Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MULTIREPRESENTASI KIMIA

“Melihat melalui Sentuhan: Peran Informasi Haptic dalam Visualisasi”

Oleh:
Kelompok 1
1. Jihaan Bilqiis Usri (17035098)
2. Julia Wulandari (17035100)
3. Khairin Nissa Fitri (17035102)
4. Anita Zulmi (17035126)

Dosen Pembimbing :
Dr. Mawardi, M.Si
Zonalia Fitriza S.Pd, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
BAB 4 . Melihat melalui Sentuhan: Peran Informasi Haptic dalam Visualisasi

Visualiasi secara umum berhubugan dengan apa yang kita lihat , berdasarkan pada
gambar yang dirasakan. Suatu penelitian mengungkapakan bahwa seseorang dapat menghasilkan
gambar tanpa melihat (visual) terutama melalui sentuhan. Hal ini menunjukkan bahwa proses
visualisasi dapat ditingkatkan dengan menambahkan atau mengganti informasi visual dengan
modalitas sensorik lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari dapat di ibaratkan seperti seseorang
yang menemukan lubang kunci pada kegelapan, dimana dengan sentuhan seseorang tersebut
dapat mengidentifikasi bentuk lubang kunci, membedakan tekstur logam dari tekstur kayu,
merasakan dan mengendalikan orientasi kunci, dan akhirnya memasukkan kunci. Hal ini
dilakukan dengan memperhaikan kekuatan yang bekerja pada kunci, kemudian merasakan bahwa
itu sesuai dengan kunci dan memutarnya. Namun apa proses dibalik sentuhn itu? Bagaimana
tekanan pada kulit jari-jari dan gerakan halus tangan membantu mengidentifikasi bentuk lubang
kunci? Apakah proses berkaitan dengan sentuhan, apakah sentuhan terkait dengan system visual?

Ada 4 hal yang dipelajari dalam visualiasi melalui sentuhan

1. Berasarkan sentuhn saja, siswa mampu membangun representasi visual dalam bidang
kekuatan
2. Memandang sntuhan sebagai system komunikasi dan menunjukkan interferensi semantic
terjadi antara pola sentuh dan pola verbal visual
3. Sentuhan terdiri dari unsur-unsur informasi, mirip dengan kata-kata
4. Jika bentuk dikenali melalui sentuhan, beberapa bagaian dari korteks visual harus
diaktifkan

Apa itu sentuhan?

Konsep sentuhan yang digunakan secara terminology adalah sebagai berikut

 Tactile feedback
Merupakan sensasi yang terdapat pada kulit, biasanya digunakan sebagai respon terhadap
kontak atau tindakan lain didunia virtual. Tactile dapat digunakan untuk menghasilkan
symbol seperti braille(Burdea, 1996)
 Pergerakan non biologis (proprioceptive)
Merupakan hubungan antara kekuatan dan gerak yang termasuk forcefeedback: sensasi
keuatan yang diberikan pada tubuh sebagai respon terhadap kekuatan tertentu yang
diberikan oleh tubuh(Hukum III Newton)
 Heptic feedback
Merupakan istilah umum yang digunakan untuk memasukkan umpan balik sentuhan dan
kinestetik , disinonimkan dengan tactile feedback

Gambar diatas menjelaskan kesesuaian tindakan dengan informasi yang dikumpulkan


melalui sentuhan dari lingkungan dan pada saaat yang sama diharapkan sesuai dengan niat dalam
pikiran seseorang.

Bagaimana sentuhan input sensory diterjemhkan kedalam visual sensory output

Ada beberapa pertanyaan menarik terkait dengan visualiasi melalui sentuhan yang
memotivasi penelitian ini:

1. Apakah mungkin untuk mentransfer atau menerjemahkan tekanan pada jari menjadi
sinyal visual, yang biasanya berkorelasi dengan radiasi elektromagnetik yang bekerja
pada retina mata?
2. Apa nilai tambah dari representasi visual? Mengapa bermanfaat untuk mentransfer
representasi sentuh ke representasi visual?
3. Apakah sentuhan dan visi memiliki kualitas yang sama apakah ada perbedaan dalam
qualifi kasi?

Hasil menunjukkan bahwa visual memang dibangun berdasarkan sentuhan meskipun dua
system sensorik sama sekali berbeda secara fisiologis dan menggunakan sinyal fisika yang
berbeda, hal ini menunjukkan bahwa wilayah otak yang sesuai dapat dihubungkan. Dalam
penelitian menunjukkan keunggulan qualia yang unik dan kuat yang dibangun melalui visualisi,
dimana qualia adalah kualitas atau sifat yang dirasakan atau dialamio leh seseorang

Secara umum ada literature yang luas tentang pengenalan bentuk, tapi tidak tentang
bagaimana sentuhan digunakan untuk membangun konsep. Kilpatrick (1976) menggunakan
feedback kinestetik sebagai bantuan untuk pemahaman medan gaya 2D dan 3D masing-masing
yang menunjukkan bahwa feedback kinestetik meningkatkan persepsi dan manipulasi pengguna
dalam dunia visual 3D yang sedarhana, bahkan lebih dari pada menonton stereo 3D. Demikian
pula , Brooks, oohyoung, Batter& Kilptrick (1990) menemukan bahwa pemahaman tentang
energy pengikat molekul jauh lebih jelas ketika dicapai melaui media atau dari yang dicapai
melalui tampilan visual. Projek grope merangkum temuan mereka selama 20 tahun yang
menyatakan bahwa tampilan heptic sebagai augmentasi ketampilan visual dapat meningkatkan
persepsi dan pemahaman

Medan gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah medan gaya tarik dan medan
kekuatan, dimana medan kekuatan merupakan diantara yang lebih kompleks dan sulit
dimengerti. Hasilnya menunjukkan beragam representasi visual yang berbagi fitur inti dan
menyampaikan informasi inti yang sama. Bahkan tidak ada satu kasus yang gagal memahami
stukrur lapangan secara total. Visualisasi berbeda dalam ukuran dan dalam dimensi misalnya
2D, dan kadang-kadang digambar dengan perspektif yang mehasilkan objek 3D. gamabr 4.2 a
dan 4.2 b menggambarkan representasi visual 2 dimensi dari medan gaya yang digambar oleh
subjek. Garis radial menggambarkan arah gaya, garis pusat menjelaskan garis dimana gaya
dianggap konstan. Gambar 4.2 c dan 4.2 d menggambarkan konsep 3 dimensi bidang yang
digambar oleh subjek, selain itu subjek dapat secara visual merancang bidang yang menjebak
partikel yang menghaslkan gerekan inear dari partikle dan menghasilkan gerakan paralel
beberapa partikel yang mengarahkan partikel ke titik target. Representasi visual di baratkan
dalam pola kekuatan yang dihasilkan. Dengan demikian terjemahan visual sentuhan adalah 2
arah. Pola kekuatan diterjemahkan kedalam visual untuk menghaslkan kualifikasi konsep yang
diperkaya, dan visual diterjemahkan kedalam pola kekuatan untuk mengahsilkan situasi yang
menargetkan fungsi tertentu.
Visualisasi terlibat dalam membangun interpretasi yang diterapkan dalam tindakan. Proses
ini bersifat siklik dimana situasi divisualisasikan melalui nuansa pola kekuatan dan pola
kekuatan diimajinasi dan dihasilkan berdasarkan visualisasi. Penelitian ini terbatas dalam
hasilnya karena hanya menyarankan bahwa visual danheptic dalam beberapa situasi terkait dan
bahwa representasi heptic dan visual yang setara dapat dibangun. Namun hasil ini tidak memberi
petunjuk tentang mekanisme yang mendasarinya.

Semantik haptik dan visualisasi

Efek stroop awal nya dirancang untuk meguji tanggapan atau reaksi individu ketika
isyarat atau tanda yang disediaan tidak sesuai. Dalam fersinya Color-Word’Stroop (1935)
meminta partisipan nya untuk menamai warna kotak berwarna dan juga menamai warna tinta
dari suatu tulisan misalnya kata biru ditulis dengan tintamerah (Stroop, 1935).
Gambar 4.3 sebelah kiri menunjukan dunia nyata (virtual) yang mencakup kemampuan
visual dan sentuhan melalui kemampuan sentuh menggunakan haptik (berhubungn dengan indra
peraba) contohnya subjek (pelaku) memakai kaca mata aktif, ketika disinkronkan dengan grafik
sistem menunjukan dunia virtual 3D yang mendalam dimana pada ruangan gelap dan objek
virtual jelas dan dapat disentuh, sedangkan gambar yang disebelah kanan menampilkan layar
yang tidak divisualisasikan dalam 3D. dalam hal ini partisipan memiliki tampilan visual dari
silinder virtual yang dapat mereka angkat dengan perangkat heptik (Masey et al, 1994).

Elemen informasi haptik

Bagaimana sematik haptik disampaikan ? apa unit informasi haptik dalam menganalisis
siklus interaksi haptik ditemukan pola gaya tertentu yang digunakan pada jari dan lengan untuk
menyampaikan makna tertentu (Reyner, 2000). Dalam menguatkan temuan sebelumnya yang
menunjukan bahwa elemen haptik membentuk makna haptik yang disamakan dengan huruf yang
membentuk sebuah kata. Prosedur eksperimental didasarkan pada sistem teleskop dimana tujuan
dari percobaan ini adalah untuk menguji kemampuan mengidentifikasi sifat objek yang tak
terlihat dari objek tampak berdasarkan informasi dari visual dan gaya. Hasil penelitian
menunjukan bahwa semua subjek telah mengidentifikasi bentuk, tekstur dan struktur bagian
dalam. Dalam hasilnya juga menunjukan bahwa tidak hanya sensasi haptik yang memiliki fitur
semantik, mereka juga memasukan unsur-unsur yang diintegrasikan (menyatu) oleh otak untuk
menvisualisai bentuk dari isyarat haptik yang dirasakan. Hal ini mendukung gagasan bahwa
system sensasi haptik mengangu system visual untuk memungkinkan viualisai benda yang
disentuh. Visualisai juga didukung oleh informasi elemen atau unsur haptik yang bila terintegrasi
dari waktu ke waktu memungkinkan visualisasi bentuk.

Otak visual berkolerasi dengan pengenalan bentuk haptik

Tidak ada satu pun dari studi diatas memberikan informasi bagaimana system sensorik
visual dan haptik secara fisiologis. System A mewakili sinyal yang dirasakan oleh system B
merupakan cara logis untk mendukung gagasan bahwa haptik berkolerasi dengan visual yang
menunjukan bahwa beberapa bagian pemprosesan sinyal dari oak diaktifkan ketika seseorang
menyentuh untuk mengnali bentuk ketika tidak ada informasi visual yang disediakan. Unuk
menjawab pertanyaan tentang aspek-aspek neural (terkait dengan urat syaraf) dari interaksi
diseluruh sentuhan dan system sensorik visual dilakkan percoban fMRI yang bertujuan untuk
mengeksplorasi kolerasi syaraf pda pengenalan betuk tekstur. Hipotesis yang berhasil adalah
eksplorasi haptik dari bentuk diaktifkan di korteks visual tetapi tidak untuk ekplorasi haptik
tekstur hasil nya ,menunjukan bahwa pengenalan betuk memang mengaktif kan area di korteks
oksipital disamping area di korteks motorik. (lihat gambar 4.4)

Gambar 4.4 daerah dengna aktivasi lebih tinggi untuk pengenalan bentuk daripada
pengenalan tekstur daerah sensorik dan daerah virtual

Selain itu juga menunjukan bahwa viualisasi didukung oleh sentuhan oleh aktivasi diarea
motoric dan dengan aktivasi didaerah visual otak dimana area visual diaktifkan untuk melihat
yang sebenarnya. Jadi sentuhan dan visualisasi agak tumpang tindih dimana sentuhan adalah
perentara tambahan untuk memberikan detail visualisasi.
Ringkasan dan Diskusi
Saya telah menunjukkan bahwa interaksi haptic mendukung dan dapat diterjemahkan ke
dalam visualisasi pada beberapa tingkatan: ketika kita mengartikan kekuatan informasi sensorik
diterjemahkan menjadi pola visual, mendukung visualisasi pola gestalt. Sementara sentuhan
menyediakan informasi lokal, visualisasi menyediakan seluruh pola. Ada perbedaan yang
melekat antara informasi sentuhan dan informasi visual: misalnya saat Anda menggambarkan
bentuk suatu objek, katakanlah sebuah apel. Anda menutup mata, dan mencoba untuk
mendapatkan informasi melalui sentuhan. Anda menyentuh satu titik kemudian pergi ke titik
kedua. Seiring waktu, dengan mengumpulkan isyarat berturut-turut, Anda mungkin dapat
menggabungkannya ke dalam senuah bentuk. Jadi manfaat utama dari menerjemahkan sentuhan
ke dalam visualisasi adalah kemampuan untuk melihat seluruh pola, pola gestalt (teori yg
menjelaskan proses persepsi melalui menyusun komponen yang punya pola, hubungan dan
kemiripan yang bersatu menjadi kesatuan), sementara sentuhan menyediakan informasi lokal
baik dalam ruang dan waktu. Keuntungan utama dari informasi visual ini mungkin menjadi
alasan mengapa seluruh pola yang divisualisasikan berkontribusi untuk membangun sebuah
makna.
lebih lanjut, Ditemukan bahwa ada unsur/elemen informasi yang menyediakan informasi
dalam modalitas (kenyataan/makna) haptic, dan juga dapat (tetapi tidak harus) diterjemahkan ke
dalam gestalt visual yang sesuai dengan interaksi sentuhan. Dan itu menunjukkan bahwa
hipotesis terkait interaksi antara dua modalitas sensorik memang benar: bagian-bagian dari
sistem visual diaktifkan ketika tidak ada informasi visual yang disediakan, mata tertutup, namun
tangan sedang menyelidiki suatu bentuk benda. Ini merupakan 'mata di jari'.
Mengapa ini penting sekali - karena hal ini memberikan cara untuk meningkatkan
pembelajaran. Memvisualisasi (membayangkan) adalah pusat dan sangat penting dalam
pembelajaran sains. Mekanisme kognitif dari inovasi sains dan pembelajaran di semua tingkatan
didasarkan pada visualisasi. Eksperimen-eksperimen pemikiran telah mengubah cara fisikawan
berpikir, dan itulah cara anak-anak belajar fisika. (Reiner, 1999, 2006; Reiner & Gilbert, 2000;
Reiner & Burko, 2003; Reiner & Gilbert, 2000, 2004; Sorensen, 1992, 2006; Klassen, 2006).
Visualisasi sangat penting dalam eksperimen pemikiran. Bagaimana cara meningkatkan
visualisasi? Bagaimana kita dapat menggunakan modalitas indera lainnya untuk merancang
teknologi baru untuk memberdayakan anak-anak dengan kemampuan untuk melihat melampaui
visual langsung?
Beberapa informasi sulit dipahami melalui mata telanjang, sedangkan sentuhan dapat
memberikan detail mikro. Misalnya, tekstur sulit dirasakan melalui informasi visual. Dokter
medis menyentuh kulit agar merasakan tekstur kasaryang dapat memberikan informasi tambahan
tentang keadaan kulit. Ini menunjukkan bahwa visualisasi dengan mata telanjang memberikan
detail makro, sehingga diperlukan sentuhan meningkatkan 'resolusi' visualisasi yang bisa
memberikan detail mikro, dengan meningkatkan visualisasi untuk pembelajaran.
Hubungan sentuhan-visual mengusulkan desain lingkungan belajar: model mental bidang
dibangun secara mental melalui sentuhan. Pemahaman tentang keseimbangan dan posisi masuk
di ruang dipahami melalui sentuhan. Semua ini menunjukkan bahwa lingkungan belajar perlu
memasukkan interaksi visual dan sensorik untuk mendukung proses membangun model mental.
DAFTAR PUSTAKA
Amedi, A., Malach, R., Henlder, T., Peled, S., & Zohary, E. (2001). Visuo-haptic object-related
activation in the ventral visual pathway, Nature Neuroscience, 4(3), 324–330.
Bach-y-Rita, P., Kaczmarek, K. A., Tyler, M. E., Garcia-Lara, J. (1998). Form perception with a
49-point electrotactilestimulusarray onthetongue: Atechnical note.Journal ofRehabilitation
Research and Development, 35, 427–430.
Basgadan, C.,Ho,C.H.,Srinivasan, M.A.,& Slater,M.(2000). Anexperimental studyontherole of
touch in shared virtual environments. Computer-Human Interactions, 7(4), 443–460.
Biggs, J., & Srinivasan, M. A. (2001). Haptic Interfaces. In K. M. Stanney (Ed.), Handbook of
virtual environment technology. Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Brooks, F. P., Ouh-Young, M., Batter, J. J., & Kilpatrick, P. J. (1990). Project GROPE – Haptic
displays for scientific visualization. ACM Computer Graphics, 24(4), 177–185.
Burdea, G. C. (1996). Force and touch feedback for virtual reality. New York: John Wiley &
Sons Inc.
Engel, F. L., Goossens, P., & Haakma, R. (1994). Improved efficiency through I and E feedback:
a trackball with contextual force feedback. Manuscript 1013. Institute for Perception
Research, Eindhoven University of Technology, the Netherlands.
Gilbert, J., & Reiner, M. (2000). Thought experiments in science education. International Journal
of Science Education, 22(3), 265–283.
Kilpatrick, P. J. (1976). The Use of kinesthetic supplement in an interactive system. Ph.D
dissertation, Computer Science Department, University of North Carolina at Chapel Hill.
Klassen, S. (2006), The science thought experiment: How might it be used profitably in the
classrom?, Interchange 37(1), 77–96.
Lederman, S. J., Klatzky, R. L., Hamilton, C. L., & Ramsay, G. I. (1999). Perceiving surface
Roughness via a rigid probe: Effects of exploration speed and mode of touch. Haptics-e
Journal, 1(1), October 7 http://www.haptics-e.org.
Masey, T.H.,&Salisbury, K.(1994). ThePHANToMhapticinterface: Adevice forprobing virtual
objects. Proceedings ofthe ASME Winter Annual Meeting, Symposium on Haptic
Interfaces for Virtual Environment and Teleoperator Systems, Chicago, IL, Nov 1994.
Reiner, M. (1999). Conceptual construction of fields with a tactile interface. Interactive Learning
Environments, 6, 1–25.
Reiner, M.(2000). Thevalidityandconsistency offorce feedback interfaces intelesurgery. Journal
of Computer Aided Surgery, 9, 69–74.
Reiner, M. (2006). The context of thought experiments in physics learning. Interchange, 37/1,
99–117, Springer.
Reiner, M., & Burko, L. (2003). On the limitationsof thought experiments in physics and
implications for physics learning. Science and Education, 12, 365–385.
Reiner, M., & Gilbert, J. (2000). Epistemological resources for thought experimentation
inscience learning. International Journal of Science Education, 22(5), 489–506.
Reiner, M., & Gilbert, J. (2004). The symbiotic roles of empirical experimentation and thought
experimentation inthelearning ofphysics. International Journal ofScience Education,
26(15), 1819–1834.
Reiner, M., Hecht, D., Halevy, G., & Firman, M. (2006). Semantic interference and facilitation
in haptic perception. Proceedings of the Eurohaptics conference, Paris.
Sorensen, R. (1992). Thought experiments. Oxford: Oxford University Press. Paper given at
Eurohaptics 2006, Paris, France, July 2006.
Stroop, J. R. (1935). Studies of interference in serial verbal reactions. Journal of Experimental
Psychology, 18, 643–662.

Anda mungkin juga menyukai