴ ًﻮراَوإِﱠﻣﺎ ْﺗُ ِﻌ َﺮﺿﱠﻦ َ ْﻋﻨُﮭُﻢ ْاﺑﺘِ َﻐﺎَء َرْ َﺣ ٍﻤﺔ ِ ْﻣﻦ
َ ﻚ ْﺗَﺮaرِﺑَِّﱠ
"Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah
lembut." (Q.s. al-Isra: 28).
ََُواﻟَ َﻤﺴﺎِﻛﯿُﻦ ﻓَﺎْرُزﻗُ ُﻮ ْھﻢ ِ ْﻣﻨﮫ ْ ﻀﺮ ْاﻟِ ْﻘ َﺴﻤﺔَ أُوﻟُﻮ ْاﻟ ْﻘُﺮﺑَﻰ
ْ َواﻟﯿَﺘَﺎَﻣﻰ َ وإِ َذا ََﺣ
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
maka berilah mereka dari harta itu ( sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.” (an-Nisa': 8).
َۡﻗ ٗﻮﻻ ﻟﱠ ٗﯿِّﻨﺎ ﻟﱠ َﻌﻠﱠﮫۥُ ﯾَﺘَ َﱠﺬ ُﻛﺮ ۡأَو ۡﯾَﺨ َٰﺸﻰ ﻓَﻘُ َﻮﻻ ۥﻟَﮫُ ۡٱ َذھﺒَﺎٓ ِإ ٰﻟَﻰ ۡﻓِ َﺮ ۡﻋ َﻮن إِﻧﱠﮫۥُ َطَ ٰﻐﻰ
“Pergilah kamu bedua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia benar-benar telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya ( Fir'aun ) dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau
ﱠَ َوْ ﻟ ْﯿَﺨَﺶ اﻟِﱠﺬﯾَﻦ َْﻟﻮ ﺗَﺮُﻛﻮا ِ ْﻣﻦ َْﺧﻠِﻔِﮭْﻢ ُِّذرﯾﱠﺔً ِﺿ َﻌﺎﻓًﺎ َﺧﺎﻓُﻮا َﻋ ْﻠَﯿِﮭْﻢ ْﻓَﻠَﯿﺘﱠﻘُﻮا َوْ ﻟﯿَﻘُﻮﻟُﻮا ْﻗَ ًﻮﻻ َِﺳﺪﯾﺪًا
Tujuan komunikasi disini menunjuk kepada suatu harapan atau keinginan yang
dituju oleh pelaku komunikasi. Secar umum Harold D Lasswel menyebutkan
bahwa tujuan komunikasi ada empat, yaitu :
Pendapat lain mengatakan bahwa secara umum akibat atau hasil komunikasi dapat
mencakup tiga aspek, yakni:
1. Aspek Kognitif, yaitu menyangkut kesadaran dan pengetahuan.
Menurut Kahar Masyhur dalam bukunya yang berjudul “Membina Moral dan
Akhlak” bahwa akhlaq terhadap Allah, itu antara lain :
• Rela terhadap qadar dan qada (takdir baik dan buruk) dari Allah
SWT
Kedudukan anak menurut agama, anak sebagai perhiasan kehidupan dunia, anak
sebagai ujian bagi orang tua, anak sebagai penghibur hati.
• Akhlak orang tua terhadap anak : memberi nama yang baik untuk anaknya,
memberikan pendidikan yang layak kepada anaknya, dan memberikan makan,
minum, pakaian dan kebutuhan sehari-hari anak dari harta yang halal.
• Akhlak anak kepada orang tua : selalu memuliakan orang tua dan
menghormatinya, tidak menghardik orang tua dan menjawab panggilannya
dengan kasar.
BAB III
Ayat-ayat Makkiyah:
Ayat-ayat Madaniyah:
Dilihat dari urutan surat dan ayat dalam Alquran, dapat dibagi sebagai berikut:
3. Qaulan Ma’ruf>an (surat al-Baqarah ayat 235, an-Nisa>’ ayat 5 dan 8, al-
Ahzab
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.3
“sindiran Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanitaatau kamu
Menyembunyikan (keinginan mengawini -wanita itu dengan mereka) dalam
mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan hatimu.
Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka secara rahasia,
kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf dan
janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis
'iddahnya. dan ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyantun.”
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang baik.miskin, Maka berilah mereka dari
harta 5 itu (sekedarnya) dan”
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu
bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan
yang baik.”
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekalidan janganlah -kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia.”
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas”. 9
a. An-Nisa>’ ayat 9
Ayat ini ditujukan kepada yang berada di sekeliling seorang yang sakit
dan diduga segera meninggal. Ada juga yang memahaminya sebagai ditujukan
kepada mereka yang menjadi wali anak-anak yatim ini seperti perlakuan yang
mereka harapkan kepada anak-anaknya yang lemah bila kelak para wali itu
meninggal dunia.
Kata sadi>dan, terdiri dari huruf sin, dan dal yang menurut pakar bahasa Ibn Faris,
menunjukkan kepada makna meruntuhkan sesuatu kemudian memperbaikinya. Itu
berarti istiqomah atau konsisten. Kata ini juga digunakan untuk menunjuk kepada
sasaran. Seseorang yang menyampaikan suatu ucapan yang benar dan tepat pada
sasarannya dilukiskan dengan kata ini. Dengan demikian, kata sadi>dan dalam
ayat ini tidak sekedar berarti benar, tetapi ia juga berarti tepat sasaran.
Adapun qaul sadi>d adalah keadilan dan kebenaran dari qaul. Ar Razi mengutip
pendapat Zamakhsyari dalam kitabnya al-Kasysyaf bahwa:
kepada orang yang sakit adalah mengatakan: “Jika kamu hendak wasiat maka
jangan kamu melewati batas dalam wasiatmu dan jangan kamu merugikan pada
anak-anakmu”. Seperti sabda nabi saw pada Sa’d. Qaul sadi>d dari ahli waris
ketika bagian warisan pada orang-orang yang hadir yang tidak mewarisi, adalah
melembutkan ucapan pada mereka dan mengkhususkan mereka dengan
kemuliaan.
Dalam konteks ayat ini yaitu keadaan anak yatim pada hakikatnya berbeda
dengan anak-anak kandung, dan ini menjadikan mereka lebih peka, sehingga
membutuhkan perlakuan yang lebih hati-hati dan kalimat-kalimat yang lebih
terpilih, bukan saja yang kandungannya benar, tetapi juga yang tepat. Sehingga,
kalau memberi informasi atau menegur, jangan sampai menimbulkan kekeruhan
dalam hati mereka, tetapi teguran yang disampaikan hendaknya meluruskan
kesalahan sekaligus membina mereka.
Sayyid Quthub mengatakan dalam tafsirnya bahwa ayat ini berpesan agar
mengucapkan perkataan yang baik kepada anak-anak yatim yang didik dan
dipelihara, sebagaimana memelihara harta mereka. Dengan mencermati
pandangan para ahli tafsir di atas, dapat dikatakan bahwa qaul sadi>dan dari segi
konteks ayat mengandung makna kekhawatiran dan kecemasan seorang pemberi
wasiat terhadap anak anaknya yang diucapkan dalam bentuk sebenar-benarnya,
penuh kejujuran, tanpa dibuat-buat, lemah lembut, halus, jelas, tepat dan adil.
Benar dan jujur maksudnya apa adanya, dan tidak ada yang disembunyikan.
Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan qaulan sadi>dan artinya perkataan yang
benar, yaitu yang lurus, tidak bengkok dan tidak menyimpang. Sedangkan
menurut Ikrimah makna qaulan sadi>dan adalah kalimat laa ilaaha illallaah, dan
yang lainnya bekata as-Sadi>d adalah kejujuran.
Dengan perkataan yang tepat dan baik yang terucapkan dengan lidah dan didengar
orang banyak, maupun yang tertulis sehingga terucapkan oleh diri sendiri dan
orang lain ketika membacanya, maka akan tersebar luas informasi dan memberi
pengaruh yang tidak kecil bagi jiwa dan pikiran manusia. Kalau ucapan itu baik,
maka baik pula pengaruhnya, dan bila buruk maka buruk pula pengaruhnya.
Maka dapat disimpulkan qaulan sadi>dan di sini bermakna perkataan yang benar,
yang lurus. Yaitu tidak mengatakan hal-hal bohong dan tuduhan palsu. Jika
dilihat dari konteks ayat ini, seperti yang dikatakan orang-orang kafir kepada nabi
Musa dan nabi Muhammad.
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan Katakanlah kepada mereka Perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.”
Turunnya ayat ini karena terjadi peristiwa, yaitu pertengkaran antara seorang
sahabat Anshar dan seorang Yahudi. Sang Yahudi meminta berhakim kepada
Muhammad, dan si sahabat meminta berhakim kepada Ka’ab bin Al -Asyraf,
yaitu salah seorang pemuka Yahudi.
Menurut pendapat yang lain, ayat ini diturunkan berkenaan dengan sejumlah
orang munafik dari kalangan orang-orang yang hanya lahiriyahnya saja Islam, lalu
mereka bermaksud mencari keputusan perkara kepada para hakim Jahiliyah.
Makna ayat ini lebih umum daripada semuanya itu, yang garis besarnya
mengatakan celaan terhadap orang yang menyimpang dari kitabullah dan Sunnah
Rasul-Nya, lalu menyerahkan keputusan perkaranya kepada selain kitabullah dan
sunnah rasul, yaitu kebata kebatilan. Hal inilah yang dimaksud tagut dalam ayat
ini.
Kata bali>ghan terdiri dari huruf-huruf ba’, lam, dan ghain. Pakar-pakar bahasa
menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari huruf-huruf tersebut
mengandung arti sampainya sesuatu ke sesuatu yang lain. Ia juga bermakna
cukup, karena kecukupan mengandung arti sampainya sesuatu kepada batas yang
dibutuhkan. Pakar-pakar bahasa menyatakan bahwa semua kata yang terdiri dari
huruf-huruf tersebut mengandung arti sampainya sesuatu kepada batas yang
dibutuhkan.
3) Kosa kata yang merangkai kalimat tidak asing bagi pendengaran dan
pengetahuan lawan bicara, mudah diucapkan serta tidak “berat” terdengar.
Jadi ayat ini adalah berisi perintah untuk tidak percaya kepada orang-orang
munafik dan tidak memusuhinya, tetapi dengan menasehati mereka dengan
perkatan-perkataan yang berbekas dalam jiwa mereka agar mereka dapat bertobat
dan kembali ke jalan yang benar.
Dengan penjelasan di atas, maka qaulan bali>ghan dapat diartikan ucapan yang
sampai pada tujuan pembicara, yaitu ungkapan yang tepat, efektif, dan tembus
pada hati dan pikiran lawan bicaranya.
“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
dalam hatimu. atau kamu Allah Menyembunyikan mengetahui bahwa (keinginan
kamu akan mengawini menyebutmereka) -nyebut mereka, dalam pada itu
janganlah kamu Mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali
sekedar mengucapkan (kepada mereka) Perkataan yang ma'ruf. Dan janganlah
kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan
ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka
takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyantun.”
Setelah ayat yang lalu menguraikan masa tunggu bagi wanita, yang disusul
dengan larangan kawin, maka pada ayat ini dijelaskan batas-batas yang
dibenarkandalam konteks perkawinan.
Tuntunan berikut ditujukan kepada para pria yang ingin kawin, yakni tidak ada
dosa bagi kamu yang meminang wanita-wanita yang telah bercerai dengan
suaminya dengan perceraian yang bersifat bain, yakni yang telah putus hak bekas
suaminya untuk rujuk kepadanya kecuali dengan akad nikah. Tidak ada dosa
bagi seseorang yang meminang wanita-wanita pada saat masa iddah mereka,
dengan syarat pinangan itu disampaikan dengan sindiran, yakni tidak tegas dan
terang-terangan menyebut maksud menikahinya. Sindiran itu seperti; “mudah-
mudahan saya mendapat jodoh yang baik”. Rasul SAW ketika meminang
Ummu Salamah dengan sindiran, berkata kepadanya; “Anda telah mengetahui
bahwa saya adalah Rasulullah dan pilihan-Nya, dan Anda pun telah mengetahui
kedudukan saya di tengah masyarakat”.
Ayat ini secara mutlak melarang para pria mengucapkan sesuatu kepada wanita-
wanita yang sedang menjalani masa iddah, tetapi kalau ingin mengucapkan kata-
kata kepadanya, hendaklah mengucakpan kata-kata yang ma’ruf, yaitu yang sopan
dan terhormat, sesuai dengan tuntunan agama, yaitu sindiran yang baik.
Hamka dalam tafsirnya memaknai kata yang ma’ru>f yaitu kata yang yang sopan,
yaitu sindiran yang halus. Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, As-
Saddi, as-Sauri, dan Ibnu Zaid, makna qaulan ma’ru>fan yaitu apa yang
sebelumnya diperbolehkan, yaitu melakukan lamaran dengan sindiran, dengan
sindiran yang halus, seperti; “sesungguhnya aku berhasrat kepadamu”, atau
kalimat-kalimat semisal. Al-Maraghi memaknai qaulun ma’ru>fun pada ayat ini
yaitu nasehat yang baik berkenaan dengan masalah pergaulan suami istri,
kelapangan dada antara keduanya dan lain sebagainya. Dan larangan membuat
jani
dengan perkataan yang dianggap kurang baik dan tidak sopan. Tetapi, berjanji
harusnya dengan memakai perkataan yang baik, sopan, memikat. Misalnya,
menuturkan sifat-sifat yang baik dalam menggauli istri, pemaaf, penyabar, dan
lain sebagainya.
b. An-Nisa>’ ayat 5.
Ayat kedua dan ketiga surat ini memerintahkan untuk memberikan harta kepada
anak yatim serta larangan menikahinya kalau hanya karena kecantikan dan
hartanya dengan tidak berlaku adil terhadap mereka. Selanjutnya, ayat keempat
memerintahkan untuk memberi maskawin yang merupakan hak istri. Dalam ayat
ini melarang memberi harta kepada para pemilik yang tidak mampu mengelola
hartanya dengan baik.
Khita>b (pembicaraan) ayat ini ditujukan kepada semua umat, dan larangannya
mencakup setiap harta yang diberikan kepada orang dungu.
Artinya, berikanlah kepada setiap anak yatim harta meraka apabila telah baligh,
dan kepada setiap istri maharnya, kecuali apabila salah satu dari mereka adalah
orang safih (dungu), tidak bisa menggunakan harta benda. Maka cegahlah harta
mereka agar jangan disia-siakan dan peliharalah harta mereka itu hingga mereka
dewasa.
Yang dimaksud qaulul ma’ruf> adalah perkataan yang enak dirasa oleh jiwa dan
membuatnya menjadi penurut. Ibnu katsir memaknai qaulan ma’rufan dengan
kata-kata yang baik. Yaitu dalam kebaikan dan silaturrahim.
Secara global setiap perkara yang membuat tenang hati dan disukainya dari
ucapan dan perbuatan maka itu bagus dan setiap perkara yang diingkarinya,
dibencinya dan dihindarinya maka ia adalah mungkar.
Kandungan ayat ini adalah berbuat ihsan kepada keluarga dan orang-orang yang
berada dalam tanggungan dengan melakukan infak berupa pakaian dan biaya
hidup, serta dengan kata-kata dan akhlak yang baik.
c. An-Nisa>’ ayat 8.
“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin,
maka berilah mereka dari harta itu sekedarnya dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik.”
Ayat ini menunjukkan, bahwa apabila seseorang telah meninggal, wajiblah harta
benda peninggalannya itu dibagi, ahli waris perempuan mendapat, ahli waris laki-
laki mendapat. Dan ayat ini memberikan petunjuk bahwa pembagian itu
hendaklah ditentukan waktunya dan disaksikan oleh keluarga yang patut, baik
yang menerima warisan yang langsung ataupun yang di dalam daftar ketentuan
syara’ namanya tidak tercantum, atau tidak berhak.
Yang dimaksud zawu’ qurba ialah orang-orang dari kerabat si mayat yang tidak
mewarisi. Maka hendaknya mereka diberi sedikit rizeki dari harta yang diterima.
Artinya. Bila pembagian waris itu, dihadiri juga oleh kaum kerabat dari orang
yang mewarisi harta itu, maka hendaknya mereka diberi sedikit rizeki dari yang
diterima.
Dalam tafsir ar-Razi dijelaskan bahwa ada yang mengatakan: Ahli waris apabila
orang dewasa maka wajib mengalah kepada orang yang menghadiri pembagian
dengan sesuatu dari harta dengan kadar perkara yang baik jiwanya. Jika ahli waris
masih kecil maka wajib bagi wali menerima alasan kepada mereka, ia
mengatakan: “Sesungguhnya aku tidak memiliki harta ini, bahwasanya ia adalah
untuk orang-orang lemah yang tidak berakal/tidak mengetahui yang hak”. Dan
ketika mereka besar maka mereka mengerti hak mereka. Ini adalah qaul yang
ma’ruf>. Ayat ini menjelaskan tentang perlunya memilih qaulan ma’ru>fan,
yakni kalimat-kalimat yang baik sesuai dengan kebiasaan dalam masing-masing
masyarakat. Ayat ini mengamanahkan agar pesan hendaknya disampaikan dalam
bahasa yang sesuai dengan adat kebiasaan yang baik dalam masyarakat.
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika
kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah Perkataan
yang baik.”
Ketetapan Allah dalam ayat tersebut menyangkut siksa dan ancaman yang
melebihi wanita-wanita lain, disebabkan karena istri seorang nabi memang
berbeda dari segi tanggung jawabnya dengan wanita-wanita lain. ketinggian
kedudukan istri-istri nabi itu, mereka peroleh karena kedekatan mereka kepada
nabi. Kdekatan itu menjadikan mereka mendapat bimbingan khusus yakni
kesempatan yang lebih banyak untuk mengenal nabi dan meneladani beliau.
Wanita menurut kodratnya memiliki suara lemah lembut. Atas dasar itu, maka
larangan itu harus dipahami dalam arti membuat-buat suara lebih lembut lagi
melebihi kodrat dan kebiasaan berbicara. Cara berbicara demikian, bisa dipahami
sebagai menampakkan kemanjaan kepada lawan bicara yang pada gilirannya
dapat menimbulkan hal-hal yang tidak direstui agama. Larangan ini tertuju pada
mereka jika berbicara kepada yang bukan mahram. Adapun jika berbicara di
hadapan suami maka tidak ada larangan.
Kata ma’ru>fan di sini dipahami dalam arti yang dikenal oleh masyarakat.
Perintah mengucakpan yang ma’ru>f, mencakup cara pengucapan, kalimat-
kalimat yang diucapkan serta gaya pembicaraan.
Dengan demikian, ini menuntut suara yang wajar, gerak gerik yang sopan dan
kalimat-kalimat yang diucapkan baik, benar dan sesuai sasaran, tidak
menyinggung perasaan orang ataumengundang rangsanga
Kata kari>man biasa diterjemahkan mulia. Kata ini terdiri dari huruf-huruf kaf,
ra’, dan mim yang menurut pakar-pakar bahasa mengandung makna yang mulia
atau terbaik sesuai objeknya.57 Yang dikehendaki darinya adalah
mengkhitabinya dengan kalam yang disertai dengan tanda-tanda mengagungkan
dan memuliakan.
Ayat ini memerintahkan kepada Musa dan Harun untuk pergi menemui Fir’aun
yang telah melampaui batas dengan menindas secara kejam Bani Israil. Dalam
Tafsir Ibnu Katsir diperjelas dengan uraian: pergilah kamu berdua kepadanya dan
berbicaralah dengan kata-kata yang lemah lembut, serta bersikaplah simpatik dan
bersahabat padanya. Cobalah sadarkan dia tentang dirinya sendiri yang tak kurang
dan tak lebih hanyalah seorang hamba di antara hamba-hamba-Ku. Dan janganlah
kamu berdua lalai, selalu ingatlah kepada-Ku dan menyebut nama-Ku selagi
kamu menjalankan tugas suci ini. Dan dengan membawa kecakapanmu
menyampaikan keterangan dan dalil-dalil yang kuat dan hujjah-hujjah yang tidak
dapat dibantah, mudah-mudahan dia (Fir’aun) menyadari akan dirinya dan takut
kepada-Ku.
Ayat ini mengandung pelajaran penting, yaitu sekalipun Fir’aun adalah orang
yang sangat membangkang dan sangat takabbur, sedangkan Musa adalah makhluk
pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan
risalah-Nya kepada Fir’aun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut
dan sopan santun. Al-Qurtubi menjelaskan lebih lanjut makna lemah lembut yaitu
kata-kata yang tidak kasar, dikatakannya bahwa segala sesuatu yang lembut akan
melembutkan dan segala sesuatu yang lembut lagi melembutkan, ringan untuk
dilakukan. Kalaupun Musa diperintahkan untuk berkata-kata yang lembut, maka
hal itu merupakan keleluasaan bagi orang lain (Fir’aun) untuk mengikuti jejak,
meniru dari apa yang dikatakannya dan yang diperintahkannya kepada mereka
untuk berkata-kata yang baik.
Dalam sebuah riwayat yang diriwayatkan oleh Ikrimah, telah disebutkan bahwa
yang dimaksud faqu>lan qaulan layyinan, adalah ucapan “Tidak ada Tuhan selain
Allah”. Sedangkan dari riwayat Amr ibnu Ubaid dari al-Hasan al-Basri yang
dimaksud faqu>lan qaulan layyinan, yaitu Musa diperintahkan untuk
menyampaikan kepada Fir’aun kalimat berikut, “Sesungguhnya engkau
mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di
hadapanmu ada surga dan neraka.”
Dengan demikian yang dimaksud dengan qaulan layyinan adalah ucapan baik
yang diungkapkan dengan lemah lembut, sehingga dapat menyentuh hati yang
diajak bicara. Ucapan lemah lembut dimulai dari dorongan dan suasana hati
orang yang bicara. Dampak kelemah lembutan itu akan membawa isi pembicaraan
yang mudah mempengaruhi dan menggerakkan hati orang yang diajak bicara.
6. Qaulan Maysu>ran (perkataan yang ringan)
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang kamu harapkan, Maka Katakanlah kepada mereka Ucapan yang pantas.”
Hendaknya seorang hamba untuk selalu berbuat baik terhadap keluarga dekatnya,
dengan memberikan haknya, demikian pula kepada orang-orang miskin yang
mengadakan perjalanan. Dan kemudian lebih
lanjut difirmankan, jika hamba itu berpaling dari kerabatnya yang dekat dan
tidak memberikan apa-apa karena tidak ada yang dapat diberikan, maka hendaklah
mengatakan kepada mereka dengan kata-kata dan ucapan-ucapan yang pantas,
halus dan lembut, serta hendaknya memberi janji kepada mereka, bahwa sewaktu-
waktu datang rezeki Allah, mereka akan memperoleh apa yang mereka harapkan.
Ayat ini turun ketika Nabi saw atau kaum muslimin menghindar dari orang yang
meminta bantuan karena merasa malu tidak dapat memberinya. Allah swt,
memberi tuntunan yang lebih baik melalui ayat ini, yakni menghadapinya dengan
menyampaikan kata-kata yang baik serta harapan memenuhi keinginan peminta
di masa mendatang.
Sayyid Quthub menjelaskan dalam tafsirnya jika seseorang tidak mempunyai apa
yang bisa ditunaikan untuk para kerabat dekat, orang-orang miskin, dan orang
yang dalam perjalanan, sedang ia merasa malu untuk bertemu mereka dan ia
berharap semoga Allah memberikan rizeki kepada mereka, maka hendaknya dia
memberikan janji kepada mereka jika kelak dia mendapat keluasan harta. Juga
hendaknya dia berkata kepada mereka dangan lemah lembut.63
Menurut bahasa qaul maysu>ran artinya perkataan yang mudah. Al-Maraghi
mengartikannya dalam konteks ayat ini, yaitu ucapan yang lunak dan baik atau
ucapan janji yang tidak mengecewakannya. Dalam tafsir Alquran dan terjemahnya
Departemen Agama disebutkan bahwa qaul maysuran, apabila kamu belum bisa
memberikan hak kepada orang lain, maka katakanlah kepada mereka dengan
perkataan yang baik agar mereka tidak kecewa karena mereka belum menerima
bantuan darimu. Sementara Hamka mengartikannya dengan kata-kata yang
menyenangkan bagus, halus, dermawan, dan sudi menolong.
Dalam Tafsir al-qaul al-maisu>r terdapat beberapa wajah: Pertama, al-qaul al-
maisu>r adalah menolak dengan jalan yang lebih baik. Kedua: al-qaul al-maisu>r
yang lembut dan mudah. Al-Kisai mengatakan: “Saya memudahkan ucapan yang
lebih mudah kepadanya, maksudnya saya melebutkan ucapan kepadanya”. Ketiga:
sebagian ulama mengatakan: al-qaul al-maisu>r seperti firmanNya:
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf, lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi
Maha Penyantun.”
Perkataan yang baik Maksudnya menolak dengan cara yang baik, dan maksud
pemberian maaf ialah memaafkan tingkah laku yang kurang sopan dari si
penerima. Mereka mengatakan: al-Maisu>r adalah al-Makru>f (kebaikan), karena
ungkapan yang dikenal tidak membutuhkan pada takalu>f (tuntutan).
Jadi qaulan maysu>ran di atas memiliki arti ucapan yang membuat orang lain
merasa mudah, lunak, dan tidak membuat pendengar merasa kecewa, tetapi
memberikan optimism pada lawan bicara. Mudah artinya bahasanya komunikatif,
sehingga mudah dimengerti lawan bicaranya dan mendorongnya agar tetap
mempunyai harapan.
Bab IV
1. Pengertian Komunikasi
b. Komunikasi adalah proses yang dinamis serta selalu berubah sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah.
2. Tujuan Komunikasi
Komunikasi yang kita lakukan kepada orang lain secara kita sadari ataupun
tidak kita sadari akan memengaruhi perilaku orang lain. Secara sadar, jika kita
berkomunikasi untuk tujuan memotivasi seseorang, kita berharap bahwa orang
yang kita motivasi akan melakukan hal sesuai dengan yang kita inginkan. Secara
tidak kita sadari, jika pada saat kita memotivasi menunjukkan wajah yang serius,
kita akan membuat lawan bicara antusias untuk mendengarkan dan
memperhatikan apa yang disampaikan kepada dirinya.
Komunikasi yang dilakukan perawat pada saat akan mengubah keyakinan dan
perilaku pasien yang tidak baik atau bertentangan dengan kesehatan serta
dengan keyakinan dan perilaku yang mendukung kesehatannya.
d. Memberikan pendidikan
Komunikasi antara dua orang atau lebih akan efektif jika antara
komunikator dan komunikan saling memahami ide masing-masing dan mereka
saling berusaha untuk memberi makna pada komunikasi yang disampaikan atau
diterima.
3. Elemen Komunikasi
a. Komunikator (sender)
b. Informasi/pesan/berita
c. Komunikan (reciever)
d. Umpan balik
e. Atmosfer/konteks
PESAN
KOMUNIKATOR KOMUNIKAN
(SENDER) INTERAKSI (RECEIVER)
UMPAN BALIK
ATMOSFER
atau bangsal, dan segala komponen yang ada di dalamnya. Dimensi sosial-
psikologis meliputi tata hubungan status di antara pihak yang terlibat dan aturan
budaya masyarakat ketika mereka berkomunikasi. Yang termasuk dalam konteks
ini adalah persahabatan atau permusuhan, lingkungan formal atau informal,
serta situasi yang serius atau tidak serius. Dimensi temporal (waktu) adalah
mencakup waktu ketika komunikasi terjadi. Pilihan waktu yang tepat dapat
mencapai efektivitas komunikasi yang dilakukan. Gambar 1.1 menunjukkan
hubungan atau keterkaitan masing-masing elemen dalam komunikasi.
4. Bentuk/Jenis Komunikasi
a. Komunikasi verbal
b. Komunikasi nonverbal
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks untuk mengirim pesan dari
komunikator kepada komunikan. Vecchio (1995) menguraikan bahwa proses
komunikasi merupakan urutan tahap-tahap komunikasi kompleks meliputi idea
generation, encoding, transmitting via various channels, receiving, decoding,
understanding, dan responding yang merupakan suatu siklus yang selalu
berulang.
a. Komunikator
Dahar (kromo inggil dalam bahasa Jawa) berarti makan untuk tingkat tinggi
atau orang yang kita hormati, misal pada orang tua, guru, dan sebagainya;
berbeda dengan dahar (bahasa Sunda) berarti makan untuk tingkat rendah
atau tidak tidak terhormat.
Kasep (bahasa Jawa) berarti terlambat sekali, berbeda dengan kasep
(bahasa sunda) yang berarti cakep/ganteng/tampan.
b. Pesan/informasi
Pesan yang bersifat informatif dan persuasif akan mudah diterima dan
dipahami daripada pesan yang bersifat memaksa. Pesan yang mudah diterima
adalah pesan yang sesuai dengan kebutuhan komunikan (relevan), jelas (clearly),
sederhana atau tidak bertele-tele, dan mudah dimengerti (simple). Di samping
itu, informasi akan menarik jika merupakan informasi yang sedang hangat (up to
date).
c. Komunikan
d. Umpan balik
e. Atmosfer
RINGKASAN
1) Komunikasi adalah suatu proses pertukaran serta penyampaian dan
penerimaan berita, ide, atau informasi dari seseorang ke orang lain. Lebih
kompleks komunikasi didefinisikan sebagai pertukaran keseluruhan
perilaku komunikator kepada komunikan baik yang disadari maupun tidak
disadari, ucapan verbal atau tulisan, gerakan, ekspresi wajah, dan semua
yang ada dalam diri komunikator dengan tujuan untuk memengaruhi orang
lain.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang paling
mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat secara terus-
menerus selama 24 jam bersama pasien. Dalam setiap aktivitasnya,
perawat menggunakan komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi dan
komunikasi terapeutik sangat penting terkait dengan tugas-tugas Anda
dalam melakukan asuhan keperawatan dan dalam melakukan hubungan
profesional dengan tim kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat ahli
madya, keterampilan dasar yang penting harus Anda kuasai adalah
komunikasi. Penguasaan tentang komunikasi terapeutik dalam praktik
keperawatan akan memungkinkan Anda melaksanakan praktik
keperawatan secara berkualitas.
Komunikasi tidak hanya ilmu yang dipelajari di kelas perkuliahan
semata. Bahkan komunikasi sendiri sebenarnya telah diajarkan oleh Sang
Pencipta, Allah SWT, melalui kitabnya Al Qur’an dan Hadis tentang
bagaimana pentingnya komunikasi bagi umat manusia, khususnya umat
Islam.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/9635662/Pengertian_Komunikasi_men
urut_beberapa_ahli
http://komunikasidakwahislam.blogspot.com/
https://www.kompasiana.com/faisalwibowo/550fdacc813311ae33b
c61a2/komunikasi-dalam-perspektif-islam
https://azharnasri.blogspot.com/2016/08/makalah-komunikasi-
islam.html
https://www.kompasiana.com/www.eman.com/54f75bf3a33311af3
68b45e1/makalah-etika-komunikasi-dalam-islam
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Komunikasi-dalam-Keperawatan-
Komprehensif.pdf
https://www.academia.edu/33007004/Makalah_Resume_Etika_Ko
munikasi_Islam?auto=download
https://www.academia.edu/11167050/ETIKA_KOMUNIKASI_D
ALAM_PERSPEKTIF_ISLAM
https://media.neliti.com/media/publications/76696-ID-etika-
komunikasi-dalam-al-quran-dan-hadi.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/19585/10/Bab%203.pdf